Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoarthritis (OA) merupakan tipe penyakit radang sendi yang paling bayak
diderita. OA adalah penyakit sendi degeneratif yang berhubungan dengan
kerusakan kartilago sendi karena penguraian dan akhirnya kehilangan tulang muda
(cartilage) dari satu atau lebih sendi-sendi. Penyakit ini berhubungan dengan
peningkatan usia dan faktor risiko. OA jarang terjadi pada usia 40 tahun dan sangat
sering terjadi pada usia 60 tahun ke atas. Di Amerika Serikat, prevalensi OA akan
mengalami peningkatan sebanyak 66-100% pada tahun 2020. Bagian tubuh yang
sering terkena OA seperti tulang servikal, tulang lumbosakral, pinggul, lutut, dan
metatarsal phalangeal joint (MTP) (Harrison, 2008).
Faktor risiko OA adalah kerusakan otot dan sendi sebelumnya, kelemahan
ligamen, peningkatan densitas tulang, usia >60 tahun, jenis kelamin perempuan,
etnis, genetik, nutrisi buruk, obesitas, dan pekerjaan yang berisiko seperti
mengangkat barang berat (Harrison, 2008). OA primer berhubungan dengan
penuaan atau disebut juga idiopatik karena masih belum diketahui penyebabnya.
Penggunaan sendi yang berulang kali dari tahun ke tahun dapat mengiritasi dan
meradang sendi, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. OA sekunder
disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya yang memudahkan terjadinya OA.
Kondisi-kondisi yang dapat memudahkan terjadinya OA sekunder adalah
kegemukan, trauma atau operasi pada struktur-struktur sendi, sendi-sendi abnormal
waktu dilahirkan (kelainan-kelainan congenital), gout, diabetes, dan penyakit-
penyakit hormon lain. Kegemukan menyebabkan osteoarthritis dengan
meningkatkan tekanan mekanik pada kartilago (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata, & Setiati, 2009).
Gejala utama OA adalah nyeri dan kekakuan sendi saat beraktivitas dan
menghilang saat istirahat. Gejala lainnya adalah morning stiffnes (kaku saat pagi
hari), pembengkakan sendi, sendi terasa hangat, dan berkretek pada sendi yang
terkena. Pemeriksaan penunjang pada OA adalah radiologi. Tidak ada tes darah
untuk mendiagnosis OA. Tes-tes darah dilakukan untuk menyampingkan penyakit-

1
penyakit yang dapat menyebabkan OA sekunder, serta untuk menyampingkan
kondisi-kondisi arthritis lain dengan gejala mirip dengan OA. Penemuan X-ray
yang umum dari OA adalah kehilangan tulang rawan sendi, penyempitan ruang
sendi antara tulang-tulang yang berdekatan, dan pembentukan bone spur.
Pemeriksaan X-ray sederhana sangat bermanfaat untuk menyingkirkan penyebab-
penyebab lain dari nyeri sendi tertentu dan membantu dalam membuat keputusan
intervensi operasi (Harrison, 2008).
Tujuan penanganan pasien OA adalah mengatasi nyeri sendi dan
meminimalisir terjadinya kelainan fisik dan psikis. Untuk mencapai tujuan tersebut,
penanganan OA dibagi menjadi dua jenis yaitu terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi. Terapi non farmakologi berupa edukasi kepada pasien agar pasien
mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan nyeri sendi, meningkatkan kekuatan
otot dan sendi dengan cara olahraga teratur, dan pasien harus menggunakan
penopang atau tongkat saat pasien berjalan untuk mengurangi rasa nyeri yang
ditimbulkan. Selain pengobatan non farmakologi, terapi farmakologi juga sangat
dibutuhkan oleh pasien OA. Obat bisa diberikan secara oral, topikal, atau suntikan
ke dalam sendi. Analgesik yang dapat diberikan pada pasien OA seperti
asetaminofen (maksimal 1 gram/hari), golongan NSAID seperti asam salisilat
(maksimal 1.500 gram/hari) dan ibuprofen (600-800 mg x 3-4), COX 2 inhibior
seperti selekoksib (100-200 mg/hari), dan golongan opiat. Sedangkan analgesik
yang dapat disuntikkan ke dalam sendi yang nyeri seperti glukokortikoid dan asam
hialuronat. Selain terapi non farmakologis dan terapi farmakologis, beberapa pasien
membutuhkan terapi tambahan berupa operasi (arthroscopic) terutama pada pasien
yang mengalami OA di daerah lutut (Harrison, 2008).
Prognosis pada pasien OA berdasarkan pada bagian sendi yang terkena dan
beratnya OA yang diderita. Prognosis buruk biasanya terjadi pada pasien dengan
usia tua, obesitas, kerusakan sendi yang berat dan kerusakan sendi lebih dari satu.
Sedangkan pasien yang menjalankan operasi sendi mempunyai prognosis yang
baik. Pencegahan OA adalah mendeteksi secara dini gejala-gejala yang
berhubungan dengan OA, olahraga teratur, dan meningkatkan konsumsi vitamin D
(Harrison, 2008).

2
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum farmakologi ini adalah mampu menangani pasien OA
disertai efek samping obat yang timbul melalui pendekatan p-treatment dan p-drugs
yaitu mengenali masalah yang dihadapi oleh pasien, menentukan tujuan
pengobatan, memilih obat yang akan diberikan, menuliskan resep, menjelaskan
informasi, instruksi, dan efek samping pengobatan, dan memonitor pasien.

1.3 Manfaat
Setelah praktikum farmakologi ini, mahasiswa diharapkan mampu
menangani pasien OA disertai efek samping obat yang timbul melalui pendekatan
p-treatment dan p-drugs yaitu mengenali masalah yang dihadapi oleh pasien,
menentukan tujuan pengobatan, memilih obat yang akan diberikan, menuliskan
resep, menjelaskan informasi, instruksi, dan efek samping pengobatan, dan
memonitor pasien.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

Seorang Bapak, 55 tahun mengalami snyeri di sendi lutut kanan sejak 3 tahun y.l.
Nyeri dirasakan bertambah berat jika melakukan aktivitas dan terdengan suara
kretek-kretek ketika lutut digerakkan. Untuk mengurangi nyerinya pasien
tersebut sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat anti nyeri, namun pasien hapal
obatnya. Pasien sering minum obat tersebut sejak 2 tahun yang lalu. Saat ini pasien
juga mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 15 hari yang lalu. Nyeri hilang timbul dan
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Riwayat BAB berwarna hitam (+) beberapa hari
ini.

1. Mencari Masalah
a. Masalah utama pasien adalah nyeri lutut terutama saat aktivitas dan suara
kretek-kretek ketika lutut digerakkan dengan kemungkinan osteoarthritis
yang disertai nyeri ulu hati hilang timbul dan seperti ditusuk dan BAB
hitam dengan kemungkinan ulkus gaster et causa penggunaan NSAID
jangka panjang.

b. Gejala dan Tanda : (Harrison, 2008) & (Appley's, 2010)

- Nyeri sendi (berhubungan dengan aktivitas)


- Nyeri sendi episodic
- Kaku sendi
- Morning stiffness berlangsung singkat kurang dari 30 menit
- Deformitas
- Pembengkakan sendi
- Kehilangan fungsi
- Krepitasi
- Gerakan terbatas/instabilitas

4
c. Masalah sosial
Penurunan produktivitas kerja

d. Efek samping penggunaan Obat NSAID non-selektif (Gunawan, Setiabudy,


& Elysabeth, 2009)
- Ulkus gaster
- Ulkus duodenum
- Anemia sekunder
- Gangguan fungsi trombosit
- Gangguan homeostasis ginjal
- Nefropati analgesic
- Reaksi hipersensititas (rhinitis vasomotor, edema angioneuretik, urtikaria
luas, asma bronchial, hipotensi, syok)

e. Polifarmasi
Tidak ada

f. Ketaatan berobat
Pasien mengonsumsi obat tanpa resep selama 2 tahun

2. Tujuan terapi

Mengatasi rasa nyeri pasien dengan meminimalisir efek samping yang


ditimbulkan oleh pemberian obat dan mencegah komplikasi penyakitnya.

3. Konfirmasi kecocokan P-Treatment

a. Pengobatan Osteoarthritis

Kelompok obat yang efektif untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien adalah
golongan para amino fenol, NSAID-non selektif, NSAID Cox-2 selektif, SAID, dan
analgesik opioid.

5
Golongan Efikasi Keamanan Kesesuaian Harga
Para amino Fenol + + +
(or)
NSAID-non + - + +
selektif (or)
NSAID cox-2- + + +
preferensial
NSAID Cox-2 + + +
selektif (or)
SAID (or/inj) + + + -
Analgesik Opioid + + - -
(or)

Berdasarkan tabel diatas, maka golongan yang kami pilih untuk terapi
pasien tersebut adalah dari golongan NSAID cox-2 preferensial, karena
penghambatan lebih dominan pada COX-2 dibandingkan dengan COX-1. Kami
tidak memilih COX-2 Selektif karena berdasarkan penelitian obat-obatan dari
NSAID COX-2 Selektif bersifat fisiologis di beberapa jaringan seperti endotel,
ginjal dan lainnya sehingga lebih meningkatakan terjadinya resiko kardiovaskuler
seperti thrombosis dan serangan jantung, selain itu obat-obatan COX-2 Selektif
banyak yang sudah ditarik dari peredaran karena efek samping tersebut pilihan
berikut sebagai berikut (Mims, 2010).

Nama Obat Efikasi Keamanan Kesesuaian Harga


Nimesulid * * * *
Meloksikam + + + +
Nabumeton * * * *
Diklofenak + +
Etodolak * * * *
* Nimesulid : Sejak 2007 sudah tidak beredar di Indonesia (ISO, 2010).
Nabumeton : tidak beredar di Indonesia
Etodolak : data tidak ada

6
Berdasarkan dari kriteria di atas obat yang kami pilih sebagai salah satu
pengobatan pada kasus osteoarthritis di atas adalah Meloxicam dengan dosis 7,5
15 mg. Dengan dosis awal 7,5 mg. Pertimbangan kami memilih obat tersebut adalah
karena pemberian obat meloxicam diberikan sebanyak 1x sehari oral, sehingga
ketaatan pasien lebih tinggi. Selain itu, gejala gastrointestinal dan komplikasi yang
ditimbulkan oleh meloxicam lebih rendah dibandingkan dengan piroxicam,
diclofenac dan naproxen, jadi lebih aman.

Farmakodinamik
Meloxicam bekerja dengan menghambat prostaglandin di jaringan tubuh melalui
inhibisi cylooxigenase minimal pada 2 isoenzymes, cyclooxigenase-1 (COX-1) &
-2 (COX-2). (COX-2) dapat diinhibisi lebih besar daripada (COX-1).

Farmakokinetik
Absorbsi : Bioavailabilitas 89%
Peak Plasma Time 4-5 jam
Distribusi : Ikatan protein 99,4 %
Metabolisme : Dimetabolisme di hati,
Metabolit : 5-carboxymeloxicam dan 5-hydroximethylmeloxicam
Menginhibisi enzim cylooxigenase
Eliminasi : Waktu paruh 15-20 jam
Eksresi melaui urin dan feses

Efek Samping :
- Kardiovaskuler : NSAID dapat meningkatkan risiko kejadian kardiovaskuler
trombotik, IMA, maupun stroke. Risiko mungkin meningkat dengan durasi
penggunaan dan pasien dengan risiko penyakit jantung. NSAID merupakan
kontraindikasi untuk nyeri perioperatif CABG (peningkatan risiko IMA dan
stroke).
Gastrointestinal : NSAID dapat menimbulkan risiko serius pada GI track yang
menyebabkan pendarahan, ulserasi, dan perforasi dari lambung atau usus. Efek

7
samping dapat terjadi setiap saat selama penggunaan dan tanpa gejala
peringatan. Pasien lansia memiliki risiko lebih tinggi.

Dosis :
Dewasa
Tablet , Dosis awal 7,5 mg, dapat ditingkatkan menjadi 15 mg per hari.

b. Pengobatan ulkus gaster

Untuk ulkus gaster pada kasus pasien di atas dapat digunakan golongan PPI
(Pompa Proton Inhibitor), yaitu omeprazol 20 mg/hari.

Farmakodinamik
PPI; mengikat H+ / K+-ATPase bertukar melalui pompa proton dalam sel
parietal lambung, menghasilkan penekanan pada sel basal dan sekresi asam.

Farmakokinetik
Absorbsi : Bioavailability 30-40%, waktu bereaksi 1 jam, durasi 73 jam,
Peak plasma Time 0.5-3.5 jam.
Distribusi : Ikatan Protein 95-96%, Vd: 0.34-.037 L/kg
Metabolisme : di metabolisme di hati, menghasilkan metabolit
hydroxyomeprazole, omeprazole sulfone, omeprazole sulfide
Elimination : Waktu paruh 0.5-1 jam, diekskresi melalui Urine 77% dan
Feces 16-19%.

Efek Samping
Sakit Kepala
Sakit Perut
Diare
Mual
Muntah

8
Kontraindikasi
Hipersensitivitas pada obat PPI.

4. Mulai terapi dengan menulis resep pada pasien


dr. Kelompok IV
Jl. Krayan Gn. Kelua Samarinda

Samarinda, 16 November 2012

R/ Meloxicam 7,5 mg tab No X


S 1 dd I DC prn

R/ Omeprazole 20 mg tab No XX
S 1 dd I AC

Pro : Tn. X
Umur : 55 th (dewasa)
Alamat : Jl. A. Yani, Samarinda

5. Beri Info, Instruksi dan Peringatan

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan skenario yang diberikan, pasien mengalami OA dengan efek
samping pengobatan yaitu ulkus gaster. Penanganan yang diberikan ada dua jenis,
yaitu non farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis adalah edukasi
kepada pasien untuk mengurangi aktivitas dan olahraga teratur untuk meningkatkan
kekuatan tulang, otot, dan sendi. Terapi farmakologis adalah meloxicam untuk
mengurangi nyeri akibat OA dan omeprazol untuk menangani ulkus gaster akibat
pengobatan yang diberikan sebelumnya. Setelah menentukan pengobatan yang
diberikan, pasien diberikan penjelasan mengenai informasi, instruksi, dan efek
samping yang mungkin timbul akibat pengobatan. Selain itu, selama pengobatan
pasien harus selalu dimonitor untuk mencegah terjadinya efek samping pengobatan
dan menentukan apakah pengobatan terus diberikan atau berhenti diberikan.

3.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen dan dari rekan-rekan angkatan
2010 dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Appley's. (2010). System of Orthopaedics and Fracture (9th ed.). London: Hodder
Arnold.
Gunawan, S., Setiabudy, R., & Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi (5th
ed.). Jakarta: Departemen Farmokologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Harrison. (2008). Principles of Internal Medicine (17th ed.). United States:
McGraw-Hill Companies.
ISO. (2010). ISO INDONESIA. JAKARTA: PT. ISFI Penerbitan.
Mims. (2010). Mims Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia.
Medscape Aplikasi Android

11

Anda mungkin juga menyukai