Anda di halaman 1dari 22

Makalah Pemicu

Proses Degradasi Limbah Batik melalui Metode Elektrolisis dan


Identifikasi Kandungan Logam Berat dalam Limbah melalui Metode
Potensiometri

Oleh Kelompok : 4

Amalia Larasati 1606835771


Dhea Putriani 1606906300
Eldwin Maidiono 1606878884
Muhammad Audry Ramadhany 1606828053
Rafidha Irdiani 1606835771

Program Studi Teknologi Bioproses


Departemen Teknik Kimia FTUI
Depok 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan jumlah industri tekstil di Indonesia berdampak pada kemajuan dan
perkembangan industri manufaktur tekstil nasional, seperti halnya industri batik. Seiring
dengan meningkatnya minat serta kebutuhan masyarakat akan bahan sandang, bertambah
pula produksi limbah cair dari industri tekstil tersebut, yang berasal dari proses
pencelupan hingga pencucian. Namun, peningkatan produksi limbah cair industri batik
ini tidak diimbangi dengan pengetahuan dalam pengelolaan limbah tersebut, bahkan
industri tekstil cenderung langsung membuang limbah cair tersebut ke badan sungai,
sehingga mencemari sungai dan menurunkan kualitas air sungai tersebut.
Tingginya pertumbuhan industri tekstil batik di berbagai daerah di Indonesia
setelah pengakuan dari UNESCO, seperti pada daerah Laweyan, Surakarta dimana
jumlah unit usaha batiknya meningkat dari 22 Unit pada tahun 2004 menjadi 51 unit pada
tahun 2011. Perkembangan ini tentunya meningkatkan pendapatan daerah serta
meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat. Namun, dibalik semua dampak positif
tersebut terselip sejumlah masalah mengenai pengolahan air limbah karena industri batik
merupakan salah satu industri terbesar dalam penggunaan air melalui setiap langkah
produksinya sehingga limbah cair yang dihasilkan pun cukup besar.
Limbah industri batik memiliki kandungan yang berpotensi menimbulkan air yang
mencakup berbagai kandungan bahan organik, padatan tersuspensi, kandungan minyak
yang tinggi serta kandungan logam berat yang berbahaya seperti Pb, Cd, Cu, Cr, dan Zn
yang bersifat toksik. Mengenai kandungan logam berat tersebut, timbal merupakan
mayoritas logam pencemar terbesar yang ditemukan pada limbah cair industri batik.
Menurut penelitian, kadar Pb dalam limbah cair industri batik dapat mencapai 0,2349
mg/L yang melewati batas maksimum baku mutu menurut PP RI Nomor 82/20001 yaitu
sebesar 0,03 mg/L.
Selain timbal, logam berat yang juga sering ditemukan dalam limbah cair industri
batik adalah Krom (Cr). Krom berasal dari zat pewarna CrCl3 dan K2Cr2O7 dan juga
bersifat toksik. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati, iritasi pada
kulit, serta rasa mual jika tertelan. Maka dari itu, keberadaan Pb dan Cr pada limbah cair
menjadi masalah serius bila limbah tersebut dibuang tanpa pengelolaan yang baik.
Mengingat keberadaan zat tersebut sangat berbahaya, diperlukan penanganan
khusus sebelum zat tersebut dibuang dengan cara menekan limbah Cr dan Pb pada limbah
cair industri pabrik sebelum masuk ke badan air sungai dengan tujuan untuk mengurangi
tingkat pencemaran sungai. Untuk menekan zat tersebut, langkah yang tepat untuk
menangani masalah tersebut melalui metode elektrolisis.
Elektrolisis sendiri merupakan peristiwa di mana larutan terurai menjadi ion positif
(kation) dan negatif (anion). Arus listik akan dialirkan melalui elektroda di mana kation
akan tereduksi sedangkan anion akan teroksidasi. Maka peristiwa reduksi terjadi di
katoda dan oksidasi pun terjadi di anoda, kation akan menuju katoda sedangkan anion
akan menuju anoda. Validasi alat elektrolisis akan dilakukan dengan mendeteksi logam

1
Cr dan Pb. Tujuannya adalah mengetahui efisiensi elektrolisis dalam mengurangi logam
berat Cr dan Pb dalam limbah cair industri batik.

1.2 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui berbagai metode dalam pengolahan limbah cair industri tekstil serta
analisisnya.
2. Mengetahui dasar teori dan cara kerja dari metode analisis elektrolisis, terutama
potensiometri.
3. Mengetahui fungsi dari elektroda canomel dan ISE pada metode potensiometri
4. Mengetahui cara membaca dan mengolah data hasil eksperimen potensiometrik
dengan mengukur respons dari elektrodanya.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode analisis elektrolisis, terutama
potensiometri, untuk menganalisis kandungan logam berat pada air sungai.
6. Mengetahui kegunaan dan cara kerja metode analisis potensiometri dengan
menggunakan ISE untuk mencari kandungan pencemaran logam berat pada air
sungai .

2
BAB II
SOAL DAN PEMBAHASAN

Pemicu 1
Topik : Proses Elektrolisis Limbah Industri Batik

1. Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana dampak bahaya dari pembuangan limbah


batik ke perairan pemukiman? Kandungan apa saja yang memiliki potensi bahaya,
yang dihasilkan dari limbah industri batik ini?
Pembahasan :
Pencemaran oleh limbah industri batik berpotensi untuk merusak ekosistem. Perairan
yang tercemar limbah industri batik akan mengalami kenaikan Chemical Oxygen Demand
(COD). Hal ini akan berdampak pada matinya berbagai organisme yang hidup di perairan
tersebut. Selain itu, air yang tercemar dapat meresap ke dalam sumur-sumur yang biasa
menjadi sumber air masyarakat sekitar (Santoso, 2014).
Selain merusak ekosistem, air yang tercemar limbah pewarna batik juga dapat
membahayakan kesehatan manusia. Naphtol, salah satu zat pewarna batik, merupakan salah
satu bahan kimia yang termasuk ke dalam kategori B3 (bahan beracun berbahaya). Jika
manusia terus menerus mengalami kontak dengan air yang tercemar sisa naphtol, lama-
kelamaan akan memicu terkena penyakit kanker kulit (Santoso, 2014).
Kandungan lain yang dapat menimbulkan potensi bahaya, khususnya bagi kesehatan
manusia, adalah krom dan timbal. Krom dan timbal dapat ditemukan sebagai kandungan
dari zat pewarna dan zat pengikat pewarna. Krom bersifat toksik bagi tubuh manusia. Jika
tertelan, krom dapat menyebabkan gangguan perut dan jika terjadi kontak dengan kulit,
krom dapat menyebabkan iritasi. Tidak hanya itu, paparan krom secara terus-menerus juga
dapat menyebabkan kanker paru-paru serta kerusakan hati dan ginjal (Muniarti, Inayati &
Budiastuti, 2015).
Sama halnya dengan krom, timbal juga memberikan dampak buruk bagi tubuh manusia.
Timbal dapat menyebabkan gangguan kesehatan jika masuk ke dalam saluran pencernaan.
Usus orang dewasa mampu menyerap timbal sebanyak 515%, sedangkan pada anak-anak,
jumlah timbal yang diserap mencapai angka 40% (Muniarti, Inayati & Budiastuti, 2015).
Setelah diserap, timbal akan diedarkan ke seluruh tubuh dan menyebabkan penurunan
jumlah sel darah dan fungsi kognitif.

2. Apa yang Anda ketahui tentang zat warna dalam proses pembuatan batik?
Pembahasan :
Zat warna dalam proses pembuatan batik terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
sumbernya, yaitu zat warna alami dan zat warna sintetis. Zat warna alami dibuat dengan
tumbuhan sebagai bahan utama. Untuk mengambil zat warna dari bagian tumbuhan, perlu
dilakukan proses ekstraksi atau fermentasi. Pembuatan zat warna dengan metode tersebut
memerlukan waktu cukup lama (Laksono, 2012).

3
Berbeda dengan zat pewarna alami, zat pewarna sintetis dinilai lebih mudah diperoleh
dan praktis digunakan. Zat pewarna sintetis umumnya merupakan turunan hidrokarbon
aromatik, seperti benzena, toluena, naftalena, dan antrasena. Terdapat empat jenis zat
pewarna sintetis yang seringkali dipakai untuk mewarnai batik, yaitu zat pewarna reaktif,
zat pewarna indigosol, zat pewarna naphtol, dan zat pewarna rapid (Hertiyani, 2016).
Zat pewarna reaktif memiliki karakteristik daya afinitas rendah, larut dalam air, dan
dapat mengadakan reaksi dengan serat selulosa. Reaksi dengan serat selulosa membuat zat
pewarna reaktif menjadi bagian dari serat tersebut sehingga tidak mudah luntur. Contoh dari
zat pewarna reaktif, yaitu remazol.
Sama halnya dengan zat pewarna reaktif, zat pewarna indigosol juga larut dalam air.
Zat pewarna indigosol memiliki karakteristik ketahanan luntur yang baik dan mampu
mewarnai kain secara merata (Hertiyani, 2016). Jenis zat pewarna ini dapat digunakan
dengan menggunakan teknik pewarnaan pencelupan ataupun coletan. Pencelupan pada zat
pewarna indigosol tidak menghasilkan warna. Warna yang diinginkan baru terlihat ketika
kain dicelupkan kembali ke dalam larutan HCl atau H2SO4. Zat pewarna indigosol memiliki
rumus molekul C16H10N2Na2O8S2.
Zat pewarna naphtol memiliki sifat tidak larut dalam air. Zat pewarna ini digunakan
dengan teknik pencelupan sebanyak dua kali. Pada pencelupan pertama, kain dicelupkan ke
dalam zat pewarna. Pencelupan pertama tidak menghasilkan warna. Setelah itu, kain
dicelupkan lagi ke dalam larutan garam diazodium dan warna pun mulai terlihat.
Penggunaan zat pewarna naphtol membuat kain memiliki warna yang kuat (Laksono, 2012).
Zat warna rapid pada dasarnya adalah naphtol yang telah dicampur dengan garam
diazodium dalam bentuk yang tidak dapat bergabung. Untuk memperoleh warna yang
diinginkan, perlu dilakukan fiksasi oleh asam sulfat (Hertiyani, 2016).

3. Dalam bacaan dikatakan bahwa limbah tekstil biasanya dihasilkan dalam skala besar,
sehingga terkadang beberapa metode konvensional yang ada menjadi tidak
menguntungkan. Mengapa demikian?
Pembahasan :
Metode konvensional masih merupakan metode yang umum digunakan tidak hanya
dalam mengolah limbah industri, tetapi juga dipakai dalam keperluan sehari-hari, mulai dari
penyaringan sederhana hingga filtrasi larutan dari zat asing. Metode konvensional yang
umum digunakan adalah metode primary treatment, berikut langkahnya:
Penetralan
Limbah batik yang sudah diambil sebelum disaring terlebih dahulu dinetralkan sampai pH
mendekati angka 7 menggunakan tawas. Setelah diukur pHnya limbah batik memiliki pH
sebesar 9. Setelah dilakukan percobaan didapatkan bahwa limbah batik dengan pH sebesar
9 dengan tawas memiliki perbandingan 250 : 1, arti angka tersebut adalah bahwa 250 ml air
limbah dibutuhkan tawas sebanyak 1 gram. Dalam pengolahan ini kami mengolah limbah
batik sebanyak 5oo ml dinetralkan dengan 2 gram tawas. Sehingga limbah batik tersebut
sudah memiliki pH 7,1.

4
Pengendapan
Setelah limbah batik dan tawas dicampur, maka pada campuran tersebut akan terjadi
peristiwa pengendapan. Peristiwa pengendapan membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Adanya
proses pengendapan, diperoleh bahwa air akan menjadi lebih jernih dari sebelumnya.
Setelah proses pengendapan limbah batik yang tadinya sebanyak 500 ml menjadi bersisa
350 ml.
Penyulingan
Proses penyulingan dilakukan untuk mengikat/menyaring kotoran yang masih ikut terbawa
setelah proses pengendapan. Penyulingan dilakukan dengan menggunakan botol yang
dipotong bagian bawahnya, lalu bagian tutup dibuka. Pada botol yang telah dilubangi akan
diberi bahan meliputi kapas, kerikil, pasir dan rumput. Susunannya seperti gambar
disamping tetapi sebelum batu besar diberi rumput dan diatasnya diberi kapas. Setelah air
disuling, air yang tadinya sebanyak 350 ml menjadi bersisa 300 ml.

Namun, metode tersebut tidak menguntungkan karena:


Skala pengaplikasiannya masih belum luas karena sebagian besar diterapkan pada
skala kecil saja.
Jumlah sampel air atau suatu larutan yang akan kita olah kandungan zat pengotornya
masih minim, sehingga jika dipakai dalam skala besar kurang efektif karena
dibutuhkan instrumen yang lebih banyak.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan konsentrasi limbah dalam cairan
membutuhkan waktu yang lama, sehingga kurang efisien karena jumlah sampel
larutan yang akan diolah sedikit namun membutuhkan waktu yang lama.
Sampel Larutan yang akan diolah limbahnya cenderung mengalami kehilangan
materi yang cukup banyak. Sampel yang tersisa kira-kira hanya bersisa 60% pasca
pengolahan tersebut.

4. Dapatkah anda menjelaskan metode metode pengolahan limbah cair industri batik
yang ada saat ini?
Pembahasan :
Metode pengolahan limbah batik saat ini terbagi menjadi dua yaitu metode secara
konvensional maupun secara modern. Dengan menggunakan metode sederhana dilakukan
dengan menggunakan metode Primary Treatment yang memiliki tiga tahap dalam
penggunaan metodenya yaitu penetralan, pengendapan serta penyulingan.

5
Tahapan penetralan dilakukan untuk membuat pH dari limbah batik mendekati angka
7. Penetralan ini dilakukan dengan menambahkan tawas kedalam limbah batik. Dan setelah
melalui percobaan maka didapatkan perbandingan bahwa 250 ml limbah batik
menggunakan 1 gram tawas untuk menetralkannya. Pengendapan dilakukan untuk
memisahkan residu setelah pencampuran dengan tawas. Hal ini dengan mendiamkan limbah
batik selama kurang lebih 3 jam. Setelah mengedap terlihat bahwa air lebih jernih jika
dibandingkan dengan sebelumnya. Setelah proses pengendapan air limbah batik yang
awalnya 500 ml menjadi 350 ml. Penyulingan dilakukan untuk menyaring kotoran yang
masih terbawa saat proses pengendapan. Penyulingan dilakukan dengan menggunakan botol
yang kedua sisinya terbuka dan didalamnya ditambahkan kapas, kerikil, pasir serta rumput.
Setelah melalui proses penyulingan air yang memiliki volume 350 ml menjadi 300 ml.
Sedangkan dengan menggunakan metode modern dilakukan dengan menggunakan
metode elektrokoagulasi. Metode ini menggunakan arus searah yang melewati proses
elektrokimia. Parameter yang dilihat dalam menggunakan metode ini adalah perubahan
konsentrasi bahan organik (COD), warna, Total Suspended Solid (TSS) dan Minyak Lemak.
Proses ini dilakukan pada bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat elektroda dan limbah
cair batik menjadi larutan elektrolitnya.
Reaksi yang terjadi pada proses elektrokoagulasi adalah . (1). Pada permukaan
elektroda positif (anoda): Fe Fe2+ + 2e. (2). Sekitar elektroda: Fe2+ + 2(OH)- Fe(OH)2
dan (3) . Pada permukaan elektroda negatif (katoda): Al3+ +3eAl dan 2H2O + 2e H2 +
2(OH)-
Proses elektrokoagulasi yang membentuk gas oksigen dan gas hidrogen dapat
memengaruhi pereduksian COD. Gas hidrogen membantu kontaminan untuk mengapung.
Hal ini dikarenakan produksi H2 menyebabkan tereduksinya material organik dan
menurukan nilai COD.

5. Dapatkah anda menjelaskan bagaimana proses degradasi limbah cair tekstil/batik


tersebut secara elektrokimia?
Pembahasan:
Degradasi dengan menggunakan metode elektrokimia digunakan adalah dengan proses
oksidasi. Dimana reaksi yang terjadi adalah dengan molekul yang menerima oksigen
ataupun melepas hidrogen. Selain itu juga dapat menghilangkanatom H atau pembentukan
ikatan baru diantar C dan H
Pada limbah cair batik dapat didegradasikan dengan menggunakan peralatan
potensiometri yang dialiri arus yang dapat diatur potensialnya. Proses elektrolisis dilakukan
dengan mengatur potensial dan menambahkan NaCl sebagai elektrolitnya. Elektrolisis
dilakukan dengan menambahkan NaCl sebanyak 0,5 gram dan beda potensial 7,5 Volt.
Penambahan NaCl yang semakin banyak proses degradasi semakin baik namun dapat
membentuk senyawa baru yang berupa Benzene.
Senyawa organik akan teroksidasi membentuk gas O2 sedangkan ion H+ yang terbentuk
di anoda akan menuju katoda membentuk gas H2 ( 2H+ + 2e H2 ) dan Apabila terjadi
oksidasi dari air dengan reaksi 2H2O 2OH- + 2H+ + 2e Radikal hidroksi yang terbentuk
akan digunakan untuk mensubstitusi senyawa organik sehingga terbentuk senyawa yang

6
mudah teroksidasi.CxHyOz + OH- produk dan 4OH- 2H2O + O2 Radikal hidroksi
terserap oleh permukaan elektroda dan bereaksi dengan senyawa organik membentuk air
dan O2. Potensial yang diukur menggunakan elektroda rujukan yaitu elektroda kalomel
jenuh.
Radikal hidroksil adalah radikal utama yang melakukan inisiasi degradasi pada gugus
utama senyawa azo prosesnya adalah dihasilkannya radikal fenil dan fenoksi serta oksigen
akan terlarut. Kemudian terjadi abstraksi ion hidrogen dan pada radikal fenil. Keluarnya gas
nitrogen yang diikuti dengan proses reduksi pada radikal cincin bensen menjadi senyawa
aromatik sederhana. Gugus radikal fenoksi akan teroksidasi oleh radikal hidroksil menjadi
gugus benzena.
Reaksi degradasi gugus benzene menunjukkan bahwa cincin aromatik benzena akan
terdegradasi menjadi radikal hidroksi sikloheksadienil, lalu akan bereaksi dengan oksigen
terlarut menghasilkan hidroksi hidroperoksida yang tidak stabil yang prosesnya adalah
Eliminasi satu molekul air dan pembentukan cincin aromatis dari hidroksi hidroperoksida
menjadi mukondialdehid. Mukodialdehid kemudian teroksidasi menjadi asam mukanot.
Terbentuknya glioksial yang kemudian teroksidasi menjadi asam karboksilat.

6. Dapatkah anda menjelaskan komponen komponen penting dari proses elektrolisis


senyawa organik yang harus diperhatikan agar reaksinya berlangsung lebih efisien
dan ekonomis?
Pembahasan:
Komponen penting dari proses elektrolisis adalah anoda, katoda dan larutan elektrolit.
Anoda dan katoda merupakan elektroda yang berfungsi mengalirkan listrik. Anoda
terpolarisasi saat adanya arus yang masuk sementara katoda akan terpolarisasi ketika ada
arus yang mengarah keluar. Sementara larutan elektrolit merupakan limbah cair
batik/tekstil. Dikarenakan larutan ekektrolit tidak dapat di ganggu maka yang adapat
diperhatikan adalah jenis elektoda yang digunakan. Dalam proses elektrolisis elektroda
dibagi menjadi dua kelompok yaitu elektroda inert yang tidak dapat bereaksi ketika dalam
proses reaksi dan elektroda aktif yang ikut bereaksi ketika proses reaksi. Karena hal tersebut
maka dibuatlah perbandingan harga dari beberapa komponen elektroda yang termasuk
golongan inert maupun aktif.

7
Elektroda Harga per gram

Karbon (C) Rp 16,-

Platina (Pt) Rp 359.892,-

Emas (Au) Rp 540.576,-

Besi (Fe) Rp 8,45

Alumunium (Al) Rp 25,298,-

Tembaga (Cu) Rp 71,474

Seng (Zn) Rp 32,853

Perak (Ag) Rp 5.598,-

Dari data didalam tabel terlihat elektroda inert memiliki harga yang lebih mahal jika
dibandingkan dengan elektroda aktif. Namun karena elektroda aktif akan ikut bereaksi dan
dapat membentuk senyawa yang lain maka lebih baik dipilih jenis elektroda inert. Karbon
tidak tahan terhadap seluruh larutan elektrolit dan dapat bereaksi dengan beberapa jenisnya
sementara kandungan limbah cair tidak selalu sama sehingga kita memilih antara logam
emas atau platina. Karena harga emas yang lebih mahal jika dibandingkan dengan platina,
maka disarankan untuk memilih elektroda jenis platina jika menggunakan metoda
elektrolisis. Platina dipilih juga karena tahan terhadap segala jenis larutan sehingga cocok
untuk larutan elektrolisis jika terdapat kandungan yang belum dapat diketahui senyawa
organiknya.

7. Apa yang membedakan proses elektrolisis dengan proses dalam sel volta? Bagaimana
ciri ciri yang khas dari keduanya?
Pembahasan :
Elektrolisis dan sel volta bekerja secara terbalik. Sel volta merupakan sel yang
mengubah reaksi kimia menjadi energi listrik. Sementara elektrolisis merupakan proses
yang memerlukan energi listrik untuk menjalankan reaksi kimia. Karena hal tersebut maka
sel volta memiliki reaksi spontan dimana reaksi ini tidak memerlukan energi atau listrik dari
luar reaksi. Elektrolisis memiliki reaksi yang tidak spontan karena memerlukan energi atau
listrik tambahan yang berasal dari luar reaksi. Pada sel volta anoda memiliki muatan negatif
dan katodanya memiliki muatan positif. Arus listrik mengalir dari katoda menuju anoda.
Contoh sel volta adalah baterai. Pada elektrolisis anoda memiliki muatan positif dan
katodanya memiliki muatan negatif. Sel elektrolisis terdiri dari arus searah yang
dihubungkan pada kawat penghantar pada elektroda yang ujungnya dicelupkan ke larutan
elektrolit.

8
8. Bagaimana anda menentukan konstanta kesetimbangan dan kespontanan dalam
suatu sel/reaksi elektrokimia? Berikan contoh perhitungan terkait ini.
Pembahasan :
Hubungan antara potensial sel, energi bebas dan konstanta kesetimbangan secara
langsung berhubungan dalam suatu persamaan yaitu :

G = RT ln Keq = nFEsel
dimana :
R = 8,314 J/mol K
T = suhu (kelvin)
n = mol dari jumlah elektron dalam reaksi redoks
F = 96485 C/mol
G merupakan perbedaan energi bebas gibbs antara produk dan reaktan. G tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat merubah kinetika reaksi.
Esel adalah perbedaan gaya gerak listrik antara 2 setengah sel. Semakin besar Esel
maka semakin besar pula kekuatan pendorong elektron melalui sistem maka akan semakin
spontan pula reaksi yang terjadi. Esel diukur dalam satuan volt.
Esel dan Esel adalah 2 hal yang berbeda, biar jelasnya lihat persamaan ini :

Jika persamaan diatas dibuat dalam bentuk logaritma, maka jadi seperti ini:

Esel dapat digitung dengan persamaan :


Esel = E(katoda) E(anoda) = E(Reduksi) E(Oksidasi)

Hubungan antara G, K, atau Eosel dapat diringkas dalam diagram sederhana dan
dengan keterangan sebagai berikut :

Contoh soal dan pembahasan :

9
9. Logam Cd termasuk salah satu contoh logam berat yang terkandung dalam limbah
cair industry batik. Jika dalam suatu percobaan dilakukan elektrolisis terhadap 2L
larutan CdSO4, dengan menggunakan arus sebesar 10 A selama 5 jam. Maka

10
bagaimana anda menentukan : (a) Massa logam Cd di katoda; (b) Volume gas yang
dihasilkan di anoda (STP) dan (c) pH larutan setelah elektrolisis.
Pembahasan :
Reaksi yang terjadi

Katoda : Cd2+ + 2e- Cd

Anoda : 2H2O 4H+ + 4e- +


O2
(a) Massa logam Cd di katoda

eit
w=
96500

Keterangan :
- w = massa logam (gram)
- e = massa ekuivalen (Ar logam dibagi jumlah elektron)
- i = kuat arus listrik (ampere)
- t = durasi arus listrik dialirkan (detik)
Maka, massa logam di katoda:

112,41
. 10 . 5 . 60 . 60
= 2
96500

(b) Volume gas yang dihasilkan di anoda (STP)

32
. 10 . 5 . 60 . 60
= 4 = 14,92 = 0,46 2
96500

() = 22,4 = 0,46 22,4 = 10,304

(c) pH larutan setelah elektrolisis

mol H+ = 4 x mol O2 = 1,84 mol

[H+] = 1,84 mol / 2 Liter = 0,92 M

pH = - log [H+] = - log 0,92 = 0,0362

11
Pemicu 2
Topik : Mengidentifikasi Senyawa Logam Berat Melalui Metode Potensiometri

1. Bagaimana anda menetapkan kemungkinan sungai itu tercemar oleh unsur logam
tembaga? Logam logam apa sajakah yang potensial` terdapat dalam perairan yang
terkena limbah cair industri batik?
Pembahasan :
Untuk menetapkan kemungkinan suatu sungai tercemar tembaga, diperlukan
pengetahuan mengenai ciri fisik perairan yang tercemar tembaga. Menurut Kelompok Kerja
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, air yang tercemar tembaga dapat diidentifikasi dari
warnanya. Air yang mengandung tembaga cenderung berwarna hijau jika diambil lalu
dibiarkan.
Sumber lain menyatakan bahwa suatu perairan yang tercemar tembaga akan mengalami
biomagnifikasi terhadap biota-biota yang tinggal di dalamnya. Biomagnifikasi adalah
proses penyerapan bahan pencemaran sebagai akibat dari tingkat konsentrasi yang melebihi
batas kesetimbangan. Peristiwa biomagnifikasi pada sungai yang tercemar tembaga ditandai
dengan warna kerang yang hidup di sungai tersebut cenderung kehijauan (Nurham dan A.
Munisa, 2010).
Selain tembaga, terdapat logam lain yang memiliki kemungkinan terdapat di dalam
perairan yang terkena limbah cair industri batik, yaitu krom (Cr) dan timbal (Pb). Krom
terdapat pada zat pewarna batik dalam bentuk senyawa CrCl3 atau K2Cr2O7, sedangkan
timbal dapat ditemukan pada zat mordan, yaitu pengikat zat warna yang digunakan dalam
industri batik (Muniarti, Inayati & Budiastuti, 2015).

2. Laboratorium di tempat anda memiliki sebuah pH meter/volt meter, titrator dan


sebuah elektroda standar kalomel jenuh serta elektroda indicator untuk analisis
tembaga. Karena tim ahli akan menilai proposal proyek ini, dapatkah anda
menjelaskan usulan tentang metoda analisis untuk menentukan kandungan ion logam
tembaga pada sampel yang diambil dari aliran sungai Jenes menggunakan peralatan
yang ada? Lengkapi dengan informasi yang cukup jelas baik dari segi instrumentasi
maupun prinsipdasara teoritis tentang metoda analisis ini.
Pembahasan :
Metode yang digunakan pada proyek kali ini adalah dengan menggunakan metode
potensiometri. Prinsip dasar potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan
dengan menggunakan elektroda dengan zerro current. Hal ini berdasarkan pada pengukuran
potensial listrik antara elktroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk
mengukur potensial pada elektroda indikator harus digunakan elektroda standar yang
berfungsi sebagai elektroda pembanding. Potensiometri yang digunakan adalah metode
titrasi potensiometri yang cocok karena dapat menghitung pH suatu larutan walaupun
larutan keruh ataupun daerah kesetaraan tidak sesuai. Analisis sistem titrasi potensiometri
pada prinsipnya menggabungkan antara pengukuran potensial dan volume titran. Prinsip ini
sangat berbeda dengan sistem potensiometri lansung yang hanya dengan pengukuran

12
potensial langsung. Dimana dengan menggunakan kurva yang akan menentukan titik
ekuivalennya untuk mengetahui kadar ion yang terkandung didalamnya. Kadar ion yang ada
dapat diperhitungkan untuk menentukan kadar pH air tersebut sehingga dari pH tersebut
dapat diketahui kandungan tembaga dengan menggunakan persamaan Nerst dan
perhitungan stoikiometri serta analisis secara kuantitatif. Dengan hal tersebut maka dapat
diketahui bahwa air yang berada disungai sudah tercemar ataupun belum.

3. Dapatkah anda menjelaskan tentang hal hal penting yang perlu diperhatikan dalam
Teknik pengambilan sampel perairan (untuk keperluan analisis)?
Pembahasan :
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik pengambilan sampel
perairan, khususnya air sungai, yaitu alat yang digunakan, lokasi pengambilan sampel, titik
pengambilan sampel, kecenderungan homogenitas sampel, waktu pengambilan sampel, dan
ukuran, jumlah, serta volume sampel.
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel harus memenuhi syarat berikut, yaitu
terbuat dari bahan yang tidak memengaruhi sifat sampel (sebaiknya gelas atau plastik),
mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya, sampel dapat dengan mudah dipindahkan ke
dalam wadah lain tanpa adanya suspensi yang tertinggal, mudah dan aman dibawa, serta
memiliki kapasitas penampungan yang sesuai dengan kebutuhan. Jenis-jenis alat yang dapat
digunakan terbagi menjadi alat pengambil sampel sederhana, alat pengambil sampel pada
kedalaman tertentu, alat pengambil sampel gabungan kedalaman, dan alat pengambil sampel
otomatis (Badan Standardisasi Nasional, 2008).
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di beberapa tempat, yaitu di sumber air alamiah,
sumber air tercemar, dan sumber air yang dimanfaatkan. Sumber air alamiah adalah lokasi
yang belum atau sedikit terindikasi pencemaran. Sumber air tercemar adalah lokasi yang
telah terindikasi mengalami pencemaran. Biasanya merupakan lokasi limbah dibuang ke
sungai. Sementara itu, sumber air yang dimanfaatkan adalah lokasi warga mengambil air
sungai untuk digunakan (Badan Standardisasi Nasional, 2008).
Selain lokasi, titik pengambilan sampel juga diatur berdasarkan debit sungai.
Pengambilan sampel pada sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik dilakukan pada satu
titik di tengah sungai dengan kedalaman 0.5 dari kedalaman sungai. Sementara itu,
pengambilan sampel pada sungai dengan debit 5 150 m3/detik dilakukan pada jarak 13
dan 23 dari lebar sungai dengan kedalaman 0.5 kali dari kedalaman sungai. Berbeda
dengan kedua debit tersebut, pengambilan sampel pada sungai dengan debit di atas 150
m3/detik dilakukan di minimal enam titik. Pengambilan dilakukan pada jarak 14, 12, dan
3 dari lebar sungai pada kedalaman 0.2 dan 0.8 kali kedalaman sungai jika dihitung dari
4
permukaan (Badan Standardisasi Nasional, 2008).
Pengambilan sampel juga dilakukan dengan mengacu kepada kecenderungan
homogenitas sampel. Jika sampel cenderung homogen, digunakan metode pengambilan
sampel sesaat (grab sampling). Dengan metode grab sampling, sampel hanya diambil pada
satu waktu saja. Sementara itu, jika sampel cenderung heterogen, digunakan metode
pengambilan sampel gabungan (composite sampling) atau metode pengambilan sampel

13
terpadu (intergrated sampling) (Hadi, 2005). Composite sampling merupakan metode
sampling yang dilakukan dengan melakukan beberapa kali grab sampling, sedangkan
integrated sampling merupakan metode sampling yang dilakukan dengan mengambil
sampel pada periode waktu tertentu (Lestari, 2007).
Pengambilan sampel air sungai sebaiknya dilakukan pada saat arus sungai bersifat
konstan, seperti tidak saat sedang hujan. Untuk memantau sungai yang terindikasi terkena
pencemaran akibat industri, pengambilan sampel juga dapat dilakukan saat produksi aktif
atau pada saat limbah masuk ke sungai. Beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan waktu pengambilan sampel, yaitu peraturan perundang-undangan,
tingkat bahaya polutan, faktor risiko, dan dampak terhadap lingkungan serta manusia (Hadi,
2005).
Ukuran, jumlah, dan volume sampel yang diambil dipengaruhi oleh parameter yang
diuji, metode pengujian yang digunakan, dan distribusi polutan di lingkungan (Hadi, 2005).
Berdasarkan parameter yang diuji, dibutuhkan kurang lebih 2 L sampel untuk pengujian
sifat fisik, 5 L untuk pengujian sifat kimia, 100 mL untuk pengujian bakteriologi, dan 0.5
20 L untuk pengujian biologi air
4. Bagaimana anda menjelaskan mengapa and baca di beberapa literatur bahwa bila
menggunakan Teknik potensiometri langsung perlu dilakukan kalibrasi elektroda
indicator terlebih dahulu. Ion-selective electrode (ISE) apakah yang anda gunakan?
Pembahasan :
Pada proses penetapan pH suatu larutan secara potensiometri perlu dilakukan terlebih
dahulu kalibrasi elektrode indikator. Metode kalibrasi elektrode indikator ini dilakukan
sebelum analisis potensiometri dilakukan untuk memberikan beberapa keuntungan seperti
kesederhanaan, kecepatan dan keaplikatifan dalam penentuan nilai pH.
Ion selective electrode yang digunakan untuk mendeteksi kandungan tembaga pada
sungai adalah cupric ion selective electrode. Electroda ini memiliki membrane Kristal solid-
state. Elektroda ini memang di desain untuk mendeteksi ion cupric (Cu2+) di aquos dan
cocok untuk penggunaan lapangan maupun laboratorium.

5. Dengan menggunakan Teknik potensiometri langsung, anda memperoleh data seperti


pada gambar. Bagaimana anda menentukan konsentrasi tembaga dalam sampel?
Pembahasan :

14
Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah diperoleh
absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6.
Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama dengan konsentrasi larutan
standar 10 ppm. Maka grafiknya sebagai berikut:

Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi
linear:

persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator. Setelah diperoleh persamaan
di atas, absorbansi sampel yang diperoleh dimasukan sebagai nila y sehingga diperoleh nila
x. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi sampel yang dianalisis.

6. Bagaimana anda menjelaskan penentuan konsentrasi tembaga pada sampel larutan


dengan teknik adisi standar? Bagaiman menjelaskan perbedaan teknik penentuan
potensiometri langsung dan adisi standar?
Pembahasan :

Ini merupakan contoh data yang dihasilkan melalui teknik adisi standar. Setelah didapatkan
data seperti diatas, dapat langsung dibuat grafik kalibrasi dengan ketentuan:
1. Grafik kalibrasi harus linier
2. Kurva kalibrasi analit tepat melewati asal
Setelah membuat grafik, maka konsentrasi analit dapat langsung diketahui

15
7. Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan dengan istilah larutan baku/standard an
kurva kalibrasi, apa yang anda ketahui tentang keduanya dan mengapa diperlukan
dalam kegiatan ini?
Pembahasan :
Larutan baku/larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan
ditempatkan di erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan
teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2

Kurva kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan panjang gelombang. Kurva ini
dapat menentukan panjang gelombang maksimum, terlihat dari bentuk kurvanya pada
bagian atas. Akan tetapi, pengukuran kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi yang
dihasilkan dari metode iodimetri dan panjang gelombang maksimumnya, sehingga
diperoleh kurva kalibrasi yang linier. Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran
pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau ditelusur sampai ke standar yang lebih

16
teliti atau tinggi (standar primer nasional atau internasional) melalui rangkaian
perbandingan yang tidak terputus, dalam artian standar ukur itu akan lebih baik apabila
berupa standar yang rantainya mendekati SI sehingga tingkat ketidakpastian (error) makin
kecil.

8. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, hal hal apa sajakah yang harus
diperhitungkan/dipertimbangkan?
Pembahasan :
Ketika akan melakukan analisis kimia terhadap suatu sampel, maka harus dilakukan
beberapa tahapan analisis agar diperoleh hasil yang akurat dan teliti. Dalam ilmu kimia
analitik terdapat lima tahapan yang dapat dilakukan, di antaranya sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan Analisis
Tahapan awal ini harus selalu dilakukan agar setiap proses analisis yang dilakukan
menjadi terarah. Tahap perencanaan ini disebut juga sebagai tahapan panduan untuk
melakukan kegiatan analisis. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, maka harus
diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu:
Data dan informasi sampel yang akan dianalisis.
Metode analisis yang akan digunakan.
2. Tahap Pengambilan Sampel
Kegiatan pengambilan sampel dalam kajian ilmu kimia analitik disebut juga sebagai
sampling. Tahapan ini sangat penting dilakukan terutama sekali jika akan melakukan
analisis dengan metode kuantitatif.
Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus mewakili keseluruhan materi yang
nantinya akan dianalisis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan
sampel adalah titik pengambilan sampel, jarak antara titik pengambilan sampel, dan
penghomogenan terhadap sampel hasil sampling.
3. Tahap Persiapan Sampel untuk Dianalisis
Sampel yang diambil di alam banyak yang bentuknya masih berupa padatan. Oleh
karena bentuk ini sukar untuk dianalisis, maka sampel berupa padatan harus diubah dulu
menjadi bentuk yang mudah dianalisis. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan
untuk mempersiapkan sampel sehingga mudah dianalisis. Di antaranya sebagai berikut.
a. Metode Pengeringan Sampel
Metode pengeringan ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat
dalam suatu sampel. Pengeringan ini biasanya dilakukan dengan memanaskan
sampel padatan pada suhu 100-110C sampai diperoleh berat yang konstan.
b. Metode Pengukuran Berat (volume) Sampel
Untuk mengetahui berat dan volume sampel dapat dilakukan menggunakan
metode penimbangan. Metode ini penting sekali dilakukan ketikan akan
mengidentifikasi sampel secara kuantitatif.
c. Metode Pelarutan Sampel
Metode pelarutan ini dilakukan agar proses analisis mudah dilakukan apalagi
jika sampelnya masih dalam bentuk padatan. Pelarut yang digunakan untuk
melarutkan sampel harus sesuai agar sampel dapat melarut secara sempurna.

17
4. Tahap Pengukuran Sampel
Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan
analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan pengukuran adalah
sifat dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu sifat kimia maupun sifat
fisikanya.
Pengukurannya dapat dilakukan dengan metode analisis volumetri (volum) atau
analisis gravimetri (berat). Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran dengan
menggunakan instrumwn laboratorium yang lebih canggih.
5. Tahap Perhitungan dan Pelaporan Data
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kadra analit yang terdapat dalam suatu
sampel. Apabila hasil perhiatungan sudah dapat dipertanggungjawabkan, maka harus
dilakukan pelaporan data. Biasanya data yang dilaporkan harus dibuat dalam bentuk
tertulis dengan mencantumkan hasil analisisnya.

18
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan dalam makalah ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan logam berbahaya yang berpotensi
merusak ekosistem yang ditandai dengan kenaikan COD (Chemical Oxygen Demmand)
Pengolahan limbah industri tekstil dengan metode konvensional dirasa sudah tidak efektif
sehingga perlu diterapkan pengolahan dengan teknologi modern, seperti elektrolisis.
Metode elektrolisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis elektroda, beda potensial,
jenis larutan yang digunakan dan keadaan reaksi.
Prinsip titrasi potensiometri yaitu menggabungkan antara pengukuran potensial dan
volume titran.
Metode potensiometri langsung dilakukan dengan pembuatan kurva yang akan
menentukan titik ekuivalen dari kadar ion dengan menggunakan persamaan Nerst dan
perhitungan stoikiometri serta analisis secara kuantitatif
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pengambilan sampel
perairan, khususnya air sungai, yaitu alat yang digunakan, lokasi pengambilan sampel, titik
pengambilan sampel, kecenderungan homogenitas sampel, waktu pengambilan sampel,
dan ukuran, jumlah, serta volume sampel.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Air dan Air Limbah Bagian 57: Metode
Pengambilan Contoh Air Permukaan. Standar Nasional Indonesia, Jakarta: ii + 19 hlm.
Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Hertiyani, N. 2016. Pemanfaatan Lumpur Aktif Untuk Menurunkan Seng (Zn) Dalam
Limbah Cair Pewarna Indigosol Pada Industri Batik Dengan Penambahan Bakteri Indigenus.
Skripsi S-1 Program Studi Biologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta: xvi + 127
hlm.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. 2010. Deteksi Air Tercemar
dari Warnanya, dalam http://www.ampl.or.id/digilib/read/deteksi-air-tercemar-dari-
warnanya/22049, diakses pada 25 September 2017 pukul 20.05 WIB.
Laksono, S. 2012. Pengolahan Biologis Limbah Batik Dengan Media Biofilter. Skripsi
S-1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia, Depok: xiv + 128 hlm.
Lestari, F. 2007. Bahaya Kimia: Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia di
Udara. Buku Kedokteran EGC, Jakarta: xxi + 237 hlm.
Muniarti, T., Inayati & S. Budiastuti. (2015). Pengelolaan Limbah Cair Industri Batik
Dengan Metode Elektrolisis Sebagai Upaya Penurunan Tingkat Konsentrasi Logam Berat Di
Sungai Jenes, Laweyan, Surakarta, Jurnal Ekosains 7(1): 7783.
Nurham & A. Munisa. (2010). Analisis Cemaran Logam Berat Tembaga (Cu) pada
Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) yang Dipasarkan di Makassar. Bionature 11(2): 6164.
Santoso, W. Y. 2014. Kajian Yuridis Tentang Pengendalian Limbah Batik Di Kota
Yogyakarta. Tesis S-2 Program Studi Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada, Magelang: x +
80 hlm.
Tau.ac.il. (2017). In many cases the intensity of the signal of the analyte is affected
bythe composition of the matrix, by the temperature and. [online] Available at:
https://www.tau.ac.il/~advanal/StandardAdditionsMethod.htm [Accessed 2 Oct. 2017].
Anonim, Perencanaan Teknik Pengelolaan Pencemaran Industri Sekala Kecil Sentra
Batik DIY, Balai Besar Penelitian dan Perkembangan Industri Kerajinan dan Batik.
Yogyakarta, 1997.
Riyanto.2012.Elektrokimia Dan Aplikasinya.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yulianto,Andik dan Luqman Hakim.2009. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik
Pada Skala Laboratorium Dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi.Yogyakarta:
Jurusan Teknik lingkungan,Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

20
harga emas, perak dan platina diakses dari Iloveemas.com/ha pada tanggal 18 September 2017
pukul 19.00
harga karbon aktif grade 1 diakses dari Sinarkimia.com pada tanggal 18 September
2017 pukul 19.10
harga besi aluminium seng tembaga diakses dari Market.bisnis.com pada tanggal 18
September 2017 pukul 19.15
Suyanta. 2013.Potensiometri.Yogyakarta:UNY Press
Chang, R. and Goldsby, K. (2014). General chemistry. New York, NY: McGraw Hill.
Scribd. (2017). Larutan Baku Primer dan Sekunder. [online] Available at:
https://www.scribd.com/doc/124279342/Larutan-Baku-Primer-dan-Sekunder [Accessed 25
Sep. 2017].

21

Anda mungkin juga menyukai