Disusun Oleh :
Paulus P. Raga Come (1208011007)
Mery A. Kosat, S.Ked (1208017039)
Pembimbing:
dr. Budi Yulianto Sarim, Sp.An, KAO
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Tanggal : Desember 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- “tidak, tanpa” dan aesthetos,
“persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh.
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan
anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak
selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis
anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan
nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total, yaitu hilangnya kesadaran
secara total, anestesi lokal, yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas
dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
Stadium anestesi umum meliputi analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran, terhambatnya
sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot rangka. Untuk menimbulkan efek ini, setiap obat
anestesi mempunyai variasi tersendiri bergantung pada jenis obat, dosis yang diberikan dan
keadaan secara klinis. Anestetik yang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan.
Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Saat ini anestesi inhalasi sangat popular oleh karena adanya kemudahan dalam
tatalaksananya dan juga kemampuan untuk memonitor efek yang ditimbulkan secara langsung
oleh pemberian obat-obatan anestesi tersebut. Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal
dan digunakan untuk membantu pembedahan ialah N02. Kemudian menyusul eter, kloroform,
etil-klorida, etilen, siklo-propan, trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-eter, propenil-metil-eter,
fluroksan, etil-vinil-eter, halotan, metoksi-fluran, enfluran, isofluran desfluran dan sevofluran.
Dalam dunia modern, anestesi inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik ialah
NO2, halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran. Obat-obatan lain sudah ditinggalkan
karena adanya efek samping lain yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, dalam referat ini akan
di bahas mengenai obat inhalasi volatil Isofluran dan sevofluran dalam prosedur anestesi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
General anesthesia atau anestesi umum adalah keadaan melakukan tindakan meniadakan
nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversibel)
menggunakan administrasi satu atau lebih agen anestesi umum. Komponen anestesi yang ideal
terdiri dari kelompok hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Tujuan dari anestesi umum antara
lain:
Keadaan anaestesi biasanya disebut sebagai anaestesi umum, ditandai oleh tahap tidak
sadar yang diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respons autonom.
Oleh karena itu, pasien tidak boleh diberikan gerak volunter, namun masih terjadi perubahan di
dalam gerak pernafasan dan kardiovaskular yang dapat terlihat dengan mesin anestesi. Keadaan
anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai hilangnya rasa nyeri.
Banyak teori telah dikemukan, tetapi sampai sekarang belum ada keterangan yang memuaskan
tentang jalan kerja obat anestesi. Ditinjau dari aspek vaskularisasi, obat anestesi yang diberikan
akan menyebar ke jaringan terutama pada jaringan yang kaya pembuluh darah seperti otak
sehingga kesadaran menurun atau hilang di samping menghilangkan rasa sakit.
Anestetik inhalasi terbukti mengubah ambang rangsang neuron di beberapa bagian SSP
yang sangat peka terhadap anestetik. Letupan impuls pada neuron ini dapat dihambat secara total
oleh kadar anestetik minimum halothane, sementara neuron tetangganya hanya mengalami
sedikit perubahan. Dulu diyakini bahawa anestesi merupakan proses supraspinal, tetapi beberapa
bukti memperlihatkan bahawa hilangnya respons motorik pada anestesi lebih disebabkan oleh
kerja anestesi di medula spinalis. Di otak, anestesi inhalasi menghambat transmisi sinaps di
sistem retikularis asendens, korteks serebri dan hipokampus. Penyampaian informasi sensoris
dari talamus ke bagian tertentu di korteks, sangat peka terhadap anestesi. Di medula spinalis,
anestesi mengubah respons sensoris dari kornu dorsalis terhadap rangsangan nyeri maupun
rangsangan lainnya yang tidak menimbulkan nyeri. Beberapa anestesi yang menguap dapat
menekan neuron motorik spinalis. Selain itu, anestesi inhalasi mempengaruhi aktivitas neuron
spinalis secara tidak langsung dengan mengubah masukan dari otak melalui sistem modulasi
desendens. Walaupun tempat kerja anestesi di SSP beragam, terdapat ciri kerja yang unik di
tingkat molekul. Misalnya, dihambatnya pelepasan neurotransmiter di presinaps dan
dihambatnya arus neurotransmitter di pasca sinaps ternyata terjadi akibat gangguan anestesi pada
situs molekuler. Konsep yang menyatakan persamaan cara kerja anaestesi pada struktur molekul
ini dikenal sebagai unitary theory of narcosis.
2.2 Stadium Anestesi Umum
Semua zat anestetik menghambat SSP secara bertahap yang pada awalnya dihambat
adalah fungsi yang kompleks, dan yang paling akhir di hambat adalah medula oblongata tempat
pusat vasomotor dan pernafasan. anestesia umum terbagi dalam 4 stadium:
I. Stadium analgesia: pada stadium awal ini, penderita mengalami analgesia tanpa
disertai amnesia. Pada akhir stadium I, baru didapatkan amnesia dan analgesia.
II. Stadium terangsang (excitement): pada stadium ini, penderita seringkali tampak
delirium dan gelisah, tetapi jelas mengalami amnesia. Volume dan kecepatan
pernapasan tidak teratur, dan dapat terjadi mual dan muntah bila pasien dirangsang.
Oleh karena itu, diupayakan untuk membatasi lama dan beratnya stadium ini. Akhir
stadium ditandai dengan kembalinya pernapasan yang teratur.
III. Stadium operasi (surgical anesthesia): stadium ini diawali dengan pernapasan regular
yang teratur dan berlanjut hingga terhentinya pernapasan spontan secara total (apnea).
Empat tujuan stadium ini digambarkan dengan perubahan pergerakan bola mata,
refleks mata dan ukuran pupil yang dalam keadaan tertentu menandai peningkatan
kedalaman anestesi.
IV. Stadium depresi medulla oblongata: kedalaman stadium anestesi ini ditandai dengan
terjadinya depresi berat pusat vasomotor dan pernapasan di medulla oblongata. Tanpa
bantuan respirasi dan sirkulasi, pasien akan meninggal dengan cepat.
Semua anestesi inhalasi adalah derivat eter kecuali halotan dan nitrogen. Anestesi inhalasi
yang sempurna adalah yang masa induksi dan masa pemulihannya singkat dan aman, peralihan
stadium anestesi terjadi cepat, relaksasi ototnya sempurna, berlangsung cukup aman dan tidak
menimbulkan efek toksik atau efek samping berat dalam dosis anestetik yang lazim. Dengan
penggunaan anestesi intravena kerja singkat dan obat pelemas otot, tiga hal pertama dapat
dicapai. Sementara itu, teknik anestetik kombinasi telah memungkinkan penggunaan dosis yang
lebih kecil dan lebih aman, maka toksisitas anestetik menjadi satu-satunya penentu diterimanya
suatu anestetik inhalasi baru.
Dalamnya anestesi bergantung kepada kadar anestesi di SPP dan kadar ini ditentukan
oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anestetik dari alveoli paru darah dan dari darah
ke jaringan otak, begitu pula masa pemulihan setelah pemberiannya dihentikan. Membran alveoli
dengan mudah dapat dilewati zat anestesi secara difusi dari alveoli ke aliran darah dan
sebaliknya. Faktor yang menentukan kecepatan transfer anestetik di jaringan otak ditentukan
oleh:
2.4 Farmakodinamik
Dasar terjadinya stadium anestesi adalah adanya perbedaan kepekaan berbagai bagian
SSP terhadap anestetik. Sel-sel substansia gelatinosa di kornu dorsalis medula spinalis peka
sekali terhadap anestetik. Penurunan aktivitas neuron di daerah ini menghambat transmisi
sensorik dari rangsang nosiseptik, inilah yang menyebabkan terjadinya tahap analgesia. Stadium
II terjadi akibat aktivitas neuron yang kompleks pada kadar anestetik yang lebih tinggi di otak.
Aktivitas ini antara lain berupa penghambatan berbagai neuron inhibisi bersamaan dengan
dipermudahnya pelepasan neurotransmiter eksitasi. Selanjutnya, depresi hebat pada jalur naik di
sistem aktivasi retikuler dan penekanan aktivitas refleks spinal menyebabkan pasien masuk ke
stadium III. Neuron di pusat napas dan pusat vasomotor relatif tidak peka terhadap anestetik
kecuali pada kadar yang sangat tinggi. Apa yang menyebabkan perbedaan kepekaan berbagai
bagian SSP ini masih perlu diteliti.
Delirium dapat terjadi selama induksi dan pada masa pemulihan dengan anestesia
inhalasi walaupun telah diberikan medikasi praanestetik. Muntah dapat menyebabkan aspirasi
bila terjadi sewaktu induksi atau sesudah operasi. Enfluran dan halotan menyebabkan depresi
miokard yang dose-related, sedangkan isofluran dan desfluran tidak. Isofluran dan N2O dapat
menyebabkan takikardia, sedangkan enfluran tidak banyak mempengaruhi frekuensi jantung.
Halotan dapat menyebabkan bradikardia melalui stimulasi vagal. Aritmia supraventrikel
biasanya dapat diatasi kecuali bila curah jantung dan tekanan arteri menurun. aritmia ventrikel
jarang terjadi, kecuali bila timbul hipoksia atau hiperkapnea. Halotan menimbulkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin, sehingga penggunaan adrenalin, noradrenalin, atau isoproterenol
bersama halotan akan menyebabkan aritmia ventrikel. Halotan berbahaya diberikan pada pasien
yang merasa khawatir berlebihan, karena keadaan tersebut disertai kadar katekolamin yang
tinggi.
Depresi napas dapat timbul pada semua stadium selama anestesia inhalasi. Oleh karena
itu keadaan pernafasan pasien perlu diperhatikan selama pemberian anestetik inhalasi. Anestetik
inhalasi juga menekan fungsi mukosilier saluran napas, sehingga anestesia yang berlama-lama
dapat menimbulkan penumpukan lendir. Namun, anestetik inhalasi bersifat bronkodilator.
Dengan sifat ini, halotan dan sevofluran menjadi pilihan untuk induksi anestesia pada pasien
yang menderita sumbatan jalan napas. Anestetik inhalasi juga bersifat iritatif bagi jalan nafas,
tetapi ini hanya menimbulkan masalah pada desfluran.
Gangguan fungsi hati ringan sering timbul pada penggunaan anestetik inhalasi, tetapi
jarang terjadi gangguan yang serius. Sebagian kecil pasien dapat mengalami hepatitis oleh
halotan. Mekanisme terjadinya hepatotoksisitas oleh halotan ini belum jelas benar, tetapi diduga
berdasarkan pembentukan radikal bebas menimbulkan kerusakan sel hati atau respons imun.
Dapat terjadi pemekatan urin dan oliguria reversibel karena menurunnya aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus, dan ini dapat dicegah dengan pemberian cairan yang cukup dan menghindari
anestesia yang dalam. Metoksifluran secara langsung dapat menimbulkan kerusakan tubuli ginjal
dan gagal ginjal, sehingga tidak boleh digunakan pada pasien gangguan fungsi ginjal atau pasien
yang mendapat obat nefrotoksik seperti streptomisin dan tetrasiklin. Nefrotoksisitas
metoksifluran terjadi karena metabolismenya oleh enzim hati dan ginal menghasilkan ion fluor,
jadi bergantng pada dosis. Maka dianjurkan penggunaan dosis minimal pada pemberian
metoksifluran yang lama. Isofluran, enfluran, dan sevofluran melepaskan lebih sedikit fluor,
sedangkan halotan sama sekali tidak membebaskan fluor. Sevofluran tidak dimetabolisme
melainkan dihancurkan oleh CO2 yang terdapat pada penjerap di alat anaestesia.
Isofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi isofluran
mirip enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. Isofluran berbau tajam, kadar obat
yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan nafas dan terbatuk. Setelah
pemberian medikasi pra anestetik, stadium induksi dilalui kurang dari 10 menit dengan lancar
dan sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O-O2. Umumnya digunakan anestetik IV barbiturat
untuk mempercepat induksi. Tanda yang digunakan untuk mengamati kedalaman anestesia
adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas, dan meningkatnya frekuensi
denyut jantung. Isofluran merelaksasikan otot rangka lebih baik dan meningkatkan efek
pelumpuh otot depolarisasi maupun nondepolarisasi lebih dari yang ditimbulkan oleh enfluran.
Dengan demikian dosis isofluran maupun pelumpuh ototnya dapat dikurangi. Selain itu,
meningkatnya aliran darah ke otot rangka dapat mempercepat eliminasi pelumpuh otot.
Tekanan darah turun cepat dengan makin dalamnya anaestesi tetapi berbeda dengan efek
enfluran, curah jantung dipertahankan oleh isofluran. Hipotensi lebih disebabkan oleh
vasodilatasi di otot. Pembuluh koroner juga berdilatasi dan aliran koroner dipertahankan
walaupun konsumsi O2 berkurang. Dengan kerjanya yang demikian isofluran dipandang lebih
aman untuk pasien dengan penyakit jantung dibandingkan dengan halotan atau enfluran. Tetapi
ternyata, isofluran dapat menyebabkan iskemia miokardium melalui fenomena coronary steal,
yaitu pengalihan aliran darah dari daerah yang perfusinya buruk ke perfusi yang lebih baik.
Kecenderungan timbulnya aritmia pun amat kecil, sebab isofluran tidak menyebabkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin.
Pada anestesia yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada
pemberian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak sementara metabolisme otak
hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap responsif terhadap CO2 maka hiperventilasi bisa
menurunkan aliran darah, metabolisme otak dan tekanan intrakranial. Keamanan isofluran pada
wanita hamil, atau waktu partus, belum terbukti. Isofluran dapat merelaksasikan otot uterus
sehingga tidak dianjurkan untuk analgesik pada saat persalinan. Penurunan kewaspadaan mental
terjadi 2-3 jam sesudah anestesi tetapi tidak terjadi mual muntah atau eksitasi sesudah operasi.
Isofluran yang mengalami biotransformasi jauh lebih sedikit. Asam trifluoroasetat dan ion fluor
yang terbentuk jauh di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah dilaporkan gangguan fungsi
ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran.
2.6.1 Deskripsi
Isofluran suatu obat anestesi volatile yang induksinya cepat dan pemulihannya cepat,
tidak iritasi dan tidak menimbulkan sekresi. Seperti halnya halotan dan enfluran, Isofluran
berefek bronkhodilator, tidak menimbulkan mual-muntah, dan bersifat kompatibel dengan
epineprin. Efek penurunan tekanan darah sama besarnya dengan halotan, hanya berbeda dalam
mekanisme kerjanya. Halotan menurunkan tekanan darah, terutama dengan mendepresi
miokardium dan sedikit vasodilatasi. Ethrane menurunkan tekanan darah dengan mendepresi
miokardium dan vasodilatasi perifer. Isoflurane menurunkan tekanan darah terutama dengan
vasodilatasi perifer dan hampir tidak mendepresi miokardium.
2.6.2 Indikasi
Untuk inhalasi umum baik sebagai induksi maupun maintenance anestesi. Anestesi inhalasi ini
digunakan pada pasien dari segala usia.
Perhatian harus dilakukan dalam mengelola anestesi umum, termasuk isofluran, untuk
pasien dengan gangguan mitokondria. Isofluran, seperti agen inhalasi lainnya, memiliki efek
relaksasi pada uterus dengan potensi risiko perdarahan uterus. Penilaian klinis harus diamati
ketika menggunakan isofluran selama anestesi obstetri. Pertimbangan harus diambil untuk
menggunakan konsentrasi terendah dari isofluran dalam operasi kandungan.
Kasus yang jarang terjadi dari panas yang ekstrim, asap dan/atau kebakaran spontan
dalam mesin anestesi telah dilaporkan selama anestesi umum dengan obat dalam kelas ini bila
digunakan bersama dengan absorben CO2 kering, khususnya yang mengandung kalium
hidroksida (misalnya Baralyme). Ketika seorang dokter mencurigai bahwa penyerap CO2
mungkin kering, harus diganti sebelum pemberian isofluran.
Indikator warna yang paling penyerap CO2 tidak selalu berubah sebagai akibat dari
kekeringan. Oleh karena itu, kurangnya perubahan warna yang signifikan tidak harus diambil
sebagai jaminan hidrasi yang memadai. Absorben CO2 harus diganti secara rutin terlepas dari
keadaan indikator warna.
Seperti halnya anestesi umum, isofluran seharusnya hanya diberikan dalam lingkungan
anestesi yang cukup dilengkapi oleh klinisi yang akrab dengan farmakologi obat dan
terkualifikasi melalui pelatihan dan pengalaman untuk mengelola pasien. Karena tingkat anestesi
dapat diubah dengan cepat dan mudah dengan isofluran, hanya vaporizer yang memberikan
prediksi output dengan akurasi yang wajar, atau teknik di mana inspirasi dan ekspirasi dapat
dipantau. Tingkat hipotensi dan depresi pernafasan dapat memberikan beberapa indikasi anestesi.
Laporan menunjukkan bahwa isofluran dapat menghasilkan kerusakan hati mulai dari
kenaikan sementara ringan enzim hati hingga nekrosis hati yang fatal dalam beberapa kasus yang
sangat jarang terjadi. Telah dilaporkan bahwa paparan sebelumnya anestesi hidrokarbon
terhalogenasi, terutama jika interval kurang dari 3 bulan, dapat meningkatkan potensi kerusakan
hati. Sirosis, hepatitis virus atau penyakit hati lainnya bisa menjadi alasan untuk memilih obat
bius selain anestesi halogenasi. Terlepas dari anestesi yang digunakan, maintenance
hemodinamik yang normal adalah penting untuk menghindari iskemia miokard pada pasien
dengan penyakit arteri koroner. Isofluran nyata meningkatkan aliran darah otak pada tingkat
yang lebih dalam anestesi. Mungkin ada kenaikan sementara tekanan cairan serebrospinal yang
sepenuhnya reversibel dengan hiperventilasi. Isofluran harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Dalam kasus seperti hiperventilasi mungkin
diperlukan. Penggunaan isofluran pada pasien hipovolemik, hipotensi dan lemah belum pernah
diteliti. Sebuah konsentrasi yang lebih rendah dari isofluran direkomendasikan untuk digunakan
pada pasien ini.
Semua relaksan otot umum digunakan adalah nyata potensial oleh isofluran, efek yang
paling mendalam dengan agen non-depolarisasi. Isofluran dapat menyebabkan sedikit penurunan
fungsi intelektual selama 2-4 hari setelah anestesi. Kelelahan neuromuscular dapat dilihat pada
pasien dengan penyakit neuromuskuler, seperti myasthenia gravis. Isoflurane harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien ini.
Pada individu yang rentan, anestesi isofluran dapat memicu otot rangka menjadi
hipermetabolik dan menyebabkan kebutuhan oksigen yang tinggi dan sindrom klinis yang
dikenal sebagai hipertermia maligna. Sindrom ini mencakup gejala spesifik seperti kekakuan
otot, takikardia, takipnea, sianosis, aritmia, dan tekanan darah tidak stabil. (Hal ini juga harus
dicatat bahwa banyak dari tanda-tanda spesifik mungkin muncul dengan anestesi ringan,
hipoksia akut, dll). PaO2 dan pH dapat menurun, dan hiperkalemia dan defisit basa mungkin
muncul. Pengobatan termasuk penghentian agen (misalnya isofluran), intravena dantrolene
natrium, dan penerapan terapi suportif. Terapi tersebut mencakup upaya yang kuat untuk
mengembalikan suhu tubuh normal, pernapasan dan peredaran darah, dan pengelolaan gangguan
elektrolit-cairan asam-basa. (Konsultasikan resep informasi untuk dantrolene natrium intravena
untuk informasi tambahan mengenai manajemen pasien.) Gagal ginjal mungkin muncul
kemudian.
Penggunaan agen anestesi inhalasi telah dikaitkan dengan peningkatan langka di tingkat
kalium serum yang telah mengakibatkan aritmia jantung dan kematian pada pasien anak selama
periode pasca-operasi. Pasien dengan laten serta penyakit neuromuskuler yang jelas, terutama
Duchenne distrofi otot, tampaknya yang paling rentan. Penggunaan secara serentak dari
suksinilkolin telah dikaitkan dengan sebagian besar, tapi tidak semua dari kasus ini. Pasien-
pasien ini juga mengalami peningkatan yang signifikan dalam tingkat creatine kinase serum dan,
dalam beberapa kasus, perubahan dalam urin konsisten dengan mioglobinuria. Meskipun
kesamaan dalam presentasi untuk hipertermia ganas, tidak ada pasien ini menunjukkan tanda-
tanda atau gejala kekakuan otot atau gejala hipermetabolik. Awal dan intervensi agresif untuk
mengobati hiperkalemia dan tahan aritmia dianjurkan, seperti evaluasi berikutnya untuk penyakit
neuromuskuler laten.
Produk obat-obatan dan senyawa yang meningkatkan aktivitas sitokrom P450 isoenzim
CYP2E1, seperti isoniazid dan alkohol, dapat meningkatkan metabolisme isofluran dan
menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam konsentrasi plasma fluoride. Penggunaan
isofluran dan isoniazid dapat meningkatkan risiko efek hepatotoksik. Antagonis kalsium, di
turunan dihidropiridin tertentu: isofluran dapat menyebabkan hipotensi pada pasien yang diobati
dengan antagonis kalsium. Perhatian harus dilakukan ketika antagonis kalsium digunakan
bersamaan dengan anestesi inhalasi karena risiko efek aditif inotropik negatif. Opioid,
benzodiazepin dan agen penenang lainnya yang berhubungan dengan depresi pernafasan harus
hati-hati digunakan ketika diberikan serentak dengan isofluran.
Penggunaan bersama dari succinylcholine dengan agen anestesi inhalasi telah dikaitkan
dengan peningkatan langka di tingkat kalium serum yang telah mengakibatkan aritmia jantung
dan kematian pada pasien anak selama periode pasca-operasi. Neostigmin memiliki efek pada
relaksan non-depolarisasi, namun tidak berpengaruh pada isofluran sendiri. Tidak ada atau
terbatas jumlah data dari penggunaan isofluran pada wanita hamil. Studi pada hewan
menunjukkan toksisitas reproduksi. Isofluran hanya boleh digunakan selama kehamilan jika
manfaatnya lebih besar daripada risiko potensial.
Isofluran, dalam konsentrasi sampai dengan 0,75%, telah terbukti aman untuk
pemeliharaan anestesi untuk operasi caesar.
Ibu menyusui
Belum diketahui apakah isofluran / metabolit diekskresikan dalam air susu manusia.
Karena banyak obat-obatan yang diekskresikan lewat air susu sehingga penggunaan isofluran
harus hati-hati ketika diberikan kepada wanita menyusui.
2.6.5 Farmakologi
Isofluran adalah anestesi inhalasi atau volatil yang memiliki konsentrasi dalam darah
berhubungan dengan konsentrasi alveolar melalui koefisien partisi yang ditetapkan, dan
distribusi ke jaringan yang juga ditentukan oleh koefisien kelarutan yang relatif konstan di
bawah berbagai kondisi. Isofluran menunjukkan kelarutan yang sangat rendah dalam darah dan
jaringan tubuh, jauh lebih rendah dibandingkan enfluran dan halotan, sehingga tekanan parsial
(konsentrasi) dalam gas alveolar atau darah arteri meningkat sampai 50% dari tekanan parsial
dalam waktu 4-8 menit awal inhalasi, dan 60% nya dalam waktu 15 menit.
Tingkat kenaikan sedikit lebih cepat daripada yang diperoleh dengan enfluran (isomer
struktural isoflurane) dan jauh lebih cepat (40%) dibandingkan dengan halotan. Umur dapat
signifikan mempengaruhi koefisien partisi darah-gas untuk semua anestesi, pada anak-anak lebih
rendah koefisien partisi gas sehingga terjadi peningkatan yang lebih cepat dalam alveolar
tekanan parsial anestesi pada kelompok ini.
Sepanjang dilakukan anestesi, proporsi yang tinggi dari isofluran dihilangkan oleh paru-
paru. Ketika dihentikan dan konsentrasi terinspirasi menjadi nol, sebagian besar isofluran tersisa
dihilangkan dari paru-paru. Sesuai dengan kelarutan rendah, pemulihan dari anestesi isofluran
pada manusia berlangsung cepat.
Biotransformasi isofluran secara signifikan lebih rendah dari enfluran atau halotan.
Dalam manusia sekitar 0,2% diberikan jelas sebagai metabolit yang dapat diperoleh kembali
(fluoride dan fluor organik), dengan sekitar 50% dari ini diekskresikan dalam urin, metabolit
utamanya asam trifluoracetic. Induksi enzim yang berhubungan dengan terapi obat yang sudah
ada tidak akan muncul, menjadi faktor penting dalam metabolisme isofluran dalam diri manusia,
terutama karena metabolisme keseluruhan isofluran sangat rendah.
2.6.6 Ciri khas lain dari Isofluran:
Isofluran merupakan suatu eter metil etil berhalogenasi yang tidak menyala.
Mempunyai tekanan uap sekitar 238 mm Hg pada 20 ºC dan mendidih pada 48,5 ºC(760
mm Hg tekanan atmofer). Dalam hal ini isoflurane serupa dengan anestetik volatil
lainnya dan dapat diberikan melalui vaporisator standar.
Memiliki MAC dalam oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70 % oksida nitrosa sebesar
0,5 %.
Koefisien partisi darah/gas adalah 1,4. Kelarutan yang menengah dalam darah ini
dikombinasi dengan potensi yang tinggi berarti suatu induksi anestesia yang cepat.
Setelah pemberian 30 menit ratio konsentrasi alveoler terhadap konsentrasi yang
diinspirasi adalah 0,73.
2.6.7 Dosis
Isofluran 1,15 % dalam oksigen murni, dan menjadi 0,5 % bila diberikan bersama Nitrous
Oxide 70 % dalam oksigen. Isofluran harus diberikan menggunakan vaporizar.
MAC
Premedikasi
Obat anticholinergis seperti sulfas atropin mungkin diperlukan untuk mendapatkan efek
depresi pada sekresi saliva dan lendir saluran nafas, tapi mungkin meningkatkan efek isofluran
yang lemah untuk meningkatkan denyut jantung.
Induksi
Isofluran memiliki bau yang sedikit menyengat maka bila digunakan sebagai induksi
sebaiknya dimulai dengan konsentrasi 0,5%. Konsentrasi 1,30 – 3,00 % biasanya akan membawa
kedalam stadium anestesi pembedahan dalam waktu 7 - 10 menit.
Dianjurkan agar induksi sebaiknya menggunakan obat barbiturat yang bekerja cepat
dengan dosis hipnosis atau propofol atau midazolam untuk menghindari terjadinya batuk dan
spasme laring selama induksi bila induksi hanya dengan isofluran dan oxygen atau isofluran dan
nitrous oxide 70 %. Tekanan darah mungkin sedikit menurun selama induksi tetapi hal ini akan
kembali normal setelah terjadi stimulasi pembedahan.
Maintanance
Bila tidak ada faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan darah, terjadi hypotensi
ini ádalah akibat dari terjadinya vasodilatasi perifer. Kedalaman anestesi yang berlebihan dengan
tanda-tanda penurunan tekanan darah yang banyak dapat diatasi dengan menurunkan konsentrasi
isofluran.
Pemulihan
Konsentrasi isofluran dapat dikurangi menjadi 0,5 % pada saat mulai penjahitan kulit
luka bedah, lalu 0 % pada akhir penjahitan luka bedah. Bila digunakan obat pelemas otot dan
efeknya masih ada maka harus dilakukan pemulihan fungsi otot sehingga pasien bernafas
spontan secara adekuat dan diberikan oxigen murni sampai kesadaran pulih penuh.
2.6.9 Penatalaksanaan
Isofluran harus disimpan dalam kamar dengan suhu 15 – 30 ºC. waktu kadaluarsa 5
tahun.
Sevofluran adalah cairan volatil yang tidak mudah terbakar dan tidak meledak, jernih,
tidak berwarna dan tidak bersifat korosif. Secara kimia nama sevofluran adalah fluoromethyl-
2,2,2-trifluoro-1-(trifluoromethyl) ethyl ether. Sevofluran memiliki berat molekul 200,05.(1,2)
2.7.2 Indikasi
Sevofluran digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum pada pasien
dewasa dan anak-anak, untuk operasi pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.(3)
2.7.3 Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan sevofluran meliputi hipovolemia berat, kecurigaan
hipertermia maligna dan intracranial hypertension, diketahui adanya hipersensitivitas terhadap
sevofluran atau anestesi halogen lainnya (contohnya ada riwayat gangguan fungsi hepar, demam
atau leukositosis tanpa diketahui penyebab setelah menggunakan sevofluran atau jenis anestesi
lainnya).(3,4)
Sevofluran dapat menyebabkan depresi pernapasan yang bisa terjadi jika ditambahkan
obat golongan narkotik atau zat yang dapat menyebabkan depresi pernapasan. (4)
Sama seperti Isofluran, Sevofluran hanya boleh diberikan oleh petugas yang telah terlatih
dalam melakukan anestesi umum. Juga terdapat fasilitas RS untuk mempertahankan airway,
peningkatan pemberian oksigen dan resusitasi sirkulasi. Dosis pemberian sevofluran harus
diketahui secara pasti yang juga didasarkan pada respon pasien. Anestesi yang terlalu dalam
menyebabkan hipotensi dan depresi pernapasan.(3,4)
Pada pasien tertentu, anestesi yang kuat menyebabkan hipermetabolik otot skelet
sehingga terjadi peningkatan pemakaian oksigen, yang kemudian disebut hipertermia maligna.
Gejala klinis ditandai dengan hiperkapnea, kekakuan otot, takikardia, takipneu, cyanosis, aritmia
dan tekanan darah tidak stabill. Jika telah terjadi hipertermia maligna, maka pemberian
sevofluran tidak boleh dilanjutkan dan diberikan sodium deterolene. Selain itu suhu tubuh
sebaiknya juga diturunkan sampai batas normal, membantu pernapasan dan sirkulasi dan
manajemen asam-basa dan elektrolit. Hipertermia maligna dapat menyebabkan gagal ginjal
sehingga diperlukan pemantauan jumlah dan aliran urine dan tetap dijaga.(3,4)
Agen anestesi inhalasi dapat menyebabkan peningkatan kalium dalam darah yang dapat
menyebabkan aritmia atau kematian pediatri. Pada pasien dengan duschene muscular dystrophy,
apalagi ditambah dengan succinylcholine, pada pasien ini terjadi peningkatan kreatinin kinase
secara signifikan, sehingga dapat juga menyebakan mioglobinuria. Diperlukan intervensi
secepatnya dan secara agresif untuk menangani hiperkalemia dan mengatasi aritmia dan juga
harus mengevaluasi neuromuscular disease yang laten.(4)
Penggunaan sevofluran dihubungkan dengan kejang yang terjadi pada anak dan dewasa
muda. Pada anak-anak kedalaman anestesi harus dibatasi. Kejang yang terjadi pada anak atau
usia muda terjadi diawali sejak 2 bulan awal anak. Penggunaan sevofluran pada pasien yang
beresiko kejang harus terus dinilai.(4)
Pada pasien yang diterapi dengan calcium antagonist khususnya derivat dihydropyridine,
penggunaan sevofluran dapat menyebabkan hipotensi. Maka harus lebih diperhatikan ketika
calcium antagonist digunakan bersama dengan anestestesi inhalasi karena beresiko
meningkatkan efek negatif inotropic.(4)
Penggunaan bersama succinylcholine dan obat-obat anestesi inhalasi berhubungan
dengan peningkatan kalium yang kemudian menyebabkan aritmia dan kematian pada pasien
pediatri ketika post-operatif.(4)
Sama dengan isofluran, pada pemakaian adrenalin terjadi sensitisasi miokardium sampai
dapat menyebabkan efek arrythmogenic.(4)
Penggunaan bersama dengan Beta blocker daapat meningkatkan efek inotropik negatif,
chronotropik dan dromotropik dari beta blocker (dengan memblok mekanisme kompensasi
kardiovaskular. (4)
Seperti penggunaan bersama anestesi volatil halogen yang lain, MAC sevofluran dapat
turun ketika diberikan bersama nitrous oxide. MAC dapat menurun sampai 50% pada orang
dewasa dan sekitar 25% pada pasien pediatri.(4)
Sevofluran memiliki efek relaksan pada uterus sehingga dapat menyebabkan peningkatan
perdarahan uterus ketika digunakan untuk mengakhiri kehamilan. Tetapi tidak ada penelitian
yang cukup pada kehamilan, meskipun demikian penggunaan pada kehamilan hanya jika sangat
diperlukan. (4)
Pada uji klinik, penggunaan sevofluran aman bagi ibu dan bayi ketika dipakai selama
sectio cesarea. Sedangkan keamanan sevofluran pada ketika melahirkan pervaginam belum ada
datanya.(4)
Menyususi
Tidak diketahui apakah sevofluran atau metabolitnya dieksresikan melalui air susu ibu.
Tetapi perempuan sebaiknya dianjurkan untuk tidak memberikan air susu ibu selama 48 jam
setelah menggunakan sevofluran dan membuang air susu ibu selama masa anjuran tersebut.(4)
MAC
UMUR
O2 100% N2O 70%
0-1 bulan 3,3% -
1-6 bulan 3% -
6 bulan - <3 tahun 2,8% 2%
3-12 tahun 2,5% 2,5%
12-25 tahun 2,6% 1,4%
25-40 tahun 2,1% 1,1%
40-60 tahun 1,7% 0,7%
60-80 tahun 1,4% 0,7%
Pemeliharaan: Efek anestesi dapat tercapai dengan kadar 0,5-3% sevofluran dengan atau
tanpa pemakaian nitrogen oksida. Pada pasien lansia, kadar sevofluran dapat dikurangi.emc(3,4)
Anestesi terbagi menjadi 3 tipe yakni anestesi total, anestesi lokal dan anestesi regional.
Anestesi umum adalah keadaan melakukan tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anestesi yang
ideal terdiri dari kelompok hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Anestesi umum dibagi menjadi
4 stadium yakni stadium analgesia, stadium terangsang (excitement), stadium operasi (surgical
anesthesia) dan stadium depresi medula oblongata.
Isofluran obat anestesi volatile yang induksinya cepat dan pemulihannya cepat
merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar dan berbau tajam tidak iritasi dan tidak
menimbulkan sekresi. Isofluran tidak diberikan kepada pasien jika: sensitif terhadap obat
anestesi halogen, mudah mengalami malignant hyperthermia, pernah mendapat anestesi isofluran
atau obat halogen lainnya, terjadi ikterus atau gangguan fungsi hepar atau eosinophilia pada
masa pasca anestesi, nonselective MAO Inhibitor, TIK meningkat, hipovolemia dan hipotensi
Penggunaan isofluran bersama obat-obatan tertentu harus hati-hati karena dapat
menyebabkan interaksi obat yang membahayakan tubuh. isoflurane serupa dengan anestetik
volatil lainnya dan dapat diberikan melalui vaporisator standar. Isofluran memiliki MAC dalam
oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70 % oksida nitrosa sebesar 0,5 %. Koefisien partisi
darah/gas adalah 1,4. Isofluran harus diberikan menggunakan vaporizar. Mesti diperhatikan
penggunaan isofluran mulai dari obat premedikasi yang diberikan, dosisnya pada saat induksi,
maintenence dan pemulihan.
Sevofluran adalah cairan volatil yang tidak mudah terbakar dan tidak meledak, jernih,
tidak berwarna, tidak bersifat korosif dan tidak berbau tajam. Kontraindikasi penggunaan
sevofluran meliputi hipovolemia berat, kecurigaan hipertermia maligna dan intracranial
hypertension, adanya hipersensitivitas terhadap sevofluran atau anestesi halogen lainnya. Sama
seperti isofluran, penggunaannya bersama obat-obatan tertentu harus hati-hati karena dapat
menyebabkan interaksi obat yang membahayakan tubuh. Pada orang dewasa kadarnya dapat
mencapai 5% sevofluran dan biasanya efek anestesi terjadi kurang dari 2 menit. Untuk
pemeliharaan, efek anestesi dapat tercapai pada kadar 0,5-3% sevofluran dengan atau tanpa
pemakaian nitrogen oksida. Efek samping yang sering terjad antara lain mual, muntah, hipotensi,
somnolens, dan peningkatan batuk.
DAFTAR PUSTAKA
2. Food and Drugs Addministration. ULTANE ® volatile liquid for inhalation [Internet].
2006 [cited 2016 Dec 4]. p. 1–25. Available from: https://www.drugs.com/pro/ultane.html
3. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sevoflurane [Internet]. 2016 [cited 2016 Dec 4].
Available from:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact
=8&ved=0ahUKEwidorLl-
u7QAhUMM48KHQ1xCdgQFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fpionas.pom.go.id%2Fmo
nografi%2Fsevofluran&usg=AFQjCNE5J5uVy8wTmdso2cNTuCi0Fa1MHQ&sig2=I6zu
4iMh6bM5zu2bElJrpQ&bvm=bv.141320020,d.c2I
4. Sevoflurane [Internet]. Electronic Medicine Compendium. 2015 [cited 2016 Dec 4].
Available from: https://www.medicines.org.uk/emc/medicine/49
5. Anindita T. Pengaruh Nitrous Oxide Pada Induksi Sevoflurane 8% Dengan Tehnik Single
Breath Terhadap Kecepatan Induksi Aeestesi [Internet]. FK Universitas Kedokteran; 2002
[cited 2016 Dec 8]. Available from:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact
=8&ved=0ahUKEwi54Mbz9e7QAhUJvo8KHUjnAKEQFggZMAA&url=http%3A%2F%
2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fjanesti%2Farticle%2Fview%2F6452&usg=AFQ
jCNEX-5TjHvNyV8hAXeSQiA0CCpkQvQ&sig2=ygRPybXISHYuyaFZ-
xno7g&bvm=bv.141320020,d.c2I
7. Sevoflurane [Internet]. Medscape. 2015 [cited 2016 Dec 4]. Available from:
http://reference.medscape.com/drug/ultane-sojourn-sevoflurane-343101