Anda di halaman 1dari 15

Perkembangan Pada Anak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Johanes Mayolus, Prahasta Listiyaning, Andi Akhmad, Florence Clarissa Benyamin, Alexander Felix,
Nur Latifah Kurnia, Elena Silvia Tara, Rizty Rizki Oktaviana

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 1151.

Email :elena.2014fk177@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari
segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif.
Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang dperoleh melalui proses
pembelajaran, pertumbuhan dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan mengenai
perkembangan seseorang.Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai
mereka dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya.Jika ada tahapan
yang tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan keperibdian.
Perkembangan seorang anak dipengaruhi banyak faktor, antara lain peran orang tua, kelompok
teman sebaya, dan lingkungan masyarakat

Kata kunci : Perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif,


perkembangan moral

Abstact

For human life, human growth and development in terms of physical and mental. Growth
is a process of quantitative change. Development is a process of change that is quality is
obtained through a process of learning, growth and maturation. There are several theories put
forward regarding the development of a person. Every stage of this development must be passed
by children until they are adults when they are already mature in terms of physical and mental. If
there is a stage that is not passed, the child may experience behavioral and personality
disorders. A childs development is influenced by many factors, among others, the role of
parents, peer groups and communities.

1
Keywords : psychosexual development, psychososial development, cognitive development, moral

Pendahuluan

Setiap manusian pasti akan mengalami siklus kehidupannya, dimulai dari saat
terbentuknya janin dalam rahim, menjadi bayi, anak, remaja, dewasa, dan akhirnya menjadi tua.
Dalam siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang dapat
dilihat secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh yang bersifat
kuantitatif dan perkembangan adalah proses yang bersifat kualitatif. Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan ini, banyak hal yangmempengaruhinya, seperti faktor herediter,
lingkungan, dan internal.Faktor ini yang nantinya akan menentukan akan
menjadi seperti apa seseorang. Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak juga akan berubah
sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami perkembangan yang
sempurna.Ada juga beberapa manusia yang mengalami gangguan dan perkembangannya, baik
perkembangan fisik, maupun mental dan emosinya.Gangguan yang terjadi bisa terjadi karena
berbagai macam faktor baik eksternal, maupun internal.

Pembahasan

Perkembangan anak merupakan hasil dari interaksi dinamik antara nature dan
murture, atau antara biologik dan linkungan. Kedua aspek ini selalu saling berinteraksi dan
tumpang tindih.Faktor lingkungan dapat mencetuskan atau merangsang berkembangnya fungsi-
fungsi tertentu, atau sebaliknya.Sifat-sifat organisme juga dapat merangsang respon lingkungan
yang mendukung atau menghambat.Teori-teori perkembangan yang ada pokoknya mencoba
menerangkan bagaimana manusia itu berkembang dari seorang makhluk yang tadinya mutlak
bergantung pada lingkungannya, menjadi relatif mandiri dan berguna.Perkembangan yang
dialami manusia tidak lepas dari suatu siklus kehidupannya. Siklus kehidupan adalah proses
perubahan yang terjadi selama bertahun-tahun kehidupan manusia, dari lahir hingga akhir hayat,
mecakup perbagai perubahan kebutuhan yang dapat dikelompokan dalam aspek fisik,
psikososial, psikoseksual, kognitif, dan moral. 1

Perkembangan fisik adalah pertumbuhan sistem dan jaringan tubuh serta penyempurnaan
fungsi tubuh.Perkembangan psikoseksual adalah perkembangan emosional kearah
maturasiseksual. Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan mental emosional

2
seseorang dengan usaha penyesuaian dirinya dengan lingkungan dan pengalamannya.
Perkembangan kognitif meliputi perkembangan proses beripikir atau nalar dan kemampuan
intelligent lainnya. Perkembangan moral meliputi proses belajar dalam mengembangkan norma
perilaku dan menyesusaikan dengan norma perilaku yang diterima lingkungan masyarakat dan
budaya ditempat dia hidup.2

Teori Perkembangan Psikoseksual Freud


Freud berpikir bahwa insting seks merupakan salah satu insting yang penting karena ia
menemukan bahwa pasiennya yang mengalami gangguan jiwa seringkali berkutat di konflik
seksual masa kecilnya yang sudah pernah mereka tekan sebelumnya. Freud percaya bahwa
seiring dengan insting seksual yang semakin mendewasa maka fokusnya akan berpindah dari
satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain dan setiap perpindahan itu akan membawa
individu ke tahap perkembangan psikoseksual yang lebih tinggi. Berikut ini ialah 5 tahap
perkembangan psikoseksual yang dikembangkan oleh Freud.1

1. Tahap oral (0-1 tahun)


Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral
seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan berbicara.Anak boleh memilih dari
salah satu yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih
dapat memeberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk.
2. Tahap anal (1-3 tahun)
Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal saat otot-otot
sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai
keinginan.Pada tahap ini suasana di sekitar toilet training dapat menimbulkan efek
seumur hidup pada kepribadian anak.
3. Tahap falik (3-6 tahun)
Selama tahap falik, genital menjadi alat tubuh yang menarik dan sensitif.Anak
mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan
tersebut. Pada tahap ini, Oedipus complex untuk anak lelaki dan Electra complex
untuk anak perempuan mulai berkembang, dimana anak lelaki akan memfokuskan
keinginan seksual ke sang ibu dan sebaliknya anak perempuan akan lebih
memfokuskan keinginan seksual ke ayahnya.

3
4. Tahap laten (6-12 tahun)
Selama periode laten anak-anak melakukan sifat dan keterampilan yang telah
diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan
bermain.
5. Tahap genital (12 tahun keatas)
Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat pubertas dengan maturasi sistem
reproduksi dan produksi hormon-hormon seks.Organ genital menjadi sumber utama
ketegangan dan kesenangan seksual, tetapi energi juga digunakan untuk membentuk
persahabatan dan persiapan pernikahan.

Teori Perkembangan Psikoseksual Erikson


Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan
tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri
individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas
perkembangannya.2

1. Percaya vs tidak percaya ( 0 1 tahun)


Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan
mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan
kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.

2. Otonomi vs rasa malu dan ragu ( 2 3 tahun)


Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan
keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan
sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan
membuat anak bertindak dan berfikir ragu ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat
dengan anak.

3. Inisiatif vs rasa bersalah (3 6 tahun)


Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan
mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melakukan sesuatu

4
atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-
ragu, maka iaakan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas
kehendak sendiri.

4. Industri vs inferiority (6 12 tahun)


Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya
dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan
rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa
percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.

5. Identitas vs keracuan peran ( 12 18 tahun)


Anak mulai dihadapkan pada harapan harapan kelompoknya dan dorongan yang makin
kuat untuk mengenal dirinya sendiri.Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak
mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya.

6. Intimasi vs isolasi (dewasa awal) 20 40 tahun


Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan
orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu
melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.

7. Generativitas vs stagnasi (dewasa tengah) 40 65 tahun


Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat
dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu
berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap
tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung
dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.

8. Integritas vs keputusasaan (dewasa lanjut)

5
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan
tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa
semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.

Perkembangan Kepribadian Kognitif Piaget

Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan mental anak.
Menurut Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk mengembangkan
pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak akan berusaha untuk
menyesuaikannya dengan cara membatasinya. Piaget mengidentifikasi 4 (empat) tahapan utama
perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit dan operasional
formal.3

Tahap Sensorimotor (lahir 2 tahun)


Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya
mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka.Satu tanda dari
perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang dengan
cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau pola kesiapan. Mereka belajar
melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.

Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)


Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi
simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan di
antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa
mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika
mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental operations
pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga
ditandai oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran / ide /
gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang
mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan
kebingungan tentang identitas orang dan objek.
Tahap Concrete Operational (6 atau 7 th 12 tahun)

6
Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan
bukan merupakan aktivitas yang mudah.Konkrit operasional anak mengenal bahwa ada
hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut aturan
tertentu.Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika orang-orang
dewasa.Mereka mengerti aturan dasar dari logika. Bagaimanapun juga, proses berfikir,
atau operasi, pada umumnya melibatkan objek yang kelihatan (konkrit) daripada ide yang
abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan mereka untuk
menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif
orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang
melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai.
Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu. Pada tahap ini
juga sudah menunjukkan pemahaman akan hukum kekekalan (konservasi).
Tahap Formal Operational ( 12 tahun ke atas)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang merupakan
tingkatan dari kedewasaan kognitif. Formal operational biasanyadimulai pada masa
pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun.Akan tetapi tidak semua anak memasuki
tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak pernah mencapainya.Tugas
utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan
hipotetis.
Ada beberapa feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi
dan menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran hipotetis,
penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan simbol dan
pemikiran deduksi. Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi yang melebihi
pengalaman mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus dalam fantasi yang
panjang.

Perkembangan MoralKohlberg

Secara sederhana, moralitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan


yang benar atau baik dan yang salah atau buruk.Namun dalam kenyataan, tidaklah sesederhana
itu, karena konsep tersebut mencakup tiga aspek kemampuan seseorang, yaitu aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek perilaku. Seseorang dikatakan memiliki norma moral yang tinggi, bila ia

7
mempunyai kesadaran dan pengertian mengenai kebutuhan atau perasaan orang lain, memiliki
kepedulian dan mampu merasakan (affection, empathy) perasaan orang lain, dan mampu
mengungkapkan pengertian dan empati itu dalam perilakunya terhadap orang lain. Menurut
Kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase, menurut orientasi
moralitas yang dominan digunakan :4

a. Level Penalaran Pra-Konvensional ( 0 - 9 tahun )


Pada tahap ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nila-nilai moral- penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Aturan dikontrol oleh orang
lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang
buruk akan mendapatkan hukuman.
Fase 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan (Punishment and Obedience orientation)
Fase ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang
dewasa menuntut mereka untuk taat
Fase 2 : Orientasi Individualisme dan tujuan (Satisfaction of own needs
orientation)
Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap
menghasilkan hadiah.

b. Level Penalaran Konvensional ( 9 13 tahun )


Penalaran konvensional menaati standar-standar internal tertentu, tetapi tidak menaati
standar-standar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat
Fase 3 : Norma-norma Interpersonal (Good boy, good girl orientation)
Seseorang menghargai kebenaran/kepedulian/kesetiaan kepada orang lain sebagai
landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak mengharapkan
dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik
Fase 4 : Orientasi Moralitas Sistem Sosial (Law and Order Orientation)
Mulai ada pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

c. Level Penalaran Pasca-konvensional ( 13 tahun meninggal )

8
Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan
dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode
Fase 5 : Orientasi Hak-hak Masyarakat versus hak-hak individual (Social
Contract Orientation)
Nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relative dan bahwa standar dapat
berbeda dari satu orang ke orang lain
Fase 6 : Orientasi Prinsip-prinsip etis universal (Universal Good Orientation)
Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-
hak manusia universal. Bila seseorang menghadapi konflik antara hukum dan
suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang


Faktor biologi.
Beberapa gangguan jiwa dikaitkan dengan bahan kimia khusus di otak yang disebut
neurotransmitter.Neurotransmitter di otak ini bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif
yang berfungsi untuk memelihara proses konsentrasi. Peran neurotransmitter otak yaitu
membantu sel saraf yang satu agar dapat terkoneksi dengan sel saraf lainnya.Jika terdapat
gangguan pada neurotransmitter ini, pesan melalui otak tidak dapat sampai dengan baik dan
benar.Gangguan neurotransmitter pada otak ini dapat menyebabkan anak sulit fokus dan
mengontrol aktivitasnya.Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.Secara fisik, kerusakan kecil pada otak ini
tidak tampak pada penderita (anak-anak) karena mereka tidak pernah merasakan sakit. Beberapa
gangguan jiwa dapat dipicu oleh trauma psikologis, seperti pelecehan fisik atau seksual serta
kehilangan kasih sayang orang-tua terutama pada masa anak-anak.5

Faktor psikososial
Seperti hubungan antara anak dan orang-tuanya juga turut mempengaruhi.Anak hiperaktif
lebih banyak ditemukan pada keluarga tanpa ayah, keadaan finansial keluarga yang kurang
memadai, jumlah keluarga yang terlalu besar, masalah keluarga seperti keluarga yang terjerat

9
kasus kriminal, orang-tua dengan gangguan jiwa, dan anak yang dititipkan di tempat penitipan
anak.Ternyata memberi dampak pula seperti adanya timah atau nitrat dalam air keran, buangan
uap atau gas, pestisida, dan zat-zat toksik lain dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif. 5

Gangguan jiwa pada anak


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD adalah sebuah gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan
penderitanya menjadi hiperaktif, impulsive, serta sulit memusatkan perhatian.Kondisi ini dulu
dikenal dengan Attention Deficit Disorder (ADD).5 ADHD adalah kondisi yang bisa terdapat
pada anak-anak, remaja, bahkan pada dewasa. Diperkirakan terdapat tiga sampai lima persen
anak-anak atau anak usia sekolah yang mengalami kondisi ini. tanpa penanganan yang tepat,
ADHD dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan pada anak seperti anak menjadi mal-
prestasi, kegagalan di sekolah atau pekerjaan, sulit menjalin hubungan atau interaksi sosial, rasa
tidak percaya diri, dan depresi kronis.5
Gejala ADHD
Gejala ADHD biasa mulai tampak saat masa anak-anak.Ada tiga gejala utama ADHD
yang umum pada anak-anak. Pertama, anak hiperaktif, tampak seperti kelebihan energi, selalu
aktif, dan tidak bisa diam. Dalam kesehariannya, anak tampak tidak bisa bermain dengan tenang,
terlihat gelisah, selalu bergerak. Kedua, anak kesulitan untuk memusatkan perhatian pada
sesuatu. Anak tampak tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara kepadanya, perhatiannya
mudah teralihkan, sering membuat kesalahan akibat kurang berhati-hati atau karena kurang
memperhatikan, sulit mengikuti arahan atau menyelesaikan tugas, sering melupakan atau
menghilangkan sesuatu. Ketiga, penderita ADHD biasanya memiliki sifat impulsive atau
bertindak tanpa berpikir.Anak ini kesulitan untuk menunggu giliran, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan selesai atau sebelum diberi kesempatan, sering menginterupsi orang lain,
bertindak impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya, seperti berlari di tengah acara formal,
mengejar sesuatu yang berbahaya, dan lain-lain. Selain ketiga gejala di atas, terdapat pula
beberapa gejala yang bisa saja terjadi pada penderita ADHD seperti menunjukkan sikap
menentang atau melanggar peraturan, sulit bersosialisasi dengan orang lain, kurang rasa percaya
diri, kemampuan mengorganisasi yang buruk, gelisah, dan sering terburu-buru dalam mengambil
keputusan.6

10
Penyebab ADHD
Penyebab pasti ADHD masih belum diketahui secara pasti, namun para peneliti
memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak.terdapat tiga faktor yang
dianggap mempengaruhi kondisi ADHD. Faktor pertama adalah faktor genetik.Sebagian besar
penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang-tuanya.Faktor kedua adalah
ketidakseimbangan kimia.Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi
(neurotransmitter) pada otak merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala
ADHD.Faktor ketiga adalah kinerja otak. Pada anak yang menderita ADHD, didapati area otak
yang mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif dibandingkan dengan anak-anak lainnya
yang tidak menderita ADHD.6
Pengobatan dan Penanganan ADHD
Terdapat beberapa tindakan bagi penderita ADHD.Pengobatan bertujuan untuk
membantu mengontrol gejala-gejala ADHD sehingga penderita dapat meningkatkan kemampuan
sosial, meningkatkan kemampuan dalam bidang akademis, meningkatkan rasa percaya diri anak,
dan menjaga penderita dari tingkah laku yang dapat membahayakan diri sendiri.Pengobatan bagi
penderita ADHD bisa berupa obat-obatan ataupun terapi. Obat-obatan yang sering diberikan oleh
dokter biasanya berupa stimulan (lihat tabel 1).6
Obat Dosis (mg/hari) Pertimbangan Keperawatan
Metilfenidat 10-60 mg dalam 3/4 dosis Pantau supresi nafsu makan
yang terbagi yang turun, atau kelambatan
pertumbuhan; berikan setelah
makan; efek obat lengkap
dalam 2 hari
Dekstroamfetamin, 5-40 mg dalam 2/3 dosis Pantau adanya insomnia;
Amfetamin yang terbagi berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi
nafsu makan; efek obat
lengkap dalam 2 hari
Pemolin (Cylert) 37,5-112,5 mg dalam 1 dosis Pantau peningkatan tes
harian fungsi hati dan supresi nafsu

11
makan; dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek
obat yang lengkap
Tabel 1. Obat Stimulan untuk Anak Penderita ADHD

Penanganan berupa terapi juga umum diberikan pada penderita ADHD.Terapi yang diberikan
bisa berupa pelatihan kemampuan sosial, modifikasi tingkah laku dan juga terapi kognitif. Orang
tua dan keluarga juga biasanya akan diberikan pelatihan berupa pengenalan terhadap ADHD,
cara menghadapi gejala ADHD pada anak, support bagi orang tua yang memiliki anak penderita
ADHD.6

Autisme
Autisme adalah kumpulan gejala dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial,
kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitarnya sehingga anak autisme seperti hidup
dalam dunianya sendiri. Autisme terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia dua sampai
tiga tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang sosio-ekonomi mapan maupun kurang,
anak atau dewasa, dan semua etnis.Autisme ditandai oleh ciri-ciri utama, antara lain tidak peduli
dengan lingkungan sosialnya, tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya,
perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental pada anak autis), dan
reaksi terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang. Gejala-gejala ini bervariasi beratnya
pada setiap kasus tergantung pada umur, inteligensia, pengaruh pengobatan, dan beberapa
kebiasaan pribadi lainnya.Pada pemeriksaan status mental, ditemukan kurangnya orientasi
lingkungan, rendahnya ingatan, meskipun terhadap kejadian yang baru, rendahnya kepedulian
terhadap lingkungan sekitar.Cara berbicara anak autis cepat namun tanpa arti, kadang diselingi
suara yang tidak jelas maksudnya seperti suara gemeretak gigi bila si anak menggigil karena
demam.Kebanyakan inteligensia anak autisme rendah.Namun, 20 persen dari anak autisme
masih mempunyai IQ di atas 70.Kemampuan khusus, seperti membaca, berhitung, menggambar,
melihat penanggalan, atau mengingat jalanan yang banyak liku-likunya kurang.Anak autis
kurang bisa bergaul atau kurang isa mengimbangi anak sebayanya.Tetapi tidak sampai seperti
anak Down Syndrome yang idiot atau anak yang gerakan ototnya kaku pada anak dengan
kelainan jaringan otak.Autisme menimpa seluruh bangsa, ras, serta seluruh tingkat sosial.Hanya

12
saja, lebih sering terdapat pada anak lelaki, bisa sampai tiga hingga empat kali dibanding anak
perempuan, mungkin karena ada hubungan genetik.Sebagian besar penderita autism biasanya
mengalami gangguan berbahasa. Kejadian autisme di negara maju sekitar 4-15/10.000
penduduk.7
Penyebab Autisme
Penelitian tentang penyebab yang tepat masih dalam taraf perdebatan di antara para ahli,
meskipun di era 50-an sampai 60-an, dikatakan penyebabnya adalah akibat dari pengaruh
perlakuan orang tua di masa kanak-kanak. Pendapat para ahli belakangan ini mengakui bahwa
autisme diakibatkan karena terjadi kelainan fungsi luhur di daerah otak.Kelainan fungsi ini bisa
disebabkan berbagai macam trauma seperti sewaktu bayi dalam kandungan, misalnya karena
keadaan keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), infeksi virus rubella, cytomegalovirus, dan
lain-lain.Trauma juga bisa disebabkan oleh trauma karena kejadian segera setelah lahir
(perinatal) seperti kekurangan oksigen (anoksia).Keadaan selama kehamilan seperti
pembentukan otak yang kecil juga dapat menyebabkan autisme. Pada pemeriksaan CT scanning
dan pneumo encephalogram pada anak autisme, tampak ventrikel lateral otak tidak normal,
terutama daerah temporal. Selain itu, juga terlihat pelebaran ventrikel lateral otak. Pada
pemeriksaan histopatologi, pembentukan sel-sel di daerah hippocampus terlihat tidak normal dan
amygdala di kedua sisi otak.7

Retardasi mental
Retardasi Mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum
yang berada di bawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan
diri yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.7
Penyebab
Retardasi mental primer mungkin disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Retardasi
mental sekunder disebabkan oleh faktor luar yang mempengaruhi otak (prenatal, perinatal, dan
postnatal), misalnya infeksi, rudapaksa, gangguan metabolisme, penyakit otak, dan
prematuritas.8
Gejala
Gejala retardasi mental yang paling sering ditemukan seperti keterlambatan anak untuk bisa
berguling, duduk, atau merangkak, keterlambatan atau kesulitan dalam berbicara, lambat untuk

13
belajar buang air, berpakaian, atau makan sendiri, sulit untuk mengingat sesuatu, tidak mampu
untuk menghubungkan tindakan dan akibatnya, emosi labil, sulit berpikir logis.8
Diagnosa
Seorang anak retardasi mental menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat
dibandingkan dengan anak lain yang sebaya. Selain itu, tingkat kecerdasannya jika diukur
dengan tes IQ menunjukkan hasil di bawah rata-rata (kurang dari 70).8
Pengobatan
Pengobatan dilakukan sedini mungkin dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan khusus
untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin. Orang tua yang suportif juga sangat
berpengaruh dalam proses pemulihan anak.8
Pencegahan
Vaksinasi MMR (Measles Mump Rubella) karena rubella merupakan salah satu penyebab
retardasi mental.Penyaringan prenatal untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik untuk
keluarga-keluarga yang memiliki faktor resiko dapat mengurangi angka kejadian retardasi mental
yang penyebabnya adalah faktor genetik. Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam
dan merkuri serta racun lainnya akan mengurangi retardasi mental akibat keracunan. Selain itu,
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak mengkonsumsi alkohol sewaktu hamil
juga dapat mengurangi angka kejadian retardasi mental.8

Kesimpulan

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan dalah
proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran,
pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan mengenai
perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual Freud, perkembangan
psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan moral Kohlberg. Setiap
tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika mereka sudah
matang dalam segi fisik dan mentalnya.Jika ada tahapan yang tidak terlewati, anak bisa
mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya

Daftar pustaka

14
1. Hadisukanto G, Elvira SD. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010.h.220-25.
2. Nelson WE. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-18. Jakarta: EGC; 2007.
3. Suparno P. Teori perkembangan kognitif. Yogyakarta: Kanisius; 2008.h.26-8.
4. Santrock JW. Perkembangan remaja. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2008.
5. Videback, Sheila L. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC; 2008.
6. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC;
2009.
7. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2011
8. Betz CL, Sowden LA. Buku saku keperwatan pediatri. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2009

15

Anda mungkin juga menyukai