SUPERABSORBEN
Oleh Kelompok 6
Anggota:
1. Clarissa Fidelia / 1606878966
2. Damai Kasih Lintanghati / 1606890126
3. Dhea Putriani / 1606906300
4. Hasna Aprilia / 1606829913
5. Linatri Purwati / 1606906332
OUTLINE
I. Latar Belakang
II. Teori dan Sumber Bahan Baku
III. Cara Pembuatan
IV. Analisis Hasil
V. Kesimpulan
VI. Daftar Pustaka
ISI
Keadaan segar
Keadaan Kering
Air 92,6%
Selulosa 64,51%
Abu 0,44%
Pentosa 15,61%
Serat kasar, 2,09%
Silika 5,56%
Karbohidrat 0,17%
Abu 12%
Lemak 0,35%
Lignin 7,69%.
Protein 0,16%,
Fosfor 0,52%
Dikarenakan kandungan selulosa yang tinggi pada saat dikeringkan, maka dalam
pencangkokan poliakrilamida dalam pembuatan SAP digunakan tanaman eceng
gondok dalam keadaan kering.
Selulosa dimasukkan ke dalam labu leher tiga 500 ml dengan variasi 10%,
20%, 30%, 40% dan aquades 200 ml. Kemudian diaduk dan dipanaskan selama 30
menit, ditambahkan ammonium persulfate diaduk selama 15 menit. Ditambahkan
akrilamida dan formalin dilakukan polimerisasi selama 3 jam. Hasilnya kemudian
dicuci, dikeringkan, dan diperoleh biopolimer superabsorben.
Grafik di atas menunjukkan hasil dari analisis kuantiatif SAP terhadap absorbsi air
dan rasio swellingnya terhadap larutan urea 5% dan NaCl 0,15M. Dapat dilihat bahwa
penambahan selulosa dengan presentasi 0-10% menigkatan karakteristik dari SAP, akan
tetapi jika penambahan selulosa melebihi 10% akan mengakibatkan karakteristiknya
menjadi menurun.
Hasil dari analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif, menyatakan bahwa penambahan
selulosa sebanyak 0-10% berhasil meningkatkan karakteristik dari SAP, tetapi jika
penambahannya melebihi 10% malah akan menurunkan kualitas dari SAP menjadi rapuh,
tidak mampu mengabsorbsi air dalam jumlah yang banyak, dan batas pengembanganya
menjadi lebih kecil.
V. Kesimpulan
Penambahan selulosa sebanyak 0-10% dalam pembuatan SAP mampu
meningkatkan kualitasnya dalam mengabsorbsi air dan rasio swellingnya, akan
tetapi penambahan melebihi 10% akan menurunkan kualitasnya.