Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria

2.1.1 Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera

dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan

oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari

gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan

(Kemenkes RI, 2011).

Malaria adalah istilah yang kolektif yang mewakili infeksi empat

jenis infeksi protozoa, yang masing-masing disebabkan oleh spesies yang

berbeda dari plasmodium. Malaria diidentifikasi sebagai suatu penyakit

parasitik: empat jenis malaria pada manusia memiliki simtom yang hampir

sama, yang umumnya tidak dapat dibedakan kecuali dengan studi

laboratorium. Infeksi malaria yang paling serius adalah falciparum

malaria (malaria tropika), memberikan gambaran klinis yang cukup

beragam termasuk timbulnya demam, menggigil berkeringat, batuk, diare,

sakit kepala, dan mungkin dapat berkembang icterus, shock,gagal ginjal

dan hati, encelophaty akut edema pada paru dan otak, koma dan kematian.

Malaria yang lain menyerang manusia adalah vivax ( malaria

tertiana ), malariae ( malaria kuartana ), dan ovale, yang umumnya tidak

begitu mengancam jiwa kecuali pada penderita yang sangat muda dan

10
11

sangat tua. Penyakit diawali dengan timbulnya demam secara perlahan

untuk beberapa hari , diikuti dengan akit kepala dan nausea (mual) dan

berakhir dengan berkeringat banyak. Interval berulangnya kembali demam

terjadi setiap sehari, berselang sehari atau tiga hari.

Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat dunia yang utama , terutama pada negara-negara

yang tersebar diantara 64 garis lintang utara dan 32 lintang selatan.

Malaria menyebar di berbagai negara terutama di kawasan Asia,Afrika dan

Amerika Latin. Di Dunia (WHO, 2004 dalam susanna, 2005) diperkirakan

kurang lebih ada 300 juta hingga 500 juta kasus malaria dengan kematian

berkisar antara 750.000 hingga 2 juta meninggal setiap tahun.

Di berbagai negara, malaria bukan hanya permasalahan kesehatan

semata. Malaria telah menjadi maalah sosial ekonomi, seperti kerugian

ekonomi ( economic lost), kemiskinan dan keterbelakangan.

Di Indonesia, malaria juga mempengaruhi Indeks perkembangan

Manusia (IPM) atau Human Development Index ( Achmadi, 2005),

Malaria merupakan penyebab meningkatnya gangguan kesehatan Ibu dan

Anak , intelegensia, produktivitas angkatan kerja, serta merugikan

kegiatan pariwisata.

Berbagai upaya pemberantasan malaria, secara terprogram,

sebenarnya sudah dimulai sejak awal kemerdekaan, yakni ketika

pemerintah pada waktu itu menekankan pentingnya upaya pengobatan

penderita dengan penggunaan pil kina. Pada saat itu juga sudah dimulai
12

adanya upaya-upaya pemberantasan nyamuk berikut tempat-tempat

perkembangbiakannya. Upaya-upaya pengendalian nyamuk penular

malaria tersebut dilakukan tanpa insektisida dan kota Cilacap, Jawa

tengah, dipilih sebagai daerah panduan.

Sejak 1952, upaya tersebut ditingkatkan dengan menggunakan

insektisida. Insektisida yang sangat terkenal ketika itu adalah DDT dan

Dieldrin. Sasaran operasinya terutama di Pulau Jawa dan beberapa tempat

diluar Jawa. Akibat penggunaan insektisida secara besar-besaran tanpa

terkendali, maka salah satu efek samping yang tercatat pada waktu itu

adalah timbulnya resistensi Anopheles Sundaicus dan Anopheles Aconitus

terhadap DDT dan Dieldrin, khususnya Pantai Utara Pulau Jawa.

Pada tanggal 12 November 1959 di Yogyakarta, Presiden Soekarno

ketika itu kemudian mencanangkan dimulainya program pembasmian

malaria. Program ini kemudian dikenal dengan istilah Komando Operasi

Pembasmian Malaria (KOPEM). Kelak tanggal tersebut yakni 12

November selalu diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional.

Setelah dicanangkan KOPEM oleh presiden Soekarno, dengan

Bantuan WHO dan USAID dimulailah pembentukan Dinas Pembasmian

Malaria, dan pusat Pelatihan Malaria serta 4 Pusat Pelatihan Lapangan

diluar Pulau Jawa . ketika skhirnya kegiatan KOPEM dihapus pada tahun

1968, kegiatan diintegrasikan kedalam kegiatan Ditjen Pencegahan,

Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) Departemen

Kesehatan.
13

Bertahun-tahun dapat dikatakan tidak ada inovasi baru dibidang

pemberantasan malaria, baik di Indonesia maupun dunia, hingga WHO

mencanangkan adanya Roll Back Malaria (RBM) ditermejahkan

diterjemahkan kedalam Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak

Malaria atas inisiatif Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan, kemudian dicanangkan oleh Menteri Kesehatan

RI pada tanggal 8 April 2000 di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

2.1.2 Epidemiologi Malaria

Malaria telah berhasil dieradikasi di benua Amerika Utara, Eropa

dan Rusia. Namun, masih menyelimuti negara-negara di Afrika , Brasil di

Amerika Latin , serta tentu saja Indonesia. Masalah malaria kini selain

menghadapi masalah resistensi insektisida, juga ditambah dengan masalah

resistensi obat-obatan.

Di Indonesia rata-rata kasus diperkirakan 15 juta kasus klinis tiap

tahunnya. Penduduk yang terkena risiko atau Population at risk adalah

penduduk yang umumnya tinggal di daerah-daerah terpencil atau

penduduk dengan mobilitas tinggi dan pergi mengunjungi daerah-daerah

endemis tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah malaria diperkirakan

sekitar 85,1 juta dengan tingkat endemitas rendah, sedang hingga tinggi.

Tahun 1997, terjadi peningkatan insidensi malaria dari 0,12 perseribu

penduduk meningkat menjadi 0,62 perseribu penduduk di tahun 2001.


14

2.1.3. Vektor penular penyakit Malaria di Indonesia

Di perkirakan di dunia terdapat 422 spesies nyamuk Anopheles dan

ada sekitar 67 spesies yang telah di konfirmasi memiliki kemampuan

menularkan penyakit malaria. Di Indonesia sendiri telah diidentifisir ada

90 spesies, dan 22 ( ad menyebutnya 16) diantaranya telah dikonfirmasi

sebagai nyamuk penular malaria. Mereka memiliki habitat mulai dari

rawa-rawa, pegunungan, sawah , pantai dan lain-lain.

Pemahaman terhadap bionomik nyamuk penular malaria, sangat

penting sebagai landasan untuk memahami pemutusan dinamika penularan

malaria. Studi bionomik nyamuk dan kebiasaan penduduk pada setiap

wilayah kabupaten/kota sangat diperlukan, utamanya untuk penggambaran

model atau dinamika transmisi yang cukup mendalam umumnya bersifat

spesifik lokal.

Bionomik adalah nyamuk dengn lingkungannya termasuk di

dalamnya bagaimana berhubungan dengan manusia (sebagai lingkungan

nyamuk). Bionomik nyamuk meliputi perilaku bertelur, larva, pupa dan

dewasa. Misalnya, perilaku menggigit, tempat dan waktu kapan bertelur,

perilaku perkawinan. Iklim dalam hal ini berperan besar dalam

menentukan bionomik nyamuk. Ternyata tidak semua nyamuk mampu

menjadi vektor penular penyakit.

Peran nyamuk sebagai vektor penular malaria tergantung, kepada

beberapa faktor antara lain (Susanna,2005;Saefudin,2004;Depkes 2003):


15

a. Umur nyamuk atau Longevity

Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh

nyamuk untuk menjadi sporozoit yakni bentuk parasit yang siap

menginfeksi manusia sehat. Apabila umur nyamuk lebih pendek dari

proses sporogoni, yakni replikasi parasit dalam tubuh nyamuk ( sekitar 5

hingga 10 hari), maka dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak dapat

menjadi vektor.

b. Peluang kontak dengan manusia

Tidak selamanya nyamuk memiliki kesempatan beretemu manusia, apalagi

nyamuk hutan. Namun harus diwaspadai pada nyamuk yang memiliki sifat

zoofilik, meskipun lebih suka menghisap darah binatang, bila tidak

dijumpai ternak juga menggigit manusia. Pada kesempatan inilah nyamuk

yang siap dengan sporozoit dalam kelenjar ludahnya, untuk menularkan

malaria. Sebagai contoh An Aconitus di Banjar meskipun zoofilik memiliki

juga indeks anthropofilik 0,53-2,295, sedangkan An. Sunndacius di Yogya

kurang dari 7%, serta Sulawesi 72%. Peluang kontak dengan manusia,

merupakan kesempatan untuk menularkan atau menyuntikkan sporozoit

kedalam darah manusia.

c. Frekuensi menggigit seekor nyamuk.

Semakin sering seekor nyamuk membawa sporozoit dalam kelenjar

ludahnya, semakin besar kemungkinan dia berperan sebagai vektor

penular penyakit malaria.

d. Kerentanan nyamuk terhadap parasit itu sendiri


16

Nyamuk yang terlalu banyak parasit didalam perutnya tentu bisa melebihi

kapasitas perut itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya.

e. Ketersedian manusia di sekitar nyamuk

Nyamuk yang memiliki bionomik atau kebiasaan menggigit diluar rumah

pada malam hari, maka akan mencoba mencari manusia dan masuk

kedalam rumah. Setelah menggigit, beristirahat di dalam maupun di luar

rumah.

f. Kepaadatan nyamuk

Umur nyamuk serta pertumbuhan gametosit di dalam perutnya

dipengaruhi suhu. Suhu lingkungan yang di anggap kondusif berkisar

antara 25-30 celcius dan kelembaban 60-80% ( Bruce Chwatt, 1985 dalam

Susanna 2005). Kalau populasi nyamuk terlalu banyak, sedangkan

ketersediaan pakan misalnya populasi binatang atau manusia di sekitar

tidak ada, maka kepadatan nyamuk akan merugikan populasi nyamuk itu

sendiri. Sebaliknya bila pada satu wilayah cukup padat, maka akan

menigkatkan kapsitas vektorial yakni kemungkinan tertular akan lebih

besar.

g. Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam tumbuhnya nyamuk

sebagai vektor penular penyakit malaria. Faktor-faktor tersebut antara lain,

lingkungan fisik, seperti suhu udara. Suhu udara mempengaruhi panjang

pendeknya masa inkubasi ekstrinsik, yakni pertumbuhan fase sporogoni

dalam perut nyamuk. Kelembaban udara yang rendah akan memperpendek


17

umur nyamuk. Hujan yang diselingi pansa semakin esar kemungkinan

perkembangbiakannya, sedangkan pengaruh sinar matahari terhadap

pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An sunndacius lebih suka

tempat teduh. Faktor lain, adalah arus air : An Barbirostris lebih suka

aliran tenang sedikit mengalir. Oleh sebab itu pada musim hujan, populasi

nyamuk ini berkurang.

Adapun variabel lingkungan lainnya adalah lingkungan kimiawi,

sebagai contoh salinitas. Ternyata An sunndacius memilih kadar garam

dalam air yang kondusif bagi pertumbuhan antara 12% hingga 18%.

Lingkungan biologik juga berperan dalam perkembangbiakan

vektor penularan malaria, misalnya adanya lumut, ganggang berbagai

tumbuhan air yang membuat An sunndacius merasa nyaman untuk

membesarkan anak keturunannya berupa telur dan larvanya.

Seperti telah dikemukakan, di seluruh indonesia meski telah

diidentifikasi kurang lebih 90 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya

beberapa yang telah dikenal memiliki kemampuan untuk menginfeksi

malaria.

Beberapa diantaranya adalah An Aconitus, An punctulatus, An

farauti, An balabacensis, An barbirostris, An sunndacius, dan An

maculates dan lain-lain.

Manajer kesehatan masyarakat, khusunya pelaksanaan program

pengendalian malaria harus mengenal jenis nyamuk apa yang adadi

wilayahnya, serta bionomik setiap spesies nyamuk tersebut.


18

Secara umum di antara nyamuk yang dikenal atau telah

diidentifikasi sebagai penular malaria, ada yang suka darah binatang

(zoofilik), ada yang suka darah manusia (anthropofilik), namun sering kali

bisa zooantrofilik.

Beberapa jenis nyamuk lebih senang menggigit di dalam rumah

disebut endofagik, dan ada yang suka menggigit di luar rumah atau

eksofagik. Setelah itu beristirahat di dalam rumah disebut endofilik dan di

luar rumah eksofilik, dan ada yang suka menggigit di sore hari atau malam

hari atau pada tempat yang teduh dan gelap. Tempat tinggal manusia dan

ternak, khususnya beratap terbuat dari kayu merupakan tempat yang paling

disenangi oleh Anopheles.

Vektor utama di pulau Jawa dan pulau Sumatera adalah An

sunndacius , An maculatus, An aconitus, dan An balabacensis. Sedangkan

di luar pulau tersebut khususnya Indonesia wilayah tengah dan wilayah

timur adalah An barbirostris, An farauti , An koliensis , An punctulatus,

An subpictus, dan An balabancensis. Berikut adalah contok bionomik dari

beberapa spesies Anopheles tersebut.

Anopheles aconitus

An. Aconitus merupakan salah satu vetor utama di daerah

Sumatera dan Pulau Jawa. Spesies ini memiliki karkteristik menggigit

antara pukul 18.00 hingga 22.00 . Habitat spesies ini pada umumnya di

persawahan yang berteras , dengan aliran air lambat. Pada umumnya


19

nyamuk ini lebih tertarik kepada darah ternak ketimbang manusia. Bila

ada ternak dalam rumah merupakan salah satu daya tarik, namun dapat

saja secara berganti-ganti menggigit manusia maupun ternaknya. Di

Banjarnegara, Jawa tengah, dan beberapa tempat lain spesies ini menggigit

manusia di luar rumah. Pagi harinya beristirahat di tebing sungai, pada

cekungan tanah, di tempat yang basah dan lembab. Spesies ini sangat

jarang hinggap di dalam rumah, masuk ke rumah hanya untuk mencari

darah, sesudah itu keluar. Nyamuk ini memiliki daya jelajah terbang antara

1 hingga 2 km.

Tempat perindukan utama An.aconitus adalah sawah berteras dan

saluran irigasi. Selain itu tempat perindukan nyamuk ini juga dapat di

temukan di tepi sungai dengan aliran pelahan atau kolam yang agak

alkalis.

Ada hubungan antara umur padi dengan densitas nyamuk yakni

ketika tanaman padi berumur antara 3 hingga 4 minggu. Dengan pola

tanaman yang tidak teratur sepanjang tahun, maka potensi penularan bisa

terjadi sepanjang tahun.

Anopheles balabacensis

Spesies ini merupakan spesies yang antrophopilik, lebih menyukai

darah manusia ketimbang darah binatang. Nyamuk ini juga memiliki

kebiasaan menggigit pada tengah malam hingga menjelang fajar sekitar

jam 4 pagi. Spesies ini memiliki habitat asli di hutan-hutan,


20

berkembangbiak di genangan-genangan air tawar. Di Banjarnegara

nyamuk ini dikenal berada di kebun-kebun salak ( Misriyah 2001 dalam

Susanna, 2005). Pada siang hari sulit menjumpai nyamuk ini di dalam

rumah. Mereka lebih menyukai hutan-hutan atau semak di sekitar

pekarangan rumah.

Anopheles barbirostris

Seperti halnya An.balabcensis nyamuk ini menggigit antar pukul

23.00 hingga 05.00 pagi, dan setelah menggigit hingga di kebun kebun

kopi, pohon nanas, habitatnya di rawa-rawa, kolam darat , dan irigasi.

Spesies ini di pulau Sumatera dan Pulau Jawa jarang dijumpai menggigit

orang, namun di Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur banyak yang

tertarik menghisap darah orang. Hasil uji presipitin di pulau Sulawesi

tenggara menunjukkan Indeks Darah Manusia mencapai 96,7%.

Anopheles sundaicus

Nyamuk ini merupakan salah satu spesies utama dalam penularan

malaria di pulau jawa. Nyamuk ini adalah bersifat antophofilik, memilih

tempat istirahat di gantungan baju, di rumah-rumah, meski kadang-kadang

dijumpai pula di luar rumah. Spesies ini termasuk memiliki daya jelajah

terbang cukup jauh, yakni 3 km. Di sekitar pantai Nusakmbangan

perbatasan dengn Ciamis dan Kampung Laut, diperkirakan menyebrang

selat antara kampung laut dan Nusakambangan. Nyamuk ini memiliki


21

habitat air payau, ekosistem pantai, jentik berkumpul di tempat yang

tertutup oleh tanaman, dan pada lumut yang mendapat sinar matahari

langsung. Bekas galian pasir, muara sungai kecil yang tertutup pasir,

muara sungai kecil yang tertutup pasir, tambak yang tidak dikelola, atau

ditinggalkan oleh pemiliknya merupakan tempat yang sangat ideal untuk

perkembangbiakan An sundacius.

An sundacius aktif menggigit antara pukul 22.00 hingga 01.00 dan

lebih banyak menggigit orang di luar rumah daripada di luar rumah.

Namun, demikian banyak pula yang masuk kedalam rumah, menggigit dan

beristirahat di dalam rumah.

Anopheles subpictus

An. Subpictus lebih menyukai darah ternak ketimbang darah

manusia. Nyamuk ini aktif sepanjang malam, dan beristirahat di dinding

rumah. Jentik nyamuk ini sering dijumpai bersama jentik An.Sundacius,

namun lebih toleran terhadap salinitas yang rendah mendekati air tawar.

Anopheles maculatus

An. Maculatus lebih menyukai darah binatang ternak, memiliki

kebiasaan menggigit antara pukul 23.00 hingga 03.00 pagi. Spesies ini

juga lebih suka menggigit orang di luar rumah, serta istirahat di luar, atau

kebun kebun kopi, rumpun tanaman di tebing yang curam, berkembang

biak di pegunungan, atau sungai-sungai kecil, air jernih, atau mata air yang
22

langsung terkena sinar matahari. Pada musim kemarau biasanya kepadatan

tinggi, namunmusim hujan menurun karena tempat perkembangbiakan

terkena aliran sungai deras akibat hujan.

2.1.4 Patogenesis Malaria

Ada empat spesies genus plasmodium yang dikenal merupakan

penyebab malaria, yakni plasmodium vivax, plasmodium malariae,

plasmodium ovale, dan plasmodium falciparum. Hampir semua kematian

pada manusia penyebabnya adalah plasmodium palciparum.

Infeksi bermula, ketika nyamuk betina Anopheles menginokulasi

atau menyuntikkan sporozoit salah ssatu bentuk dalam siklus kehidupan

plasmodium di alam bebas ini, ketika nyamuk menghisap darah manusia.

Bentuk sporozoit ini dikeluarkan dari kelenjar ludah nyamuk

(Harrisons,1991)

Plasmodium pada fase bernama sporozoit kemudian dalam waktu

kurang lebih 30 menit terbawa aliran darah ke salah satu organ manusia,

yakni liver, dengan target sel-sel parenkhim hepar atau liver, dan memaksa

masuk kedalam sel. Beberapa saat kemudian sporozoit mulai ber-replikasi

memperbanyak diri tanpa proses perkawinan. Fase ini disebut sebagai fase

intrahepatic atau preerythocyte schizigony. seekor sporozoit mampu

membelah diri hingga ribuan merozoit. Sel parenkhim liver yang

menggelembung mengandung ribuan merozoit akhirnya pecah dan

merozoit berhamburan ke dalam aliran darah lagi. Ini merupakan bagian


23

dari tahapan perjuangan genus plasmodium untuk survive di alam fana,

sebaliknya merupakan perjalanan derita bagi manusia.

Ketika dimulai petualangan tahap baru yang dikenal sebagai fase

dalam darah dengan berbagai gejala klinis yang dialami oleh penderita

demam tinggi malaria. Pada infeksi P.vivax dan P.ovale sejumlah

sporozoit tetap dalam kondisi dormant(tidur) tidak langsung di replikasi

sampai penyebab kekambuhan karena umumnya penderita merasa sudah

sembuh tanpa gejala, dan suatu saat sporozoit bangun dari tidurnya ber-

replikasi dan menyebar ke fase berikutnya yaitu fase dalam darah.

Setelah berada dalam aliran darah, merozoit secara cepat masuk

menembus sel darah merah. Proses masuknya merozoit kedalam butir

darah merah atau eritrosit merupakan peristiwa yang cukup kompleks,

karena tidak serta merta berhasil. Orang-orang Afrika Barat, memiliki

daya restisensi tinggi terhadap masuknya merozoit P.vivax

(Harisson,1991)

Setelah plasmodium berhasil masuk, merozoit ber-replikasi lagi,

hingga sel darah merah (eritrosit) menggelembung dan pecah. Merozoit

baru kemudian masuk lagi kedalam erirosit baru dan ber-replikasi,

demikian seterusnya, hingga seseorang yang mengalami peristiwa ini akan

kehilangan darahdan anemia.

Setelah beberapa kali mengadakan replikasi, sebagian dari

merozoit membentuk gametosit yang relatif inert dan bertahan lama.

Berbeda dengan bentuk sporozoit dan merozoit maka gametosit sudah


24

mengalami diferensiasi secara seksual, menjadi jantan dan betina. Suatu

saat kelak, apabila mereka beruntung masuk ke dalam ( karena nyamuk

menusuk kulit dan menghisap darah penderita malaria) maka gametosit

akan kawin mawin, bereproduksi secara seksual dan membentuk zigot dan

menurunkan bentuk oosit. Para oosit ini mengandalkan dirinya dan dalam

jumlah banyak menembus inding usus nyamukdan menuju saliva dalam

bentuk sporozoit kembali ( replikasi hingga membentuk sporozoit selama

rata-rata 10 hari). Setelah melampaui perjalanan panjang dan berliku-liku,

sporozoit dalam kelenjar air ludah nyamuk siap untuk berpindah ke

manusia berikutnya. Bila nyamuk beruntung mampu mempertahankan

kehidupnnya maka langkah berikutnya adalah mencari mangsa manusia

berikutnya serta menularkan atau menginfeksikan sporozoit ke manusia

sehat. Proses penularan baru dimulai lagi dan seterusnya. Apabila tidak

ada aral melintang seekor nyamuk bisa hidup selama satu hingga 2 bulan.

Namun , kadang nyamukbisa mati, ketika perut menggelembung berisi

ookinet, pecah berantakan.

2.1.5 Agent dan Host penyakit Malaria

Malaria penyebarannya sangat bergantung kepada adanya interaksi

antara agen ( penyebab malaria), inang (manusia dan nyamuk), dan

environment (lingkungan). Ada dua siklus hidup parasit malaria, yaitu

siklus aseksual dalam tubuh manusia (inang antara) dan siklus seksual

Anopheles (inang defenitif). Perkembangbiakan dari nyamuk Anopheles (


25

sebagai vektor penyakit malaria) diperlukan lingkungan yang sesuai

dengan kebutuhan nyamuk. Faktor-faktor terebut di uraikan dibawah ini.

(Departemen Kesehatan,1999).

Inang

Ada dua macam inang yaitu inang antara ( inang intermediate) dan

inang defenitif ( inang definitive), seperti yang diuraikan dibawah ini :

a. Inang definitive

Perilaku nyamuk yang berpengaruh terhadap malaria adalah sebagai

berikut :

1. Tempat perindukan yang disukai

2. Tempat menggigit (eksofagik ayau endofagik)

3. Tempt hinggap (eksofilik atau endofilik)

4. Obyek yang digigit (antropofilik atau zoofilik)

5. Waktu atau jam puncak gigitan dan frekuensi menggigit

6. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit

7. Siklus gonotropik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur

b. Inang intermediate (manusia)

Faktor pada manusia yang berpengaruh terhadap kejadian malaria antara

lain:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Imunitas
26

4. Ras atau suku bangsa (genetik)

5. Kurangnya suatu enzim tertentu

6. Status gizi

7. Sosial ekonomi

Agen (penyebab malaria)

Malaria merupakan penyakit menular dan masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit malaria adalah suatu menular

yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium.

Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P.malariae (Laveran, 1888) ,

P.vivax (Grassi dan Feleti, 1890), P.falciparum (Welch, 1897) dan P.ovale

(Stephens,1992 dalam Harijanto, 2000). Penulran Malaria ditularkan oleh

nyamuk betina genus Anophellini dari tribus Anopheles.

Penyebab malaria adalah genus plasmodium dan di Indonesia sampai

saat ini ada 4 spesies parasit malaria yang diketahui (Departemen Kesehatan,

2001) :

1. Plasmodium Falciparum menyebabkan malaria tropika yang sering

menyebabkan malaria yang berat hingga menyebabkan kematian.

2. Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana

3. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana

4. Plasmodium ovale (jarang dijumpai), umumnya di Afrika

Sifat-sifat spesifik parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria dan

hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan. Seorang


27

penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium yang disebut

dengan infeksi campuran (mixed Infection) biasanya paling banyak dua jenis

parasit yaitu campuran antara P.falciparum dengan plasmodium lainnya.

Plasmodium falciparum mempunyai masa infeksi paling pendek tetapi

parasetemia tinggi, gejala paling berat dan masa inkubasi paling pendek.

Plasmodium vivax dan plasmodium ovale biasanya menghasilkan parasetemia

yang rendah, gejala yang lebih ringan dan masa inkubasi lebih lama

(Harijanto,2000). Untuk mengetahui jangka waktu penularan malaria melalui

vektor nyamuk Anopheles, berikut ini akan diuraikan siklus hidup nyamuk

dan siklus hidup Plasmodium.

Siklus hidup Plasmodium

Dalam daur hidupnya plasmodium mempunyai dua hospes, yaitu

vetebrata dan nyamuk. Siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam

nyamuk sebagai sporogoni dan siklus aseksual di dalam hospes vetebrata

dikenal sebagai Skizogoni.

a. Sporogoni (Seksual)

Siklus Sporogoni disebut siklus seksual karena menghasilkan bentuk

sporozoit yang siap ditularkan ke manusia , terjadi di dalam tubuh

nyamuk . siklus ini disebut juga siklus eksterinsik karena masuknya

gametosit kedalam tubuh nyamuk hingga menjadi sporozoit yang

terdapat kelenjar ludah nyamuk. Gametosit yang masuk kedalam

bersama darah, tidak dicernakan bersama sel-sel darah lain. Dalam


28

waktu 12 sampai 24 jam setelah nyamuk menghisap darah, zigot

berubah bentuk menjadi ookinet yang dapat menembus dinding

lambung. Di lambung ini berubah menjadi ookista yang besarnya lima

kali lebih besar daari ookinet. Di dalam ookista dibentuk ribuan

sporozoit , dengan pecahnya ookista, sporozoit di lepaskan kedalam

rongga badan dan bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Bila nyamuk

sedang menusuk manusia , sporozoit masuk kedalam darah dan

jaringan, dan mulailah siklus eritrositik.

b. Skigozoni

Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukan

kedalam aliran darah hospes vetebrata (manusia). Dalam waktu 30

menit memasuki sel parenkim hati, memulai siklus eksoeritrositik. Di

dalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon. Pembelahan inti skizon

menghasilkan merozoit di dalam satu sel hati. Siklus eritrositik dimulai

pada waktu merozoit hati memasuki sel darah merah. Merozoit

berubah bentuk menjadi tropozoit. Tropozoit tumbuh menjadi skizon

muda yang kemudian matang menjadi skizon matang dan membelah

menjadi banyak merozoit. Kemudian sel darah merah pecah dan

merozoit, igmen dan residu keluar serta masuk ke dalam plasma darah.

Parasit ada yang masuk sel darah merah lagi untuk mengulang siklus

skizogoni. Beberapa merozoit yang memasuki eritrosit tidak

membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit, yaitu stadium

seksual. Jadi pada waktu masuk kedalam tubuh manusia, parasit


29

malaria dalam bentuk sporozoit. Masa inkubasi intrinsik P.falciparum

adalah 8-11 hari (Garcia dan Brucher, 1996), 9-11 hari (Departemen

Kesehatan,1999).

Menurut Pribadi (1994), siklus sporogoni di dalam tubuh nyamuk

memerlukan waktu 8-12 hari. Masa inkubasi eksterinsik selain

dipengaruhi oleh spesies plasmodium, juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara. Pada suhu udara

optimal (28C) P.falciparum adalah 10-12 hari (Departemen

Kesehatan,1999) ; 8-10 hari (Southern Africa Malaria Control). Tetapi

menurut Bruce-Chwatt (1985) lama siklus sporogoni paling cepat

adalah 9 hari, dan untuk P.falciparum 12 hari pada suhu 28C. Nyamuk

yang umurnya kurang dari lamanya siklus sporogoni tidak dapat

menularkan infeksi melalui sporozoitnya.

Sejalan dengan perkembangan dunia penelitian, telah dilaporkan

bahwa 50% sporozoit P.falciparum ada dalam kelenjar ludah 2-3

minggu setelah infeksi (Bangs,1989) sprozoit plasmodium dapat di

deteksi lebih kurang 10-12 hari setelah nyamuk mengisap darah orang

yang terinfeksi (Burkot et al, 1984), akan tetapi dipengaruhi oleh suhu

dan jenis Plasmodium (Service,1996)

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai

timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi

bervariasi tergantung spesies plasmodium falciparum mempunyai

masa hidup (life span) yang terpendek di antara dengan plasmodium


30

yang lainnya (Departemen Kesehatan,2009). Masa inkubasi

P.falciparum sekitar 12 hari (Gerstman,2003) jika penularan secara

alamiah dan 100 hari jika melalui transfusi. Menurut Saikhu (2001),

masa inkubasi adalah 6-25 hari. Masa inkubasi keempat plasmodium

diberikan pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Masa Inkubasi Malaria

Jenis plasmodium Masa inkubasi (hari)

Plasmodium falciparum 9-11 (12)

Plasmodium vivax 12-17 (15)

Plasmodium ovale 16-18 (17)

Plasmodium malariae 18-40 (28)

Sumber : Departemen Kesehatan, 2009

Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mulai dari

telur,jentik, pupa, dan nyamuk dewasa. Waktu untuk masing-masing

tahapan dalam siklus hidup tersebut tersebut di daerah tropis lebih pendek

dibanding di daerah beriklim dingin. Umur nyamuk betina rata-rata 1-2

bulan ( Departemen Kesehatan, 2003), dan hanya kawin satu kali untuk

seumur hidupnya.
31

2.2 Galundung

Galundung atau glundung adalah alat yang berbentuk tabung yang

terbuat dari baja berdiameter 27cm, 32cm, 50cm atau 60cm. Galundung

berfungsi sebagai wadah berisi bebatuan (mengandung emas) dan merkuri.

Di dalam galundung, bebatuan akan pecah bahkan hancur. Merkuri

berfungsi sebagai pengikat emas yang berasal dari bebatuan.

Setelah batu menjadi potongan - potongan yang kecil proses

selanjutnya adalah penggilingan biasanya masyarakat sekitar

menyebutnya dengan menggalundung, penggilingan ini dimaksudkan

untuk memisahkan antara batu-batuan dengan logam ataupun kandungan

emas. pecahan batu tersebut akan dimasukkan kedalam mesin yang

berupa tabung kecil dimana satu buah tabung dapat menampung batu

berkisar antara 2-3 kg tergantung masing-masing ukuran tabung dan

permintaan pemilik batu karena rata-rata pemilik mesin penggilingan ini

adalah masyarakat yang berada disekitar pertambangan dan ada juga

beberapa pemilik pertambangan mempunyai mesin penggilingan sendiri

Penggilingan batu itu sendiri akan diproses didalam tabung tersebut

dimana di setiap tabung akan dimasukkan 2 atau 3 buah batangan besi

untuk dapat menghacurkan pecahan batu tersebut sampai menjadi seperti

bubur.

Diantara bebatuan itu dibantu dengan cairan kimia yaitu merkuri

yang dicampurkan bersamaan di dalam tabung, merkuri ini akan

memisahkan antara batu dan kandungan logam dimana merkuri tersebut


32

bersifat mengikat logam-logam baik itu perunggu, perak dan emas. Proses

penggilingan akan berlangsung selama 4-5 jam, tabung penggilingan akan

diputar dengan mesin seperti dongfeng dimana dongfeng ini mampu

memutar hingga 20 tabung penggilingan. Setelah proses penggilingan

selesai maka hasil yang diperoleh adalah berupa air yang bercampur

dengan lumpur ataupun tanah karena selama proses penggilingan di dalam

tabung itu dimasukkan air agar proses penggilingan menjadi maksimal,

dari air lumpur tersebut akan di jernihkan dengan menggunakan air bersih

hingga kandungan lumpur hilang.

Merkuri dan logam akan tinggal di dasar air karena merkuri

memiliki massa jenis yang lebih berat dibangdingkan air, selanjutnya

proses penyaringan dilakukan terhadapat merkuri yang mengandung

butiran emas dimana emas yang terkandung di dalam merkuri akan di

saring dengan menggunakan kain halus sehingga merkuri yang tidak

mengandung butiran emas akan terpisah,biasanya mereka menggunakan

kain terpal yang tekstur kain terpal ini lebih halus dan rapat sehingga

merkuri dapat tersaring dan akan menyisakan logam yang tinggal di dalam

kain penyaring.

Pemisahan antara perunggu dan emas yang menyatu didalam

merkuri dapat dilakukan dengan cara-cara seperti menaruh rerumputan

yang memiliki kandungan pemisah antara perunggu dan emas ataupun

dapat menggunakan pemutih pakaian, walaupun cara ini dilakukan antara

emas dan merkuri tidak akan terpisahkan karena merkuri ini lebih
33

mengikat kepada emas. Emas yang diperoleh dari proses penyaringan

tidak dapat langsung djual melainkan akan dibakar terlebih dahulu agar

bentuknya lebih padat dan kadar dari emas tersebut dapat diketahui.

Dari hasil pembakaran maka dapat diketahui berat dan kadar

sehingga penaksiran harga dapat di hitung, harga semas tersebut relatif

sangat tergantung kepada kadar emas dimana kadar emas di pertambangan

setiap wilayah akan berbeda kandungannya karena proses pembentukan

emas sendiri tergantung kepada letak dan posisi wilayahnya. Dampak yang

timbul terhadap akibat pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun

dari penggunaan merkuri yang digunakan para penggelundung emas untuk

memurnikan emasnya dengan bahan logam lainnya mengakibatkan

pencemaran lingkungan, misalnya dalam proses galundung cairan merkuri

yang dimasukkan kedalam mesin mesin galundung tersebut, air

pembuangannya ada yang dialirkan ke sungai tempat masyarakat untuk

kehidupan sehari hari seperti mandi dan mencuci.

Dengan demikian air sungai tersebut dapat tercemar dan

terkontaminasi dari cairan merkuri tersebut, yang apabila digunakan oleh

masyarakat maka akan dapat menimbulkan bahaya bagi lingkungan.

Kemudian sebagian ada juga yang dialirkan ke daerah tanaman padi dan

kolam ikan yang akan membuat air tersebut menjadi tercemar sehingga

dapat menyebabkan tanaman padi rusak dan ikan yang ada dikolam

menjadi mati.
34

Bahaya lainnya dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun

dalam pemisahan emas dengan zat logam lainnya dalam penggembosan

(pembakaran emas), ialah tercemarnya udara. Penggembosan yang hanya

membuat cara sederhana untuk mengurangi bahaya dan dampak yang

ditimbulkan dari merkuri tidak menjamin, sebab bahan yang sederhana

dan kemungkinan besar masih sering terjadi kesalahan. Dengan demikian

merkuri dapat mencemarkan udara yang apabila ada masyarakat yang

berada di sekitar daerah penggembosan emas tersebut maka akan

menghirup udara yang sudah tercemar dari limbah bahan berbahaya dan

beracun yaitu merkuri maka akan berbahaya dan membahayakan

kesehatan.

2.3 Rumah

2.3.1 Defenisi Rumah Sehat

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan

dan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana lingkungan. Menurut Wicaksono, rumah

adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat

berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah

keluarga,meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan

menjadi bagian dari gaya hidup manusia.


35

Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup

luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas

setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga

sebaiknya terhindar dari faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan

(Hindarto, 2007). Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,

bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan

kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie

dkk., 1989).

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian. Rumah memiliki fungsi

antara lain:

Tempat untuk melepas lelah,, beristirahat setelah penat bekerja

atau melakanakan kewajiban sehari-hari.

1. Tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina

rasa kekeluargaan bagi seluruh anggota keluarga yang

ada.

2. Lambang status sosial

3. Tempat untuk meletakkan atau menyipan barang-barang

berharga yang dimiliki, sebagai modal yaitu dapat dijual

ketika dalam keadaan memaksa, dan sebagainya.

Menurut WHO, Rumah merupakan struktur fisik atau bangunan

untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk

kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk


36

kesehatan keluarga dan individu. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat belindung

dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang

menumbuhkan kehidupan secara fisik, mental, dan soaial

ssehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.

The American Public Health Association merumuskan beberapa

persyaratan rumah sehat agar dapat menjamin kesehatan bagi

penghuninya, antara lain:

1. Rumah harus dibangun seemikian rupa sehingga dapat

terpenuhi kebutuhan fisik dasar penghuninya yaitu:

a. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

dipelihara atau dipertahankan suhu lingkungannya untuk

mencegah kehilangan panas.

b. Rumah harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas

penerangan buatan dan penerangan alamiah dan diatur

sedemikian rupa agar tidak terlalu gelap atau tidak sampai

menimbulkan rasa silau.

c. Rumah harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga

aliran udara segar dapat terjaga.

d. Rumah harus melindungi penghuni dari gangguan bising

yang berlebihan.

2. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga terpenuhi

kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Kebutuhan


37

kejiwaan dasar ini sangat relatif. Namun, paling tidak

semuanya berkisar pada terjaminny privacy dari penghuninya,

terjamin berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota

keuarga yang tinggal bersama, menyediakan sarana yang

memungkinkan pelaksanaan pekerjaan rumah tangga tanpa

menimbulkan kelelahan yang berlebihan.

3. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit

atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan

kesehatan.sehubungan dengan hal tersebut rumah yang sehat

adalah :

a. Teredia air bersih yang cukup

b. Adanya tempat pembuagan sampah dan tinja yang baik

c. Tidak menjadi sarang binatang melata taupun binatang

lainnya yang dapat menularkan penyakit

d. Terhindar dari penularan penyakit pernapasan

e. Terlindung dari pengotoran terhadap makanan.

4. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

melindungi penghuni dari kemugkinan terjadinya bahaya atau

kecelakaan. Dalam hal ini termasuk :

a. Bangunan yang kokoh

b. Tangga yang tidak terlalu curam dan licin

c. Terhindar dari bahaya kebakaran


38

d. Alat listrik yang terlindung

e. Tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, dan lain

sebagainya

WHO telah merumuskan 9 karakteristik lingkungan perumahan

yang dapat memberikan efek penting

2.3.2 Sarana Sanitasi Rumah

Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang

berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:

1.Sarana air bersih dan air minum

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber

air bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal

yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain (a)

jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank,

tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter, (b) pada

sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air
39

dengan pembuatan cincin dan bibir sumur, (c) penampungan air hujan

pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran atau

sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.

Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi

sebagai air

minum, antara lain:

a. Syarat fisik

Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau,

jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan

rasa nyaman.

b . Syarat kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara

berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya

bagi kesehatan.

c. Syarat bakteriologis

Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai petunjuk

bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya E.coli karena

bakteri ini selalu terdapat dalam Faeces manusia baik yang sakit, maupun

orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air

(Entjang, 1997).

2.Saluran Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih

dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan


40

manusia, hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia.

Pada dasarnya pengolahan air limbah bertujuan untuk:

a.Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai

penyakit. Ini disebabkan karena limbah sering dipakai sebagai tempat

berkembang-biaknya berbagai macam bibit penyakit.

b.Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah

tersebut mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan

hidup.

c.Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup

sehari-hari, terutama jika sulit ditemukan air bersih.

3.Jamban/kakus

Kakus atau jamban adalah tempat yang dipakai manusia untuk melepaskan

hajatnya. Adapun syarat-syarat dalam mendirikan kakus atau jamban

menurut Azwar (1990) ialah:

a. Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari pandangan

orang lain, terlindung dari panas atau hujan, serta terjamin privacy-nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, syarat ini dipenuhi dalam bentuk

mengadakan ruangan sendiri untuk kakus di rumah ataupun mendirikan

rumah kakus di pekarangan.

b. Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai

mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi

tempat hidupnya perbagai binatang.


41

c. Bangunan kakus memiliki lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak

yang kuat, syarat ini yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus

model cemplung.

d. Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu

dialirkan pada sumur penampungan atau sumur rembesan.

e. Menyediakan alat pembersih seperti air atau kertas yang cukup,

sehingga dapat segera dipakai setelah membuang kotoran.

Berdasarkan Azwar (1990) jenis-jenis kakus atau jamban dilihat

dari bangunan jamban yang didirikan, tempat penampungan, pemusnahan

kotoran dan penyaluran air kotor, seperti:

a. Kakus cubluk (pit privy), ialah kakus yang tempat

penampungan tinjanya dibangun dekat dibawah tempat injakan

atau dibawah bangunan kakus. Menurut Entjang (1997), kakus

ini dibuat dengan menggali lubang ke dalam tanah dengan

diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Lama pemakaiannya

antara 5-15 tahun. Pada kakus ini harus diperhatikan (i) jangan

diberi desinfektan karena mengganggu proses pembusukan

sehingga cubluk cepat penuh, (ii) untuk mencegah bertelurnya

nyamuk, tiap minggu diberi minyak tanah, (iii) agar tidak terlalu

bau diberi kapur barus.


42

b. Kakus empang (overhung latrine), ialah kakus yang dibangun

di atas empang, sungai atau rawa. Kakus model ini kotorannya

tersebar begitu saja, yang biasanya kotoran tersebut langsung

dimakan ikan, atau ada yang dikumpul memakai saluran

khusus yang kemudian diberi pembatas seperti bambu, kayu

dan lain sebagainya yang ditanam melingkar ditengah empang,

sungai atau rawa.

c. Kakus kimia (chemical toilet), kakus model ini biasanya

dibangun pada tempat- tempat rekreasi, pada alat transportasi

dan lain sebagainya. Di tempat ini, tinja didisenfeksi dengan

zat-zat kimia seperti caustic soda, dan sebagai pembersihnya

dipakai kertas (toilet paper). Kakus kimia sifatnya sementara,

oleh karena itu kotoran yang telah terkumpul perlu dibuang

lagi. Ada dua macam kakus kimia, yaitu (i) tipe lemari

(commode type) dan (ii) tipe tanki (tank type).

d. Kakus dengan angsa trine ialah, kakus dimana leher lubang

kloset berbentuk lengkungan, dengan demikian akan selalu

terisi air yang penting untuk mencegah bau serta masuknya

binatang-binatang kecil. Kakus model ini biasanya dilengkapi

dengan lubang atau sumur penampung/sumur resapan yang

disebut septi tank. Kakus model ini adalah yang terbaik dan

dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.


43

4. Tempat Sampah

Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan

kesehatan manusia adalah perlunya dilakukan pengelolaan

terhadap sampah, seperti penyimpanan (storage), pengumpulan

(collection), dan pembuangan (disposal). Tempat sampah tiap-tiap

rumah, isinya cukup 1 meter kubik. Tempat sampah sebaiknya

tidak ditempatkan di dalam rumah atau di pojok dapur, karena

akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus dan rumah

menjadi banyak tikusnya.

Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara

lain (a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak

mudah rusak, (b) harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik

serangga atau binatang-binatang lainnya, dan sangat dianjurkan

agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori

tangan, (c) ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya

dilakukan oleh pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan

sedemikian rupa sehingga karyawan pengumpul sampah mudah

mencapainya (Entjang, 1997).

2.3.3 Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah Rumah adalah bangunan gedung yang

berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan

keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi

pemiliknya (UU RI No 1 Tahun 2011).. Rumah merupakan salah satu


44

kebutuhan pokok manusia disamping pangan dan sandang, agar rumah

dapat berfungsi sebagai tempat tinggal yang baik diperlukan beberapa

persyaratan. Rumah sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, antara

lain :

a. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Hal-hal yang

perludiperhatikan di sini ialah :

1) Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakanatas

cahaya matahari dan lampu.

2) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna, sehingga

aliran udara segar dapat terpelihara.

3) Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

dipertahankan suhu lingkungan.

b. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

terpenuhi kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah :

1) Terjamin berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota keluarga

yang tinggal bersama.

2) Menyediakan sarana yang memungkinkan dalam pelaksanaan pekerjaan

rumah tangga tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.

c. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga

dapat melindungi penghuni dari penularan penyakit atau berhubungan


45

dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah :

1) Rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup.

2) Ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik.

3) Terlindung dari pengotoran terhadap makanan.

4) Tidak menjadi tempat bersarang binatang melata ataupun penyebab

penyakit lainnya.

d. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga melindungi penghuni

dari kemungkinan terjadinya bahaya kecelakaan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah :

1) Rumah yang kokoh.

2) Terhindar dari bahaya kebakaran.

3) Alat-alat listrik yang terlindungi.

4) Terlindung dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1996).

Kondisi fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian malaria:

a. Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari

anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih

dari 1,5 mm akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam

rumah.Hasil penelitian Thaharuddin (2004) menyebutkan bahwa

rumah yang dindingnya tidak rapat mempunyai hubungan yang

bermakna dengan angka kejadian malaria.


46

b. Kawat kasa pada ventilasi, karenaventilasi yang tidak di pasang kawat

kasa dapat mempermudah nyamuk masuk kedalam rumah. Hasil

penelitian Thaharuddin (2004) menyebutkan bahwa kawat kasa

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria.

c. Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap

yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai

penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada

tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Hasil

penelitian Thaharuddin (2004) menyebutkan bahwa langit-langit

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria.

d. Pengaruh suhu, nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya. Suhu

rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk adalah 25 27 C

(DepkesRI, 2007). Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila

suhu kurang dari 10 C atau lebih dari 40 C (DepkesRI, 2007). Dan

suhu juga berpengaruh pada pertumbuhan parasit di dalam tubuh

vektor, suhu kritis terendah rata-rata untuk siklus sporogenik di dalam

tubuh nyamuk adalah 16 C untuk Plasmodium Vivax dan

Plasmodium malariae sedangkan Plasmodium falcifarumadalah 19 C

dan pada suhu terendah dari 16 C bila ada sporozoit di dalam tubuh

nyamuk mengalami degenerasi (Depkes RI, 2007).

e. Pengaruh kelembaban yaitu pada kelembapan kurang dari 60% umur

nyamuk akan menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus

pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk (Depkes RI, 2007).


47

Kelembaban juga berpengaruh terhadap kemampuan terbang nyamuk.

Badan nyamuk yang kecil mempunyai permukaan yang besar oleh

karena sistem pernapasan dengan trachea. Pada waktu terbang,

nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak sehingga trachea terbuka,

dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih

besar. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh dari

penguapan, maka jarak terbang nyamuk terbatas.

Kelembaban udara menjadi faktor yang mengatur cara hidup

nyamuk, beradaptasi pada keadaan kelembaban yang tinggi dan pada

suatu ekosistem kepulauan atau ekosistem hutan. Pada kelembaban

yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering

menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria. Kebutuhan

kelembaban yang tinggi juga mempengaruhi nyamuk untuk mencari

tempat yang lembab basah di luar rumah sebagai tempat hinggap

istirahat pada siang hari oleh karena kelembaban yang tinggi tidak

terdapat di dalam rumah kecuali di daerah daerah tertentu (DepkesRI,

2007).
48

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.1

Kerangka Konsep

Kondisi Fisik Rumah :


.
1. Kawat Kasa pada Ventilasi
2. Langit-langit
3. Kerapatan dinding
4. Suhu
5. Pencahayaan
6. Kelembaban

Kejadian Malaria

Keberadaan Galundung:

1. Adanya Genangan Air


2. Adanya Jentik Nyamuk
3. PH Air

Anda mungkin juga menyukai

  • Berita Acara Seminar Proposal
    Berita Acara Seminar Proposal
    Dokumen3 halaman
    Berita Acara Seminar Proposal
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Peserta Latihan Kerja Peminatan
    Daftar Hadir Peserta Latihan Kerja Peminatan
    Dokumen1 halaman
    Daftar Hadir Peserta Latihan Kerja Peminatan
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Berita Acara Seminar Proposal
    Berita Acara Seminar Proposal
    Dokumen3 halaman
    Berita Acara Seminar Proposal
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen33 halaman
    Bab II
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Booth
    Booth
    Dokumen5 halaman
    Booth
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Halaman Persetujuan
    Halaman Persetujuan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Persetujuan
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL Utuh
    Laporan PBL Utuh
    Dokumen71 halaman
    Laporan PBL Utuh
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Bang Ruli Batak
    Bang Ruli Batak
    Dokumen4 halaman
    Bang Ruli Batak
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen2 halaman
    4
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Surat Peminjaman Lab Eva
    Surat Peminjaman Lab Eva
    Dokumen1 halaman
    Surat Peminjaman Lab Eva
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Bab I Fix
    Bab I Fix
    Dokumen9 halaman
    Bab I Fix
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Fix
    Bab Iii Fix
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii Fix
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 1
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Ek107 002003 524 9
    Ek107 002003 524 9
    Dokumen8 halaman
    Ek107 002003 524 9
    Nurjayadi
    Belum ada peringkat
  • Amdal Elida
    Amdal Elida
    Dokumen7 halaman
    Amdal Elida
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Amdal Elida
    Amdal Elida
    Dokumen7 halaman
    Amdal Elida
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen1 halaman
    Asma
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Ek107 002003 524 9
    Ek107 002003 524 9
    Dokumen8 halaman
    Ek107 002003 524 9
    Nurjayadi
    Belum ada peringkat
  • Isi Laporan
    Isi Laporan
    Dokumen71 halaman
    Isi Laporan
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Demam Berdarah Dengue Atau Disingkat DBD Disebabkan Oleh Virus Dengue Yang Ditularkan Lewat Gigitan Nyamuk Aedes Aegipty Atau Aedes Albopictus Berkelamin Betina
    Demam Berdarah Dengue Atau Disingkat DBD Disebabkan Oleh Virus Dengue Yang Ditularkan Lewat Gigitan Nyamuk Aedes Aegipty Atau Aedes Albopictus Berkelamin Betina
    Dokumen10 halaman
    Demam Berdarah Dengue Atau Disingkat DBD Disebabkan Oleh Virus Dengue Yang Ditularkan Lewat Gigitan Nyamuk Aedes Aegipty Atau Aedes Albopictus Berkelamin Betina
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat
  • Analisis Swot
    Analisis Swot
    Dokumen4 halaman
    Analisis Swot
    Elyda Chartica Shary Boetarboetar
    Belum ada peringkat