Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAK. JARINGAN TELEKOMUNIKASI


PENGUKURAN TAHANAN TANAH

KELOMPOK 4
ANGGOTA
ISA MAHFUDI:
NAMA : ISA MAHFUDI
ISA MAHFUDI NIM. 1141160018(NIM. 1141160018)
NIM : 1141160018
M. MULYO NUGROHO (NIM. 1141160014)
KELAS / Abs : JTD-2A / 13
NOVREDO ALIFIAN (NIM. 1141160008)
KELOMPOK : 6
RIZKIYAH AN NAAFI (NIM. 1141160036)

JTD-3B
JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

POLITEKNIK NEGERI MALANG


Jalan Soekarno-Hatta No. 9, PO Box04, Malang-65141
Tel. (0341) 404424, 404425, Fax. (0341) 404420
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengetahui dan memahami sistem pentanahan
2. Mengetahui cara pengukuran tahanan tanah
3. Dapat mengoperasikan alat pengukur tahanan tanah

1.2 TEORI DASAR


1.2.1 Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem
pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai
sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center
menjadi salah satu unsur penting dalam data center karena memberikan
kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan untuk data center
tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002
dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice for
Powering and Grounding Electronic Equipment.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pentanahan)

Gambar 1. Teknik Grounding


(http://engineeringbuilding.blogspot.com/2012/03/sistem-pentanahan-grounding.html)

1
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan
dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan
isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat
menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut
dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan.
Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu
sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu
peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan
dasar yang digunakan untuk suatu sistem proteksi. Tidak jarang orang umum
atau awam maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan
nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk
diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem suatu
sistem pentanahan tersebut.
Tujuan utama dari adanya grounding sistem pentanahan ini adalah untuk
menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap
permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus
listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari
adanya sentakan listrik atau transient voltage. Grounding sistem pentanahan yang
efektif akan meminimalkan efek tersebut.

Gambar 2 . Kutub Tanah.

2
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
Keterangan
a) Kutub tanah merupakan penghantar listrik, ditanam dalam tanah dengan
tujuan menghubungkan listrik dengan tanah.
b) Hantaran tanah merupakan penghantar yang menghubungkan kutub tanah
dengan terminal induk tanah. Hantaran tanah ini terbuat dari kawat
tembaga terbuka (open wire) berpilin berukuran minimal 50 mm persegi.
c) Terminal induk tanah, sebagai penghantar listrik berbentuk lempengan,
sebagai penghubung hantaran tanah dan distribusi induk tanah. Terminal induk
ini berbentuk lempeng tembaga, panjang sekitar 40 cm, dipasang dalam
handhole,
d) Distribusi induk tanah, merupakan penghantar listrik yang
menghubungkan terminalinduk tanah dengan terminal cabang tanah.
Penghubung ini terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin ukuran minimal
50 mm persegi.
e) Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk melingkar
mengelilingi dinding gedung sebelah dalam, (ditanam dibawah lantai)
menghubung antara distribusi induk tanah dan distribusi cabang tanah. Terminal
ini terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin dengan ukuran minimal 35 mm
persegi.
f) Distribusi cabang tanah, merupakan penghantar listrik yang
menghubungkan terminal cabang tanah dengan perangkat telekomunikasi. la
terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin dengan ukuran minimal 10 mm
persegi.
g) Pengaman tambahan sebagai alat tambahan agar sistem pentanahan dapat
berfungsi lebih baik dan anda.

Sistem pentanahan pada dunia telekomunikasi sangat erat kaitannya. Teknik


sistem pentanahan di teknologi telekomunikasi untuk dapat melindungi perangkat
telekomuniasi terhadap tegangan listrik tinggi yang berasal dari luar (petir) dan
untuk dapat beroperasi secara aman. Adapaun yang akan di-groundingkan perangkat
atau alat pada perangkat telekomunikasi yakni :
1) MDF/RPU, RK dan KP
2) Ujung-ujung kawat penggantung dan pelindung elektris kabel udara.
3) Ujung kawat terbuka pada tiang tambat akhir melalui pengaman tambahan.

3
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
4) Ujung perisai dan pelindung elektris kabel tanah.
5) Perangkat GPA (Gass Pressure Alarm).
6) Perangkat pelanggan.
7) Telepon umum.

Pentanahan pada RPU (rangkaian pembagi utama) biasanya menjadi satu


dengan pentanahan gedung dan perangkat telekomunikasi lainnya. Syarat
besarnya tahanan pentanahan untuk perangkat telekomunikasi biasanya
maksimum 3 ohm. Sedangkan untuk gedung telekomunikasi maksimum 5
ohm.

Khusus pentanahan untuk jaringan kabel berlaku persyaratan berikut, antara lain
1) Setiap RK dihubungkan dengan kutub tanah batang sebanyak 3 buah,
masing- masingnya panjang 200 cm dengan jarak minimal 10 m;

Gambar 3. Pentanahan Rumah Kabel


Setiap Kotak Pembagi (KP), berpengaman dihubungkan dengan kutub tanah batang
sebanyak 1 buah panjang 200 cm.

Gambar 4. Pentanahan di rumah pelanggan.

4
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
2) Di ujung pelanggan saluran penanggal atas tanah yang jaraknya kurang
lebih 1 km pada daerah terbuka yang rawan petir, dihubungkan dengan
kutub tanah batang sebanyak 1 buah panjang 200 cm melalui pengaman;
3) Pada titik alih saluran penanggal kawat telanjang dengan
saluran rumah pelanggan dihubungkan dengan kutub tanah batang
sebanyak 1 buah panjang 200 cm, melalui pengaman.

1.2.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Tahanan Pentanahan


Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke
peralatan yang ditanahkan.
2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.
4. Tahanan jenis tanah ().
Pada prakteknya, tahanan elektroda dapat diabaikan namun tahanan
kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai
impedansi yang tinggi terhadap impuls (arus) frekuensi tinggi misalnya pada
saat terjadi sambaran petir. Untuk menghindari hal itu, maka penyambungan
diusahakan dibuat sependek mungkin. Hal yang memberikan pengaruh
terhadap pentanahan adalah Tahanan jenis tanah (), tahanan jenis tanah
memiliki pengaruh yang sangat dominan terhadap pentahanan, sehingga
memperhatikan tahanan jenis tanah itu sendiri dalam mentanahkan.

Tahanan Jenis Tanah ()


Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R = /2r terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus
dengan besarnya . Untuk berbagai tempat harga ini tidak sama dan
tergantung pada beberapa faktor :
1. sifat geologi tanah
2. Komposisi zat kimia dalam tanah
3. Kandungan air tanah
4. Temperatur tanah
5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

5
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
1. Sifat Geologi Tanah
Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah.
Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat
umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan
quartz bersifat sebagai insulator.

Tabel 1. Menunjukkan harga-harga ( ) dari berbagai jenis tanah.


No. Jenis Tanah Tahanan jenis tanah
(ohm.meter )
1. Tanah yang mengandung air 56
garam
2. Rawa 30
3. Tanah liat 100
4. Pasir Basah 200
5. Batu-batu kerikil basah 500
6. Pasir dan batu krikil kering 1000
7. Batu 3000
(sumber : http://ak4037.wordpress.com/2008/10/04/tahanan-pentanahan)

2. Komposisi Zat Zat Kimia Dalam Tanah


Kandungan zat zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat
organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan
pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya
mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang
terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk
memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda
pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.

3. Kandungan Air Tanah


Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan
tahanan jenis tanah ( ) terutama kandungan air tanah sampai dengan
20%.
Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan

6
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah
naik samapai 30 kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%
pengaruhnya sedikit sekali.

4. Temperatur Tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil
terhadap perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah
tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga
faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.

Hal hal lain yang mempengaruhi tahanan jenis tanah


1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran
mudah didapatkan.
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam
maka arus petir semakin mudah menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit
untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini
air dan mineral akan mudah hanyut.

1.2.3 Jenis Elektroda Pentanahan


Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem
pentanahan yaitu :
1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita
Elektroda elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun
multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

Elektroda Batang
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam
vertikal di dalam tanah.Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel

7
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar
terhindar dari galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi.
Ukuran Elektroda :
- diameter 5/8 - 3/4
- Panjang 4 feet 8 feet

Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun


untuk pemakaian pentanahan yang lain.

Gambar 5. Elektroda Batang


Lektroda Pelat
Bentuk elektroda pelat biasanya empat persegu atau empat persegi
panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam
tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan menanam secara
horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical. Penanaman secara
vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.

Gambar 6. Elektroda Pelat


Elektroda pita
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga
kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam 2 feet.
Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan
jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami
kekeringan.

8
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
Hal ini cocok untuk daerah daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis
tanah makin tinggi dengan kedalaman.

Gambar 7. Elektroda Pita

1.2.4 Pengukuran Tahanan Tanah


Pengukuran tahanan tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi dari
sistem pentanahan, baik untuk pentanahan yang baru selesai dibangun
maupun yang sudah lama dipasang sebagai upaya pemeliharaan preventif,
yang dapat berlanjut kepada perbaikan bila pentanahan sudah melebihi
standar yang berlaku. Pada hasil pengukuran tahanan tanah yang dilakukan,
dapat dianalisa hasil pengukuran dengan standart tahanan tanah. Standart
kelayakan grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan
sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik).
Material grounding dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau
kerucut tembaga, semakin luas permukaan material grounding yang di tanam
ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik.

Teknik pengukuran tahanan tanah yakni :


Namun dalam laporan praktikum ini kita kemukakan dua macam
cara pengukuran yang biasa dilakukan, yaitu dengan menggunakan
amperemeter dan voltmeter, yang disebut juga dengan metode Fall of
Potential dan cara kedua melalui pengukur tahanan tanah analog.

1. Metode Fall of Potential (melalui ampere-meter dan voltmeter),


dilakukan dengan urutan sebagai berikut.
(1) Tanamlah 2 buah kutub tanah batang penolong, yang terletak pada
satu garis lurus dengan jarak minimal antara keduanya 20
meter.Dan rangkai seperti gambar berikut.

9
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
Gambar 8 . Rangakaian Metode Fall of Potential
(2 ) Amati penunjukan amperemeter dan voltmeter. Besar tahanan
pentanahan adalah:

Keterangan :
RA = tahanan sistem pentanahan A (ohm);
V = pembacaan meter pada voltmeter (volt);
I = Pembacaan meter pada amperemeter (ampere).

2. Pengukuran tahanan pentanahan dengan alat pengukur tahanan tanah analog


(Earth tester)
Pengukuran hal ini pada elektroda dengan menggunakan alat ukur Earth
Tester. Standar dalam hambatan adalah 5 ohm, bila standar tersebut masih
belum bisa didapatkan maka ditambahkan dengan jarak 2 panjangnya. Untuk
mendapatkan nilai resistansi(R) dari elektroda pentanahan, perlu
memperhatikan parameter - parameter yang meliputi :
1. Resistivitas tanah
2. Resistivitas air tanah
3. Dimensi elektroda pentanahan
4. Ukuran elektroda pentanahan
Pelaksanaan pengoperasian Earth Tester sbb: Prop (A) di hubungkan
dengan electrode (di bak kontrol). Prop (B) dan (C) ditancapkan ketanah

10
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
dengan jarak antara 5 sd. 10 m. Maka alat ukur akan menunjukan besar dari
R-tanah lihat.

Gambar 9. Pengoperasian Earth Tester

Standar besar R-tanah untuk electrode pentanahan 5 Ohm.


apabila belum mencapai nilai 5 Ohm, maka electrode bisa ditambah dan
dipasang diparalel. Pentanahan paling ideal apabila electrode bias
mencapai sumber air atau R-tanah = 0.

Contoh: Pemasangan electrode pertama (R1), setelah diukur = 12


Selanjutnya di tanam lagi electrode ke 2 (R2), diukur tahanan = 12 ,
Maka besar tahanan RI diparoleh dengan R2 = 6 , Karena belum
mencapai < 5 , maka ditanam lagi electrode ke 3 (R3) hingga
seterusnya sampai pengukuran menunjukkan nilai < 5 ohm.

Ada kendala ketika suatu saat kita membangun sistem


Grounding, setelah diukur dengan Earth Tester Nilai yang muncul
100 ohm (maks), sehingga kita diwajibkan menurunkan < 5 ohm sesuai
standar PUIL .

Gambar 9. Konsep pengukuran yang menunjukkan nilai 100 ohm

11
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
Ada trik sederhana dengan menambah Rods sesuai dengan rumus
mencari Nilai 2 tahanan yang di- paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai
tahanan). Kalau 100/100=50 ohm (2 rod), 50/50=25 ohm (menjadi 4
rod), 25/25=12,5 ohm (menjadi 6 rod), 12,5/12,5=6,25 ohm (menjadi 8
rod), bila nilai tahanan masih>0 dan tahanan > 5. Maka perlu berikan tahan
kembali sehingga 6,25/6,25 = 3,125 ohm. Hasil 3,125 ohm sudah memenuhi
standar < 5 ohm. Maka jumlah rods yang dibutuhkan untuk menurunkan
dari 100 ohm ke 3,125 adalah 10 buah rods.

Gambar 10. Konsep pengukuran yang sesuai standar PUIL yakni <
5 ohm

Setelah Grounding Ring sudah terhubung sempurna, mengecek


kembali dengan Earth Tester sehingga nilai tahanan akan turun drastis
dan sesuai dengan standar PUIL (R < 5 ohm).
Elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin
dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan
tanah yang basah. Phasa sequence tester (drivel) : alat ukur untuk
mencari urutan fasa (R, S dan T) pada suatu sumber listrik.
1.3 ALAT
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini yakni :
(1) Earth Tester : 1 Buah
(2) Pemaku tanah : 2 Buah
(3) kabel hijau +- 5 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah
(4) kabel Kuning +- 10 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah
(5) Kabel Merah +- 15 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

12
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
1.4 SKEMA RANCANGAN

Gambar 11. Skema rancangan percobaan

13
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur percobaan
Pada praktikum pengukuran tahanan tanah ini, tempat yang digunakan untuk
pengukuran tahanan resistansi ada pada :
1. Tower Lab. Telkom

Yang diuji

2. Grounding Penangkal Petir Lab. TT

Yang diuji

3. Depan lab telkom

Yang diuji

14
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
4. Grounding Penangkal Petir Tandon

Yang diuji

Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah


(1) Menancapkan pemaku pertama yang daerahnya telah disiram atau dibasahi
dengan air dimana jarak 5 10 meter dari tempat grounding yang akan diukur.
Dan pemaku kedua yang daerahnya telah disiram atau dibasahi dengan air
dimana jarak 5 10 meter dari tempat pemaku pertama.
(2) Menghubungkan kabel hijau (yang memiliki panjang + 5 meter) ke grounding
yang diukur dengan penjepit dan dihubungkan ke alat ukur earth tester pada port
yang berwarna hijau.
(3) Menghubungkan kabel warna kuning (yang memiliki panjang + 10 meter) ke
pemaku pertama dengan penjepit dan dihubungkan langsung ke alat ukur earth
tester pada pada port warna kuning.
(4) Menghubungkan kanel warna merah (yang memiliki panjang + 15 meter) ke
pemaku kedua dengan penjepit dan hubungkan langsung ke alat ukur earth
tester pada port yang berwarna merah.

Gambar 12. Skema rancangan percobaan

15
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
(5) Setelah semua terhubung dengan benar, mengatur range switch pada earth tester
di x100 . Kemdian menekan tombol Press to tess. Lalu mencatat hasil
pengukuran pada tabel 2.1.
(6) Mengulangi langkah 5, mengatur range switch pada earth tester di x10 dan
x1 . Lalu mencatat hasil percobaan pada tabel 2.1.

2.2 Hasil percobaan


Pada praktikum pengukuran resistansi tanah ini, didapatkan hasil pengukuran yang
dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil pengukuran resistansi tanah.
Range skala pengukuran
No. Lokasi
X 100 X 10 X1
1. Tower Lab. Telkom 0 0 0.37
2. Grounding Penangkal Petir Lab. TT 0 0.05 0.4
3. Depan lab telkom 0.05 0.6 5.5
4. Grounding Penangkal Petir Tandon 0 0.1 0.6

2.3 Analisa data


Pada praktikum ini yang dapat dianalisa dari praktikum pengukuran tahanan
tanah adalah disetiap titik tempat pengukuran mulai dari Tower Lab. Telkom,
Grounding Penangkal Petir Lab. TT, Depan lab telkom, dan Grounding Penangkal
Petir Tandon didapatkan nilai tahanan dalamnya sangat kecil, hampir bisa dikatakan
0 disetiap single grounding nya. Hal ini sudah sesuai dengan standar Peraturan
Umum Instalasi Listrik Indonesia yang mengatur bahwa standar untuk tahanan
tanah diharuskan lebih kecil sama dengan 5 (R<= 5 ). Namun di titik lokasi
yang berada di depan lab telkom, pada saat range switch pada earth tester diubah ke
x 1 mengalami kenaikkan signifikan. Yakni terukur sebesar 5,5 . Hal ini dapat
disebabkan oleh kondisi dari tanah tersebut.
Hal yang dapat mempengaruhi dari tahanan tanah yakni kadar air,
mineral / garam, derajat keasaman serta tekstur dari tanah tersebut.
1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan.

16
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka
arus petir semakin mudah menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan
mineral akan mudah hanyut.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resistansi tanah dapat dilakukan
dengan cara mem-paralelkan sistem pentanahan. Paralel grounding dapat meningkatkan
sistem grounding. serta dapat juga dilakukan dengan cara maksimum grounding yakni
memasukan material grounding berupa lempengan tembaga yang diikat oleh kabel BC.

17
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah


pengukuran tahanan tanah pada area Lab. Teknik Telekomunikasi ini sistem
pentanahan masih berkerja dengan baik. Terukur pada praktikum ini hampir
mendekati 0 . Hal ini sistem pentanahan sesuai dengan standar PUIL (Peraturan
Umum Instalasi Listrik Indonesia).
Ketelitian dalam pembacaan alat ukur serta ketepatan dalam pemasangan
alat dan bahan pada waktu pengujian pentanahan memberikan pengaruh pada waktu
melakuakan pengukuran.

18
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi

Anda mungkin juga menyukai