Oleh Kelompok : 4
1
Cr dan Pb. Tujuannya adalah mengetahui efisiensi elektrolisis dalam mengurangi logam
berat Cr dan Pb dalam limbah cair industri batik.
2
BAB II
SOAL DAN PEMBAHASAN
Pemicu 1
Topik : Proses Elektrolisis Limbah Industri Batik
2. Apa yang Anda ketahui tentang zat warna dalam proses pembuatan batik?
Pembahasan :
Zat warna dalam proses pembuatan batik terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
sumbernya, yaitu zat warna alami dan zat warna sintetis. Zat warna alami dibuat dengan
tumbuhan sebagai bahan utama. Untuk mengambil zat warna dari bagian tumbuhan, perlu
dilakukan proses ekstraksi atau fermentasi. Pembuatan zat warna dengan metode tersebut
memerlukan waktu cukup lama (Laksono, 2012).
3
Berbeda dengan zat pewarna alami, zat pewarna sintetis dinilai lebih mudah diperoleh
dan praktis digunakan. Zat pewarna sintetis umumnya merupakan turunan hidrokarbon
aromatik, seperti benzena, toluena, naftalena, dan antrasena. Terdapat empat jenis zat
pewarna sintetis yang seringkali dipakai untuk mewarnai batik, yaitu zat pewarna reaktif,
zat pewarna indigosol, zat pewarna naphtol, dan zat pewarna rapid (Hertiyani, 2016).
Zat pewarna reaktif memiliki karakteristik daya afinitas rendah, larut dalam air, dan
dapat mengadakan reaksi dengan serat selulosa. Reaksi dengan serat selulosa membuat zat
pewarna reaktif menjadi bagian dari serat tersebut sehingga tidak mudah luntur. Contoh dari
zat pewarna reaktif, yaitu remazol.
Sama halnya dengan zat pewarna reaktif, zat pewarna indigosol juga larut dalam air.
Zat pewarna indigosol memiliki karakteristik ketahanan luntur yang baik dan mampu
mewarnai kain secara merata (Hertiyani, 2016). Jenis zat pewarna ini dapat digunakan
dengan menggunakan teknik pewarnaan pencelupan ataupun coletan. Pencelupan pada zat
pewarna indigosol tidak menghasilkan warna. Warna yang diinginkan baru terlihat ketika
kain dicelupkan kembali ke dalam larutan HCl atau H2SO4. Zat pewarna indigosol memiliki
rumus molekul C16H10N2Na2O8S2.
Zat pewarna naphtol memiliki sifat tidak larut dalam air. Zat pewarna ini digunakan
dengan teknik pencelupan sebanyak dua kali. Pada pencelupan pertama, kain dicelupkan ke
dalam zat pewarna. Pencelupan pertama tidak menghasilkan warna. Setelah itu, kain
dicelupkan lagi ke dalam larutan garam diazodium dan warna pun mulai terlihat.
Penggunaan zat pewarna naphtol membuat kain memiliki warna yang kuat (Laksono, 2012).
Zat warna rapid pada dasarnya adalah naphtol yang telah dicampur dengan garam
diazodium dalam bentuk yang tidak dapat bergabung. Untuk memperoleh warna yang
diinginkan, perlu dilakukan fiksasi oleh asam sulfat (Hertiyani, 2016).
3. Dalam bacaan dikatakan bahwa limbah tekstil biasanya dihasilkan dalam skala besar,
sehingga terkadang beberapa metode konvensional yang ada menjadi tidak
menguntungkan. Mengapa demikian?
Pembahasan :
Metode konvensional masih merupakan metode yang umum digunakan tidak hanya
dalam mengolah limbah industri, tetapi juga dipakai dalam keperluan sehari-hari, mulai dari
penyaringan sederhana hingga filtrasi larutan dari zat asing. Metode konvensional yang
umum digunakan adalah metode primary treatment, berikut langkahnya:
Penetralan
Limbah batik yang sudah diambil sebelum disaring terlebih dahulu dinetralkan sampai pH
mendekati angka 7 menggunakan tawas. Setelah diukur pHnya limbah batik memiliki pH
sebesar 9. Setelah dilakukan percobaan didapatkan bahwa limbah batik dengan pH sebesar
9 dengan tawas memiliki perbandingan 250 : 1, arti angka tersebut adalah bahwa 250 ml air
limbah dibutuhkan tawas sebanyak 1 gram. Dalam pengolahan ini kami mengolah limbah
batik sebanyak 5oo ml dinetralkan dengan 2 gram tawas. Sehingga limbah batik tersebut
sudah memiliki pH 7,1.
4
Pengendapan
Setelah limbah batik dan tawas dicampur, maka pada campuran tersebut akan terjadi
peristiwa pengendapan. Peristiwa pengendapan membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Adanya
proses pengendapan, diperoleh bahwa air akan menjadi lebih jernih dari sebelumnya.
Setelah proses pengendapan limbah batik yang tadinya sebanyak 500 ml menjadi bersisa
350 ml.
Penyulingan
Proses penyulingan dilakukan untuk mengikat/menyaring kotoran yang masih ikut terbawa
setelah proses pengendapan. Penyulingan dilakukan dengan menggunakan botol yang
dipotong bagian bawahnya, lalu bagian tutup dibuka. Pada botol yang telah dilubangi akan
diberi bahan meliputi kapas, kerikil, pasir dan rumput. Susunannya seperti gambar
disamping tetapi sebelum batu besar diberi rumput dan diatasnya diberi kapas. Setelah air
disuling, air yang tadinya sebanyak 350 ml menjadi bersisa 300 ml.
4. Dapatkah anda menjelaskan metode metode pengolahan limbah cair industri batik
yang ada saat ini?
Pembahasan :
Metode pengolahan limbah batik saat ini terbagi menjadi dua yaitu metode secara
konvensional maupun secara modern. Dengan menggunakan metode sederhana dilakukan
dengan menggunakan metode Primary Treatment yang memiliki tiga tahap dalam
penggunaan metodenya yaitu penetralan, pengendapan serta penyulingan.
5
Tahapan penetralan dilakukan untuk membuat pH dari limbah batik mendekati angka
7. Penetralan ini dilakukan dengan menambahkan tawas kedalam limbah batik. Dan setelah
melalui percobaan maka didapatkan perbandingan bahwa 250 ml limbah batik
menggunakan 1 gram tawas untuk menetralkannya. Pengendapan dilakukan untuk
memisahkan residu setelah pencampuran dengan tawas. Hal ini dengan mendiamkan limbah
batik selama kurang lebih 3 jam. Setelah mengedap terlihat bahwa air lebih jernih jika
dibandingkan dengan sebelumnya. Setelah proses pengendapan air limbah batik yang
awalnya 500 ml menjadi 350 ml. Penyulingan dilakukan untuk menyaring kotoran yang
masih terbawa saat proses pengendapan. Penyulingan dilakukan dengan menggunakan botol
yang kedua sisinya terbuka dan didalamnya ditambahkan kapas, kerikil, pasir serta rumput.
Setelah melalui proses penyulingan air yang memiliki volume 350 ml menjadi 300 ml.
Sedangkan dengan menggunakan metode modern dilakukan dengan menggunakan
metode elektrokoagulasi. Metode ini menggunakan arus searah yang melewati proses
elektrokimia. Parameter yang dilihat dalam menggunakan metode ini adalah perubahan
konsentrasi bahan organik (COD), warna, Total Suspended Solid (TSS) dan Minyak Lemak.
Proses ini dilakukan pada bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat elektroda dan limbah
cair batik menjadi larutan elektrolitnya.
Reaksi yang terjadi pada proses elektrokoagulasi adalah . (1). Pada permukaan
elektroda positif (anoda): Fe Fe2+ + 2e. (2). Sekitar elektroda: Fe2+ + 2(OH)- Fe(OH)2
dan (3) . Pada permukaan elektroda negatif (katoda): Al3+ +3eAl dan 2H2O + 2e H2 +
2(OH)-
Proses elektrokoagulasi yang membentuk gas oksigen dan gas hidrogen dapat
memengaruhi pereduksian COD. Gas hidrogen membantu kontaminan untuk mengapung.
Hal ini dikarenakan produksi H2 menyebabkan tereduksinya material organik dan
menurukan nilai COD.
6
mudah teroksidasi.CxHyOz + OH- produk dan 4OH- 2H2O + O2 Radikal hidroksi
terserap oleh permukaan elektroda dan bereaksi dengan senyawa organik membentuk air
dan O2. Potensial yang diukur menggunakan elektroda rujukan yaitu elektroda kalomel
jenuh.
Radikal hidroksil adalah radikal utama yang melakukan inisiasi degradasi pada gugus
utama senyawa azo prosesnya adalah dihasilkannya radikal fenil dan fenoksi serta oksigen
akan terlarut. Kemudian terjadi abstraksi ion hidrogen dan pada radikal fenil. Keluarnya gas
nitrogen yang diikuti dengan proses reduksi pada radikal cincin bensen menjadi senyawa
aromatik sederhana. Gugus radikal fenoksi akan teroksidasi oleh radikal hidroksil menjadi
gugus benzena.
Reaksi degradasi gugus benzene menunjukkan bahwa cincin aromatik benzena akan
terdegradasi menjadi radikal hidroksi sikloheksadienil, lalu akan bereaksi dengan oksigen
terlarut menghasilkan hidroksi hidroperoksida yang tidak stabil yang prosesnya adalah
Eliminasi satu molekul air dan pembentukan cincin aromatis dari hidroksi hidroperoksida
menjadi mukondialdehid. Mukodialdehid kemudian teroksidasi menjadi asam mukanot.
Terbentuknya glioksial yang kemudian teroksidasi menjadi asam karboksilat.
7
Elektroda Harga per gram
Dari data didalam tabel terlihat elektroda inert memiliki harga yang lebih mahal jika
dibandingkan dengan elektroda aktif. Namun karena elektroda aktif akan ikut bereaksi dan
dapat membentuk senyawa yang lain maka lebih baik dipilih jenis elektroda inert. Karbon
tidak tahan terhadap seluruh larutan elektrolit dan dapat bereaksi dengan beberapa jenisnya
sementara kandungan limbah cair tidak selalu sama sehingga kita memilih antara logam
emas atau platina. Karena harga emas yang lebih mahal jika dibandingkan dengan platina,
maka disarankan untuk memilih elektroda jenis platina jika menggunakan metoda
elektrolisis. Platina dipilih juga karena tahan terhadap segala jenis larutan sehingga cocok
untuk larutan elektrolisis jika terdapat kandungan yang belum dapat diketahui senyawa
organiknya.
7. Apa yang membedakan proses elektrolisis dengan proses dalam sel volta? Bagaimana
ciri ciri yang khas dari keduanya?
Pembahasan :
Elektrolisis dan sel volta bekerja secara terbalik. Sel volta merupakan sel yang
mengubah reaksi kimia menjadi energi listrik. Sementara elektrolisis merupakan proses
yang memerlukan energi listrik untuk menjalankan reaksi kimia. Karena hal tersebut maka
sel volta memiliki reaksi spontan dimana reaksi ini tidak memerlukan energi atau listrik dari
luar reaksi. Elektrolisis memiliki reaksi yang tidak spontan karena memerlukan energi atau
listrik tambahan yang berasal dari luar reaksi. Pada sel volta anoda memiliki muatan negatif
dan katodanya memiliki muatan positif. Arus listrik mengalir dari katoda menuju anoda.
Contoh sel volta adalah baterai. Pada elektrolisis anoda memiliki muatan positif dan
katodanya memiliki muatan negatif. Sel elektrolisis terdiri dari arus searah yang
dihubungkan pada kawat penghantar pada elektroda yang ujungnya dicelupkan ke larutan
elektrolit.
8
8. Bagaimana anda menentukan konstanta kesetimbangan dan kespontanan dalam
suatu sel/reaksi elektrokimia? Berikan contoh perhitungan terkait ini.
Pembahasan :
Hubungan antara potensial sel, energi bebas dan konstanta kesetimbangan secara
langsung berhubungan dalam suatu persamaan yaitu :
G = RT ln Keq = nFEsel
dimana :
R = 8,314 J/mol K
T = suhu (kelvin)
n = mol dari jumlah elektron dalam reaksi redoks
F = 96485 C/mol
G merupakan perbedaan energi bebas gibbs antara produk dan reaktan. G tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat merubah kinetika reaksi.
Esel adalah perbedaan gaya gerak listrik antara 2 setengah sel. Semakin besar Esel
maka semakin besar pula kekuatan pendorong elektron melalui sistem maka akan semakin
spontan pula reaksi yang terjadi. Esel diukur dalam satuan volt.
Esel dan Esel adalah 2 hal yang berbeda, biar jelasnya lihat persamaan ini :
Jika persamaan diatas dibuat dalam bentuk logaritma, maka jadi seperti ini:
Hubungan antara G, K, atau Eosel dapat diringkas dalam diagram sederhana dan
dengan keterangan sebagai berikut :
9
9. Logam Cd termasuk salah satu contoh logam berat yang terkandung dalam limbah
cair industry batik. Jika dalam suatu percobaan dilakukan elektrolisis terhadap 2L
larutan CdSO4, dengan menggunakan arus sebesar 10 A selama 5 jam. Maka
10
bagaimana anda menentukan : (a) Massa logam Cd di katoda; (b) Volume gas yang
dihasilkan di anoda (STP) dan (c) pH larutan setelah elektrolisis.
Pembahasan :
Reaksi yang terjadi
eit
w=
96500
Keterangan :
- w = massa logam (gram)
- e = massa ekuivalen (Ar logam dibagi jumlah elektron)
- i = kuat arus listrik (ampere)
- t = durasi arus listrik dialirkan (detik)
Maka, massa logam di katoda:
112,41
. 10 . 5 . 60 . 60
= 2
96500
32
. 10 . 5 . 60 . 60
= 4 = 14,92 = 0,46 2
96500
11
Pemicu 2
Topik : Mengidentifikasi Senyawa Logam Berat Melalui Metode Potensiometri
1. Bagaimana anda menetapkan kemungkinan sungai itu tercemar oleh unsur logam
tembaga? Logam logam apa sajakah yang potensial` terdapat dalam perairan yang
terkena limbah cair industri batik?
Pembahasan :
Untuk menetapkan kemungkinan suatu sungai tercemar tembaga, diperlukan
pengetahuan mengenai ciri fisik perairan yang tercemar tembaga. Menurut Kelompok Kerja
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, air yang tercemar tembaga dapat diidentifikasi dari
warnanya. Air yang mengandung tembaga cenderung berwarna hijau jika diambil lalu
dibiarkan.
Sumber lain menyatakan bahwa suatu perairan yang tercemar tembaga akan mengalami
biomagnifikasi terhadap biota-biota yang tinggal di dalamnya. Biomagnifikasi adalah
proses penyerapan bahan pencemaran sebagai akibat dari tingkat konsentrasi yang melebihi
batas kesetimbangan. Peristiwa biomagnifikasi pada sungai yang tercemar tembaga ditandai
dengan warna kerang yang hidup di sungai tersebut cenderung kehijauan (Nurham dan A.
Munisa, 2010).
Selain tembaga, terdapat logam lain yang memiliki kemungkinan terdapat di dalam
perairan yang terkena limbah cair industri batik, yaitu krom (Cr) dan timbal (Pb). Krom
terdapat pada zat pewarna batik dalam bentuk senyawa CrCl3 atau K2Cr2O7, sedangkan
timbal dapat ditemukan pada zat mordan, yaitu pengikat zat warna yang digunakan dalam
industri batik (Muniarti, Inayati & Budiastuti, 2015).
12
potensial langsung. Dimana dengan menggunakan kurva yang akan menentukan titik
ekuivalennya untuk mengetahui kadar ion yang terkandung didalamnya. Kadar ion yang ada
dapat diperhitungkan untuk menentukan kadar pH air tersebut sehingga dari pH tersebut
dapat diketahui kandungan tembaga dengan menggunakan persamaan Nerst dan
perhitungan stoikiometri serta analisis secara kuantitatif. Dengan hal tersebut maka dapat
diketahui bahwa air yang berada disungai sudah tercemar ataupun belum.
3. Dapatkah anda menjelaskan tentang hal hal penting yang perlu diperhatikan dalam
Teknik pengambilan sampel perairan (untuk keperluan analisis)?
Pembahasan :
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik pengambilan sampel
perairan, khususnya air sungai, yaitu alat yang digunakan, lokasi pengambilan sampel, titik
pengambilan sampel, kecenderungan homogenitas sampel, waktu pengambilan sampel, dan
ukuran, jumlah, serta volume sampel.
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel harus memenuhi syarat berikut, yaitu
terbuat dari bahan yang tidak memengaruhi sifat sampel (sebaiknya gelas atau plastik),
mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya, sampel dapat dengan mudah dipindahkan ke
dalam wadah lain tanpa adanya suspensi yang tertinggal, mudah dan aman dibawa, serta
memiliki kapasitas penampungan yang sesuai dengan kebutuhan. Jenis-jenis alat yang dapat
digunakan terbagi menjadi alat pengambil sampel sederhana, alat pengambil sampel pada
kedalaman tertentu, alat pengambil sampel gabungan kedalaman, dan alat pengambil sampel
otomatis (Badan Standardisasi Nasional, 2008).
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di beberapa tempat, yaitu di sumber air alamiah,
sumber air tercemar, dan sumber air yang dimanfaatkan. Sumber air alamiah adalah lokasi
yang belum atau sedikit terindikasi pencemaran. Sumber air tercemar adalah lokasi yang
telah terindikasi mengalami pencemaran. Biasanya merupakan lokasi limbah dibuang ke
sungai. Sementara itu, sumber air yang dimanfaatkan adalah lokasi warga mengambil air
sungai untuk digunakan (Badan Standardisasi Nasional, 2008).
Selain lokasi, titik pengambilan sampel juga diatur berdasarkan debit sungai.
Pengambilan sampel pada sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik dilakukan pada satu
titik di tengah sungai dengan kedalaman 0.5 dari kedalaman sungai. Sementara itu,
pengambilan sampel pada sungai dengan debit 5 150 m3/detik dilakukan pada jarak 13
dan 23 dari lebar sungai dengan kedalaman 0.5 kali dari kedalaman sungai. Berbeda
dengan kedua debit tersebut, pengambilan sampel pada sungai dengan debit di atas 150
m3/detik dilakukan di minimal enam titik. Pengambilan dilakukan pada jarak 14, 12, dan
3 dari lebar sungai pada kedalaman 0.2 dan 0.8 kali kedalaman sungai jika dihitung dari
4
permukaan (Badan Standardisasi Nasional, 2008).
Pengambilan sampel juga dilakukan dengan mengacu kepada kecenderungan
homogenitas sampel. Jika sampel cenderung homogen, digunakan metode pengambilan
sampel sesaat (grab sampling). Dengan metode grab sampling, sampel hanya diambil pada
satu waktu saja. Sementara itu, jika sampel cenderung heterogen, digunakan metode
pengambilan sampel gabungan (composite sampling) atau metode pengambilan sampel
13
terpadu (intergrated sampling) (Hadi, 2005). Composite sampling merupakan metode
sampling yang dilakukan dengan melakukan beberapa kali grab sampling, sedangkan
integrated sampling merupakan metode sampling yang dilakukan dengan mengambil
sampel pada periode waktu tertentu (Lestari, 2007).
Pengambilan sampel air sungai sebaiknya dilakukan pada saat arus sungai bersifat
konstan, seperti tidak saat sedang hujan. Untuk memantau sungai yang terindikasi terkena
pencemaran akibat industri, pengambilan sampel juga dapat dilakukan saat produksi aktif
atau pada saat limbah masuk ke sungai. Beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan waktu pengambilan sampel, yaitu peraturan perundang-undangan,
tingkat bahaya polutan, faktor risiko, dan dampak terhadap lingkungan serta manusia (Hadi,
2005).
Ukuran, jumlah, dan volume sampel yang diambil dipengaruhi oleh parameter yang
diuji, metode pengujian yang digunakan, dan distribusi polutan di lingkungan (Hadi, 2005).
Berdasarkan parameter yang diuji, dibutuhkan kurang lebih 2 L sampel untuk pengujian
sifat fisik, 5 L untuk pengujian sifat kimia, 100 mL untuk pengujian bakteriologi, dan 0.5
20 L untuk pengujian biologi air
4. Bagaimana anda menjelaskan mengapa and baca di beberapa literatur bahwa bila
menggunakan Teknik potensiometri langsung perlu dilakukan kalibrasi elektroda
indicator terlebih dahulu. Ion-selective electrode (ISE) apakah yang anda gunakan?
Pembahasan :
Pada proses penetapan pH suatu larutan secara potensiometri perlu dilakukan terlebih
dahulu kalibrasi elektrode indikator. Metode kalibrasi elektrode indikator ini dilakukan
sebelum analisis potensiometri dilakukan untuk memberikan beberapa keuntungan seperti
kesederhanaan, kecepatan dan keaplikatifan dalam penentuan nilai pH.
Ion selective electrode yang digunakan untuk mendeteksi kandungan tembaga pada
sungai adalah cupric ion selective electrode. Electroda ini memiliki membrane Kristal solid-
state. Elektroda ini memang di desain untuk mendeteksi ion cupric (Cu2+) di aquos dan
cocok untuk penggunaan lapangan maupun laboratorium.
14
Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah diperoleh
absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6.
Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama dengan konsentrasi larutan
standar 10 ppm. Maka grafiknya sebagai berikut:
Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi
linear:
persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator. Setelah diperoleh persamaan
di atas, absorbansi sampel yang diperoleh dimasukan sebagai nila y sehingga diperoleh nila
x. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi sampel yang dianalisis.
Ini merupakan contoh data yang dihasilkan melalui teknik adisi standar. Setelah didapatkan
data seperti diatas, dapat langsung dibuat grafik kalibrasi dengan ketentuan:
1. Grafik kalibrasi harus linier
2. Kurva kalibrasi analit tepat melewati asal
Setelah membuat grafik, maka konsentrasi analit dapat langsung diketahui
15
7. Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan dengan istilah larutan baku/standard an
kurva kalibrasi, apa yang anda ketahui tentang keduanya dan mengapa diperlukan
dalam kegiatan ini?
Pembahasan :
Larutan baku/larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan
ditempatkan di erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan
teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Kurva kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan panjang gelombang. Kurva ini
dapat menentukan panjang gelombang maksimum, terlihat dari bentuk kurvanya pada
bagian atas. Akan tetapi, pengukuran kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi yang
dihasilkan dari metode iodimetri dan panjang gelombang maksimumnya, sehingga
diperoleh kurva kalibrasi yang linier. Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran
pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau ditelusur sampai ke standar yang lebih
16
teliti atau tinggi (standar primer nasional atau internasional) melalui rangkaian
perbandingan yang tidak terputus, dalam artian standar ukur itu akan lebih baik apabila
berupa standar yang rantainya mendekati SI sehingga tingkat ketidakpastian (error) makin
kecil.
8. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, hal hal apa sajakah yang harus
diperhitungkan/dipertimbangkan?
Pembahasan :
Ketika akan melakukan analisis kimia terhadap suatu sampel, maka harus dilakukan
beberapa tahapan analisis agar diperoleh hasil yang akurat dan teliti. Dalam ilmu kimia
analitik terdapat lima tahapan yang dapat dilakukan, di antaranya sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan Analisis
Tahapan awal ini harus selalu dilakukan agar setiap proses analisis yang dilakukan
menjadi terarah. Tahap perencanaan ini disebut juga sebagai tahapan panduan untuk
melakukan kegiatan analisis. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, maka harus
diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu:
Data dan informasi sampel yang akan dianalisis.
Metode analisis yang akan digunakan.
2. Tahap Pengambilan Sampel
Kegiatan pengambilan sampel dalam kajian ilmu kimia analitik disebut juga sebagai
sampling. Tahapan ini sangat penting dilakukan terutama sekali jika akan melakukan
analisis dengan metode kuantitatif.
Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus mewakili keseluruhan materi yang
nantinya akan dianalisis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan
sampel adalah titik pengambilan sampel, jarak antara titik pengambilan sampel, dan
penghomogenan terhadap sampel hasil sampling.
3. Tahap Persiapan Sampel untuk Dianalisis
Sampel yang diambil di alam banyak yang bentuknya masih berupa padatan. Oleh
karena bentuk ini sukar untuk dianalisis, maka sampel berupa padatan harus diubah dulu
menjadi bentuk yang mudah dianalisis. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan
untuk mempersiapkan sampel sehingga mudah dianalisis. Di antaranya sebagai berikut.
a. Metode Pengeringan Sampel
Metode pengeringan ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat
dalam suatu sampel. Pengeringan ini biasanya dilakukan dengan memanaskan
sampel padatan pada suhu 100-110C sampai diperoleh berat yang konstan.
b. Metode Pengukuran Berat (volume) Sampel
Untuk mengetahui berat dan volume sampel dapat dilakukan menggunakan
metode penimbangan. Metode ini penting sekali dilakukan ketikan akan
mengidentifikasi sampel secara kuantitatif.
c. Metode Pelarutan Sampel
Metode pelarutan ini dilakukan agar proses analisis mudah dilakukan apalagi
jika sampelnya masih dalam bentuk padatan. Pelarut yang digunakan untuk
melarutkan sampel harus sesuai agar sampel dapat melarut secara sempurna.
17
4. Tahap Pengukuran Sampel
Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan
analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan pengukuran adalah
sifat dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu sifat kimia maupun sifat
fisikanya.
Pengukurannya dapat dilakukan dengan metode analisis volumetri (volum) atau
analisis gravimetri (berat). Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran dengan
menggunakan instrumwn laboratorium yang lebih canggih.
5. Tahap Perhitungan dan Pelaporan Data
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kadra analit yang terdapat dalam suatu
sampel. Apabila hasil perhiatungan sudah dapat dipertanggungjawabkan, maka harus
dilakukan pelaporan data. Biasanya data yang dilaporkan harus dibuat dalam bentuk
tertulis dengan mencantumkan hasil analisisnya.
18
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan dalam makalah ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan logam berbahaya yang berpotensi
merusak ekosistem yang ditandai dengan kenaikan COD (Chemical Oxygen Demmand)
Pengolahan limbah industri tekstil dengan metode konvensional dirasa sudah tidak efektif
sehingga perlu diterapkan pengolahan dengan teknologi modern, seperti elektrolisis.
Metode elektrolisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis elektroda, beda potensial,
jenis larutan yang digunakan dan keadaan reaksi.
Prinsip titrasi potensiometri yaitu menggabungkan antara pengukuran potensial dan
volume titran.
Metode potensiometri langsung dilakukan dengan pembuatan kurva yang akan
menentukan titik ekuivalen dari kadar ion dengan menggunakan persamaan Nerst dan
perhitungan stoikiometri serta analisis secara kuantitatif
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pengambilan sampel
perairan, khususnya air sungai, yaitu alat yang digunakan, lokasi pengambilan sampel, titik
pengambilan sampel, kecenderungan homogenitas sampel, waktu pengambilan sampel,
dan ukuran, jumlah, serta volume sampel.
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Air dan Air Limbah Bagian 57: Metode
Pengambilan Contoh Air Permukaan. Standar Nasional Indonesia, Jakarta: ii + 19 hlm.
Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Hertiyani, N. 2016. Pemanfaatan Lumpur Aktif Untuk Menurunkan Seng (Zn) Dalam
Limbah Cair Pewarna Indigosol Pada Industri Batik Dengan Penambahan Bakteri Indigenus.
Skripsi S-1 Program Studi Biologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta: xvi + 127
hlm.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. 2010. Deteksi Air Tercemar
dari Warnanya, dalam http://www.ampl.or.id/digilib/read/deteksi-air-tercemar-dari-
warnanya/22049, diakses pada 25 September 2017 pukul 20.05 WIB.
Laksono, S. 2012. Pengolahan Biologis Limbah Batik Dengan Media Biofilter. Skripsi
S-1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia, Depok: xiv + 128 hlm.
Lestari, F. 2007. Bahaya Kimia: Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia di
Udara. Buku Kedokteran EGC, Jakarta: xxi + 237 hlm.
Muniarti, T., Inayati & S. Budiastuti. (2015). Pengelolaan Limbah Cair Industri Batik
Dengan Metode Elektrolisis Sebagai Upaya Penurunan Tingkat Konsentrasi Logam Berat Di
Sungai Jenes, Laweyan, Surakarta, Jurnal Ekosains 7(1): 7783.
Nurham & A. Munisa. (2010). Analisis Cemaran Logam Berat Tembaga (Cu) pada
Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) yang Dipasarkan di Makassar. Bionature 11(2): 6164.
Santoso, W. Y. 2014. Kajian Yuridis Tentang Pengendalian Limbah Batik Di Kota
Yogyakarta. Tesis S-2 Program Studi Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada, Magelang: x +
80 hlm.
Tau.ac.il. (2017). In many cases the intensity of the signal of the analyte is affected
bythe composition of the matrix, by the temperature and. [online] Available at:
https://www.tau.ac.il/~advanal/StandardAdditionsMethod.htm [Accessed 2 Oct. 2017].
Anonim, Perencanaan Teknik Pengelolaan Pencemaran Industri Sekala Kecil Sentra
Batik DIY, Balai Besar Penelitian dan Perkembangan Industri Kerajinan dan Batik.
Yogyakarta, 1997.
Riyanto.2012.Elektrokimia Dan Aplikasinya.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yulianto,Andik dan Luqman Hakim.2009. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik
Pada Skala Laboratorium Dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi.Yogyakarta:
Jurusan Teknik lingkungan,Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
20
harga emas, perak dan platina diakses dari Iloveemas.com/ha pada tanggal 18 September 2017
pukul 19.00
harga karbon aktif grade 1 diakses dari Sinarkimia.com pada tanggal 18 September
2017 pukul 19.10
harga besi aluminium seng tembaga diakses dari Market.bisnis.com pada tanggal 18
September 2017 pukul 19.15
Suyanta. 2013.Potensiometri.Yogyakarta:UNY Press
Chang, R. and Goldsby, K. (2014). General chemistry. New York, NY: McGraw Hill.
Scribd. (2017). Larutan Baku Primer dan Sekunder. [online] Available at:
https://www.scribd.com/doc/124279342/Larutan-Baku-Primer-dan-Sekunder [Accessed 25
Sep. 2017].
21