Anda di halaman 1dari 4

Dosa dan maksiat, cermin hilangnya kewibawaan umat Islam

Kategori : Tazkiyatun Nufus


Diakses : 1450

Ust. Abu Hamzah (murid syaikh Muqbil bin Hadi Al WadI Yaman)

Tidak diragukan lagi bahwa kehinaan dan malapetaka yang ditimpakan oleh Allah
subhanahu wa taala itu disebabkan karena banyak manusia lalai, merasa tidak
bersalah jika melaksanakan dosa dan kemaksiatan. Mereka pun pura-pura tidak tahu
bahwa yang demikian itu akan menyebabkan turunnya ancaman dari Allah
subhanahu wa taala. Allah taala berfirman : Telah tampak kerusakan di darat dan
di laut karena perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang
benar. (Ar-Rum : 41)

Kemuliaan kaum musliminpun terpuruk dikarenakan penganutnya acuh tak acuh


terhadap agamanya, yang halal menjadi haram dan sebaliknya, yang haram menjadi
halal. Akibat dari semua itu dosa dan kemaksiatan menjadi sarapan pagi, siang dan
malam harinya Wallahu Mustaan.

Umar Ibnul Khaththab berkata, Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan
oleh Allah taala dengan Islam, walau bagaimanapun kita pasti menginginkan
kemuliaan tersebut, tapi jika tanpa Islam, maka Allah akan menghinakan kita.
(dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi)

Dari perkataan seorang khalifah ini, jelaslah kehancuran dan kehinaan kaum
muslimin akan didapat jika lalai dan meninggalkan agamanya. Maka hendaklah
seluruh kaum muslimin sadar akan hal ini dan mengetahui akibat-akibat yang
ditimbulkan dari dosa dan kemaksiatannya serta hal-hal yang akan menyebabkan ia
berbuat dosa.

Diantara hal-hal yang akan menyebabkan berbuat dosa adalah sebagai


berikut :

Pertama.
Tidak sabar dalam menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah taala baik itu berupa
kebaikan atau keburukan. Allah taala berfirman : Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. (Al-Anbiya : 35).
Firman Allah taala : Alif laam miim, apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan saja, mengatakan kami beriman sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabut : 1-3) dan Dan Kami coba
mereka dengan nikmat yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk agar mereka
kembali kepada kebenaran. (Al-Araf : 168)

Al-Allamah Ibnul Qayyim mengatakan, Ujian merupakan suatu keharusan yang


menimpa manusia, dan tidak ada satu orang pun yang dapat mengelak darinya. Oleh
karenanya Allah taala menyebutkan dalam al-Quran tentang keharusan-Nya
menguji manusia baik itu merupakan kesenangan ataupun kesusahan untuk
menuntut adanya kesabaran dan rasa bersyukur (Madarijus Salikin juz 2/283).
Keterangan di atas merupakan gambaran yang jelas, apabila seseorang tidak
memiliki kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan maka akan menjerumuskan
dia ke dalam dosa dan kemaksiatan.

Kedua.
Lemahnya keimanan dan keyakianan kepada Allah taala dan tidak merasa takut
kepada-Nya. Sesungguhnya lemahnya iman seorang hamba kepada Sang
Penciptanya, Pemberi rizkinya, dan Pengatur segala urusannya adalah perkara besar
dan sangat berbahaya. Hilangnya rasa takut kepada Allah, dan tidak memiliki sifat
muraqabah (merasa diperhatikan Allah) sesungguhnya akan menyebabkan manusia
menganggap enteng dengan janji Allah taala dan ancaman-Nya. Janji Allah taala
adalah dengan memberikan pertolongan, kemuliaan dan kepemimpinan. Adapun di
akhirat, maka janji-Nya adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi, Allah
taala akan berikan kepada orang-orang yang bertakwa. Adapun ancaman-Nya di
dunia adalah dengan menurunkan kesusahan, kerendahan dan kehinaan, juga tidak
adanya ketenangan, maka ancaman-Nya di akhirat adalah dengan menimpakan
adzab yang pedih dan menariknya ke dalam neraka yang membara serta merupakan
sejelek-jeleknya tempat kembali.

Dari Anas Ibnu Malik berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,


menyampaikan sesuatu di hadapan para sahabatnya, beliau berkata : Telah
diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, maka aku belum pernah melihat kebaikan
dan keburukan seperti pada hari ini, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui
niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis, Anas berkata, Tidak
pernah datang kepada sahabat Rasulullah suatu hari yang lebih berat kecuali hari
itu. Berkata lagi Anas, Para sahabat Rasulullah menundukkan kepala-kepala
mereka dan terdengar suara tangisan mereka. (Bukhari & Muslim).

Umar Ibnul Khaththab radliyallahu anhu berkata, Seandainya ada seruan yang
datangnya dari langit, Wahai sekalian manusia sesungguhnya kalian akan masuk
surga kecuali satu orang . Maka aku akan takut kalau satu orang itu ternyata
adalah aku. Ibnu Umar radliyallahu anhu berkata, Kepala Umar di atas pahaku
ketika ia sakit, yang sakit itu menyebabkan kematiaannya, lalu ia berkata kepadaku,
Letakkan kepalaku !, maka aku meletakkannya di atas tanah, kemudian dia berkata
lagi, Kehancuran yang akan menimpaku dan ibuku manakala Rabku tidak
mengasihiku. (Syarhus Sunnah, Al-Baihaqi)

Begitulah keadaan Rasulullah dan para sahabatnya, kalau kaum muslimin tidak lagi
memiliki rasa khasyyah (takut kepada Allah taala) dapat dibayangkan dan
dibuktikan apa yang akan terjadi Wallahu Mustaan.

Ketiga:
Kebodohan, tidak mengenal Allah taala. Allah dan rasul-Nya shalallahu alaihi wa
sallam telah mencela kebodohan dan ahlinya (orang bodoh), dengan menerangkan
dampak kejelekan dan akibatnya. Firman Allah taala :
Jadilah engkau seorang yang pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf,
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Al-Araf : 199). Dan Allah
berfirman tentang sifat-sifat Ibadurrahman (hamba Ar-Rahman) : Dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang
mengandung keselamatan. (Al-Furqan : 63). Dari Abdillah Ibnu Amr Ibnul Ash,
Nabi shalallahu alaihi wa sallam berkata, Sesungguhnya Allah taala tidak akan
mencabut ilmu pada hambanya dengan sekaligus, akan tetapi mencabut ilmu dengan
cara dicabutnya para ulama, sehingga apabila sudah tidak ada lagi yang tersisa
seorang alim pun, maka manusia akan memilih para pemimpin-pemimpin yang
bodoh, maka apabila mereka ditanya, mereka akan manjawab tanpa ilmu, mereka
itu sesat lagi menyesatkan. (Bukhari & Muslim).

Demikianlah akibat dari kebodohan yang sekarang justru menjadi berkembang biak
dan merajalela di kalangan kaum muslimin Hendaknya kaum muslimin seluruhnya
bertakwa kepada Allah kapan dan dimanapun ia berada. Sesungguhnya tidak ada
yang dapat menyelamatkan umat ini dari kesesatan kecuali ilmu, karena Allah taala
telah memuji ilmu dan ahlinya. Allah taala berfirman : Sesungguhnya orang-orang
yang takut di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama (orang yang
berilmu). (Fathir : 28).

Allah menyatakan bahwasanya tiada ilah malainkan Dia, Yang menegakkan


keadilan, para malaikat dan ahli ilmu (juga mengatakan demikian). Tiada ilah kecuali
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran : 18).

Kempat.
Cinta dunia dan condong kepada syahwat. Allah taala berfirman : Dijadikan indah
pada pandangan manusia kepada apa-apa yang diingini yaitu, wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik. (Ali Imran : 14).

Dalam ayat ini Allah taala telah menyebutkan jumlah syahwat yang digandrungi dan
dicintai oleh manusia, kemudian Dia menerangkan bahwa yang demikian itu
hanyalah perhiasan dunia yang akan hilang dengan segera, dan di sisi Allah-lah
pahala dunia, hendaklah mengingat kembali umurnya yang telah lewat, apakah
digunakan ketaatan kepada Allah, ataukah dalam kemaksiatan. Ingatlah apa yang
telah Rasulullah peringatkan : Maka demi Allah ! Bukanlah kemiskinan yang aku
takutkan atas kalian tapi yang kutakutkan adalah akan dibentangkannya dunia,
seperti dibentangkannya atas orang-orang sebelum kalian, maka kalian akan
berlomba-lomba padanya (dunia) seperti halnya mereka, dan dunia itupun akan
mengahancurkan kalian, sepertinya telah menghancurkan orang-orang sebelum
kalian. (Bukhari & Muslim).

Kelima.
Lalai, tidak pernah menghiraukan. Kebanyakan manusia terbang dalam angan-angan
yang tak karuan, sehingga keluar dari jalan yang lurus dan meninggalkannya, lalu
mengira kan dibiarkan begitu saja, lalai atas firman Allah : Dan Aku memberi
tangguhan kepada mereka, sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al-Qalam :
45). Biarkanlah mereka di dunia ini makan dan bersenang-senang dan dilalaikan
dengan angan-angan kosong, maka kelak mereka akan mengetahui akibat dari
perbuatan mereka. (Al-Hijr : 3). Sudah semestinya kaum muslimin melihat dan
membuka matanya lebar-lebar atas apa yang terjadi pada warga dan negara yang
kita cintai ini.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari dosa dan maksiat adalah sebagai
berikut :
1. Sesungguhnya dengan dosa dan maksiat akan melemahkan hati dari
keinginannya. Sedikit demi sedikit keinginan untuk melakukan kemaksiatan akan
menguat, dan keinginan untuk bertobat akan melemah hingga akhirnya akan hilang
keinginan hati untuk bertaubat secara keseluruhan.

2. Seseorang akan terus melakukan perbuatan dosa dan maksiat, sehingga ia akan
menganggap remeh dosa tersebut. Kalau sudah demikian maka akan datang
kehancuran, sebab dosa yang dianggap remeh adalah besar di sisi Allah taala. Ibnu
Masud radliyallahu anhu berkata, Sesungguhnya seorang mukmin tatkala melihat
dosanya seakan-akan ia berada di pinggir gunung yang ia takut gunung itu akan
menimpa dirinya. Dan sesungguhnya seorang yang fajir tatkala melihat dosanya,
seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya lalu membiarkannya terbang. (HR.
Bukhari)

3. Sesungguhnya dosa dan maksiat akan menghilangkan rasa malu, yang


merupakan tonggak kehidupan hati, pokok dari segala kebaikan, apabila hilang rasa
malu maka lenyaplah kebaikan. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
Malu adalah kebaikan seluruhnya. (HR. Bukhari Muslim)

4. Disebabkan dosa dan maksiat, Allah taala akan melupakan hamba-Nya dan
meninggalkannya, maka terjadilah kehancuran yang tidak diharapkan.

Masih banyak dampak dan akibat yang ditimbulkan dari dosa dan kemaksiatan yang
harus dijauhi oleh setiap kaum muslimin. Dengan kembali kepada agamanya,
kembali kepada al-Kitab dan as-Sunnah, berpegang teguh kepada keduanya untuk
mengembalikan izzatul Islam wal muslimin (Kemuliaan Islam dan Muslimin).
Wallahu Alam bishawab

[Kontributor: Atho ibn sanady, 01 Desember 2001 ]

Anda mungkin juga menyukai