1
DAFTAR ISI
BAB IV. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) ............ .............. ........................ 12
2
5.1.1. Sentralisasi Linen ...................................................................... ........................................ 23
BAB 1
3
PENDAHULUAN
5. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
berbahaya dan beracun.
8. Permenkes RI No. 472/ Menkes/ peraturan / V / 1996 tentang penggunaan bahan berbahaya
bagi kesehatan.
9. Permenkes No. 416/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyediaan air bersih dan air minum.
12. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah
sakit.
13. Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia tahun 1992 tentang pengelolaan linen.
4
1.3 Tujuan.
1.3.1 Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
1.3.2 Khusus:
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh dan
siap pakai.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari bahay potensial.
1.4 Definisi.
1. Antiseptic;
Adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membrane mukosa
untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Dekontaminasi:
Adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau
substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
3. Desinfeksi:
Adalah proses inaktivasi mikroorganismemelalui system.
4. Infeksi;
Adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen pathogen atau
infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan dan menyebabkan penyakit.
5. Infeksi nosokomial:
Adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat masuk rumah sakit tidak
ada tanda/ gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
6. Steril:
Adalah kondisi bebas dai semua mikroorganismetermasuk spora.
7. Linen:
Adalah bahan atau alat yang terbuat dari kain atau tenun.
8. Kewaspadaan universal:
Adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak
utuh, dan selaput lendir pasien dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan
infeksi HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini berlaku bagi semua pasien, tanpa
membedakan resiko, diagnose ataupun status.
9. Linen kotor terinfeksi:
5
Adalah linen yang terkontaminasi dengan cairan, darah dan feses terutama yang berasal
dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella ( sekresi dan ekskresi), HBV dan
HIV ( jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan
kedalam kantong dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan
kantong luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
10. Linen kotor tidak terinfeksi:
Adalah linen yang tidak teerkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang
berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang diklasifikasikan
dari seluruh pasien berasl dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
11. Bahan berbahaya:
Adalah zat, bahan kimia dan biologi baik dalam bentuk tunggal maupun campuran
yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak
langsung yang mempunyai sifat beracun, karsiogenik, teratogenik, mutagenic, korosif
dan iritasi.
12. Limbah bahan berbahaya:
Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
13. Keselamatan kerja:
Adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja, dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
14. Kecelakaan kerja:
Adalah kejadian tidak terduga dan tak diharapkan, dapat menyebabkan kerugian
material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai dengan berat. 4
15. Bahay ( hazard ):
Adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak merugikan atau
menimbulkan kerusakan. 5
6
BAB II
MANAJEMEN LINEN DI RUMAH SAKIT
2. Steek laken.
3. Perlak.
4. Sarung bantal.
5. Sarung guling.
6. Selimut.
7. Alas kasur.
8. Bed cover.
11. Kelambu.
12. Taplak .
13. Schort.
7
23. Selimut bayi.
24. Masker.
25. Washalp.
26. Handuk.
2. Wool.
4. Silk.
5. Blacu.
6. Flannel.
7. Tetra.
9. Polyester 100%.
8
2.4 Prinsip Pengelolaan Linen Di Rumah Sakit.
Kemungkinan menimbulkan infeksi
Rendah Tinggi
Desinfeksi tingkat rendah Desinfeksi tingkat tinggi
Sterilisasi
2.5 Pengelolaan Linen.
Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari:
1. Perencanaan.
3. Penimbangan.
5. Proses pencucian.
6. Pemerasan.
7. Pengeringan.
8. Sortir noda.
9. Penyetrikaan.
12. Penyimpanan.
13. Distribusi.
9
Skema pengelolaan linen di rumah sakit:
Perencanaan
Proses pengadaan
Pengadaan
Penerimaan
Pemberian identitas
10
BAB III
SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN.
b. Timbangan.
c. Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan desinfeksi sesuai
standart.
b. Mesin pengering.
b. Meja administrasi.
11
Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
3.2 Prasarana.
1. Prasarana listrik.
Sebagian besar peraltan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga listrik yang
digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
a. Instalasi penerangan.
b. Instalasi tenaga.
2. Prasarana air.
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di
rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk
proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air.
Standart air yang digunaka untuk mencuci mempunyai standart air bersih berdasarkan
Permenkes No. 416 tahun 1992 dan standart khusus bahan kimia dengan penekanan tidak
adanya:
1. Hardness garam ( calcium, carbonate, dan chloride 0.
Standart baku mutu: 0 90 ppm.
Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci
sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Efek pada linen dan mesin.
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan dan linen
warna akan cepat pudar.
Mesin cuci akan berkerak ( scale forming), sehingga dapat menyumbat
saluran- saluran air dan mesin.
2. Iron Fe ( besi ).
Standart baku mutu: 0 0,1 ppm.
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan
proses pencucian.
Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan ( yellowing ) dan linen warna
akan cepat pudar.
Mesin cuci akan berkarat.
Bersifat alkali.
3. Prasarana uap.
Prasarana uap pada instalasi laundry dipergunakan pada proses pencucian, pengeringan
dan setrika.
12
3.3 Peralatan Dan Bahan Pencuci.
Peralatan pada instalasi laundry menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan komposisi
dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci atau linen, mesin cuci, kulit petugas
yang melaksanakannya dan limbah buangannya tidak merusak lingkungan.
Peralatan yang ada di instalasi laundry antara lain:
1. Mesin cuci / washing machine.
13
3.5 Pemeliharaan Peralatan.
Alat cuci pada instalasi laundry dijalankan oleh para operator alat, dengan demikian para
operator alat harus memelihara peralatannya.Berbagai kelainan pada saat pengoperasian,
misalnya kelainan bunyi pada alat dapat segera dikenali oleh para operator. Pemeliharaan
peralatan pencucian terdiri dari:
1. Pembersihan peraltan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap hari dengan
menggunakan lap basah dicampur dengan bahan kimia multi purpose cleaner dan
dikeringkan dengan lap kering. Untuk bagian tombol atau control digunakan lap kering
dan jangan terlalu ditekan,dikarenakan pada bagian ini biasanya tertilis prosedur dengan
semacam stiker yang mudah dihapus. Setelah pemakaian kosongkan air untuk
mengurangi kandungan air dalam mesin cuci sekecil mungkin. Jika terbentuk noda putih
didalam mesin cuci, cucilah bagian dalam drum dengan air bersih.
2. Pemeriksaan bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada bearing,
engsel pintu alat atau roda yang berputar. Berilah minyak pelumas atau fat. Penggantian
gemuk atau fat secara total disarankan dua tahun sekali. Jenis dan produk minyak
pelumas mesin yang digunakan dapat diketahui dari buku operating manual dari setiap
mesin.
3. Pemeriksaan V- belt dilakukan setiap satu bulan sekali. Yakni secara visual dengan
melihat keretakan lempeng V- belt dan ketegangannya ( kelenturan). Toleransi
pengukuran 0,2 0,5 mm. jika melebihi atau sudah tidak memennuhi syarat V belt
tersebut harus segera diganti.
4. Pemeriksaan pipa uap panas ( steam ) dilakukan setiap akan dimulai menjalankan mesin
cuci. Setiap saluran diperiksa terlebih dahulu terutama pipa yang terbungkus Styrofoam (
isolasi ) dengan cara dilihat apakah masih terbungkus dengan baik dan tidak ada
semburan air atau uap. Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan
pencucian harus dalam keadaan utuh den tidak bocor. Jika terjadi kebocoran harus
segera dilaporkan pada tehnisi rumah sakit untuk perbaikan.
14
BAB IV
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3).
Pencegahannya:
Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit
TBC dan penularannya.
Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan laundry.
Menggunakan alat pelindung diri sesuai SPO.
Melakukan tindakan dekontamoinasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan
dan alat yang digunakan.
Secara tehnis setiap petugas harus melaksanaka tugas pekerjaannya sesuai SPO.
c. Virus hepatitis B.
15
Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan sterilisasi terhadap bahan
dan peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi.
Secara tehnis setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai SPO.
d. Virus HIV ( human immunodeficiency virus ).
16
Dengan alat exhauster.
17
Pertolongan pertama:
Mata: cuci secepatnya dengan air yang banyak.
Kulit: cuci dengan air dang anti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dan jauhkan.
Tertelan: bersihkan bahan kimia dari mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan; simpan ditempat aslinya, wadah tertutup
dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan suhu yang
ekstrim.
3. Emulsifier.
Fungsi: cairan pengemulsi lemak atau minyak dan prespotter.
Sifat: rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi mata dan kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi.
Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
Mata: aliri dengan air selama 15 menit.
Kulit; cuci dengan air.
Terhirup: pindahkan dan jauhkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum air atau susu 1-2 gelas dan jangan berusaha untuk
muntah.
Tindakan pencegahan:
Pemakaian APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan
dari sinar matahari langsung dan sumber panas.
4. Bleach ( oksigen bleach dan chlorine bleach ).
a. Oksigen bleach.
Fungsi: bubuk pemutih beroksigen.
Sifat: bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah terbakar, beracun
untuk ikan ( dilarutkan dulu sebelum dibuang ke selikan atau sumber air ).
Bahaya:
Iritasi berat pada mata.
Rasa terbakar pada kulit.
18
Bila terhirup menyebabkan iritasi dan oedema paru.
Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama:
Mata: cuci secepatnya dengan air.
Kulit; cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan sumber panas.
b. Chlorine bleach.
Fungsi: pemutih berklorine.
Sifat: bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas klorine dengan cepat ,
tidak mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi berat pada mata dan rasa terbakar pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran pernapasan, asma edema
paru dan kanker paru.
Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama:
Mata: cuci dengan air secepatnya.
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpam ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.
c. Sour atau penetral.
Fungsi: bubuk pengasam atau penetralisir laundry.
Sifat: bereaksi dengan asam akam mengeluarkan sulfur dioksida keluar, dan
tidak mudah terbakar.
19
Bahaya:
Iritasi berat pada mata dan kulit.
Bila terhirup dan tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
Mata: cuci secepatnya dengan air.
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi. Terhirup: jauhkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu. Tindakan
pencegahan:
Terhirup: jauhkan dari sumber. Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas
air atau susu. Tindakan pencegahan
Memakai APd.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.
d. Softener.
Fungsi: cairan pelunak dan pelembut kain.
Sifat: stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi berat pada mata dan kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi.
Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
Mata: cuci secepatnya dengan air.
ulit: cuci secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: jauhkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dam kring,
hindari suhu yang ekstrim.
e. Starch.
Fungsi: Bahan pengkanji.
Sifat: stabil, tidak mengandung bahan berbahaya , tidak mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit.
20
Bila terhirup menyebabkan iritasi.
Bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama
Mata: cuci secepatnya dengan air.
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering,
hindari suhu yang ekstrim.
f. Formaldehyde.
Pemajanan dengan antiseptic dalam waktu lama dapat menyebabkan
dermatitis, ekseme, dan alergi.Formaldehyde merupakan komponen dari
banyak antiseptic dan desinfektan, zat ini menyebabkan dermatitis kontak,
gangguan saluran pernapasan dan bersifat karsiogenik.
Perlindungan:
Dengan pemakaian APD sesuai SPo.
Segera mencuci tangan sesudah kontak.
Meningkatkan hygiene perorangan.
Memperkuat daya tahan tubuh dengan gisi yang baik.
c. Bahaya Fisika.
1. Bising.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik
secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif
(penyempitan spectrum pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.
Di rumah sakit bising merupakan masalah yang salah satunya berasal dari mesin
cuci.Pajanan bising yang terjadi lama membuat efek kumulatif yang bertingkat
dan menyebabkan gangguan pendengaran berupa noise induce hearing loss
(NIHL). 22 Pengendalian:
a) Sumber:
Desain akustik.
Menggunakan mesin atau alat yang kurang bising.
b) Media:
21
Menjauhkan sumber dari pekerja.
Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada dinding,
langit-langit dan lantai.
Menutup sumber bising dengan barrier.
c) Pekerja:
Menggunakan APD ( ear plug atau ear muff).
Ruang isolasi untuk istirahat.
Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang bising
dengan yang tidak bising.
Pengendalian secara administrative dengan menggunaka jadwal kerja.
2. Cahaya.
Pencahayaan di laundry sangat penting karena berhubungan dengankeselamatan
pekerja, peningkatan pencermatan, kesehatan yang lebih baik, suasana nyaman.
Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata dan
keluhan laian berupa iritasi ( konjungtivitis), ketajaman penglihatan terganggu,
akomodasi dan konvergensi terganggu, sakit kepala.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan mengadakan pencahayaan
yang cukup sesuai dengan standart rumah sakit ( minimal 200 lux).
3. Listrik.
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena
dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai.
Pada umumnya yang terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik microshock
dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui system peralatan yang tidak
baik. 23 Efek kesehatan:
Luka bakar di tempat tersengat listrik.
Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik.
Pengendalian:
Pengukuran jaringan atau instalasi listrik.
Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai ketentuan.
Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator.
Penempatan pekerja sesuai ketrampilan.
Waktu kerja petugas digilir.
Memakai sepatu atau sandal isolasi.
4. Panas.
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26-28 derajat celcius)
dengan kelembaban antara 60-70%.
22
Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah panas lembab.
Efek pada kesehatan:
Heat syncope ( pingsan karena panas).
Heat disorder ( kumpulan gejala yang berhubungan dengan kenaikan
suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh) seperti:
a. Heat stress atau heat exhaustion:
Terasa panas dan tidak nyaman, tekanan darah menurun
menyebabkan gejala pusing dan mual.
b. Heat cramps:
Spasme otot yang disebabkan cairan dengan elektrolit yang
rendah, masuk kedalam otot, akibat banyak cairan tubuh yang
keluar melalui keringat sedangkan penggantinya hanya air
minum biasa tanpa elektrolit.
c. Heat stroke:
Disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam mengatur pengeluaran
keringat, suhu tubuh dapat mencapai 40 derajat celcius.
Pengendalian:
Isolasi peralatan yang menimbulkan panas.
Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan diatas sumber panas
yang bertujuan menarik udara panas keluar ruangan dapat digunakan
kipas angin ruangan.
Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat
dekat tempat kerja dan kalau perlu disediakan extra salt.
Hindarkan petugas yang harus bekerja dilingkungan panas apabila
berbadan gemuk dan berpenyakit kardiovaskuler.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat.
5. Getaran.
Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan
getaran isolasi.
Vibrasi yang terjadi dapat local atau seluruh tubuh.
Mesin cuci yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi atau
penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh ataupun setempat yang
merambat melalui tangan atau lengan operator.
Efek kesehatan:
Pada system peredaran darah dapat terjadi kesemutan,dan parese.
23
Terhadap system tulang, sendi dan oto dapat terjadi gangguan osteoarticular
yaitu gangguan pada sendi jari tangan.
Terhadap system syaraf dapat terjadi parastesi, menurunnya sensitifitas,
gangguan kemampuan membedakan dan atrofi.
Pengendalian:
Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi atau isolator den pemeliharaan mesin yang baik.
Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus hanya dianjurkan
menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan
gangguan vaskuler.
6. Ergonomic.
Adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah apalagi dalam
sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja,
mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien. Hal
ini jika terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan fisik dan
psikologi.
Gejala penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan
otot,saraf atau pembuluh darah ( low back pain0.
Pengendalian:
a. Mengangkat beban berat.
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita sendiri, kira-kira 50
kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan. Bila barat beban yang akan
diangkat lebih dari setengah dari berat badan si pengangkat, maka beban
harus dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka hendaknya
beban diangkat secara beramai-ramai.
b. Posisi duduk.
Tinggi alas duduk sebaiknya antara 38 sampai 48 cm.
Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak.
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan petugas.
c. Posisi berdiri.
Berdiri lebih baik tidak lebih dari 6 jam.
d. Bahaya psikososial.
Diantara berbagai ancaman bahaya yang timbul akaibat kerja dirumah sakit,
factor psikologis juga memerlukan perhatian antara lain: Stress yaitu ancaman
fisik dan psikologis dari factor lingkungan terhadap kesejahteraan individu.
24
Stress dapat disebabkan oleh: Tuntutan pekerjaan. Dukungan kerja yang
lebih maupun yang kurang, tekanan waktu, tanggung jawab yang berlebih
ataupun kurang. Dukungan dan kendala. Hubungan yang tidak baik dengan
atsan, teman sekerja, adanya berita yang tidak dikehendaki atau gossip,
adanya kesulitan keuangan dll. Manifestasi klinis dari stress antara lain
depresi, ansietas, sakit kepala, kelelahan, dan kejenuhan, gangguan
pencernaan, dan gangguan fungsi organ lainnya. 26 Pengendalian:
menjaga kebugaran jasmani dan adanya kegiatan yang menimbulkan
rasa senang dalam bekerja seperti cara kebersamaan, retret dll.
e. Keselamatan dan kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga oleh
karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsure kesengajaan.
Beberapa bahaya potensial terjadinya kecelakaan kerja dilaundry antara lain:
a) Kebakaran.
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsure secara bersama-
sama.Unsure tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan
panas.
Penanggualangan:
Adanya system penyimpanan yang baik terhadap bahan yang mudah
tebakar.
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan
secara terus menerus.
Jalur evakuasi.
Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.
b) Terpeleset atau terjatuh.
Walaupun jarang terjadi tetapi terpeleset atau jatuh dapat mengakibatkan
cidera ringan sampai berat misalnya fraktur, dislokasi, salah urat dan
memar.
Penanggulangan:
Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai
tali sepatu yang longgar. Konstruksi lantai harus rata dan sedapat
mungkin dibuat dari bahan yang tidak licin.
Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti pasir, debu, minyak
yang memudahkan terpeleset.
25
Lantai yang cacat misalnya banyak lubanh atau permukaannya miring
harus segara diperbaiki.
BAB V
PROSEDUR PELAYANAN LINEN
26
Dengan adanya berbagai pilihan tersebut memungkinkan untuk mendapatkan hasil
terbaik untuk setiap produk.
Warna pada kain juga memberikan nuansa tersediri, sehingga secara psikologis
mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya.Oleh karena itupemilihan warna sangat
penting.Alternative dari kain warna yang polos adalah kain dengan corak motif, trend ini
memberikan nuansa yang lebih santai dan modern.
4) Standart ukuran.
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya sisi penggunaan, tetapi juga dari
biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul.Makin luas dan berat linen, makin
mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
5) Standart jumlah.
Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas ) dengan posisi 3 par berputar di ruangan: I
stok terpakai, 1 stok dicuci, 1 stok cadangan dan 2 par mengendap di logistic: 1 par
sudah terjahit dan 1 par masih berupa lembaran kain.
6) Standart penggunaan.
Standart yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur normal.
Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart kelayakakan sebuah linen, apakah
dengan umur linen., kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci. Sebaiknya linen itu sendiri
diberi identitas ataupun informasi. Informasi yang ditampilkan biasanya:
Logo rumah sakit dan nama rumah sakit.
Tanggal beredar atau mulai dipergunakan.
Item ukuran.
No. ID
Dan nama ruangan pemakai.
5.2 Mesin Cuci.
Persyaratan mesin cuci:
1. Mesin cuci dengan kapsitas besar (diatas 100 kg) yang disarankan memiliki 2
kompartemen (pintu) yang membedakan antara memasukkan linen kotor dengan hasil
pencucian linen bersih. Antara 2 kompartemen dibatasi oleh partisi yang kedap air.
Maksud dari pemisahan tersebut adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor dan
linen bersih baik dari lantai ataupun dari udara.
2. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil ( 25- 100kg ) tanpa penyekat seperti pada mesin besar
dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan bersih dengan jelas.
3. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian ( pemanasan- desinfeksi ) langsung
dialirkan ke dalam system pembuangan yang terpendam dalam tanah menuju IPAL.
27
4. Peraltan pendukung yang mutlak digunakan untuk menbantu proses pemanasan
desinfeksi:
Pencatat sushu pada mesin.
Thermostat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin.
Glass atau kaca untuk melihat level air.
Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah air yamg
dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia terutama pada saat desinfeksi.
28
a. Pengelolaan linen di ruangan.
Seperti disebutkan di atas yang dimaksud dengan linen yang infeksius dan non
infeksius yang secara spesifik diperlakukan secara khusus dengan kantong linen
yang berbeda.Penanganan linen dimulai dari proses penggantian linen. Proses
penggantian linen dilakukan oleh perawat dengan melepaskan linen yang kotor
terlebih dahulu.
Prosedur untuk linen kotor infeksius:
Biasakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
Persiapkan alat dan bahan.
Lipat bagian yang terinfeksi ke bagian dalam dan masukkan linen ke dalam
troli tertutup dan segera bawa ke spoel hock.
Noda darah atau feses dibuang ke spoel hock, basahi linen dengan air lalu
masukkan kedalam kantong berwarna kuning.
Tutp rapat kantong dan segera masukkan ke troli linen kotor dekat ruang spoel
jock dan siap dibawa ke laundry.
Prosedur untuk linen kotor tidak infeksius :
Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
Persiapkan alat dan bahan
Masukkan linen kotor ke dalam troli kotor yang berada dekat ruang spoel hock
dan siap dibawa ke laundry.
b. Transportasi.
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organism, jika
linen kotor tidak tertutup dan troli tidak dibersihkan.
Persyaratan alat transportasi linen:
Dipisahkan antara troli linen kotor dan linen bersih, jika tidak maka wadah
penampung yang harus terpisah.
Bahan troli terbuat dari stainless stell dan tidak mudah berkarat.
Wadah mampu menampung beban linen.
Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci demikian
juga dengan troli harus dicuci.
Muatan atau loading linen kotor dan bersih tidak boleh berlebihan.
Wadah harus tertutup.
c. Laundry.
Tahapan kerja di laundry:
29
1. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
3. Pencucian.
4. Pemerasan.
5. Pengeringan.
6. Penyetrikaan.
7. Pelipatan.
8. Penyimpanan.
9. Pendistribusian.
30
c. Penimbangan sesuai dengan kapasitas mesin cuci yang
digunakan.
Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda ( bersih),
awet ( tidak cepat rapuh ), namun memenuhi persyratan sehat bebas
dari mikroorganisme pathogen.
Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan
samapi dengan desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang
mungkin tumbuh dimesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan
pencucian harus mengikuti persyaratantehnis pencucian:
a. Waktu.
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
temperature dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang
bersih, dan sehat.Jika waktu tidak tercapai sesuai dengan yang
dipersyaratkan maka kerja bahan kimia tidak berhasil dan yang
terpentingmikroorganisme dan jenis petst seperti kutu dan
tungau dapat mati.
b. Suhu.
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30
derajat celcius sampai dengan 90 derajat celcius tergantung dari
bahan dan jenis linen.
Proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu
normal.
Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergent untuk
linen putih 45-50 derajat celcius, untuk linen warna 60-80
derajat celcius.
Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65 atau 70
derajat celcius.
Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal.
Proses penetralan dengan suhu normal.
Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.
c. Bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulsifier,
detergent, bleach (clorine dan oksigen bleach), sour, softerner,
dan starch.Masing- masing mempunyai fungsi tersendiri.
d. Mechanical action.
31
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang
mempengaruhi:
Loading atau muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin.
Mesin harus dikososngkan 25% dari kapasitas mesin.
Level air yang tidak tepat.
Motor penggerak yang tidak stabil yang disebabkan oleh
poros tidak simetris lagi dan automatic reverse yang tidak
bekerja.
Takaran detergent yang berlebihan dapat mengakibatkan
melicinkan linen dan busa yang berlebihan akan
mengakibatkan sedikit gesekan.
Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau tidak
berlebihan.
Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang
juga memiliki fungsi pemerasan.
Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang
mempunyai suhu mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada
proses ini, jika mikroorganisme yang belum mati atau terjadi
kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan
suhu 120 derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen
mempunyai keterbatasan terhadap suhu antara 70-80 derajat celcius.
Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah
digunakan pada saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong
atau saat pasien diatas tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga
melakukan pemantauan antara linen yang masih baik dan sudah
rusak agar tidak dipakai lagi.
Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari
kontaminasi ulang baik dari bahay seperti mikroorganisme dan pest,
juga untuk mengontrol posisi linen tetap stabil.Sebaiknya
32
penyimpanan linen 1,5 par di ruang penyimpanan dan 1,5 par
disimpan diruangan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan
menurut masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu
kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan
plastic transparan sebelum didistribusikan.
Pendistribusian.
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan
sebelumnya harus dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
Penggantian linen yang rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan:
Umur linen yang sudah standart.
Human error termasuk hilang.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaikidan adapula yang memas
harus diganti.penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry
dengan mengirimkan formulir permintaan linen ke pihak logistic.
33
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI.
6.1 Monitoring.
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan cakupan
progam pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan dan memperbaiki masalah yang
timbul dalam pelaksanaan progam.
6.1.1 Tujuan Monitoring:
Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari system
pelayanan.
b. Standart, pedoman pelayanan linen, SPO, kebijakan rumah sakit, visi misi
dll.
34
c. Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam dan
pudar, tidak cerah menggambarkan usia pakia. Terdapat bayangan dari
barang yang dibungkusnya menunjukkan linen sudah menipis.
2. Sebagai acuan atau masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia
pembersihan sarana dan prasarana ruang cuci.
b. Kualitas linen.
c. Bahan kimia.
35
BAB VII
PENUTUP
Demikian panduan pengelolaan linen Rumah Sakit AT Medika ini disusun. Besar harapan
kami dengan adanya panduan ini Instalasi Pusat Sterilisasi Laundry dapat memberikan pelayanan
sesuai yang diharapkan.
36