Anda di halaman 1dari 25

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AS
Tempat/tgl lahir : Oekasino, 25 Januari 1983 (33 tahun)
Suku : Alor
Agama : Kristen Protestan
Status Pernikahan : Belum menikah
Pendidikan : SMK
Alamat : Desa Oematnunu, Kupang Barat
II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Riwayat perjalanan penyakit didapat dari autoanamnesis dan
heteroanamnesis terhadap kakak kandung pasien, pada Rabu, 26
Oktober 2016 jam 17.00 di rumah kakak pasien di belakang SMK
Negeri 1 Kupang, Oebobo.
A. Keluhan Utama
Pasien dibawa ke Poliklinik Jiwa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
pada 11 Oktober 2016, jam 11.30 WITA dengan keluhan susah tidur,
gelisah dan berbicara sendiri yang mulai dirasakan pasien sejak obat
habis tanggal 1 Oktober 2016.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Autoanamnesis
Pada saat diperiksa pasien baru selesai mandi, pasien
menggunakan baju berwarna merah dan celana . Pemeriksa
menjabat tangan pasien dan menyapa pasien, Selamat sore Bai
Nus Lalu pasien menjawab, Selamat sore pak Paul, silahkan
duduk. Pemeriksa mengawali pembicaraan dengan menanyakan
kondisi pasien, Karmana kabar Bai Nus? Kayak tambah segar
yah. Pasien sambil tersenyum menjawab, Be baik baik sa pak
Paul, be rasa lebih enak di rumah karena dekat dengan keluarga
na. Lalu pemeriksa bertanya mengenai perasaan pasien, Karmna

1
perasaan hari ini Bai Nus? Senang ko sedih atau karmana?
Pasien menjawab sambil tertawa kecil, be senang pak, su di
rumah bisa sama sama keluarga, be su sembuh na pak.
Kemudian pemeriksa melanjutkan pertanyaan, BaI Nus, kitong
bacerita sedikit e, tu hari kenapa pi rumah sakit? Pasien
menjawab, Be pi poliklinik rumah sakit karena be pung obat su
habis na pak, be dengan be pung kakak (kakak kandung pasien) pi
cek di dokter apa be minum obat lanjut ko barenti minum. Lalu
pemeriksa bertanya lagi, Sejak kapan obat habis? Jawab pasien,
Be pung obat habis sejak tanggal 1 sampai tanggal 9 ko, mulai itu
be mulai rasa gelisah su, sonde bisa tidur lai. Pemeriksa bertanya,
Bagaimana bisa kehabisan obat? Pasien menjawab, Sonde tau
lai pak, kakak su cari di seluruh apotik di kota Kupang, hanya
sonde dapat ju pak. Lalu pemeriksa bertanya, Semua obat habis
ko BaI Nus? Jawabnya, Sonde ju pak, hanya satu sa yang
habis. Pemeriksa bertanya lagi, Obat lain ada? Kenapa sonde
lanjut sa minum obat yang lain? Jawab pasien, Be takut minum
itu obat, nanti kejang na pak. Pemeriksa bertanya lagi, Tahu dari
mana kejang? Memangnya su pernah ko BaI Nus? Jawabnya,
Sonde ju pak, hanya pernah ada yang bilang na. Lalu pemeriksa
bertanya lagi, Na karena sonde minum obat, jadi gelisah dan
susah tidur, habis itu karmana lai? Lalu pasien menjawab Be ni
pendiam pak, hanya kalau orang omong be sambung sa, kayak
dalam pikiran ini be langsung omong. Pemeriksa bertanya lagi
apa yang terjadi setelah putus obat? Pasien menjawab dengan
mengelak, katanya Kalau soal itu be sonde bisa ingat lai, be takut
kembali di masa lalu nanti be takut ulang lain na pak, be hanya
mau pikir sehat sa.

2
Lalu pemeriksa bertanya lagi, Apa BaI Nus punya kekuatan
yang orang lain sonde punya ko? Pasien menjawab, Be rasa bisa
kasih sembuh orang pak, Tuhan kasih be kuasa. Lalu pemeriksa
bertanya lagi, Apa BaI Nus yakin ko punya kuasa
menyembuhkan itu? Pasien menjawab, Sonde ju pak, be pung
iman belum kuat na, jadi belum bisa pak. Lalu pemeriksa
bertanya lagi, Apa pernah kayak dikejar kejar orang atau
memata matai oleh orang? Jawab pasien, Sonde pak
Pemeriksa bertanya lagi, Apa pernah pikiran BaI Nus diketahui
oleh orang lain? Jawab pasien, Sonde ju pak. Lalu pemeriksa
bertanya, Apa pasien mendengar suara suara yang BaI Nus sa
yang dengar? Jawabnya Iya pak, be sering dengar kayak suara
suara suruh be buat jahat, suruh be bunuh orang, pukul orang dan
buat jahat lain lai, be rasa terganggu hanya mulai hari rabu pas
setelah be batelpon dengan be pung anak be sonde dengar lai. Dulu
be lawan tapi sonde bisa, kalau sekarang be hanya pakai pikiran,
perkataan dan perbuatan yang baik sa pak. Be ju kalau setiap be
duduk tenang ada suara bilang be punya bapa jelek dan ju dong
mulai omong be pung kesalahan. Lalu pemeriksa bertanya lagi,
Apa melihat sesuatu yang orang lain sonde lihat ko? Jawab
pasien, sekarang sonde lai pak, tapi dulu be lihat ada bayangan
mengenai arwah arwah, bayingan keluarga yang su meninggal,
dong bacerita seperti biasa sa di rumah. Pemeriksa bertanya lagi
Apa pernah mencium bau kayak bangkai atau bau busuk begitu?
Pasien menjawa,Kira kira 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
pernah cium, hanya be sonde tahu itu bau apa na. Pemeriksa
bertanya lagi, Apa BaI Nus pernah pi surga ko? Pasien
menjawab, Iya pak, itu hari be pung guru sekolah minggu cerita
tentang surga to, terus be rasa be su pernah pi, be pi surga liat

3
Lazaurus di pangkuan Bapa Abraham, jadi be bilang, pak jang
cerita lai, be su pernah pi na. Di sana Tuhan tanya be mau masuk
mana Surga ko Neraka, karena be rasa be orang yang penuh dosa
jadi sonde layak di Surga dan be ju takut masuk Neraka, makanya
be bilang biar su, be di dunia melayani Engkau sa.
Lalu pemeriksa bertanya, Dulu karmana ko sampai sakit?
Pasien menjawab, Be tertekan karena be pung mama meninggal
tahun 2010, sedangkan be pung bapa kas tinggal kitong dari kecil.
Pemeriksa bertanya lagi, Jadi Bapa su sonde dengan BaI Nus
dong ko? Jawabnya, Iya Pak. Terus be punya mama punya
suami sah ju su meninggal pak. Pemeriksa bertanya lagi, Maaf
BaI Nus, be su bingung, su karmana ni BaI Nus? Sebenarnya
BaI Nus pung bapa su meninggal atau memang kas tinggal BaI
Nus dong? Jawab pasien,Iya pak, Be pung Bapa nama MS,
sedangkan be pung mama pung suami sah itu be pung BaI besar,
jadi be pung mama menikah dengan be pung BaI besar ada kakak
perempuan hanya itu kakak dalam 2 hari su meninggal, habis itu
lahir lai be pung kakak yang punya ini rumah, habis itu be, ma be
pung bapa kandung bukan suami sahnya mama, be pung bapa
kandung nama bapa MS. Yang ketiga itu be pung anak, nama Lila,
itu anaknya be dan be pung mama, dulu waktu itu be umur 4 tahun
lalu berhubungan dengan mama, be ju sonde sadar karmana itu.
Lalu be pung adik yang terakhir itu anak dari be pung mama
dengan be pung om. Pemeriksa kaget dan bertanya lagi, BaI
Nus yakin begitu? Jawabnya, Iya pak be yakin betul, be sakit ni
karena stress ju, kalau bilang be pung bapa MS bukan bapanya,
nnti be kayaknya marah marah, setiap kali be omong begitu, be
pung kakak, be pung anak dan be pung adik bilang sonde dan be
dibawa ke RS. Pemeriksa bertanya, Kalau sekarang masuk RS

4
karena dong omong begitu ko? Pasien menjawab. Eh sonde
pak. Lalu pemeriksa membalas, BaI Nus tahu sonde kenapa
dirawat di RS? Pasien menjawab, Be rasa be pung kepala dan
dada sa yang sakit, be pung fisik sa yang sakit, be pung jiwa sonde
sakit, be pung jiwa babae, be sering bergaul dan berdialog dengan
Tuhan na, be hanya butuh obat buat sakit fisik sa pak, be ju minum
obat jiwa jadi merasa tertekan, karena be pikir obat saraf ko apa.
Pasien merasa sudah sehat. Lalu pemeriksa mengakhiri
pembicaraan dengan pasien.
2. Heteroanamnesis
Pemeriksa mewawancarai Tn. MaS (kakak kandung pasien)
usia 38 tahun yang menjaga pasien. Menurut kakak pasien dia
tidak terlalu tahu mengenai kondisi pasien, karena pasien tinggal di
Kupang Barat, yang tahu tentang pasien itu adiknya yang ada di
Jakarta. Kakak pasien terkesan tertutup dan tidak mau
membicarakan tentang sakit pasien.
C. Riawayat Gangguan Sebelumnya
Pasien saat ini menjalani perawatan yang keempat kali. Pasien pertama
kali MRS tahun 2008, yang kedua 2009/2010 dan yang ketiga tahun
2015. Pasien tidak pernah mengalami benturan kepala sebelumnya.
Obat yang didapat adalah Risperidone, Trihexyphenidyl dan
Chlorpromazine. Sebelumnya pasien selalu minum obat teratur,
sampai habis obat tanggal 1 Oktober 2016.
D. Riwayat Kepribadian Sebelumnya
Menurut pasien dan kakaknya, pasien orang yang pendiam dan suka
menyendiri, pasien juga kurang berinteraksi dengan keluarganya.
Pasien juga mengaku dia bergantung dengan mamanya dan bapaknya,
sampai sekarang kata kata bapaknya itu masih terngiang ngiang

5
dalam kehidupannya, jadi untuk buat apa apa tergantung kata orang
tuanya.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak didapat informasi mengenai riwayat kehamilan dan
persalinan.
2. Masa kanak dini (0 3 tahun)
Tidak didapat informasi mengenai masa kanak dini pasien.
3. Masa Kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pada masa ini menurut pasien sangat bergantung pada orang tua
pasien, apapun yang orang tuanya suruh pasien ikut tidak
melawan. Pasien juga mengatakan kalau pasien itu pendiam tapi
punya banyak teman. Di sekolahnya pasien termasuk orang yang
pintar (selalu masuk 5 besar).
4. Masa Remaja
Pasien mimpi basah pertama ketika dia masih SMK, ketika ditanya
perasaannya, pasien menjawab dia tidak mau ceritakan takut
berdosa.
Lalu pasien ditanya mengenai masturbasi, pasien menjawab pernah
hanya dia tidak mau ceritakan lebih lanjut, berdosa menurut
pasien.
Pasien ditanya mengenai hubungan pacaran, pasien mengaku tidak
pernah pacaran.
5. Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
- SD GMIT Oematnunu (Kelas 1 saja)
- SD Inpres Sumlili (Kelas 2)
- SMP Negeri 1 Kupang Barat

6
- SMK Negeri 2 Kupang jurusan Bangunan Gedung
(awalnya pasien mau masuk ke jurusan Gambar
Bangunan, tapi saat tes pasien tidak lolos, tapi
menurut pasien dia tidak kecewa dengan hal itu)
Menurut pasien, saat sekolah dia sering mendapat ranking
dan nilainya juga bagus bagus.
Riwayat Pekerjaan
- Bekerja bantu om di Pertamina Ambon tahun 2002.
- Pasien bantu bantu sensor kayu.
- Pasien menjaga kandang ayam di Kupang Barat.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mengaku pernah melakukan masturbasi ketika SMK
tapi selebihnya tidak, termasuk hubungan dengan
perempuan.
Riwayat Agama
Pasien beragama Kristen Protestan, pasien rajin ke gereja
dan juga selalu ikut perjamuan kudus.
Aktivitas Sosial
Menurut pasien, dia orangnya tertutup, jarang berinteraksi
dengan tetangga bahkan keluarga, tapi punya teman juga.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Sekitar tahun 2004 pasien mengaku pernah dipenjara 2
minggu karena pasien memukul temannya.
F. Riwayat Kehidupan Sekarang
Sehari hari pasien tinggal sendiri di Oematnunu, Kupang Barat.
Namun karena berobat dan kontrol, maka pasien tinggal bersama
kakak kandungnya di Kelurahan Fontein. Pasien tinggal bersama
kakaknya, kakak ipar dan 2 orang anak kakaknya. Rumah kakak
pasien sangat sederhana terbuat dari bebak. Ketika pemeriksa meminta

7
untuk melihat ke dalam rumah, pasien tidak mau menunjukan kondisi
rumahnya. Bahkan untuk memotret bagian dalam rumahpun pasien
tidak mau.
Keluarga pasien terus mendukung pasien dan mengontrol pasien
dalam minum obat. Dukungan keluarga saat ini dirasakan pasien
sangat membantu dirinya. Pasien sering diajak mengobrol oleh
keluarga walaupun pasien orangnya pendiam.
Pasien sudah sangat tenang dan kooperatif, walaupun cenderung
tertutup untuk berbicara pada pemeriksa. Pasien kelihatannya tidak
suka untuk membicarakan perihal sakit pasien. Pasien juga terlihat
mampu mengurus diri dengan baik.

(Gambar 1. Rumah Pasien)


G. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak yatim piatu. Pasien adalah anak ketiga dari
lima bersaudara. Selama ini pasien tinggal dengan adiknya yang
keempat, tapi karena adiknya pergi kuliah di Jakarta, makanya pasien
tinggal sendiri. Kakak pasien yang sulung telah meninggal pada usia
2 hari. Kakak laki laki pasien sudah berkeluarga dan bekerja

8
sebagai security. Sedangkan adiknya yang kelima bekerja sebagai
guru BK di SMP Negeri 2 Kupang Barat.

(Gambar 3. Family Tree Pasien)


: Laki laki dan sudah meninggal
: Perempuan sudah meninggal
: Laki laki masih hidup
: Pasien
: Perempuan dan masih hidup

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan dilakukan di rumah kakak pasien, Kelurahan Fontein
pada hari Rabu, 26 Oktober 2016, pukul 17.00 WITA.
A. Deskripsi Umum
Penampilan : Seorang laki laki tampak sesuai usia, bersih
dan rapi, memakai baju merah dan bercelana 3/4 .
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Tenang
B. Sikap terhadap pemeriksa : Kurang kooperatif (pasien cenderung
tidak terbuka terhadap pemeriksa), kontak mata adekuat.
C. Mood dan Afek
Mood : Eutimik
Afek : Menyempit
Keserasian : Sesuai

9
D. Pembicaraan:Pasien berbicara spontan, volume suara pasien cukup
keras dan artikulasi setiap kata yang diucapkan pasien juga cukup
jelas.
E. Persepsi
Riwayat halusinasi auditorik (+). Pasien mengaku sering mendengar
di telinganya suara-suara yang memerintahkan dia untuk bebuat jahat
dan suara yang menghina mengatakan kalau bapaknya jelek pernah
dialamai pasien ketika masih SMK dan ketika pasien sudah menderita
sakit (sekitar 2008), tetapi setelah terapi tidak ada lagi.
Riwayat halusinasi olfaktorik (+). Pasien mencium bau yang tidak
enak, tetapi pasien tidak mengetahui bau tersebut ketika mulai putus
obat.
F. Proses Pikir
Bentuk : Tidak logis
Arus : Koheren
G. Isi Pikir
Waham Curiga : Pasien menganggap ayahnya, Tn. MS masih hidup,
pasien menganggap suami sah ibunya bukanlah ayah kandung pasien
yang sebenarnya, Lila adik pasien adalah anak pasien dan ibunya
tetapi saudara saudaranya tidak memercayai pasien.
Waham Agama : Pasien menceritakan dirinya sudah pergi ke Surga,
melihat Lazarus di pangkuan Abraham dan orang kaya di neraka.
H. Kesadaran dan Kognisi
Taraf kesadaaran dan kesigapan : sadar penuh/kompos mentis,
GCS : E4V5M6
Orientasi :
a) Waktu : Baik (Pasien tahu kalau hari itu adalah hari Rabu,
tanggal 26 tahun 2016).

10
b) Tempat : Baik (pasien tahu dirinya sudah berada di rumah
kakaknya di Kupang).
c) Orang : Baik (pasien dapat menyebutkan nama-nama dokter
muda yang memeriksa saat itu katanya Pak Paul)
Daya ingat :
a) Daya ingat jangka panjang : Baik, (pasien ingat sekolahnya
dulu SD GMIT Oematnunu, SDI Sumlili, SMP Negeri 1
Kupang Barat dan SMK Negeri 2 Kupang).
b) Daya ingat jangka sedang : Baik (pasien ingat dia bekerja
menjaga kandang ayam pada bulan April dan pasien
kehabisan obat tanggal 1 Oktober 2016).
c) Daya ingat jangka pendek : Baik (Pasien menyebutkan dia
barusan mandi, lalu paginya sudah minum obat).
Konsentrasi dan perhatian : Baik (Pasien mampu mengurangi
100-7=93, 93-7=86, 86-7=79, 79-7=72, 72-7=65, 65-7=58).
Kemampuan visuo spasial : Baik (pasien mampu meniru gambar
bangunan persegi yang bersinggungan di kertas).
Pikiran abstrak : Baik, (pasien dapat membedakan tangan panjang
dan panjang tangan, katanya Panjang tangan itu pencuri, tetapi
tangan panjang itu dia punya tangan yang panjang pak).
Intelegensi dan kemampuan informasi : Baik, (pasien dapat
menyebutkan nama Presiden Indonesia Jokowi , menyebutkan
Ibukota Negara Indonesia yaitu Jakarta, menyebutkan nama
Gubernur NTT yaitu Frans Leburaya).
Bakat kreatif : menurut pasien hobinya membaca Alkitab.
I. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (pasien dapat melakukan
perawatan diri dengan baik tanpa dibantu, bahkan mampu melakukan
pekerjaan rumah tangga)

11
J. Pengendalian Impuls: Terkendali, pasien mampu duduk tenang dan
tidak gelisah saat diwawancara.
K. Daya Nilai dan Tilikan
Penilaian realita : Terganggu
Tilikan : Tilikan 1 (Pasien mengatakan dirinya tidak
sakit jiwa, minum obat hanya untuk obati fisiknya).
L. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internistik
o TD : 120/90 mmHg
o Nadi : 72x/menit
B. Status Neurologis
GCS E4V5M6.
C. Laboratorium/Penunjang
Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Psikologi
Tidak dilakukan
V. TEMUAN POSITIF
1. Tn. AS, 33 tahun mendapatkan obat dari Poliklinik Jiwa dan sudah 4
kali MRS di Bangsal Empati RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang.
2. Pasien datang ke Poliklinik Jiwa tanggal 11 Oktober dengan keluhan
gelisah, tidak bisa tidur dan mulai berbicara sendiri sejak putus obat
tanggal 1 Oktober 2016.
3. Terdapat riwayat halusinasi auditorik yaitu suara suara yang
memerintahkan pasien untuk melakukan hal hal yang jahat dan
suara yang menghina pasien kalau bapaknya jelek.
4. Terdapat riwayat halusinasi olfaktorik yaitu bau bau tidak enak
yang tidak dikenal pasien, tetapi hanya saat pasien putus obat saja.

12
5. Waham Curiga : Pasien menganggap ayahnya, Tn. MS masih hidup,
pasien menganggap suami sah ibunya bukanlah ayah kandung pasien
yang sebenarnya, Lila adik pasien adalah anak pasien dan ibunya
tetapi saudara saudaranya tidak memercayai pasien.
6. Waham Agama : Pasien menceritakan dirinya sudah pergi ke Surga,
melihat Lazaurus di pangkuan Abraham dan orang kaya di neraka.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
1. AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbagan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya.1
Kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
menurut PPDGJ-III1:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas):
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda,
atau
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing
dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(Withdrawal) dan
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.

13
b. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya= secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau
penginderaan khusus).
Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya
bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien.
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi
dengan mahluk asing atau dunia lain).
2. Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu
ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang

14
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
* Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Adapun jenis skizofrenia yang menjadi diagnosis pada kasus
ini adalah skizofrenia paranoid.
Skizorenia paranoid, merupakan jenis dari skizofrenia yang
memiliki kriteria diagnosis sebagai berikut:1

15
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol
o Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah , atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing);
o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol;
o Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas;
*Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa
gejala yang masuk dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid
antara lain :
1. Didapati gangguan persepsi yaitu ada halusinasi (halusinasi
audiotorik dan halusinasi olfaktorik).
2. Didapati gangguan isi pikir yaitu ada waham curiga dan
waham agama.
3. Pasien memiliki riwayat psikotik sebelumnya sejak tahun
2008 jadi telah lebih dari 1 bulan.

16
2. AXIS II. Ciri kepribadian campuran Skizoid dan Dependen.
Ciri Kepribadian Skizoid meliputi:
a) Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan
kesenangan;
b) Emosi dingin, afek mendatar atau tidak peduli
(detachment);
c) Kurang mampu mengekspresikan kehangatan,
kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain;
d) Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian
maupun kecaman;
e) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual
dengan orang lain (perhitungkan usia penderita);
f) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri;
g) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang
berlebihan.
h) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi
yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada
keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu;
i) Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan
sosial yang berlaku.
Pasien dikatakan berkepribadian skizoid karena afek pasien
cenderung menyempit, pasien kurang tertarik untuk memiliki
pengalaman seksual ataupun sekedar dekat saja dengan lawan jenis
(pasien cenderung menganggap hal itu dosa), pasien cenderung tidak
mempunyai hubungan yang dekat dengan orang lain dan keluarga
pasien serta pasien lebih cenderung menarik diri dari pergaulan.
Ciri kepribadian Dependen meliputi:
a) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil
sebagian besar keputusan penting untuk dirinya;

17
b) Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang
lain kepada siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak
semestinya terhadap keinginan mereka;
c) Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak
kepada orang dimana tempat ia bergantung;
d) Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian,
karena ketakutan yang dibesar besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri;
e) Preokupasi dengan ketakuan akan ditinggalkan oleh orang
yang dekat dengannya, dan dibiarkan untuk mengurus
dirinya sendiri;
f) Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari
hari tanpa mendapat nasihat yang berkaitan dengan
dukungan dari orang lain.
Pasien memiliki tipe kepribadian dependen karena pasien
merasa sangat bergantung dengan orang tuannya, pasien awalnya
takut kehilangan mamanya dan pasien juga selalu teringat akan
seluruh perintah orang tuanya. Ketika kecil pasien selalu
menjalankan perintah orang tuannya dan masih terus dilakukan
sampai saat ini.
3. AXIS III
Tidak ada diagnosis.
4. AXIS IV
Masalah berkaitan dengan primary support group (keluarga)
dimana pasien mengaku tertekan karena meninggalnya ibunya dan
saudara saudaranya yang tidak memercayai pasien berkaitan dengan
orang tua kandung pasien dan adiknya yang merupakan anaknya
Masalah berkaitan dengan obat dimana ketiadaan salah satu
obat pasien sehingga pasien tidak mau meminum obat yang lain..

18
5. AXIS V
GAF saat ini : 80 71 (gejala sementara dan dapat diatasi,
diabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll).
GAF 1 tahun terakhir : 60-51 (gejala sedang/ moderate,
disabilitas sedang).
VII. EVALUASI MULTIAXIAL
1. AXIS I : F.20.0 skizofrenia Paranoid
2. AXIS II : Ciri kepribadian skizoid
3. AXIS III : Tidak ada diagnosis
4. AXIS IV : Masalah berkaitan dengan primary support
group (keluarga) dan ketiadaan obat.
3. AXIS V :
GAF saat ini : 80 71 (gejala sementara dan dapat diatasi,
diabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll).
GAF 1 tahun terakhir : 60-51 (gejala sedang/ moderate,
disabilitas sedang).
VIII. DAFTAR MASALAH
- Psikologi :
Gangguan persepi : Halusinasi auditorik dan olfaktorik
Bentuk Pikir : Tidak logis
Isi pikir : Waham curiga dan agama
- Sosial : Keluarga yang tidak memercayai
pasien dan kehilangan ibunya
IX. RENCANA TERAPI
a. Farmakoterapi
Risperidon 2 x 2 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg
Chlorpromazine 2 x 50 mg

19
b. Psikoedukasi Pasien
Mengedukasi pasien untuk tetap minum obat antipsikotik
yang didapat walau salahh satu obat tidak ada, karena obat
tersebut hanya mencegah efek samping 2 obat lainnya
yang sebenarnya tidak bebrbahaya.
Mengedukasi pasien untuk lebih terbuka dengan keluarga
pasien.
c. Psikoedukasi Keluarga
Mengedukasi keluarga agar tetap mendukung pasien
dengan mengajak pasien berinteraksi.
Mengedukasi keluarga agar tetap membawa pasien control
ke poliklinik jiwa atau tetap membantu pasien dalam
menyediakan obatnya.

X. PROGNOSIS
Dubia at Bonam
1. Faktor yang memperberat
Jenis kelamin laki laki
Pasien belum menikah
Pasien tinggal sendiri dan cenderung menarik diri
Seringkali kambuh
2. Faktor yang memperingan
Skizofrenia tipe paranoid paling stabil
Dukungan keluarga cukup tinggi bagi pasien
Pasien rutin minum obat sebelumnya
XI. DISKUSI
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak

20
selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.
Hamper 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup
mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada remaja akhir atau
dewasa muda. Awitan biasanya antara 15 25 tahun dan pada
perempuan niasanya antara 25 35 tahun.Prognosis biasanya lebih
buruk pada laki laki dibandingkan dengan perempuan.2 Pada kasus
Tn. AS didiagnosis pertama kali tahun 2008 sehingga usia pasien
ketika itu 25 tahun. Prognosis pasien bisa buruk jika ditinjau dari
aspek jenis kelamin.
Skizofrenia dapat menunjukkan gejala berupa2:
1. Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, intrusi berlebihan,
terhambat, klang asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme
2. Gangguan isi pikir : waham (kepercayaan palsu yang menetap
yang tidak sesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut
mungkin aneh dan tetap dipertahankan walau sudah
diperlihatkan bukti bukti jelas untuk mengoreksinya)
3. Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan
derealisasi
4. Gangguan emosi : ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan
oleh penderita skizofrenia (tetapi tidak patognomonik) yaitu
afek tumpul atau datar, afek tak serasi, dan afek labil
5. Gangguan perilaku : berbagai perilaku tak sesuai atau aneh
dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh dan
menyeringai, perilaku ritual, sangat ketol-tololan dan agresif
serta perilaku seksual yang tak pantas. Tanda tanda awal
kekambuhan berupa peningkatan gelisah, ketegangan,

21
penurunan nafsu makan, depresi ringan, anhedonia, tidak bisa
tidur dan konsentrasi terganggu.
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenua, pasien harus
memenuhi kriteria ICD X atau DSM-IV. Berdasarkan DSM-IV adalah2:
1. Berlangsung paling sedikit enam bulan.
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang
pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupam
pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas
selama periode tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif,
gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan organik.
Pada pasien Tn. AS didapatkan adanya gejala berupa waham
agama dan waham curiga serta didapatkan halusinasi auditorik
maupun visual. Adanya perubahan perilkau seperti gelisah dan tidak
bisa tidur dikeluhkan juga oleh pasien.
Etiologi dari skizofrenia belum ditemukan dengan pasti, namun
ada beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat in2i:
Dari segi biologi , gangguan organik yang paling banyak
dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang
kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit, atropi bilateral lobus
temporal medial dan lebih spesifik yaitu gyrus parahipokampus,
hipokampus dan amigdala, disorientasi spasial sel piramidal
hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral.
Lokasi kerusakan pada otak menunjukkan gangguan perilaku yang
ditemui pada skizofrenia. Misalnya, gangguan hipokampus dikaitkan
dengan impairment memori, dan atropi lobus frontal dihubungkan
dengan symptom negative dari skizofrenia.2

22
Dari segi biokimia, hipotesis yang paling banyak yaitu adanya
gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan
aktivitas dopamine sentral(hipotesis dopamine), didasarkan pada,
efektivitas obat neuroleptik bekerja untuk memblok reseptor dopamine
pasca sinaps, terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin
(amfetamin melepaskan dopamine sentral, dan memperburuk
skizofrenia), dan adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus
kaudatus. Teori lain adalah peningkatan Serotonin di susunan saraf
pusat (terutama 5-HT2A) dan kelebihan norepinefrin di forebrain
limbik (terjadi pada beberapa penderita skizofrenia).2
Dari segi genetika, skizofrenia adalah gangguan yang bersifat
keluarga, semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko.
Kembar monozigot mempunyai 4-6 kali lebih sering menjadi sakit
disbanding kembar dizigot. Risiko terjadinya skizofrenia selama hidup
berdasarkan penelitian yaitu antara lain, populasi umum (1%), kembar
monozigot (40-50%), kembar dizigot (10%), saudara kandung
skizofrenia (10%), otrangtua (5%), anak dari salah satu orang tua
skizofrenia (10-15%), anak dari kedua orangtua skizofrenia(30-40%). 2
Dari segi faktor keluarga, kekacauan dan dinamika keluarga
memegang peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan
mempertahankan remisi.Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara
berkomunikasi yang patologis dan aneh pada keluarga pasien
skizofrenia. Komunikasi sering samar, tidak jelas, dan sedikit tidak
logis. Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal bersama
keluarga yang hostilitas , memperlihatkan kecemasan yang berelbihan,
sangat protektif, terlalu ikut campur, dan sangat pengeritik. Pasien
biasanya tidak dibebaskan oleh keluarga.2
Pada kasus ini, belum diketahui penyebab pasti dari skizofrenia
pasien. dugaan mengenai penyebab organik dapat disingkir dengan

23
tidak adanya riwayat jatuh dengan benturan kepala sebelumnya, tetapi
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya.
Faktor genetikpun diduga bukan sebagai penyebanya karena tidak ada
riwayat keluarga dengan skizofrenia sebelumnya. Faktor sosial dan
keluarga paling mungkin menjadi pencetus gangguan pada kasus ini
dan kekambuhaan karena ketiadaan obat yang membuat pasien tidak
mau meminum obat yang ada.
Ada beberapa klasifikasi skizofrenia yaitu, tipe paranoid,
hebefrenik, katatonik, tak terinci, residual, depresi pasca skizofrenia,
simpleks, dan yang tak tergolongkan.1,2
Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa
gejala yang masuk dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid
antara lain :
1. Didapati gangguan persepsi yaitu ada halusinasi (halusinasi audiotorik
dan olfaktorik).
2. Didapati adanya gangguan isi pikir berupa waham curiga dan waham
agama.

24
DAFTAR PUSTAKA
1. Salim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ -
III. Salim R, editor. Jakarta; 2001.
2. Amir N. Skizofrenia. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014. p. 173198.

25

Anda mungkin juga menyukai