Anda di halaman 1dari 31

SMF/BAGIAN ILMU ANESTESI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2016


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

ANESTESI VOLATIL ISOFLURAN DAN SEVOFLURAN

Disusun Oleh :
Paulus P. Raga Come (1208011007)
Mery A. Kosat, S.Ked (1208017039)

Pembimbing:
dr. Budi Yulianto Sarim, Sp.An, KAO

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK


SMF/ BAGIAN ILMU ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF W.Z JOHANNES
KUPANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Referat ini diajukan oleh :


1. Nama : Paulus P. Raga Come
NIM : 1208011007
2. Nama : Mery A. Kosat
NIM : 1208017039
Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan di hadapan para pembimbing klinik sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di bagian ilmu anestesi RSUD
Prof W.Z Johannes Kupang

Pembimbing Klinik

1. dr. Budi Yuliato Sarim, Sp.An, KAO 1. ………………….

Ditetapkan di : Kupang
Tanggal : Desember 2016
BAB I
PENDAHULUAN

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- “tidak, tanpa” dan aesthetos,
“persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh.
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan
anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak
selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis
anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan
nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total, yaitu hilangnya kesadaran
secara total, anestesi lokal, yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas
dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
Stadium anestesi umum meliputi analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran, terhambatnya
sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot rangka. Untuk menimbulkan efek ini, setiap obat
anestesi mempunyai variasi tersendiri bergantung pada jenis obat, dosis yang diberikan dan
keadaan secara klinis. Anestetik yang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan.
Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Saat ini anestesi inhalasi sangat popular oleh karena adanya kemudahan dalam
tatalaksananya dan juga kemampuan untuk memonitor efek yang ditimbulkan secara langsung
oleh pemberian obat-obatan anestesi tersebut. Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal
dan digunakan untuk membantu pembedahan ialah N02. Kemudian menyusul eter, kloroform,
etil-klorida, etilen, siklo-propan, trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-eter, propenil-metil-eter,
fluroksan, etil-vinil-eter, halotan, metoksi-fluran, enfluran, isofluran desfluran dan sevofluran.
Dalam dunia modern, anestesi inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik ialah
NO2, halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran. Obat-obatan lain sudah ditinggalkan
karena adanya efek samping lain yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, dalam referat ini akan
di bahas mengenai obat inhalasi volatil Isofluran dan sevofluran dalam prosedur anestesi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan anestesi inhalasi

General anesthesia atau anestesi umum adalah keadaan melakukan tindakan meniadakan
nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversibel)
menggunakan administrasi satu atau lebih agen anestesi umum. Komponen anestesi yang ideal
terdiri dari kelompok hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Tujuan dari anestesi umum antara
lain:

 Analgesia – loss of response to pain


 Amnesia – loss of memory
 Immobility – loss of motor reflexes
 Unconsciouness – loss of consciousness
 Skeletal muscle relaxation

Keadaan anaestesi biasanya disebut sebagai anaestesi umum, ditandai oleh tahap tidak
sadar yang diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respons autonom.
Oleh karena itu, pasien tidak boleh diberikan gerak volunter, namun masih terjadi perubahan di
dalam gerak pernafasan dan kardiovaskular yang dapat terlihat dengan mesin anestesi. Keadaan
anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai hilangnya rasa nyeri.
Banyak teori telah dikemukan, tetapi sampai sekarang belum ada keterangan yang memuaskan
tentang jalan kerja obat anestesi. Ditinjau dari aspek vaskularisasi, obat anestesi yang diberikan
akan menyebar ke jaringan terutama pada jaringan yang kaya pembuluh darah seperti otak
sehingga kesadaran menurun atau hilang di samping menghilangkan rasa sakit.

Berdasarkan teori neurofisiologis, diyakini bahwa anestesi terjadi karena perubahan


neurotransmiter di berbagai bagian SSP. Kerja neurotransmiter di pascasinaps akan diikuti
dengan pembentukan second-messenger yang selanjutnya mengubah transmisi di neuron. Di
samping acetylcholine sebagai neurotransmiter klasik, dikenal juga cathecolamine, serotonin,
GABA, adenosine, serta berbagai asam amino dan peptida endogen yang bertindak sebagai
neurotransmiter atau yang memodulasi neurotransmiter di SSP, misalnya asam glutamat dengan
mekanisme hambatan pada reseptor NMDA. Opiat, kalsium dan NO diduga berperan dalam
mekanisme kerja anestetik ini. Kalsium dikenal sebagai neuroregulator karena anestesi inhalasi
dapat mengubah kadar kalsium intrasel dan ini mempengaruhi terangsangnya neuron. NO
dikenal pula sebagai neuromodulator yang diduga berperan dalam mengatur tingkat kesadaran.
NO terlibat dalam komunikasi intrasel melalui produksi cGMP dan melalui beberapa jalur
neurotransmisi lainnya. NO ini mengaktifkan adenilat siklase untuk menghasilkan cGMP, suatu
pengatur proses intrasel yang berperanan penting dalam neurotransmisi. Akhir ini terbukti bahwa
sasaran kerja anestetik inhalasi maupun intravena adalah GABAAreceptor-chloride channel,
suatu komponen membran neuron yan berperan dalam transmisi sinaps penghambat (inhibitory
sinaptic transmission).

Anestetik inhalasi terbukti mengubah ambang rangsang neuron di beberapa bagian SSP
yang sangat peka terhadap anestetik. Letupan impuls pada neuron ini dapat dihambat secara total
oleh kadar anestetik minimum halothane, sementara neuron tetangganya hanya mengalami
sedikit perubahan. Dulu diyakini bahawa anestesi merupakan proses supraspinal, tetapi beberapa
bukti memperlihatkan bahawa hilangnya respons motorik pada anestesi lebih disebabkan oleh
kerja anestesi di medula spinalis. Di otak, anestesi inhalasi menghambat transmisi sinaps di
sistem retikularis asendens, korteks serebri dan hipokampus. Penyampaian informasi sensoris
dari talamus ke bagian tertentu di korteks, sangat peka terhadap anestesi. Di medula spinalis,
anestesi mengubah respons sensoris dari kornu dorsalis terhadap rangsangan nyeri maupun
rangsangan lainnya yang tidak menimbulkan nyeri. Beberapa anestesi yang menguap dapat
menekan neuron motorik spinalis. Selain itu, anestesi inhalasi mempengaruhi aktivitas neuron
spinalis secara tidak langsung dengan mengubah masukan dari otak melalui sistem modulasi
desendens. Walaupun tempat kerja anestesi di SSP beragam, terdapat ciri kerja yang unik di
tingkat molekul. Misalnya, dihambatnya pelepasan neurotransmiter di presinaps dan
dihambatnya arus neurotransmitter di pasca sinaps ternyata terjadi akibat gangguan anestesi pada
situs molekuler. Konsep yang menyatakan persamaan cara kerja anaestesi pada struktur molekul
ini dikenal sebagai unitary theory of narcosis.
2.2 Stadium Anestesi Umum

Semua zat anestetik menghambat SSP secara bertahap yang pada awalnya dihambat
adalah fungsi yang kompleks, dan yang paling akhir di hambat adalah medula oblongata tempat
pusat vasomotor dan pernafasan. anestesia umum terbagi dalam 4 stadium:

I. Stadium analgesia: pada stadium awal ini, penderita mengalami analgesia tanpa
disertai amnesia. Pada akhir stadium I, baru didapatkan amnesia dan analgesia.
II. Stadium terangsang (excitement): pada stadium ini, penderita seringkali tampak
delirium dan gelisah, tetapi jelas mengalami amnesia. Volume dan kecepatan
pernapasan tidak teratur, dan dapat terjadi mual dan muntah bila pasien dirangsang.
Oleh karena itu, diupayakan untuk membatasi lama dan beratnya stadium ini. Akhir
stadium ditandai dengan kembalinya pernapasan yang teratur.
III. Stadium operasi (surgical anesthesia): stadium ini diawali dengan pernapasan regular
yang teratur dan berlanjut hingga terhentinya pernapasan spontan secara total (apnea).
Empat tujuan stadium ini digambarkan dengan perubahan pergerakan bola mata,
refleks mata dan ukuran pupil yang dalam keadaan tertentu menandai peningkatan
kedalaman anestesi.
IV. Stadium depresi medulla oblongata: kedalaman stadium anestesi ini ditandai dengan
terjadinya depresi berat pusat vasomotor dan pernapasan di medulla oblongata. Tanpa
bantuan respirasi dan sirkulasi, pasien akan meninggal dengan cepat.

2.3 Zat anestetik Inhalasi

Semua anestesi inhalasi adalah derivat eter kecuali halotan dan nitrogen. Anestesi inhalasi
yang sempurna adalah yang masa induksi dan masa pemulihannya singkat dan aman, peralihan
stadium anestesi terjadi cepat, relaksasi ototnya sempurna, berlangsung cukup aman dan tidak
menimbulkan efek toksik atau efek samping berat dalam dosis anestetik yang lazim. Dengan
penggunaan anestesi intravena kerja singkat dan obat pelemas otot, tiga hal pertama dapat
dicapai. Sementara itu, teknik anestetik kombinasi telah memungkinkan penggunaan dosis yang
lebih kecil dan lebih aman, maka toksisitas anestetik menjadi satu-satunya penentu diterimanya
suatu anestetik inhalasi baru.
Dalamnya anestesi bergantung kepada kadar anestesi di SPP dan kadar ini ditentukan
oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anestetik dari alveoli paru darah dan dari darah
ke jaringan otak, begitu pula masa pemulihan setelah pemberiannya dihentikan. Membran alveoli
dengan mudah dapat dilewati zat anestesi secara difusi dari alveoli ke aliran darah dan
sebaliknya. Faktor yang menentukan kecepatan transfer anestetik di jaringan otak ditentukan
oleh:

 Kelarutan anestesi dalam darah


Kelarutan ini dinyatakan sebagai koefisien partisi darah/gas yaitu perbandingan antara
kadar anestetik dalam darah dengan kadarnya dalam udara inspirasi pada saat dicapai
keseimbangan. Anestetik yang sukar larut mempunyai koefisien yang sangat rendah.
Ketika berdifusi kedalam darah, anestetik yang sukar larut hanya memerlukan sedikit
molekul untuk menaikkan tekanan parsialnya sehingga tekanan parsial gas didalam darah
segera naik dan induksi anestesi terjadi lebih cepat. Sebaliknya untuk anestetik yang
mudah larut, diperlukan jumlah yang lebih banyak untuk menaikkan tekanan parsial di
daerah sehingga timbulnya induksi lebih lama.
 Kadar anestesi dalam udara inspirasi
Kadar anestesi dalam campuran gas yang dihirup menentukan tekanan maksimum yang
dicapai di alveoli maupun kecepatan naiknya tekanan parsial di arteri. Kadar anestetik
yang tinggi akan mempercepat transfer anestetik ke darah sehingga akan meningkatkan
kecepatan induksi anestesia. Tekanan parsial N2O dalam arteri mencapai 90% tekanan
parsial dalam udara yang dihirup sesudah 20 menit, sedangkan eter sesudah 20 jam.
Untuk mempercepat induksi, anestesi yang tingkat kelarutannya sedang dikombinasikan
dengan anestesi yang sukar larut dengan cara meninggikan dulu tekanan parsial dalam
udara yang dihirup. Setelah induksi dicapai, tekanan parsial dalam udara inspirasi
diturunkan untuk mempertahankan anesthesia.
 Ventilasi Paru
Hiperventilasi mempercepat masuknya anestetik gas ke sirkulasi dan jaringan, tetapi hal
ini hanya nyata pada anestetik yang larut baik dalam darah seperti halotan dan dietileter.
Untuk anestetik yang sukar larut dalam darah, pengaruh ventilasi ini tidak begitu nyata
karena kadar di darah ateri cepat mendekati kadar alveoli.
 Kecepatan aliran darah paru
bertambah cepat aliran darah paru, bertambah cepat pemindahan anestetik dari udara
inspirasi ke darah. Namun, hal itu akan memperlambat peningkatan tekanan darah arteri
sehingga induksi anestesia akan lebih lambat khususnya oleh anestetik dengan tingkat
kelarutan sedang dan tinggi.
 Perbedaan tekanan parsial anestetik dalam arteri dan vena
Perbedaan ini terutama bergantung pada ambilan anestetik oleh jaringan. Darah vena
yang kembali ke paru mengandung anestetik yang lebih sedikit daripada darah arteri.
Semakin besar perbedaan kadar anestetik, maka keseimbangan dalam jaringan otak akan
semakin lama tercapai.
Ambilan anestetik oleh jaringan ditentukan oleh faktor yang sama dengan yang
mempengaruhi transfer anestetik dari paru ke darah, terutama koefisien partisi darah
jaringan. Tekanan parsial dalam jaringan juga meningkat bertahap sampai dicapai
keseimbangan. Pada fase induksi, perbedaan kadar arteri-vena ini sangat dipengaruhi oleh
banyaknya perfusi suatu jaringan. Di otak, jantung, hati dan ginjal yang perfusinya sangat
baik, kadar anaestetik awal dalam darah vena rendah sekali sehingga perbedaan kadar
anestetik dalam arteri-vena sangat besar, maka keseimbangan kadar anaestetik dalam
darah arteri akan tercapai dengan lambat. Pada fase pemeliharaan, anestetik akan terus
didistribusikan ke berbagai jaringan dan umumnya tergantung dari kelarutan anestetik
dalam darah.

2.4 Farmakodinamik

Dasar terjadinya stadium anestesi adalah adanya perbedaan kepekaan berbagai bagian
SSP terhadap anestetik. Sel-sel substansia gelatinosa di kornu dorsalis medula spinalis peka
sekali terhadap anestetik. Penurunan aktivitas neuron di daerah ini menghambat transmisi
sensorik dari rangsang nosiseptik, inilah yang menyebabkan terjadinya tahap analgesia. Stadium
II terjadi akibat aktivitas neuron yang kompleks pada kadar anestetik yang lebih tinggi di otak.
Aktivitas ini antara lain berupa penghambatan berbagai neuron inhibisi bersamaan dengan
dipermudahnya pelepasan neurotransmiter eksitasi. Selanjutnya, depresi hebat pada jalur naik di
sistem aktivasi retikuler dan penekanan aktivitas refleks spinal menyebabkan pasien masuk ke
stadium III. Neuron di pusat napas dan pusat vasomotor relatif tidak peka terhadap anestetik
kecuali pada kadar yang sangat tinggi. Apa yang menyebabkan perbedaan kepekaan berbagai
bagian SSP ini masih perlu diteliti.

2.5 Efek samping dan toksisitas

Delirium dapat terjadi selama induksi dan pada masa pemulihan dengan anestesia
inhalasi walaupun telah diberikan medikasi praanestetik. Muntah dapat menyebabkan aspirasi
bila terjadi sewaktu induksi atau sesudah operasi. Enfluran dan halotan menyebabkan depresi
miokard yang dose-related, sedangkan isofluran dan desfluran tidak. Isofluran dan N2O dapat
menyebabkan takikardia, sedangkan enfluran tidak banyak mempengaruhi frekuensi jantung.
Halotan dapat menyebabkan bradikardia melalui stimulasi vagal. Aritmia supraventrikel
biasanya dapat diatasi kecuali bila curah jantung dan tekanan arteri menurun. aritmia ventrikel
jarang terjadi, kecuali bila timbul hipoksia atau hiperkapnea. Halotan menimbulkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin, sehingga penggunaan adrenalin, noradrenalin, atau isoproterenol
bersama halotan akan menyebabkan aritmia ventrikel. Halotan berbahaya diberikan pada pasien
yang merasa khawatir berlebihan, karena keadaan tersebut disertai kadar katekolamin yang
tinggi.

Depresi napas dapat timbul pada semua stadium selama anestesia inhalasi. Oleh karena
itu keadaan pernafasan pasien perlu diperhatikan selama pemberian anestetik inhalasi. Anestetik
inhalasi juga menekan fungsi mukosilier saluran napas, sehingga anestesia yang berlama-lama
dapat menimbulkan penumpukan lendir. Namun, anestetik inhalasi bersifat bronkodilator.
Dengan sifat ini, halotan dan sevofluran menjadi pilihan untuk induksi anestesia pada pasien
yang menderita sumbatan jalan napas. Anestetik inhalasi juga bersifat iritatif bagi jalan nafas,
tetapi ini hanya menimbulkan masalah pada desfluran.

Gangguan fungsi hati ringan sering timbul pada penggunaan anestetik inhalasi, tetapi
jarang terjadi gangguan yang serius. Sebagian kecil pasien dapat mengalami hepatitis oleh
halotan. Mekanisme terjadinya hepatotoksisitas oleh halotan ini belum jelas benar, tetapi diduga
berdasarkan pembentukan radikal bebas menimbulkan kerusakan sel hati atau respons imun.
Dapat terjadi pemekatan urin dan oliguria reversibel karena menurunnya aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus, dan ini dapat dicegah dengan pemberian cairan yang cukup dan menghindari
anestesia yang dalam. Metoksifluran secara langsung dapat menimbulkan kerusakan tubuli ginjal
dan gagal ginjal, sehingga tidak boleh digunakan pada pasien gangguan fungsi ginjal atau pasien
yang mendapat obat nefrotoksik seperti streptomisin dan tetrasiklin. Nefrotoksisitas
metoksifluran terjadi karena metabolismenya oleh enzim hati dan ginal menghasilkan ion fluor,
jadi bergantng pada dosis. Maka dianjurkan penggunaan dosis minimal pada pemberian
metoksifluran yang lama. Isofluran, enfluran, dan sevofluran melepaskan lebih sedikit fluor,
sedangkan halotan sama sekali tidak membebaskan fluor. Sevofluran tidak dimetabolisme
melainkan dihancurkan oleh CO2 yang terdapat pada penjerap di alat anaestesia.

Suhu badan menurun karena vasodilatasi dan penekanan mekanisme termoregulasi;


menggigil pascabedah bisa timbul akibat anestetik inhalasi kuat. Hipertermia maligna jarang
terjadi, tetapi sering fatal pada orang tertentu yang mendapat anestetik inhalasi kuat. Sindroma
hipertermia maligna dapat memicu terjadinya takikardia, dan hipertensi, kekakuan otot hebat,
hiperkalemia, dan gangguan asam basa sampai asidosis. Sindroma ini tampaknya dipengaruhi
oleh faktor genetik. Patologi yang terjadi pada sindroma ini adalah meningkatnya kalsium bebas
di sel otot oleh karena itu pengobatannya adalah dantrolen dan tindakan suportif lain untuk
menurunkan suhu serta menjaga keseimbangan asam basa. Anestetik inhalasi meningkatkan
aliran darah ke otak dan ini dapat berbahaya bagi pasien tumor otak, atau mereka yang memang
mengalami tekanan tinggi intrakranial.

Hipokapnia yang diinduksi oleh hiperventilasi akan menghentikan peningkatan tekanan


intrakranial tersebut. Karena itu, halotan baru bisa diberikan pada pasien dengan kerusakan
intrakranial setelah dilakukan hiperventilasi. Sedangkan isofluran dapat diberikan bersamaan
dengan tindakan hiperventilasi. Pemberian enfluran pada pasien seperti ini harus hati-hati, sebab
keadaan hipokapnia dapat menimbulkan kejang. Kejang jarang terjadi bila kadar enfluran
dipertahankan pada 1.5%-2%. Tiopental menimbulkan vasokonstriksi serebral sehingga dapat
digunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial selama penggunaan anaestetik
inhalasi. Enfluran halotan dan N2O terbukti teratogenik pada hewan coba. Efeknya pada manusia
belum diketahui maka penggunaannya tidak dianjurkan pada kehamilan trimester pertama.
Pemberian anestetik inhalasi dosis tinggi pada partus lama menyebabkan depresi neonatus.
Wanita yang melahirkan normal pervaginam tidak memerlukan anestesia umum, cukup
dilakukan anestesia lokal. Pada operasi Caesar, pajanan anaestetik inhalasi terhadap fetus relatif
singkat, tetapi kadar yang tinggi dapat merelaksasikan otot uterus sehingga meningkatkan
perdarahan pascasalin.
2.6 Pemakaian Isofluran

Isofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi isofluran
mirip enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. Isofluran berbau tajam, kadar obat
yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan nafas dan terbatuk. Setelah
pemberian medikasi pra anestetik, stadium induksi dilalui kurang dari 10 menit dengan lancar
dan sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O-O2. Umumnya digunakan anestetik IV barbiturat
untuk mempercepat induksi. Tanda yang digunakan untuk mengamati kedalaman anestesia
adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas, dan meningkatnya frekuensi
denyut jantung. Isofluran merelaksasikan otot rangka lebih baik dan meningkatkan efek
pelumpuh otot depolarisasi maupun nondepolarisasi lebih dari yang ditimbulkan oleh enfluran.
Dengan demikian dosis isofluran maupun pelumpuh ototnya dapat dikurangi. Selain itu,
meningkatnya aliran darah ke otot rangka dapat mempercepat eliminasi pelumpuh otot.

Tekanan darah turun cepat dengan makin dalamnya anaestesi tetapi berbeda dengan efek
enfluran, curah jantung dipertahankan oleh isofluran. Hipotensi lebih disebabkan oleh
vasodilatasi di otot. Pembuluh koroner juga berdilatasi dan aliran koroner dipertahankan
walaupun konsumsi O2 berkurang. Dengan kerjanya yang demikian isofluran dipandang lebih
aman untuk pasien dengan penyakit jantung dibandingkan dengan halotan atau enfluran. Tetapi
ternyata, isofluran dapat menyebabkan iskemia miokardium melalui fenomena coronary steal,
yaitu pengalihan aliran darah dari daerah yang perfusinya buruk ke perfusi yang lebih baik.
Kecenderungan timbulnya aritmia pun amat kecil, sebab isofluran tidak menyebabkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin.

Pada anestesia yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada
pemberian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak sementara metabolisme otak
hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap responsif terhadap CO2 maka hiperventilasi bisa
menurunkan aliran darah, metabolisme otak dan tekanan intrakranial. Keamanan isofluran pada
wanita hamil, atau waktu partus, belum terbukti. Isofluran dapat merelaksasikan otot uterus
sehingga tidak dianjurkan untuk analgesik pada saat persalinan. Penurunan kewaspadaan mental
terjadi 2-3 jam sesudah anestesi tetapi tidak terjadi mual muntah atau eksitasi sesudah operasi.
Isofluran yang mengalami biotransformasi jauh lebih sedikit. Asam trifluoroasetat dan ion fluor
yang terbentuk jauh di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah dilaporkan gangguan fungsi
ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran.

2.6.1 Deskripsi
Isofluran suatu obat anestesi volatile yang induksinya cepat dan pemulihannya cepat,
tidak iritasi dan tidak menimbulkan sekresi. Seperti halnya halotan dan enfluran, Isofluran
berefek bronkhodilator, tidak menimbulkan mual-muntah, dan bersifat kompatibel dengan
epineprin. Efek penurunan tekanan darah sama besarnya dengan halotan, hanya berbeda dalam
mekanisme kerjanya. Halotan menurunkan tekanan darah, terutama dengan mendepresi
miokardium dan sedikit vasodilatasi. Ethrane menurunkan tekanan darah dengan mendepresi
miokardium dan vasodilatasi perifer. Isoflurane menurunkan tekanan darah terutama dengan
vasodilatasi perifer dan hampir tidak mendepresi miokardium.

2.6.2 Indikasi
Untuk inhalasi umum baik sebagai induksi maupun maintenance anestesi. Anestesi inhalasi ini
digunakan pada pasien dari segala usia.

2.6.3 Kontra Indikasi


 Sangat sensitif terhadap obat anestesi halogen.
 Diketahui atau dicurigai mudah mengalami demam yang hebat (malignant hyperthermia).
 Pernah mendapat anestesi isoflurane atau obat halogen lainnya dan terjadi ikterus atau
gangguan fungsi hepar atau eosinophilia pada masa pasca anestesi.
 Nonselective MAO Inhibitor.
 Tekanan intrakranial tinggi
 Hipovolemia
 Hipotensi
2.6.4 Peringatan khusus penggunaan Isofluran

Vaporisers khusus dikalibrasi untuk isofluran harus digunakan sehingga konsentrasi


anestesi dapat dikontrol secara akurat. Hipotensi dan peningkatan depresi pernafasan sebagai
anestesi dapat diperdalam. Laporan dari perpanjangan QT, terkait dengan torsade de pointes
(dalam kasus luar biasa, yang fatal), telah ditemukan.

Perhatian harus dilakukan dalam mengelola anestesi umum, termasuk isofluran, untuk
pasien dengan gangguan mitokondria. Isofluran, seperti agen inhalasi lainnya, memiliki efek
relaksasi pada uterus dengan potensi risiko perdarahan uterus. Penilaian klinis harus diamati
ketika menggunakan isofluran selama anestesi obstetri. Pertimbangan harus diambil untuk
menggunakan konsentrasi terendah dari isofluran dalam operasi kandungan.

Kasus dengan meningkatnya carboxyhaemoglobin telah dilaporkan dengan penggunaan


agen inhalasi fluorinated (yaitu, desflurane, enfluran dan isofluran). Isofluran telah dilaporkan
dapat berinteraksi dengan absorben karbon dioksida kering untuk membentuk karbon
monoksida. Untuk meminimalkan risiko pembentukan karbon monoksida dalam rebreathing dan
kemungkinan tingkat carboxyhaemoglobin tinggi, penyerapan karbon dioksida seharusnya tidak
kering.

Kasus yang jarang terjadi dari panas yang ekstrim, asap dan/atau kebakaran spontan
dalam mesin anestesi telah dilaporkan selama anestesi umum dengan obat dalam kelas ini bila
digunakan bersama dengan absorben CO2 kering, khususnya yang mengandung kalium
hidroksida (misalnya Baralyme). Ketika seorang dokter mencurigai bahwa penyerap CO2
mungkin kering, harus diganti sebelum pemberian isofluran.

Indikator warna yang paling penyerap CO2 tidak selalu berubah sebagai akibat dari
kekeringan. Oleh karena itu, kurangnya perubahan warna yang signifikan tidak harus diambil
sebagai jaminan hidrasi yang memadai. Absorben CO2 harus diganti secara rutin terlepas dari
keadaan indikator warna.
Seperti halnya anestesi umum, isofluran seharusnya hanya diberikan dalam lingkungan
anestesi yang cukup dilengkapi oleh klinisi yang akrab dengan farmakologi obat dan
terkualifikasi melalui pelatihan dan pengalaman untuk mengelola pasien. Karena tingkat anestesi
dapat diubah dengan cepat dan mudah dengan isofluran, hanya vaporizer yang memberikan
prediksi output dengan akurasi yang wajar, atau teknik di mana inspirasi dan ekspirasi dapat
dipantau. Tingkat hipotensi dan depresi pernafasan dapat memberikan beberapa indikasi anestesi.
Laporan menunjukkan bahwa isofluran dapat menghasilkan kerusakan hati mulai dari
kenaikan sementara ringan enzim hati hingga nekrosis hati yang fatal dalam beberapa kasus yang
sangat jarang terjadi. Telah dilaporkan bahwa paparan sebelumnya anestesi hidrokarbon
terhalogenasi, terutama jika interval kurang dari 3 bulan, dapat meningkatkan potensi kerusakan
hati. Sirosis, hepatitis virus atau penyakit hati lainnya bisa menjadi alasan untuk memilih obat
bius selain anestesi halogenasi. Terlepas dari anestesi yang digunakan, maintenance
hemodinamik yang normal adalah penting untuk menghindari iskemia miokard pada pasien
dengan penyakit arteri koroner. Isofluran nyata meningkatkan aliran darah otak pada tingkat
yang lebih dalam anestesi. Mungkin ada kenaikan sementara tekanan cairan serebrospinal yang
sepenuhnya reversibel dengan hiperventilasi. Isofluran harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Dalam kasus seperti hiperventilasi mungkin
diperlukan. Penggunaan isofluran pada pasien hipovolemik, hipotensi dan lemah belum pernah
diteliti. Sebuah konsentrasi yang lebih rendah dari isofluran direkomendasikan untuk digunakan
pada pasien ini.

Semua relaksan otot umum digunakan adalah nyata potensial oleh isofluran, efek yang
paling mendalam dengan agen non-depolarisasi. Isofluran dapat menyebabkan sedikit penurunan
fungsi intelektual selama 2-4 hari setelah anestesi. Kelelahan neuromuscular dapat dilihat pada
pasien dengan penyakit neuromuskuler, seperti myasthenia gravis. Isoflurane harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien ini.

Isofluran dapat menyebabkan depresi pernafasan yang dapat ditambah dengan


premedikasi narkotika atau agen lain yang menyebabkan depresi pernafasan. Respirasi harus
diawasi dan jika perlu, dibantu Selama induksi anestesi, air liur mengalir dan sekresi
trakeobronkial dapat meningkat, dapat menjadi penyebab laryngospasm, terutama pada anak-
anak Perhatian harus dilakukan ketika isofluran digunakan pada anak-anak kecil karena
keterbatasan penggunaan pada kelompok usia ini.

Pada individu yang rentan, anestesi isofluran dapat memicu otot rangka menjadi
hipermetabolik dan menyebabkan kebutuhan oksigen yang tinggi dan sindrom klinis yang
dikenal sebagai hipertermia maligna. Sindrom ini mencakup gejala spesifik seperti kekakuan
otot, takikardia, takipnea, sianosis, aritmia, dan tekanan darah tidak stabil. (Hal ini juga harus
dicatat bahwa banyak dari tanda-tanda spesifik mungkin muncul dengan anestesi ringan,
hipoksia akut, dll). PaO2 dan pH dapat menurun, dan hiperkalemia dan defisit basa mungkin
muncul. Pengobatan termasuk penghentian agen (misalnya isofluran), intravena dantrolene
natrium, dan penerapan terapi suportif. Terapi tersebut mencakup upaya yang kuat untuk
mengembalikan suhu tubuh normal, pernapasan dan peredaran darah, dan pengelolaan gangguan
elektrolit-cairan asam-basa. (Konsultasikan resep informasi untuk dantrolene natrium intravena
untuk informasi tambahan mengenai manajemen pasien.) Gagal ginjal mungkin muncul
kemudian.
Penggunaan agen anestesi inhalasi telah dikaitkan dengan peningkatan langka di tingkat
kalium serum yang telah mengakibatkan aritmia jantung dan kematian pada pasien anak selama
periode pasca-operasi. Pasien dengan laten serta penyakit neuromuskuler yang jelas, terutama
Duchenne distrofi otot, tampaknya yang paling rentan. Penggunaan secara serentak dari
suksinilkolin telah dikaitkan dengan sebagian besar, tapi tidak semua dari kasus ini. Pasien-
pasien ini juga mengalami peningkatan yang signifikan dalam tingkat creatine kinase serum dan,
dalam beberapa kasus, perubahan dalam urin konsisten dengan mioglobinuria. Meskipun
kesamaan dalam presentasi untuk hipertermia ganas, tidak ada pasien ini menunjukkan tanda-
tanda atau gejala kekakuan otot atau gejala hipermetabolik. Awal dan intervensi agresif untuk
mengobati hiperkalemia dan tahan aritmia dianjurkan, seperti evaluasi berikutnya untuk penyakit
neuromuskuler laten.

2.6.4 Interaksi dengan obat lain


 Agen simpatomimetik beta seperti isoprenalin dan alpha dan agen simpatomimetik beta
seperti adrenalin dan noradrenalin harus digunakan dengan hati-hati selama pembiusan
isofluran, karena potensi risiko aritmia ventrikel.
 MAO inhibitor-non-selektif: Risiko krisis selama operasi. Pengobatan harus dihentikan
15 hari sebelum operasi.

Simpatomimetik indirect acting (amfetamin dan turunannya, psikostimulan, penekan


nafsu makan, efedrin dan turunannya); risiko peri-operatif hipertensi. Pada pasien yang
menjalani operasi elektif, pengobatan idealnya harus dihentikan beberapa hari sebelum operasi.
Adrenalin, dengan suntikan subkutan atau gingiva: risiko aritmia ventrikel yang serius sebagai
akibat dari peningkatan denyut jantung, meskipun sensitivitas miokard sehubungan dengan
adrenalin yang lebih rendah dengan penggunaan isofluran dibandingkan dalam kasus halothan.
Reaksi kompensasi kardiovaskular mungkin terganggu oleh beta-blocker.

Produk obat-obatan dan senyawa yang meningkatkan aktivitas sitokrom P450 isoenzim
CYP2E1, seperti isoniazid dan alkohol, dapat meningkatkan metabolisme isofluran dan
menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam konsentrasi plasma fluoride. Penggunaan
isofluran dan isoniazid dapat meningkatkan risiko efek hepatotoksik. Antagonis kalsium, di
turunan dihidropiridin tertentu: isofluran dapat menyebabkan hipotensi pada pasien yang diobati
dengan antagonis kalsium. Perhatian harus dilakukan ketika antagonis kalsium digunakan
bersamaan dengan anestesi inhalasi karena risiko efek aditif inotropik negatif. Opioid,
benzodiazepin dan agen penenang lainnya yang berhubungan dengan depresi pernafasan harus
hati-hati digunakan ketika diberikan serentak dengan isofluran.

Penggunaan bersama dari succinylcholine dengan agen anestesi inhalasi telah dikaitkan
dengan peningkatan langka di tingkat kalium serum yang telah mengakibatkan aritmia jantung
dan kematian pada pasien anak selama periode pasca-operasi. Neostigmin memiliki efek pada
relaksan non-depolarisasi, namun tidak berpengaruh pada isofluran sendiri. Tidak ada atau
terbatas jumlah data dari penggunaan isofluran pada wanita hamil. Studi pada hewan
menunjukkan toksisitas reproduksi. Isofluran hanya boleh digunakan selama kehamilan jika
manfaatnya lebih besar daripada risiko potensial.

Penggunaan dalam Sectio Caesar

Isofluran, dalam konsentrasi sampai dengan 0,75%, telah terbukti aman untuk
pemeliharaan anestesi untuk operasi caesar.
Ibu menyusui

Belum diketahui apakah isofluran / metabolit diekskresikan dalam air susu manusia.
Karena banyak obat-obatan yang diekskresikan lewat air susu sehingga penggunaan isofluran
harus hati-hati ketika diberikan kepada wanita menyusui.

2.6.5 Farmakologi

Isofluran adalah anestesi inhalasi atau volatil yang memiliki konsentrasi dalam darah
berhubungan dengan konsentrasi alveolar melalui koefisien partisi yang ditetapkan, dan
distribusi ke jaringan yang juga ditentukan oleh koefisien kelarutan yang relatif konstan di
bawah berbagai kondisi. Isofluran menunjukkan kelarutan yang sangat rendah dalam darah dan
jaringan tubuh, jauh lebih rendah dibandingkan enfluran dan halotan, sehingga tekanan parsial
(konsentrasi) dalam gas alveolar atau darah arteri meningkat sampai 50% dari tekanan parsial
dalam waktu 4-8 menit awal inhalasi, dan 60% nya dalam waktu 15 menit.
Tingkat kenaikan sedikit lebih cepat daripada yang diperoleh dengan enfluran (isomer
struktural isoflurane) dan jauh lebih cepat (40%) dibandingkan dengan halotan. Umur dapat
signifikan mempengaruhi koefisien partisi darah-gas untuk semua anestesi, pada anak-anak lebih
rendah koefisien partisi gas sehingga terjadi peningkatan yang lebih cepat dalam alveolar
tekanan parsial anestesi pada kelompok ini.
Sepanjang dilakukan anestesi, proporsi yang tinggi dari isofluran dihilangkan oleh paru-
paru. Ketika dihentikan dan konsentrasi terinspirasi menjadi nol, sebagian besar isofluran tersisa
dihilangkan dari paru-paru. Sesuai dengan kelarutan rendah, pemulihan dari anestesi isofluran
pada manusia berlangsung cepat.
Biotransformasi isofluran secara signifikan lebih rendah dari enfluran atau halotan.
Dalam manusia sekitar 0,2% diberikan jelas sebagai metabolit yang dapat diperoleh kembali
(fluoride dan fluor organik), dengan sekitar 50% dari ini diekskresikan dalam urin, metabolit
utamanya asam trifluoracetic. Induksi enzim yang berhubungan dengan terapi obat yang sudah
ada tidak akan muncul, menjadi faktor penting dalam metabolisme isofluran dalam diri manusia,
terutama karena metabolisme keseluruhan isofluran sangat rendah.
2.6.6 Ciri khas lain dari Isofluran:

 Isofluran merupakan suatu eter metil etil berhalogenasi yang tidak menyala.
 Mempunyai tekanan uap sekitar 238 mm Hg pada 20 ºC dan mendidih pada 48,5 ºC(760
mm Hg tekanan atmofer). Dalam hal ini isoflurane serupa dengan anestetik volatil
lainnya dan dapat diberikan melalui vaporisator standar.
 Memiliki MAC dalam oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70 % oksida nitrosa sebesar
0,5 %.
 Koefisien partisi darah/gas adalah 1,4. Kelarutan yang menengah dalam darah ini
dikombinasi dengan potensi yang tinggi berarti suatu induksi anestesia yang cepat.
 Setelah pemberian 30 menit ratio konsentrasi alveoler terhadap konsentrasi yang
diinspirasi adalah 0,73.

2.6.7 Dosis
Isofluran 1,15 % dalam oksigen murni, dan menjadi 0,5 % bila diberikan bersama Nitrous
Oxide 70 % dalam oksigen. Isofluran harus diberikan menggunakan vaporizar.

MAC

KONSENTRASI OXYGEN KONSENTRASI N2O


UMUR
100 % 70 %

Bayi s/d 12 bulan 1,60 - 1,85 % 0,49 - 0,69 %

1 s/d 5 tahun 1,50 - 1,60 % 0,49 - 0,67 %

6 s/d 10 tahun 1,40 % 0,58 %

11 s/d 15 tahun 1,16 % 0,53 %

16 s/d 20 tahun 1,25 - 1,30 % 1,49 - 0,63 %

21 s/d 40 tahun 1,10 - 1,20 % 0,43 - 0,57 %


41 s/d 60 tahun 1,00 - 1,10 % 0,33 - 0,41 %

Premedikasi

Obat anticholinergis seperti sulfas atropin mungkin diperlukan untuk mendapatkan efek
depresi pada sekresi saliva dan lendir saluran nafas, tapi mungkin meningkatkan efek isofluran
yang lemah untuk meningkatkan denyut jantung.

Induksi

Isofluran memiliki bau yang sedikit menyengat maka bila digunakan sebagai induksi
sebaiknya dimulai dengan konsentrasi 0,5%. Konsentrasi 1,30 – 3,00 % biasanya akan membawa
kedalam stadium anestesi pembedahan dalam waktu 7 - 10 menit.

Dianjurkan agar induksi sebaiknya menggunakan obat barbiturat yang bekerja cepat
dengan dosis hipnosis atau propofol atau midazolam untuk menghindari terjadinya batuk dan
spasme laring selama induksi bila induksi hanya dengan isofluran dan oxygen atau isofluran dan
nitrous oxide 70 %. Tekanan darah mungkin sedikit menurun selama induksi tetapi hal ini akan
kembali normal setelah terjadi stimulasi pembedahan.

Maintanance

Stadium anestesi pembedahan dapat dipertahankan dengan memberikan konsentrasi


isofluran diberikan hanya dengan oxigen 100% atau dengan Nitrous Oxide kurang dari
70%.maka konsentrasinya ditambah 0,5 – 1,00%, selama maintenance dapat terjadi penurunan
tekanan darah yang ada hubungan dengan kedalaman anestesi, semakin lebih dalam stadium
anestesi semakin besar penurunan tekanan darahnya.

Bila tidak ada faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan darah, terjadi hypotensi
ini ádalah akibat dari terjadinya vasodilatasi perifer. Kedalaman anestesi yang berlebihan dengan
tanda-tanda penurunan tekanan darah yang banyak dapat diatasi dengan menurunkan konsentrasi
isofluran.
Pemulihan

Konsentrasi isofluran dapat dikurangi menjadi 0,5 % pada saat mulai penjahitan kulit
luka bedah, lalu 0 % pada akhir penjahitan luka bedah. Bila digunakan obat pelemas otot dan
efeknya masih ada maka harus dilakukan pemulihan fungsi otot sehingga pasien bernafas
spontan secara adekuat dan diberikan oxigen murni sampai kesadaran pulih penuh.

2.6.8 Efek samping


Hipotensi, depresi pernafasan, arythmia, kenaikan leukosit, menggigil, rasa mual dan
muntah, kenaikan denyut nadi yang ringan, bronkospasme, gangguan fungsi hepar.

2.6.9 Penatalaksanaan

Isofluran harus disimpan dalam kamar dengan suhu 15 – 30 ºC. waktu kadaluarsa 5
tahun.

2.7 Pemakaian Sevofluran

2.7.1 Deskripsi Umum

Sevofluran adalah cairan volatil yang tidak mudah terbakar dan tidak meledak, jernih,
tidak berwarna dan tidak bersifat korosif. Secara kimia nama sevofluran adalah fluoromethyl-
2,2,2-trifluoro-1-(trifluoromethyl) ethyl ether. Sevofluran memiliki berat molekul 200,05.(1,2)

(Rumus Bangun Sevofluran)


Sevofluran bersifat tidak berbau tajam dan konsentrasi alveolar meningkat secara cepat
membuatnya menjadi pilihan sebagai anestesi inhalasi cepat dan cenderung tanpa masalah pada
pediatri maupun dewasa.(2)

2.7.2 Indikasi

Sevofluran digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum pada pasien
dewasa dan anak-anak, untuk operasi pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.(3)
2.7.3 Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan sevofluran meliputi hipovolemia berat, kecurigaan
hipertermia maligna dan intracranial hypertension, diketahui adanya hipersensitivitas terhadap
sevofluran atau anestesi halogen lainnya (contohnya ada riwayat gangguan fungsi hepar, demam
atau leukositosis tanpa diketahui penyebab setelah menggunakan sevofluran atau jenis anestesi
lainnya).(3,4)

2.7.4. Peringatan Khusus

Sevofluran dapat menyebabkan depresi pernapasan yang bisa terjadi jika ditambahkan
obat golongan narkotik atau zat yang dapat menyebabkan depresi pernapasan. (4)

Sama seperti Isofluran, Sevofluran hanya boleh diberikan oleh petugas yang telah terlatih
dalam melakukan anestesi umum. Juga terdapat fasilitas RS untuk mempertahankan airway,
peningkatan pemberian oksigen dan resusitasi sirkulasi. Dosis pemberian sevofluran harus
diketahui secara pasti yang juga didasarkan pada respon pasien. Anestesi yang terlalu dalam
menyebabkan hipotensi dan depresi pernapasan.(3,4)

Pada pasien tertentu, anestesi yang kuat menyebabkan hipermetabolik otot skelet
sehingga terjadi peningkatan pemakaian oksigen, yang kemudian disebut hipertermia maligna.
Gejala klinis ditandai dengan hiperkapnea, kekakuan otot, takikardia, takipneu, cyanosis, aritmia
dan tekanan darah tidak stabill. Jika telah terjadi hipertermia maligna, maka pemberian
sevofluran tidak boleh dilanjutkan dan diberikan sodium deterolene. Selain itu suhu tubuh
sebaiknya juga diturunkan sampai batas normal, membantu pernapasan dan sirkulasi dan
manajemen asam-basa dan elektrolit. Hipertermia maligna dapat menyebabkan gagal ginjal
sehingga diperlukan pemantauan jumlah dan aliran urine dan tetap dijaga.(3,4)
Agen anestesi inhalasi dapat menyebabkan peningkatan kalium dalam darah yang dapat
menyebabkan aritmia atau kematian pediatri. Pada pasien dengan duschene muscular dystrophy,
apalagi ditambah dengan succinylcholine, pada pasien ini terjadi peningkatan kreatinin kinase
secara signifikan, sehingga dapat juga menyebakan mioglobinuria. Diperlukan intervensi
secepatnya dan secara agresif untuk menangani hiperkalemia dan mengatasi aritmia dan juga
harus mengevaluasi neuromuscular disease yang laten.(4)

Selama masa pemeliharaan anestesi, peningkatan konsentrasi sevofluran dapat


menyebabkan penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah secara nyata berhubungan
dengan kedalaman anestesi dan dapat diperbaiki dengan menurunkan konsentrasi sevofluran.
Menjaga kestabilitas hemodinamik sangat penting untuk mencegah iskemik miokardial pada
pasien dengan penyakit jantung koroner. Penggunaan sevofluran pada kasus obstetrik harus
dipantau secara ketat karena dapat menyebabkan relaksasi miometrium yang kemudian
meningkatkan resiko perdarahan.(4)

Penggunaan sevofluran dihubungkan dengan kejang yang terjadi pada anak dan dewasa
muda. Pada anak-anak kedalaman anestesi harus dibatasi. Kejang yang terjadi pada anak atau
usia muda terjadi diawali sejak 2 bulan awal anak. Penggunaan sevofluran pada pasien yang
beresiko kejang harus terus dinilai.(4)

2.7.4 Interaksi dengan obat yang lain

Penggunaan beta-sympathomimetic seperti isopraline dan alpha/beta-sympathomimetic


seperti adrenalin dan noradrenalin sebaiknya diperhatikan selama pemakaian sevofluran karena
beresiko aritmia ventrikular. (4)

Penggunaan golongan Non-selective MAO-inhibitor sangat beresiko terjadi krisis selama


operasi sehingga direkomendasikan agar penggunaannya dihentikan 2 minggu sebelum
operasi.(4)

Pada pasien yang diterapi dengan calcium antagonist khususnya derivat dihydropyridine,
penggunaan sevofluran dapat menyebabkan hipotensi. Maka harus lebih diperhatikan ketika
calcium antagonist digunakan bersama dengan anestestesi inhalasi karena beresiko
meningkatkan efek negatif inotropic.(4)
Penggunaan bersama succinylcholine dan obat-obat anestesi inhalasi berhubungan
dengan peningkatan kalium yang kemudian menyebabkan aritmia dan kematian pada pasien
pediatri ketika post-operatif.(4)

Sama dengan isofluran, pada pemakaian adrenalin terjadi sensitisasi miokardium sampai
dapat menyebabkan efek arrythmogenic.(4)

Pada penggunaan indirect-acting Sympathomimetics (seperti amfetamin dan ephedrine)


bersama sevofluran menyebabkan resiko hipertensi akut.(4)

Penggunaan bersama dengan Beta blocker daapat meningkatkan efek inotropik negatif,
chronotropik dan dromotropik dari beta blocker (dengan memblok mekanisme kompensasi
kardiovaskular. (4)

Penggunaan verapramil dan sevofluran pada saat bersamaan dapat menyebabkan


kegagalan konduksi atrioventrikular.(4)

Penggunaan sevofluran dan isoniazid berpotensi menyebabkan efek hepatotoksik dari


isoniazid. Adanya peningkatan aktivitas sitokrom P450 isoenzim CYP2E1 dapat meningkatkan
metabolisme sevoluran yang berdampak pada peningkatan konsntrasi fluoride plasma. (4)

Penggunaan dengan Benzodiazepin dan Opioid diprediksi dapat menurun MAC


sevofluran. Penggunaan opioid seperti alfentanil dan sufentanil bersama dengan sevofluran dapat
menurun denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi napas.(4)

Seperti penggunaan bersama anestesi volatil halogen yang lain, MAC sevofluran dapat
turun ketika diberikan bersama nitrous oxide. MAC dapat menurun sampai 50% pada orang
dewasa dan sekitar 25% pada pasien pediatri.(4)

Kehamilan dan Melahirkan

Sevofluran memiliki efek relaksan pada uterus sehingga dapat menyebabkan peningkatan
perdarahan uterus ketika digunakan untuk mengakhiri kehamilan. Tetapi tidak ada penelitian
yang cukup pada kehamilan, meskipun demikian penggunaan pada kehamilan hanya jika sangat
diperlukan. (4)
Pada uji klinik, penggunaan sevofluran aman bagi ibu dan bayi ketika dipakai selama
sectio cesarea. Sedangkan keamanan sevofluran pada ketika melahirkan pervaginam belum ada
datanya.(4)

Menyususi

Tidak diketahui apakah sevofluran atau metabolitnya dieksresikan melalui air susu ibu.
Tetapi perempuan sebaiknya dianjurkan untuk tidak memberikan air susu ibu selama 48 jam
setelah menggunakan sevofluran dan membuang air susu ibu selama masa anjuran tersebut.(4)

2.7.5 Farmakologi Sevofluran


a. Farmakokinetik
Pada setiap inspirasi, sejumlah zat anestesi akan masuk ke dalam paru-paru sampai
tercapai suatu tekanan parsial tertentu, kemudian berdifusi melalui membran alveolus ke dalam
darah. Anestesi tercapai jika tekanan parsial obat anestesi dalam pembuluh darah sama dengan
tekanan parsial di otak. Kedalaman anestesi berbanding lurus dengan tekanan parsial di otak,
sedangkan kecepatan induksi dan pemulihan tergantung dari kecepatan perubhan tekanan parsial
tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan parsial zat anestesi dalam arteri dan otak
adalah(5,6):
- Konsentrasi zat yang diinhalsi
- Ventilasi alveolus
- Pemindahan zat anestesi dari alveoli ke aliran darah, dipengaruhi oleh koefisien
partisi darah/gas zat anestesi dan aliran darah.
- Pemindahan zat anestesi dari darah ke seluruh janringan tubuh, dipengaruhi oleh
koefisien partisi darah/jaringan zat anestesi dan aliran darah.
Konsentrasi zat anestesi yang tinggi, ventilasi alveolus yang meningkat, serta koefisien
partisi darah/gas dan koefisien darah/jaringan yang rendah dari suatu zat anestesi, akan
menyebabkan peningkatan tekanan parsial zat anestesi dalam alveolus, darah dan jaringan. Otak
merupakan organ yang banyak mendapatkan aliran darah sehingga tekanan parsial zat anestesi
dalam otak akan cepat meningkat sehingga pasien lebih cepat sadar(5,6).
Sevofluran mempunyai koefisien partisi darah/gas: 0,63 sdikit lebih besar desfluran
(0,42), menyebabkan peningkatan konsentrasi alveolar lebih lambat dibandingkan dengan
desfluran tetapi lebih cepat daripada enfluran (1,91), isofluran (1,4) dan halotan (2,35). Koefisien
partisi darah/gas dan darah/jaringan (1,7) yang rendah menyebabkan induksi berlangsung cepat
dan waktu pemlihan atau sadar yang juga cepat setelah sevofluran dihentikan(5,6).
Eliminasi sevofluran oleh paru-paru kurang cepat dibandingkan desfluran, tetapi lebih
cepat dibandingkan isofluran, enfluran dan halotan. Sevofluran mengalami metabolisme di hati
(defluronisasi) kurang dari 5%, membentuk senyawa fluorin, kemudian enzim glucoronyl
transferase diubah menjadi fluoride inorganik dan fluoride organik (hexafluoro isopropanol),
dan dapat dideteksi dalam darah serta urin. Hexanol isopropanol akan terkonjugasi menjadi
produk tidak aktif yang kemudian diekskresikan lewar urin. Tetapi tidak ada pengaruh nyata
pada fungsi ginjal dan tidak bersifat nephrotoksik.(5,6)
b. Farmakodinamik
Sevofluran memiliki dampak pada sistem organ yang meliputi:
- Kardiovakular
Sevofluran menyebabkan depresi kontraktilitas miokardial. Penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik dan penurunan tekanan darah tetapi sedikit lebih rendah dibandingkan
isofluran dan desfluran. Pada 1,2-2 MAC sevofluran menyebabkan penurunan tahanan vaskular
sistemik kira-kira 20% dan tekanan darah arteri 20-40%. Curah jantung akan menurun 20% pada
pemakaian sevofluran lebih dari 2 MAC. Penggunaan sevofluran dapat menyebabkan
pemanjangan interval QT, tetapi pengaruh signifikannya belum diketahui.(5,6)
- Respirasi
Sevofluran menyebabkan depresi pernapasan. Pada manusia 1,1 MAC sevofluran
menyebabkan tingkat depresi hampir sam dengan halotan 1,4 MAC, tingkat depresi
pernapasannya lebih dalam daripada halotan. Sevofluran menyebabkan relaksasi otot polos
bronkus, tetapi tidak sebaik halotan.(5,6)
- Serebral
Sevofluran menyebabkan peningkatan aliran darah otak dan tekanan intrakranial,
meskipun ada beberapa penelitian yang menyebutkan adanya penurunan aliran darah otak.
Konsentrasi tinggi sevofluran (>1,5 MAC) dapat menyebabkan kegagalan autoregulasi aliran
darah otak yang menyebabkan penurunan aliran darah otak selama hipotensi akibat perdarahan,
meskipun dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan isofluran. Tetapi tidak pernah
dilaporkan kejang pada pemakaian sevofluran.(5,6)
- Hepar dan ginjal
Sevofluran menurunkan aliran darah vena porta tetapi meningkatkan aliran darah arteri
hepatika yang menjaga aliran darah hepar seluruhnya dan distribusi oksigen.
Sevofluran menyebabkan penurunan aliran darah ginjal dan meningkatkan konsentrasi
fluoride plasma tetapi tidak bukti hal ini menyebabkan gangguan fungsi ginjal manusia.(5,6)
- Neuromuskular
Relaksasi otot dapat terjadi pada anestesi yang cukup dalam dengan sevofluran. Proses
induksi, laringoskopi dan itubasi dapat dikerjakan tanpa bantuan pelumpuh otot.(5,6)
2.7.6 Dosis(7)

MAC
UMUR
O2 100% N2O 70%
0-1 bulan 3,3% -
1-6 bulan 3% -
6 bulan - <3 tahun 2,8% 2%
3-12 tahun 2,5% 2,5%
12-25 tahun 2,6% 1,4%
25-40 tahun 2,1% 1,1%
40-60 tahun 1,7% 0,7%
60-80 tahun 1,4% 0,7%

Induksi sevofluran dapat diberikan dengan campuran oksigen-nitrooksida. Pada orang


dewasa kadarnya dapat mencapai 5% sevofluran dan biasanya efek anestesi terjadi kurang dari 2
menit. Sedangkan pada anak-anak kadarnya dapat mencapai 7% sevofluran dan biasanya efek
anestesi terjadi kurang dari 2 menit.(3,4)

Pemeliharaan: Efek anestesi dapat tercapai dengan kadar 0,5-3% sevofluran dengan atau
tanpa pemakaian nitrogen oksida. Pada pasien lansia, kadar sevofluran dapat dikurangi.emc(3,4)

Emergensi: Waktu emergensi secara umum mendapatkan anestesi sevofluran secara


cepat. Maka pasien membutuhkan obat pereda nyeri pasca bedah, lebih awal.(3)
2.7.7 Efek Samping
Sevofluran dapat menyebabkan depresi pernapasan yang tergantung dosis. Efek samping
yang sering terjadi: mual, muntah, hipotensi, somnolens, dan peningkatan batuk. Pada dewasa:
mual, muntah, dan hipotensi. Pada lansia: mual, hipotensi, dan bradikardia. Pada anak-anak:
muntah, agitasi, batuk meningkat, dan mual. Efek samping yang jarang terjadi: demam, chills,
hipotermia, sakit kepala, bradikardia, takikardia, hipertensi dan hipotensi, somnolens, agitasi,
malas, peningkatan air liur, mual, muntah, peningkatan batuk, kelainan pernapasan, dan
laringimus.(3,4)
BAB III
KESIMPULAN

Anestesi terbagi menjadi 3 tipe yakni anestesi total, anestesi lokal dan anestesi regional.
Anestesi umum adalah keadaan melakukan tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anestesi yang
ideal terdiri dari kelompok hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Anestesi umum dibagi menjadi
4 stadium yakni stadium analgesia, stadium terangsang (excitement), stadium operasi (surgical
anesthesia) dan stadium depresi medula oblongata.

Anestesi inhalasi dikombinasikan dengan anestesi intravena sehingga memungkinkan


penggunaan dosis obat anestesi lebih kecil dan lebih aman. Dalamnya anestesi inhalasi
bergantung kepada kadar anestesi di SPP dan kadar ini ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhi transfer anestetik dari alveoli paru darah dan dari darah ke jaringan otak, begitu
pula masa pemulihan setelah pemberiannya dihentikan.

Isofluran obat anestesi volatile yang induksinya cepat dan pemulihannya cepat
merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar dan berbau tajam tidak iritasi dan tidak
menimbulkan sekresi. Isofluran tidak diberikan kepada pasien jika: sensitif terhadap obat
anestesi halogen, mudah mengalami malignant hyperthermia, pernah mendapat anestesi isofluran
atau obat halogen lainnya, terjadi ikterus atau gangguan fungsi hepar atau eosinophilia pada
masa pasca anestesi, nonselective MAO Inhibitor, TIK meningkat, hipovolemia dan hipotensi
Penggunaan isofluran bersama obat-obatan tertentu harus hati-hati karena dapat
menyebabkan interaksi obat yang membahayakan tubuh. isoflurane serupa dengan anestetik
volatil lainnya dan dapat diberikan melalui vaporisator standar. Isofluran memiliki MAC dalam
oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70 % oksida nitrosa sebesar 0,5 %. Koefisien partisi
darah/gas adalah 1,4. Isofluran harus diberikan menggunakan vaporizar. Mesti diperhatikan
penggunaan isofluran mulai dari obat premedikasi yang diberikan, dosisnya pada saat induksi,
maintenence dan pemulihan.
Sevofluran adalah cairan volatil yang tidak mudah terbakar dan tidak meledak, jernih,
tidak berwarna, tidak bersifat korosif dan tidak berbau tajam. Kontraindikasi penggunaan
sevofluran meliputi hipovolemia berat, kecurigaan hipertermia maligna dan intracranial
hypertension, adanya hipersensitivitas terhadap sevofluran atau anestesi halogen lainnya. Sama
seperti isofluran, penggunaannya bersama obat-obatan tertentu harus hati-hati karena dapat
menyebabkan interaksi obat yang membahayakan tubuh. Pada orang dewasa kadarnya dapat
mencapai 5% sevofluran dan biasanya efek anestesi terjadi kurang dari 2 menit. Untuk
pemeliharaan, efek anestesi dapat tercapai pada kadar 0,5-3% sevofluran dengan atau tanpa
pemakaian nitrogen oksida. Efek samping yang sering terjad antara lain mual, muntah, hipotensi,
somnolens, dan peningkatan batuk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fauzi Tandjung Q. PERBANDINGAN SEVOFLURANE 8% + N2O 50% DENGAN


PROPOFOL 2 MG / KG BB IV SEBAGAI OBAT INDUKSI ANESTESI DALAM HAL
KECEPATAN DAN PERUBAHAN HEMODINAMIK [Internet]. FK Universitas
Sumatera Utara; 2008 [cited 2016 Nov 28]. Available from:
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#

2. Food and Drugs Addministration. ULTANE ® volatile liquid for inhalation [Internet].
2006 [cited 2016 Dec 4]. p. 1–25. Available from: https://www.drugs.com/pro/ultane.html

3. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sevoflurane [Internet]. 2016 [cited 2016 Dec 4].
Available from:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact
=8&ved=0ahUKEwidorLl-
u7QAhUMM48KHQ1xCdgQFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fpionas.pom.go.id%2Fmo
nografi%2Fsevofluran&usg=AFQjCNE5J5uVy8wTmdso2cNTuCi0Fa1MHQ&sig2=I6zu
4iMh6bM5zu2bElJrpQ&bvm=bv.141320020,d.c2I

4. Sevoflurane [Internet]. Electronic Medicine Compendium. 2015 [cited 2016 Dec 4].
Available from: https://www.medicines.org.uk/emc/medicine/49

5. Anindita T. Pengaruh Nitrous Oxide Pada Induksi Sevoflurane 8% Dengan Tehnik Single
Breath Terhadap Kecepatan Induksi Aeestesi [Internet]. FK Universitas Kedokteran; 2002
[cited 2016 Dec 8]. Available from:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact
=8&ved=0ahUKEwi54Mbz9e7QAhUJvo8KHUjnAKEQFggZMAA&url=http%3A%2F%
2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fjanesti%2Farticle%2Fview%2F6452&usg=AFQ
jCNEX-5TjHvNyV8hAXeSQiA0CCpkQvQ&sig2=ygRPybXISHYuyaFZ-
xno7g&bvm=bv.141320020,d.c2I

6. Butterworth J, Mackey D, Wasnick J. Morgan & Mikhail Clinical Anesthesiology. Fifth


Edit. Clinical Anaesthesiology. New York: Mc Graw Hill Education; 2013. 129-135 p.

7. Sevoflurane [Internet]. Medscape. 2015 [cited 2016 Dec 4]. Available from:
http://reference.medscape.com/drug/ultane-sojourn-sevoflurane-343101

Anda mungkin juga menyukai