Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

UJI STERILISASI

Dosen Pengampu : Ganet Eko P, M.Si., Apt.

Kelompok :H

1. Dwi Sulistiyowati (19133928 A)


2. Hendri stepanus (19133929 A)
3. Irianti (19133930 A)
4. Audrey angelica (19133931 A)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
UJI STERILISASI

I. Tujuan
Untuk mengetahui apakah alat / ruangan / bahan steril atau tidak

II. Dasar Teori


Sebelum melakukan percobaan dengan mikroorganisme, diperlukan proses
dekontaminasi terlebih dahulu untuk meminimalisir organisme yang aktif dari suatu sistem
bakteri atau virus. Upaya untuk mengeleminasi mikroba patogen dengan memanfaatkan
bahan kimia yaitu antiseptik dan disinfektan, serta memanfaatkan metode disinfeksi dengan
memanfaatkan energi panas. Semua metode tersebut dapat membunuh mikroba patogen
kecuali endospora bakteri. Maka dari itu pemusnahan digunakan dengan cara sterilisasi, agar
semua mikroba patogen dan endosporanya dapat hancur. Sterilisasi atau suci hama yaitu
suatu proses membunuh segala kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sample/contoh,
alat-alat atau lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai
untuk menggambarkan langkah yang diambil agar memcapai tujuan untuk meniadakan atau
membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme. Teknik sterilisasi dapat dibagi
menjadi dua :
1. Secara fisis
a. Metode radiasi
Dalam mikrobiologi radiasi sinar elektromagnetik yang banyak digunakan adalah
radiasi sinar ultraviolet, radiasi sinar gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar
matahari mengandung sinar ultraviolet , sehingga secara langsung dapat dipakai untuk
proses sterilisasi. Sinar oltraviolet dapat didapat dengan mengggunakan katoda panas
yaitu kedalam tabung katoda bertekanan rendah yang diiisi dengan uap air raksa,
panjang gelombang yang dihasilkan biasanya dalam orde 2500-2600 Angstrom.
Lampu jalan mengandung sinar ultraviolet, tetapi sinar ultraviolet nya lebih sering
diserap oleh tabung gelas yang dilaluinya, sehingga dalam proses sterilisasi harus
diperhatikan dosis sinar ultravioletnya. Sinar ultraviolet yang diserap oleh sel
organisme yang hidup, khususnya nukleotida maka elektron-elektron dari molekul
sel hidup akan mendapatkan tambahan energi. Metode pemanasan dengan uap air
Pada metode pemanasan uap, alat yang digunakan yaitu autoklaf. Benda yang akan
disuci hamakan diletakkan diatas lempengan saringan dan tidak langsung mengenai
air dibawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih (kira-kira 100C) pada
tekanan 15 lb temperatur mencapai 121C. Organisme yang tidak berspora dapat
dimatikan dengan waktu 10 menit saja. Banyak spora hanya dapat mati dengan
pemanasan 100C selama 30 menit tetapi ada spora yang bertahan dalam temperatur
tersebut dalam waktu berjam-jam. Spora-spora yang dapat bertahan selama 10 jam
dalam temperatur 100C dapat dimatikan dengan cara menambahkan nartrium
carbonat (Na2CO3) dalam airnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap
ada 3 yaitu : suhu, waktu dan kelembaban.
b. Metode pemanasan secara kering
Metode ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai
keefektifan temperatur harus mencapai 160-180C. Pada temperatur ini akan
menyebabkan kerusakkan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini karena adanya auto
oksidasi sehingga pathogen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat
udara, hal ini diketahui bahwa udara merupakan penghantar panas yang buruk
sehingga sterilisasi panas kering memerlukan waktu cukup lama rata-rata 45 menit.
Pada temperatur 160C memerlukan waktu 1 jam, sedangkan temperatur 180C
memerlukan waktu 30 menit. Pada metode ini yang alat-alat yang digunakan adalah
alat-alat pipet, tabung reaksi, stick swab, jarum operasi, jarum suntik, syringe.
c. Metode pemanasan secara intermittent/terputus-putus
John Tyndall (1877) memperoleh dari hasil penelitiannya bahwa temperatur didih
(100C) selama 1 jam tidak akan membunuh semua mikroorganisme tetap apabila
dididihkan berulang-ulang sampai lima kali, akan membunuh mikroorganisme.
d. incineration (pembakaran langsung)
Alat-alat platina, khrome dapat disterilkan dengan cara pembakaran secara langsung
pada nyala api bunsen sampai merah padam. Hanya saja lama kelamaan akan rusak
tetapi keuntungannya dapat membunuh mikroba secara keseluruhan.
e. Metode penyaringan (filtration)
Metode penyaringan berbeda dengan metode pemanasan. Pada metode pemanasan
mikroba yang mati tetap berada pada material tersebut, sedangkan pada sterilisasi
penyaringan mikroorgamisme tetap hidup tetap dipisahkan dengan materialnya.
Bahan penyaring dibuat dari bahan porselin yang berpori dan dibuat khusus. Metode
filtrasi hanya digunakan untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum atau
sterilisasi hasil produksi mikroorganisme seperti enzym, eksotoksin dan untuk
memisahkan filtrable virus dan bakteria dari organisme lain.
f. Strerilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori
dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang
terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk
mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir
jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan
harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan
protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Sterilisasi gas berjalan lambat waktu
sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan
konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271
Psi, konsentrasi ini 85C dan 50% kelembaban relatif dibutuhkan 4-5 jam pemaparan.
Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam
pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida,
formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida,
kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi,
makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida
mengadisi gugus SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan
alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi
gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri
tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi
melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan,
persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.
2. Secara kimia
Dalam sterilisasi kimia zat yang sering digunakan adalah alkohol 96%, aceton tab
formalin, sulfur dioksida, dan klorin. Materi yang disuci hamakan dibersihkan terlebih
dahulu kemudian direndam dalam alkohol atau aceton tab formalin.
Bakteri dibiakan secara luas dilaboratorium fakultas kedokteran, rumah sakit,
lembaga penelitian medis, dan di Universitas serta di pabrik komersial yang
menghasilkan antibiotik, zat kimia organik dan produk bakteri lain yang secara
ekonomis berharga. Teknik medium padat lebih baik digunakan untuk tempat
pembiakan bakteri daripada teknik lain. Medium yang digunakan dalam pembiakan
bakteri harus mengandung nutrisi untuk bakteri. Nutrisi tersebut dicampur dengan
agar-agar, diaduk dengan air matang hingga membentuk campuran cairan yang pekat.

III. Alat dan Bahan


Cawan petri
Spuit
Media BHI, SGA, NA, EA, Thioglikolat
Tetes mata
Ampul
Infus
Kassa steril
xylomidon

IV. Cara Kerja


Cara kerja sterilisasi ruangan
1. Pengujian Awal Ruangan
a. Disiapkan ruangan yang akan diuji kesterilannya tanpa penyemprotan
desinfektansia terlebih dahulu.
b. Diletakkan masing-masing satu cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut
ruangan uji, kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15
menit.
c. Selanjutnya cawan petri ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37C selama
24-48 jam dengan posisi terbalik.
d. Dilakukan pengamatan ada tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.
2. Pengujian Akhir Ruangan
a. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu ruangan uji disemprot dengan
desinfektansia, dibiarkan selama 15 menit.
b. Diletakkan masing-masing satu cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut
ruangan uji, kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15
menit.
c. Selanjutnya cawan petri ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37C selama
24-48 jam dengan posisi terbalik.
d. Dilakukan pengamatan ada tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.
Cara kerja sterilisasi cairan ( tetes mata, infuse, xylomidon, ampul )
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil sampel sesuai jumlah volume sampel
3. Tanamkan sampel ke dalam 3 media ( NA, SGA, BHI )
4. Sebagian sampel di masukkan tabung reaksi yang berisi bhi
5. Homogenkan selama minimal 25x dalam 30 detik
6. Sebagian sampel di masukkan ke kedua cawan petri
7. Tuang media NA dan SGA ke masing-masing cawan petri, tunggu sampai padat
8. Ketika sediaan dibungkus diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam
Cara kerja kasa steril
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil kassa steril masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media Thioglikolat
3. Homogenkan selama minimal 25x dalam 30 detik
4. Ambil kassa steril masukkan kedalam cawan petri, tuang media SGA ke dalam cawan
petri tunggu sampai memadat
5. Kedua sediaan dibungkus lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam

V. Hasil Pengamatan

Ruang Laboratorium

SGA (+) NA (+)


EA (+)
Tetes Mata Rohto

NA (-) BHI (-)

SGA (-)
Infus

NA (-) BHI (-)


SGA (-)
Kassa Steril

NA (-) dan Thioglikolat (-)


Xylomidon

Na (-), BHI (-) dan SGA (-)


Ampul

NA (-), BHI (-) dan SGA (-)


Tetes Mata AITO

NA (-)

BHI (-)

SGA (-)

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan atau bahan
sampel steril atau tidak. Percobaan dilakukan pada ruang udara, tetes mata, infus,
kassa steril, ampul dan xylomidon. Pada uji sterilitas ruang udara dilakukan dengan 3
media yaitu NA, SGA dan EA masing-masing dituangkan di cawan petri yang telah
disiapkan dan didiamkan diudara selama 30 menit baru diinkubasi selama 24 jam.
Untuk sampel cairan antara lain tetes mata, infuse, xylomidon, ampul media yang
digunakan ada 3 yaitu BHI, SGA, dan NA. Untuk BHI uji sterilitas langsung di
tabung reaksi dan sampel dipipetkan ke dalam tabung dan dihomogenkan lalu baru
diinkubasi selama 24 jam. Untuk NA dan SGA uji sterilitas sampel dilakukan di
cawan petri dan ditunggu sampai mengeras baru di inkubasi selama 24 jam. Pada uji
sterilias dengan kassa steril media yang digunakan ada 2 yaitu NA dan Thioglikolat.
Untuk media Thioglikolat, sampel langsung dimasukan ke dalam tabung reaksi,
dihomogenkan lalu diinkubasi 24 jam. Untuk media Na dilakukan di cawan petri dan
diinkubasi selama 24 jam.
Hasil yang didapat pada percobaan ini yaitu bahwa pada ruang udara hasilnya positif
tumbuh bakteri sedangkan di sediaan steril terbukti benar-benar steril karena hasilnya
negatif atau tidak ditumbuhi bakteri. Hal ini dikarenakan ruang udara penuh dengan
mikroorganisme yang tidak terlihat oleh mata telanjang, karena tidak mungkin kita
mensterilkan ruangan / lingkungan terbuka. Untuk sediaan-sediaan steril yang diuji
sterilitasnya memang benar karena untuk membuat sediaan steril memang harur bebas
dari bakteri yang dapat membahayakan.

VII. Kesimpulan
Dari hasil praktukim yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
Tetes mata, ampul dan infus terbukti steril karena tidak ada bakteri yang tumbuh
Sedangkan kasa dan ruangan ditemukan bakteri

VIII. Daftar Pustaka


E.C.S., Chan, Michael. J. Jr.,Pelczar (1986). Dasar-dasar Mikrobiologi
Terjemahan.University of Indonesia, Jakarta
Volk, W .A. dan Wheeler, M.F 1990.Mikrobiologi Dasar .Erlangga : Malang.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1639454-pengantar-mikrobiologi-
umum/
http://tyott.blogspot.com/2010/12/Laporan-Mikrobiologi-Pengujiaan.html

Anda mungkin juga menyukai