Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dhea Putriani Dikumpulkan tgl : 26/09/2017

NPM : 1606906300 Paraf Asisten :


Program Studi : Teknologi Bioproses Pemicu :
Kelompok :4 Mengidentifikasi Senyawa Logam Berat
melalui Metode Potensiometri

I. Outline
1. Larutan Baku Primer dan Sekunder
2. Kurva Kalibrasi
2.1 Terminologi
2.2 Prosedur
2.3 Kalkulasi
2.4 Kelebihan dan Kekurangan
3. Metode dan Tahapan dalam Analisis Kimia

II. Pembahasan
1. Larutan Baku/Standard
Larutan baku/larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan dalam buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Larutan baku dapat dibedakan menjadi
larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku primer merupakan larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan
massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan
penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-
120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat
dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan
dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi inimenunjukkan
bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara ataudipengaruhi
karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaantertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yangbesar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
Larutan baku sekunder meruapakan larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak
dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku
primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh:AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

2. Kurva Kalibrasi
2.1 Terminologi
Dalam metode kurva kalibrasi ini digunakan serangkaian larutan standar yang
mengandung konsentrasi analit yang telah diketahui. Larutan ini dapat menjangkau
interval konsentrasi yang diinginkan dan mempunyai komposisi matriks semirip
mungkin dengan larutan sampel yang ada.

2.2 Prosedur
Sejumlah larutan baku dengan dengan variasi konsentrasi disiapkan, kemudian
diukur menggunakan instrumen, dan respon instrumen dicatat.
Larutan Baku merupakan larutan analit yg telah diketahui konsentrasinya.
Larutan baku dibuat agar dalam pengukuran menggunakan instrumen tidak melampaui
batas linearitas (LOL = Limit of Linearity) dari instrumen. Sementara itu untuk kurva
kalibrasinya dilakukan dengan mem-plot konsentrasi baku (sumbu x) versus respon
instrumen (sumbu y), dimana hubungan antara konsentrasi baku dan respon instrumen
adalah linier.
Jika hasil dari plot tersebut adalah non-linear, electronic hardware dan software
komputer dapat digunakan untuk mengganti lengkungan dan menghasilkan output yang
merupakan fungsi linear dari konsentrasi. Jumlah larutan standar yang dianalisa dalam
daerah non-linear dapat meningkat untuk mempertahankan keakurasian analisis dari
sampel yang tidak diketahui.
Linearitas dapat juga dicapai dalam beberapa analisis dengan memvariasikan
parameter instrument yang digunakan. Hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah
untuk merekam atau menyimpan semua parameter instrument yang digunakan dalam
pengambilan data kurva kalibrasi karena variasi kecil dalam parameter dapat
mempengaruhi slope dari kurva kalibrasi. Kurba kalibrasi harus diperiksa pada waktu-
waktu tertentu (secara periodik) menggunakan larutan dengan konsentrasi yang telah
diketahui untuk mendeteksi perubahan dalam respon instrument.

2.3 Kalkulasi
Cara mengukur yang dilakukan (perhitungan) adalah dengan menggunakan
metode regresi linier untuk menghitung persamaan fitting
y = mx + b
2.4 Kekurangan dan Kelebihan
Metode kurva kalibrasi digunakan hanya ketika dalam analisis tersebut
melibatkan jumlah sampel yang besar dalam sebuah matriks dengan komposisi umum
yang telah diketahui.

3. Metode dan Tahapan dalam Analisis Kimia


Beberapa metode analisis kimia yang biasa digunakan, baik yang konvensional
maupun yang menggunakan instrumen adalah sebagai berikut ;
Gravimetri.
Titrasi (volumetri) : meliputi Titrasi Asam Basa, Pengendapan, Pembentukan
Komplek, Oksidasi Reduksi.
Ekstraksi
Kromatogarfi
Elektro analisiskimia : meliputi Polarografi, Potensiometri, Konduktometri.
Spektrofotometri : meliputi spektrofotometri sinar tampak (visibel), sinar UV,
sinar Infra merah (IR), serapan atom.
Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari cara menganalisis
untuk menetapkan atau menguji adanya suatu zat di dalam suatu bahan. Pada umumnya,
analisis yang dilakukan terbagi menjadi dua jenis yaitu analisis kimia kuantitatif dan
analisis kimia kualitatif.
Kedua metode analisis ini memiliki tujuan penggunaan yang berbeda. Analisis
kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan suatu sampel sedangkan analisis
kuantitatif dilakukan untuk menetapkan jumlah zat yang terdapat dalam suatu sampel.
Tahapan Analisis dalam Aplikasi Kimia Analitik
Ketika akan melakukan analisis kimia terhadap suatu sampel, maka harus
dilakukan beberapa tahapan analisis agar diperoleh hasil yang akurat dan teliti. Dalam
ilmu kimia analitik terdapat lima tahapan yang dapat dilakukan, di antaranya sebagai
berikut.
1. Tahap Perencanaan Analisis
Tahapan awal ini harus selalu dilakukan agar setiap proses analisis yang
dilakukan menjadi terarah. Tahap perencanaan ini disebut juga sebagai tahapan
panduan untuk melakukan kegiatan analisis. Untuk mendapatkan hasil analisis yang
akurat, maka harus diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu:
Data dan informasi sampel yang akan dianalisis.
Metode analisis yang akan digunakan.
2. Tahap Pengambilan Sampel
Kegiatan pengambilan sampel dalam kajian ilmu kimia analitik disebut juga
sebagai sampling. Tahapan ini sangat penting dilakukan terutama sekali jika akan
melakukan analisis dengan metode kuantitatif.
Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus mewakili keseluruhan materi yang
nantinya akan dianalisis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan
sampel adalah titik pengambilan sampel, jarak antara titik pengambilan sampel, dan
penghomogenan terhadap sampel hasil sampling.
3. Tahap Persiapan Sampel untuk Dianalisis
Sampel yang diambil di alam banyak yang bentuknya masih berupa padatan.
Oleh karena bentuk ini sukar untuk dianalisis, maka sampel berupa padatan harus
diubah dulu menjadi bentuk yang mudah dianalisis. Terdapat beberapa metode yang
dapat dilakukan untuk mempersiapkan sampel sehingga mudah dianalisis. Di
antaranya sebagai berikut.
a. Metode Pengeringan Sampel
Metode pengeringan ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang
terdapat dalam suatu sampel. Pengeringan ini biasanya dilakukan dengan
memanaskan sampel padatan pada suhu 100-110C sampai diperoleh berat yang
konstan.
b. Metode Pengukuran Berat (volume) Sampel
Untuk mengetahui berat dan volume sampel dapat dilakukan menggunakan
metode penimbangan. Metode ini penting sekali dilakukan ketikan akan
mengidentifikasi sampel secara kuantitatif.
c. Metode Pelarutan Sampel
Metode pelarutan ini dilakukan agar proses analisis mudah dilakukan apalagi
jika sampelnya masih dalam bentuk padatan. Pelarut yang digunakan untuk
melarutkan sampel harus sesuai agar sampel dapat melarut secara sempurna.
4. Tahap Pengukuran Sampel
Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan
analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan pengukuran
adalah sifat dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu sifat kimia
maupun sifat fisikanya.
Pengukurannya dapat dilakukan dengan metode analisis volumetri (volum) atau
analisis gravimetri (berat). Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran dengan
menggunakan instrumwn laboratorium yang lebih canggih.
5. Tahap Perhitungan dan Pelaporan Data
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kadra analit yang terdapat dalam suatu
sampel. Apabila hasil perhiatungan sudah dapat dipertanggungjawabkan, maka
harus dilakukan pelaporan data. Biasanya data yang dilaporkan harus dibuat dalam
bentuk tertulis dengan mencantumkan hasil analisisnya.

III. Daftar Pustaka


Scribd. (2017). Metode Kalibrasi Instrument. [online] Available at:
https://www.scribd.com/doc/51128017/Metode-Kalibrasi-Instrument [Accessed 25 Sep.
2017].
Scribd. (2017). Larutan Baku Primer dan Sekunder. [online] Available at:
https://www.scribd.com/doc/124279342/Larutan-Baku-Primer-dan-Sekunder [Accessed
25 Sep. 2017].

Anda mungkin juga menyukai