Kelompok 3:
Aproari Wulansari (08613150)
Zuharia Intani (08613151)
Hasty Martha W (08613153)
Retno Wulandari (08613154)
Tegar Adabi (08613155)
Fitri Rahmantika (08613156)
Hendo Marina (08613157)
Ahmad Fauzan (08613158)
A. Pendahuluan
Kanker payudara adalah situs yang paling umum dari kanker dan merupakan
yang kedua setelah kanker paru-paru sebagai penyebab kematian pada wanita
Amerika. Tingkat kejadian kanker payudara pada wanita bervariasi dalam kelompok
ras dan etnis. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan insiden yaitu peningkatan
penggunaan skrining mammography dan penggunaan postmenopausal hormone-
replacement therapy (HRT). Insiden ductal carcinoma in situ (DCIS) juga meningkat
pesat antara awal dan akhir tahun 1980 dan terus meningkat. Peningkatan DCIS
terutama disebabkan oleh peningkatan penggunaan skrining mammography, karena
sebagian besar kasus DCIS hanya bermanifestasi sebagai clustered
microcalcifications yang terlihat pada mammography.
Untuk semua kelompok ras dan etnis, kanker payudara kebanyakan didiagnosis
pada tahap awal, ketika tumor kecil dan terlokalisasi. Tingkat kematian juga tinggi
pada wanita Amerika-Afrika daripada wanita kulit putih meskipun insidennya lebih
rendah. Dari tahun 2000 sampai 2003, angka kematian kanker payudara tertinggi di
Afrika Amerika(34,3 kasus per 100.000 perempuan), diikuti oleh orang kulit putih
(25,3), Hispanik (16,2), American Indian / Alaska Pribumi (13,4), dan Asian-
Americans / Pacific Kepulauan.
Perbedaan antara perempuan kulit putih Amerika dan Afrika dapat dijelaskan
oleh perbedaan dalam diagnosis melalui skrining mamografi dan pengobatan tepat
yang terbatas. Meskipun perbedaan ini, tingkat kematian keseluruhan dari kanker
payudara di Amerika Serikat telah menurun sejak tahun 1990. Penurunan ini telah
dikaitkan dengan peningkatan penggunaan skrining dan efektivitas terapi ajuvan.
Usia rata-rata untuk diagnosis kanker payudara adalah antara usia 60 dan 65
tahun. Meskipun kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian, kanker bagi
perempuan itu tidak memandang usia, kanker payudara merupakan penyebab utama
kematian pada wanita antara usia 20 dan 59 tahun.
BAB II
A. Epidemiologi
Jenis kelamin dan usia merupakan dua variabel yang terkait dengan kanker
payudara. Hasil pemeriksaan klinis penyakit kanker payudara pada laki-laki dan
perempuan sebanding begitu juga dengan pengobatannya. Seain itu, kejadian kanker
payudara sering dikaitkan dengan usia, misalnya, seorang wanita usia 40 tahun
mempunyai riwayat keturunan kanker payudara denga rasio RR 2.0. Penyakit kanker
payudara memiliki resiko berkembang pada usia 50 tahun hanya 2.9%, bukan
25.34%. Jadi, disimpulkan bahwa faktor resiko usia tidak menyebabkan
perkembangan penyakit. Etiologi dari penyakit ini tidak diketahui secara lengkap.
1. Faktor endokrin
Hubungan kanker payudara dengan faktor endokrin yakni pada durasi
menstruasi, masa menache atau menstruasi pertama biasanya sebelum usia 12
tahun, telah memiliki resiko secara komulatif perkembangan kanker payudara.
Begitu juga kejadian kanker payudara meningkat untuk pasien yang menopause
terlambat usia 55 tahun atau lebih. Sebaliknya ooferektomi bilateral sebelum usia
40 tahun mengurangi resiko relatif terkena kanker payudara. Ketidakseimbangan
hormon harus diperhatikan seperti waktu menstruasi dan saat usia kehamilan
pertama. Dibeberapa penelitian saat menarce, menopause dan melahirkan juga
merupakan waktu perubahan hormon sehingga memiliki potensi kanker payudara.
2. Faktor Genetik
Hal yang terkait dengan faktor genetik diantaranya:
a. Memiliki tingkat kerabat pertama dengan riwayat kanker payudara
meningkatkan resiko untuk wanita sekitar 1,5-untuk 3-kali lipat.
b. Risiko ini dipengaruhi oleh usia wanita itu sendiri dan usia ketika relative
didiagnosis.
c. Risiko yang terkait dengan memiliki kerabat tingkat kedua dengan kanker
payudara yang kompleks, dan tergantung pada keluarga lainnya yang memiliki
riwayat kanker payudara.
d. Riwayat kanker payudara dari anggota keluarga pada kedua ibu dan ayah
penting untuk dipertimbangkan dalam evaluasi risiko.
3. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup
Diet merupakan faktor lingkungan yang jelas, dan terdapat hubungan yang
erat antara asupan lemak dan metabolisme hormon steroid menyebabkan
penekanan pada lemak dari makanan sebagai etiologi yang mungkin untuk kanker
payudara. Diet rendah lemak yang terkait dengan kadar estrogen dalam darah
rendah menyebabkan rendahnya resiko kanker payudara. Salah satu faktor
makanan yang patut disebutkan adalah efek yang mungkin dari fitoestrogen pada
risiko kanker payudara. Fitoestrogen yang alami estrogen tanaman yang
ditemukan di produk kedelai, biji, buah, dan kacang kacangan. Kedelai dapat
berfungsi sebagai antiestrogens relatif dengan menghilangkan estradiol alami.
B. Clincal Presentation
Secara umum pasien mungkin tidak memiliki gejala, seperti kanker payudara dapat
dideteksi pada pasien asimtomatik meskipun skrining rutin mamografi.
1. Tanda dan Gejala
a. Sebuah benjolan, nyeri teraba
b. sakit, nipple discharge, retraksi atau penonjolan edema kulit, kemerahan
c. teraba pada daerah lokal-daerah kelenjar getah bening
2. Tanda dan Gejala Sistemik Metastasis
Tergantung di situs metastasis, tetapi dapat mencakup nyeri tulang, kesulitan
bernapas, sakit perut atau pembesaran, penyakit kuning, perubahan status mental
yang.
3. Tes laboratorium
a. Tumor markers seperti antigen kanker (CA 27,29) atau
b. Carcinoembryonic antigen (CEA) meningkat.
c. Alkalin fosfatase atau tes fungsi hati meningkat pada penyakit metastasis.
4. Tes Diagnostik Lainnya
a. Mamogram (dengan atau tanpa USG, MRI payudara, atau keduanya.
b. Biopsi untuk diperiksa patologi dan penentuan esterogen progesterone (ER/PR)
status dan HER2 status.
c. Tes sistemik meliputi: Chest x-ray, Chest CT, bone scan, CT abdomen atau
USG atau MRI.
C. Staging dan Prognosis
Tahap didiefinisikan pada tingkat dan ukuran tumor primer (T), keberadaan dan
tingkat keterlibatan kelenjar getah bening (N), dan keberadaan atau tidak adanya
metastasis yang lama (M 0-1 1-3 ). Meskipun bayak kemungkinan kombinasi dari T
dan N adalah mungkin dalam suatu tahap, sederhannya sebuah penyakit yang tidak
menyerang jaringan membran bas, stadium 0 mewakili karsinomain situ (Tis) atau
penyakit yang tidak menyerang membran basal jaringan payudara.
1. Tahap I merupakan tumor invasif primer kecil tanpa keterlibatan kelenjar getah
bening
2. Tahap II biasanya melibatkan daerah kelenjar getah bening. Tahap I dan II
sering disebut sebagai awal kanker payudara. Hal ini dalam tahap awal bahwa
penyakit ini dapat disembuhkan.
3. Tahap III, juga disebut sebagai penyakit stadium lanjut secara lokal, biasanya
merupakan tumor besar dengan keterlibatan nodal yang luas dimana baik
bengkak atau tumor adalah tetap pada dinding dada.
4. Tahap IV ditandai oleh adanya metastasis ke organ jauh dari tumor primer dan
sering disebut sebagai metastatis atau penyakit stadium lanjut seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Kebanyakan kanker payudara saat ini dalam tahap awal
dimana prognosis menguntungkan (tabel 131-4).
D. Patologi
1. Karsinoma Invasif
Karsinoma invasif adalah sekelompok kerusakan jaringan yang heterogen.
Diklasifikasikan menjadi lima jenis kanker payudara invasif. Karsinoma invasive
duktal atau infiltrasi adalah sejenis tumor yang terjadi sekitar 75% dari semua 1-4
kanker payudara invasif. Tumor ini biasanya menyebar ke kelenjar getah bening
aksila dan jumlah mereka lebih sedikit dari jaringan tubuh lainnya ( khusus
tubular, meduler, dan musinosa), yaitu 5%-10% dari karsinoma payudara. Tanda
yang khas adalah adanya penebalan yang tidak jelas di daerah payudara.
Karsinoma Infiltrasi lobular lebih sulit dideteksi oleh mamografi. Secara
keseluruhan, karsinoma infiltrasi duktal dan karsinoma infiltrasi lobular
mempunyai kemiripan dilihat dari keterlibatan kelenjar aksila dan kekambuhan
penyakit serta kematian, namun sifat perkembangannya cenderung berbeda.
Karsinoma Infiltrasi duktal lebih sering bermetastasis ke tulang, paru-paru, hati,
otak, sedangkan karsinoma infiltrasi lobular cenderung bermetastasis ke yang
selaput meninges, permukaan peritoneal, peritoneal, retroperoteum, saluran GI,
organ reproduksi, dan bagian yang tidak biasa lainnya. Tiga jenis khusus lainnya
dari kanker invasif adalah moduler, mucinous, dan tubular. Karsinoma modular
terdapat <7% dari seluruh karsinoma payudara, karsinoma musinoma (atau
koloid) sekitar 3 %, dan karsinoma tubular sekitar 2% dari semua kanker
payudara. Inflamasi kanker payudara ditandai oleh adanya edema kulit yang
menonjol, kemerahan dan hangat, dan indurasi yang mendasari jaringan. Biopsi
kulit menunjukkan sel kanker yang terlibat dalam limfatik dermal. Inflamasi
kanker payudara biasanya menyebar sangat cepat. Inilah perbedaan dari kasus
lain dari kanker payudara stadium lanjut. Jumlah pasien dengan inflamasi kanker
payudara masih sedikit.
2. Karsinoma Non-Invasif
Sama seperti karsinoma invasif, lesi non-invasif dapat dibagi menjadi kategori
duktal dan lobular. Karsinoma ini didiagnosis ketika transformasi maligna sel
telah terjadi, namun membran basal utuh. Ductal Carsinome In Situ (DCIS) lebih
sering didiagnosis dari Lobular Carsinome In Situ (LCIS). Kebanyakan kasus
DCIS di temukan oleh biopsi yang terlihat pada skrining mamografi. Lima pola
histologis berbeda dari DCIS telah diidentifikasi yaitu komedo, berkisi,
mikropilari, papiler, dan padat.
Kombinasi CMF
Dosis
2
C : Cyclophospamide 100 mg/m hari 1 s/d 14
2
M : Metotrexate 40 mg/ m IV hari 1 & 8
2
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m IV hari 1 & 8
Interval : 4 minggu
Kombinasi AC
Dosis
A : Adriamycin
C : Cyclophosfamide
Optional : Kombinasi Taxan + Doxorubycin
Capecitabine
Gemcitabine
Docetaxel Gemcitabine
2 2
Docetaxel 60100 mg/m IV lebih dari 1 jam Gemcitabine 6001,000 mg/m per minggu IV,
Ulangi siklus selama 21 hari pada hari 1, 8, dan 15
Atau Ulangi dosis selama 28 hari
2
Docetaxel 3035 mg/m per minggu IV lebih (mungkin membutuhkan untuk 15 hari dosis
dari 30 menit berdasarkan jumlah darah)
Ulangi dosis selama 7 hari
Regimen kemoterapi untuk kanker payudara yang dijadikan first choice yakni AC-
Paclitaxel, TAC, dan Paclitaxel-FAC. Ketiga regimen ini termasuk golongan Taxanes
yang merupakan agen kelas baru yang paling efektif mengandung paclitaxel dan
docetaxel.
2
Untuk regimen AC-Paclitaxel mengandung Doxorubicin 60 mg/m , diberikan secara
2
intravena pada hari pertama. Cyclophosphamid 600 mg/m , diberikan secara intravena
pada hari pertama. AC-Paclitaxel ini diulangi siklus setiap 21 hari selama 4 siklus,
2
kemudian diikuti oleh Pactitaxel 175 mg/m diberikan secara intravena lebih dari 3 jam.
Kemudian, diulangi siklus setiap 21 hari selama 4 siklus.
TAC mengandung Docetaxel 75 mg/m2 diberikan secara intravena pada hari
pertama, Doxorubicin 50 mg/m2 diberikan secara bolus pada hari pertama,
Cyclophosphamid 500 mg/m2 diberikan secara intravena pada hari pertama. Kemudiaan
diulangi siklus setiap 21 hari selama 6 siklus, pemberian regimen TAC harus diberikan
dengan support factor pertumbuhan.
Regimen Pactitaxel-FAC mengandung Pactitaxel 80 mg/m2 diberikan secara
intrvena dari 1 jam setiap minggu selama 12 minggu. Kemudian diikuti oleh
Fluorouracil 500 mg/m2 diberikan secara intravena pada hari pertama dan keempat.
Doxorubicin 50 mg/m2 diberikan secara infus intravena berulang lebih dari 72 jam.
Kemudiaan Cyclophosphamid 500 mg/m2 diberikan secara intravena pada pertama, Hal
ini, diulang siklus setiap 21-28 hari selama 4 siklus.
4. Terapi Adjuvan Biologic
Trastuzumab adalah antibodi monoklonal yang target aksinya pada HER2 reseptor
protein. Trastuzumab yang dikombinasikan dengan kemoterapi ajuvan diindikasikan
pada pasien dengan stadium awal, HER2-positif kanker payudara. Salah satu uji klinis
melaporkan risiko kekambuhan berkurang hingga 50%. Namun, rejimen yang
mengandung trastuzumab yang optimal masih belum diketahui. Pertanyaan masih terkait
kemoterapi secara bersamaan yang optimal, dosis optimal, jadwal, dan durasi terapi
trastuzumab, dan penggunaan modalitas terapi lainnya secara bersamaan. Banyak uji
klinis berlangsung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebagian besar
rejimen diteliti termasuk anthracycline dan taxane diberikan bersamaan dengan
trastuzumab atau berurutan sebelum trastuzumab. Dari bukti yang ada, tampak bahwa
pemberian taxane dengan trastuzumab akan lebih efektif dari pada trastuzumab
diberikan setelah kemoterapi. Namun, pemberian berurutan dari trastuzumab masih
menawarkan manfaat yang signifikan lebih dari rejimen tanpa trastuzumab. Meskipun
demikian, trastuzumab merupakan tambahan yang sangat efektif tetapi mahal untuk
adjuvant terapi, dan sebaiknya sebelum pasien dengan HER2positif kanker payudara
menjalani terapi haruslah didiskusikan secara rinci terlebih dahulu terkait resiko yang
ada.
5. Terapi Adjuvan Endocrine
Tamoxifen telah menjadi standar terbaik untuk terapi adjuvan endokrin. Obat ini
memiliki kedua sifat estrogenik dan antiestrogenik, tergantung pada jaringan dan gen
yang bersangkutan. Pemberian Tamoxifen 20 mg sehari, dimulai segera setelah
menyelesaikan kemoterapi dan berlanjut selama 5 tahun dapat mengurangi risiko
kekambuhan dan kematian. Tamoxifen biasanya ditoleransi dengan baik. Gejala putus
obat dari estrogen (hot flashes dan perdarahan vagina) mungkin terjadi namun frekuensi
dan intensitas berkurang dari waktu ke waktu. Tamoxifen juga meningkatkan risiko
stroke, emboli paru, trombosis vena, dan kanker endometrium, terutama pada wanita
usia 50 tahun atau lebih. Wanita premenopause mendapatkan keuntungan dari ablasi
ovarium dengan agonis luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH) (misalnya,
goserelin) dalam pengaturan ajuvan, baik dengan atau tanpa tamoxifen secara
bersamaan. Serangkaian uji sedang berlangsung untuk lebih mendefinisikan peran
agonis LHRH. Pada wanita pascamenopause, obat pilihan untuk terapi hormonal
adjuvant meliputi inhibitor aromatase (misalnya anastrozol, letrozole, atau exemestane)
baik sebagai pengganti atau setelah tamoxifen. Namun, obat yang optimal, dosis, urutan,
dan lama pemberian inhibitor aromatase dalam pengaturan ajuvan tidak diketahui. Efek
samping dengan inhibitor aromatase meliputi hot flashes, mialgia / artralgia, kekeringan
vagina / atrofi, sakit kepala ringan, dan diare.
6. Terapi Endokrin
Tujuan terapi farmakologis endokrin untuk kanker payudara adalah untuk
mengurangi tingkat sirkulasi estrogen atau mencegah efek dari estrogen pada sel kanker
payudara (terapi target) dengan memblokir reseptor hormon. Terapi endokrin kombinasi
belum menunjukkan manfaat khasiat apapun, tetapi meningkatkan toksisitas. Oleh
karena itu kombinasi dari agen endokrin untuk kanker payudara yang tidak
direkomendasikan di luar konteks dari percobaan klinis. Sampai saat ini, masih sedikit
bukti manfaat peningkatan kelangsungan hidup dari satu terapi endokrin.
hypophysectomy yang setara pada pasien dengan kanker payudara metastatik.
III. KESIMPULAN
Faktor risiko kanker payudara menunjukkan interaksi yang kompleks antara hormon,
faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup. Identifikasi gen BRCA1 dan BRCA2, gen
tumor supresor penting dalam perkembangan payudara yang diwariskan dan mungkin
berperan dalam mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi. Pengobatan tahap awal
kanker payudara terdiri dari managemen local, terapi adjuvant dengan kemoterapi
sistemik, biologis dan terapi hormonal atau kombinasi.
Kanker payudara lanjut meliputi kanker payudara stadium lanjut (stadium III) dan
kanker payudara metastatic (stadium IV). Pengobatan kanker payudara stadium III
umumnya terdiri kombinasi dari pembedahan, radiasi kemoterapi dan diberikan dalam
pendekatan yang agresif. Kanker payudara metastatik diobati dengan terapi endokrin,
kemoterapi atau terapi biologis. Pasien yang HR-positif akan menerima terapi awal
endokrin diikuti dengan kemoterapi ketika terapi endokrin gagal. Pasien yang HR-
negatif atau yang mempunyai penyakit simptomatik yang melibatkan hati, paru-paru
atau sistem saraf pusat umumnya akan menerima kemoterapi sebagai lini pertama dari
penyakit metastatik.
Upaya untuk pencegahan kanker payudara ditujukan ke arah identifikasi,
mengurangi faktor risiko dan pencagahan terapi obat. Dua kelas agen, retinoid dan
SERM dievaluasi untuk mencegah kanker payudara. Tamoxifen dan raloxifene telah
menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi tingkat kanker payudara invasif pada
wanita yang berisiko tinggi terhadap pengembangan penyakit. Deteksi dini kanker
payudara tetap penting untuk mengurangi angka kematian kanker payudara. Upaya
penelitian intensif sedang berlangsung dalam semua aspek etiologi kanker payudara,
deteksi, pencegahan dan pengobatan.
IV. DAFTAR PUSTAKA