Anda di halaman 1dari 9

ETIKA PROFESIONAL

Etika adalah serangkaian prinsip atau nilai moral.


Dilema Etika adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil
keputusan tentang perilaku yang tepat.
Pendekatan sederhana untuk menyelesaikan dilema etika :
1. Memperoleh fakta yang relevan
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta
3. Menetukan siapa yang akan terpengaruh akibat dilema tersebut dan bagaimana setiap
orang atau kelompok terpengaruh
4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus
menyelesaikan dilema
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat
Kode etik terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. Prinsip-prinsip adalah: Standar perilaku etis yang ideal dinyatakan dalam istilah
filosofis.
2. Peraturan perilaku adalah: standar mininum dari perilaku etis yang dinyatakan sebagai
peraturan spesifik.
3. Interpretasi peraturan perilaku adalah: interpretasi atas peraturan perilaku oleh Divisi
Etika Profesional dari AICPA.
4. Kaidah etika adalah penjelasan yang diterbitkan atas pertanyaan tentang peraturan
perilaku yang diserahkan kepada AICPA oleh para praktisi dan pihak yang
berkepentingan dengan persyaratan etis.
Klien adalah setiap orang atau entitas, selain dari atasan anggota yang menugaskan
anggota atau kantornya untuk melaksanakan jasa profesional.
Kantor akuntan adalah bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau peraturan yang
karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American Institute of Certified public
Accountants yang bertugas daam praktik akuntansi publik.
Anggota adalah seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dari
American Institute of Certified public Accountants.
Praktik akuntansi publik terdiri dari pelaksanaan kerja untuk klien oleh anggota atau
kantor akuntan anggota yang bertindak sebagai akuntan publik atas jasa profesional
akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa pendukung litigasi dan jasa
profesional.
Prinsip-prinsip Etis :
1. Tanggung Jawab
Sebagai seorang profesional para anggota harus melaksanakan pertimbangan
profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktivitas.
2. Kepentingan publik
Harus menerima kewajiban untuk bertindak agar dapat melayani kepentingan publik,
menghargai kepercayaan publik serta menunjukkan komitmennya pada
profesionalisme.
3. Integritas
Para anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesional dengan tingkat
integritas tertinggi.
4. Objektivitas dan Indenpendensi
Harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya serta harus berpraktik independen yang
baik dalam fakta maupun dalam penampilan ketika menyediakan jasa audit dan jasa
atestasi lainnya.
5. Keseksamaan
Harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi, dan meningkatkan kompetensi
serta mutu jasa yang diberikannya serta melaksanakan tanggung jawab profesional
sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa
Harus memperhatikan kode prinsip-prinsip perilaku profesional dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya.
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang
situasi faktual khusus.
Dua peraturan yang dikecualikan bagi jasa-jasa nonatestasi tertentu:
1. Peraturan 101 Independensi
Peraturan ini mensyaratkan inedependesi hanya jika AICPA telah menetapkan
ketentuan indepedensi melalui badab penyusunan peraturan yang berada dibawahnya,
seperti Auditing Standard Board.
2. Peraturan 203 Prinsip-prinsip Akuntansi
Peraturan ini hanya berlaku pada saat menerbitkan suatu pendapat audit atau laporan
jasa review atas laporan keuangan.
Independensi adalah peraturan perilaku yang pertama
Independensi dalam fakta (independen in fact) ada bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi
dalam penampilan (Independen in appearance).
Jasa-jasa Non Audit yang tidak diperkenankan :
Jasa pembukuan dan akuntansi lain
Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan
Jasa penaksiran atau penilaian
Jasa aktuarial
Outsourcing audit internal
Fungsi manajemen dan sumber daya manusia
Jasa pialang atau dealer atau penasehat investasi atau bankir investasi
Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit
Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan PCAOB
Peraturan Perilaku dan Interpretasi Independensi
Peraturan 101 Independensi
Seorang anggota yang berpraktik untuk perusahaan pubik harus independen dalam
pelaksanaan jasa profesionalnya sebagaimana disyaratkan oleh standar yang dirumuskan
lembaga yang dibentuk oleh Dewan.
Anggota yang tercakup :
Orang-orang pada tim penugasan atestasi
Orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi
Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien
Partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
Kantor akuntan dan program tunjangan karyawan
Entitas ynag dapat dikendalikan oleh anggota yang terlibat
Tiga Persyaratan yang harus dipenuhi auditor sebelum diterima untuk memberikan jasa
pembukunan dan audit kepada klien:
1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas lapora keuangan.
2. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen yang
mengoperasikan perusahaan.
3. Akuntan publik dalam melaksanakakn audit atas laporan keuangan yang disusun dari
pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atau sebagian oleh akuntan
publik, harus sesuai dengan GAAS.
Peraturan 102- Integritas dan Objektivitas
Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang anggota harus dapat mempertahankan
objektivitas dan integritas, harus bebas dari konflik kepentingan, dan tidak boleh dengan
sengaja membuat kesalahan penyajian atas fakta atau menyerahkan penilaiannya kepada
orang lain.
Peraturan 201 Standar umum
Seorang anggota harus mematuhi standar dan interpretasinya yang ditetapkan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh dewan.
a. Kompetensi profesional. Hanya mengerjakan jasa profesional dimana anggota atau
kantor anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikan dengan kompetensi
profesional.
b. Keksamaan profesional (due profesional care). Menggunakan kemahiran profesional
dalam pelaksanaan jasa profesional.
c. Perencanaan dan supervisi. Merencanakna dan mengawasi secara mencukupi
pelaksanaan jasa profesional.
d. Data relevan yang mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi sebagai
dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau rekomendasi dalam hubungannya
dengan jasa profesional yang dilaksanakan.
Peraturan 202 Ketaatan pada Standar
Seorang anggota yang melaksanakan jasa audit, review, kompilasi, konsultasi manajemen,
perpajakan atau jasa profesional harus mematuhi standar yang ditetapkan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh dewan.
Peraturan 203 Prinsip-prinsip Akuntansi
Seoarang anggota tidak boleh (1) memberikan pendapat atau menyatakan secara tegas bahwa
laporan keuangan atau data keuangan milik suatu entitas telah disajikan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) menyatakan bahwa ia tidak menyadari
adanya modifikasi material yang harus dibuat pada laporan atau dat tersebut agar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Peraturan 301 Informasi Rahasia Klien
Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia
klien tanpa persetujuan klien.
Empat Pengecualian atas Kerahasiaan:
1. Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
2. Panggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan
3. Peer review, jika kantor akuntan publik melakukan peer review atas pengendalian
mutu kantor akuntan publik lainnya sudah menjadi praktik yang biasa untuk
memeriksa beberapa file atau arsip audit.
4. Respons terhadap divisi etika.
Peraturan 302 Fee Kontijen
Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh
(1) Melaksanakan jasa profesional apapun dengan fee kontijen atau menerima fee
semacam itu, dari klien dimana anggota atau kantor akuntan anggota melakukan:
Audit atau review atas laporan keuangan
Kompilasi lapran keuangan ketika anggota menduga, atau secara wajar dapat
menduga bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan dan
laporan keuangan kompilasi anggota tidak mengungkapkan kurangnya
independensi
Pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif
(2) Menyiapkan SPT pajak yang asli atau yang telah diperbaiki atau klaim atas restitusi
pajak agar mendapatkan fee kontijen dari klien.
Fee anggota bervariasi tergantung pada misalnya kerumitan jasa yang diberikan.
Peraturan 501 tindakan yang dapat didiskreditkan
Seorang anggota tidak boleh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bagi profesinya.
1. Penahanan catatan klien. Menahan catatan klien setelah permintaan dilakukan atas
catatan itu merupakan tindakan yang dapat didiskreditkan.
2. Diskriminasi dan gangguan dalam praktik karyawan. Seorang anggota dianggap telah
melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bila anggota tersebut melanggar
hukum antidiskriminasi federal, negara bagian, atau lokal.
3. Standar tentang audit pemerintah dan persayaratan badan serta agen pemerintah.
4. Kelalaian dalam penyiapan laporan atau catatan keuangan.
5. Kelalaian mengikuti persyaratan dari badan pemerintah, komisi atua lembaga
pengatur lainnya.
6. Permohonan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban dan ujian akuntan publik
7. Kelalaian mengisi SPT pajak atau membayar kewajiban pajak.
Peraturan 502 Iklan dan Bentuk Permohonan Lainnya
Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh berusaha memperoleh klien dengan iklan
atau bentuk permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatkan atau menipu.
Permohonan dengan menggunakan paksaan , melampaui batas atau mengganggu sangat
dilarang.
Komisi adalah kompensasi yang dibayarkan untuk merekomendasikan atau mereferensikan
produk atau jasa pihak ketiga kepada klien atau merekomendasikan atau mereferensikan
produk atau jasa klien kepada pihak ketiga.
Peraturan 503 Komisi dan Fee Referal
A. Komisi yang dilarang.
Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh menerima komisi untuk
merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa pihak ketiga kepada klien
atau menerima komisi untuk merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa
yang dipasok klien atau menerima komisi apabila anggota atau kantor juga melaukan
untuk klien tersebut:
Audit atau review atas laporan keuangan
Kompilasi lapran keuangan ketika anggota menduga, atau secara wajar dapat
menduga bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan dan laporan
keuangan kompilasi anggota tidak mengungkapkan kurangnya independensi
Pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif
B. Pengungkapan komisi yang diizinkan
C. Fee Referal.
Setiap anggota yang menerima fee referal untuk merekomendasikan atau
mereferensikan jasa akuntan publik kepda orang atau entitas yang membayar fee
referal untuk memperoleh klien harus mengungkapkan penerimaan atau pembayaran
semacam itu kepada klien.
Peraturan 505 Bentuk dan Nama Organisasi
Anggota dapat berpraktik dalam bidang akuntansi publik hanya dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh hukum atau peraturan negara bagian yang karakteristiknya sesuai dengan
resolusi Dewan.
Kepemilikan kantor akuntan publik oleh bukan akuntan publik sekarang diizinkan menurut
kondisi berikut :
Akuntan publik harus mempunyai mayoritas kepentingan keuangan dan hak
pengambilan suara pada kantor itu.
Seorang akuntann publik harus mempunyai tanggung jawab akhir atas semua atestasi
laporan keuangan, kompilasi, dan jasa lain yang diberikan oleh kantor yang diatur
oleh Statement of Auditing Standards.
Pemilik harus selalu mempunyai ekuitas dalam hak mereka sendiri.
Peraturan berikut berlaku bagi semua pemilik yang bukan akuntan publik:
a. Mereka secara aktif harus memberikan jasa kepada klien kantor akuntan
sebagai pekerjaan utamanya
b. Mereka tidak dapat menyebut dirinya sebagai akuntan publik tetapi dapat
menggunakan gelar yang diizinkan oleh hukum negara bagian seperti ketua,
pemillik, pejabat, anggota atau pemegang saham
c. Mereka tidak dapat memikul tanggung jawab akhir atas setiap atestasi laporan
keuangan atau penugasan kompilasi
d. Mereka tidak memenuhi syarat dalam keanggotaan AICPA tetapi harus
mematuhi Kode Perilaku Profesional AICPA
Contoh Pelanggaran Etika
1. Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota
KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara,
surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan,
badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan
penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada
sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan
akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati
pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W
Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota
tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen
KPK bekerjasama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan
KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat
perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor
yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal
tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
Solusi :
Berdasarkan kode etik akuntan, saya lebih setuju dengan pendapat yang kedua, yaitu
bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut, meskipun pada dasarnya
tujuannya dapat dikatakan mulia. Perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan karena beberapa
alasan, antara lain bahwa auditor tidak seharusnya melakukan komunikasi atau pertemuan
dengan pihak yang sedang diperiksanya. Tujuan yang mulia seperti menguak kecurangan
yang dapat berpotensi merugikan negara tidak seharusnya dilakukan dengan cara- cara yang
tidak etis. Tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara-cara, teknik, dan prosedur profesi
yang menjaga, menjunjung, menjalankan dan mendasarkan pada etika profesi. Auditor dalam
hal ini tampak sangat tidak bertanggung jawab karena telah menggunakan jebakan uang
untuk menjalankan tugasnya sebagai auditor.
2. Dokter Yang Tidak Memiliki Izin Praktek
Ini adalah salah satu contoh pelanggaran kode etik terhadap profesi kedokteran yang
sering terjadi di beberapa wilayah. Praktek seperti sangat berbahaya bagi masyarakat luas
karena menyangkut kesehatan manusia.
Penulis memilih tema ini berdasarkan sumber dari harian kompas yang menyebutkan
bahwa banyaknya praktik dokter yang tidak memiliki izin terjadi di kota Medan. Berdasarkan
informasi yang didapat penulis, dari sekitar 2500 dokter yang berpraktek di Medan, ada
sekitar 400 dokter yang tidak memiliki surat izin praktek dari dinas terkait.
Untuk mengatasi merebaknya kasus malpraktik seperti ini, biasanya akan dilakukan
peneguran dari pihak terkait agar segera mengurus surat tanda registrasi ( STR ) atau surat
izin praktek. Pada tahun 2006 terdapat sembilan kasus pengaduan masyarakat tentang
malpraktek yang dilakukan dokter seperti pelanggaran kode etik, tidak melayani pasien dan
keluarga pasien dengan baik, serta masih banyaknya dokter yang lebih mementingkan
bayaran terlebih dahulu daripada memberi pelayanan medis dan sebagainya.
Pelanggaran malpraktik yang dilakukan seorang dokter terindikasi dua penyebab,
seperti melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan dan melanggar UU Kedokteran.
Disamping itu, dalam melakukan pekerjaannya dokter bersangkutan lalai menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya dan ini dapat dilihat dari situasi dan kondisi si dokter itu sendiri.
Upaya yang dilakukan sebagai antisipasi merebaknya kasus malpraktek seorang
dokter, diantaranya adalah dengan membuat berbagai peraturan termasuk peraturan
menyangkut praktek dokter. Artinya, keberadaan dokter di tengah masyarakat harus sesuai
dengan fungsinya memberikan pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai