PENDAHULUAN
1
penyakit yang dapat menyebabkan OA sekunder, serta untuk menyampingkan
kondisi-kondisi arthritis lain dengan gejala mirip dengan OA. Penemuan X-ray
yang umum dari OA adalah kehilangan tulang rawan sendi, penyempitan ruang
sendi antara tulang-tulang yang berdekatan, dan pembentukan bone spur.
Pemeriksaan X-ray sederhana sangat bermanfaat untuk menyingkirkan penyebab-
penyebab lain dari nyeri sendi tertentu dan membantu dalam membuat keputusan
intervensi operasi (Harrison, 2008).
Tujuan penanganan pasien OA adalah mengatasi nyeri sendi dan
meminimalisir terjadinya kelainan fisik dan psikis. Untuk mencapai tujuan tersebut,
penanganan OA dibagi menjadi dua jenis yaitu terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi. Terapi non farmakologi berupa edukasi kepada pasien agar pasien
mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan nyeri sendi, meningkatkan kekuatan
otot dan sendi dengan cara olahraga teratur, dan pasien harus menggunakan
penopang atau tongkat saat pasien berjalan untuk mengurangi rasa nyeri yang
ditimbulkan. Selain pengobatan non farmakologi, terapi farmakologi juga sangat
dibutuhkan oleh pasien OA. Obat bisa diberikan secara oral, topikal, atau suntikan
ke dalam sendi. Analgesik yang dapat diberikan pada pasien OA seperti
asetaminofen (maksimal 1 gram/hari), golongan NSAID seperti asam salisilat
(maksimal 1.500 gram/hari) dan ibuprofen (600-800 mg x 3-4), COX 2 inhibior
seperti selekoksib (100-200 mg/hari), dan golongan opiat. Sedangkan analgesik
yang dapat disuntikkan ke dalam sendi yang nyeri seperti glukokortikoid dan asam
hialuronat. Selain terapi non farmakologis dan terapi farmakologis, beberapa pasien
membutuhkan terapi tambahan berupa operasi (arthroscopic) terutama pada pasien
yang mengalami OA di daerah lutut (Harrison, 2008).
Prognosis pada pasien OA berdasarkan pada bagian sendi yang terkena dan
beratnya OA yang diderita. Prognosis buruk biasanya terjadi pada pasien dengan
usia tua, obesitas, kerusakan sendi yang berat dan kerusakan sendi lebih dari satu.
Sedangkan pasien yang menjalankan operasi sendi mempunyai prognosis yang
baik. Pencegahan OA adalah mendeteksi secara dini gejala-gejala yang
berhubungan dengan OA, olahraga teratur, dan meningkatkan konsumsi vitamin D
(Harrison, 2008).
2
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum farmakologi ini adalah mampu menangani pasien OA
disertai efek samping obat yang timbul melalui pendekatan p-treatment dan p-drugs
yaitu mengenali masalah yang dihadapi oleh pasien, menentukan tujuan
pengobatan, memilih obat yang akan diberikan, menuliskan resep, menjelaskan
informasi, instruksi, dan efek samping pengobatan, dan memonitor pasien.
1.3 Manfaat
Setelah praktikum farmakologi ini, mahasiswa diharapkan mampu
menangani pasien OA disertai efek samping obat yang timbul melalui pendekatan
p-treatment dan p-drugs yaitu mengenali masalah yang dihadapi oleh pasien,
menentukan tujuan pengobatan, memilih obat yang akan diberikan, menuliskan
resep, menjelaskan informasi, instruksi, dan efek samping pengobatan, dan
memonitor pasien.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Seorang Bapak, 55 tahun mengalami snyeri di sendi lutut kanan sejak 3 tahun y.l.
Nyeri dirasakan bertambah berat jika melakukan aktivitas dan terdengan suara
kretek-kretek ketika lutut digerakkan. Untuk mengurangi nyerinya pasien
tersebut sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat anti nyeri, namun pasien hapal
obatnya. Pasien sering minum obat tersebut sejak 2 tahun yang lalu. Saat ini pasien
juga mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 15 hari yang lalu. Nyeri hilang timbul dan
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Riwayat BAB berwarna hitam (+) beberapa hari
ini.
1. Mencari Masalah
a. Masalah utama pasien adalah nyeri lutut terutama saat aktivitas dan suara
kretek-kretek ketika lutut digerakkan dengan kemungkinan osteoarthritis
yang disertai nyeri ulu hati hilang timbul dan seperti ditusuk dan BAB
hitam dengan kemungkinan ulkus gaster et causa penggunaan NSAID
jangka panjang.
4
c. Masalah sosial
Penurunan produktivitas kerja
e. Polifarmasi
Tidak ada
f. Ketaatan berobat
Pasien mengonsumsi obat tanpa resep selama 2 tahun
2. Tujuan terapi
a. Pengobatan Osteoarthritis
Kelompok obat yang efektif untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien adalah
golongan para amino fenol, NSAID-non selektif, NSAID Cox-2 selektif, SAID, dan
analgesik opioid.
5
Golongan Efikasi Keamanan Kesesuaian Harga
Para amino Fenol + + +
(or)
NSAID-non + - + +
selektif (or)
NSAID cox-2- + + +
preferensial
NSAID Cox-2 + + +
selektif (or)
SAID (or/inj) + + + -
Analgesik Opioid + + - -
(or)
Berdasarkan tabel diatas, maka golongan yang kami pilih untuk terapi
pasien tersebut adalah dari golongan NSAID cox-2 preferensial, karena
penghambatan lebih dominan pada COX-2 dibandingkan dengan COX-1. Kami
tidak memilih COX-2 Selektif karena berdasarkan penelitian obat-obatan dari
NSAID COX-2 Selektif bersifat fisiologis di beberapa jaringan seperti endotel,
ginjal dan lainnya sehingga lebih meningkatakan terjadinya resiko kardiovaskuler
seperti thrombosis dan serangan jantung, selain itu obat-obatan COX-2 Selektif
banyak yang sudah ditarik dari peredaran karena efek samping tersebut pilihan
berikut sebagai berikut (Mims, 2010).
6
Berdasarkan dari kriteria di atas obat yang kami pilih sebagai salah satu
pengobatan pada kasus osteoarthritis di atas adalah Meloxicam dengan dosis 7,5
15 mg. Dengan dosis awal 7,5 mg. Pertimbangan kami memilih obat tersebut adalah
karena pemberian obat meloxicam diberikan sebanyak 1x sehari oral, sehingga
ketaatan pasien lebih tinggi. Selain itu, gejala gastrointestinal dan komplikasi yang
ditimbulkan oleh meloxicam lebih rendah dibandingkan dengan piroxicam,
diclofenac dan naproxen, jadi lebih aman.
Farmakodinamik
Meloxicam bekerja dengan menghambat prostaglandin di jaringan tubuh melalui
inhibisi cylooxigenase minimal pada 2 isoenzymes, cyclooxigenase-1 (COX-1) &
-2 (COX-2). (COX-2) dapat diinhibisi lebih besar daripada (COX-1).
Farmakokinetik
Absorbsi : Bioavailabilitas 89%
Peak Plasma Time 4-5 jam
Distribusi : Ikatan protein 99,4 %
Metabolisme : Dimetabolisme di hati,
Metabolit : 5-carboxymeloxicam dan 5-hydroximethylmeloxicam
Menginhibisi enzim cylooxigenase
Eliminasi : Waktu paruh 15-20 jam
Eksresi melaui urin dan feses
Efek Samping :
- Kardiovaskuler : NSAID dapat meningkatkan risiko kejadian kardiovaskuler
trombotik, IMA, maupun stroke. Risiko mungkin meningkat dengan durasi
penggunaan dan pasien dengan risiko penyakit jantung. NSAID merupakan
kontraindikasi untuk nyeri perioperatif CABG (peningkatan risiko IMA dan
stroke).
Gastrointestinal : NSAID dapat menimbulkan risiko serius pada GI track yang
menyebabkan pendarahan, ulserasi, dan perforasi dari lambung atau usus. Efek
7
samping dapat terjadi setiap saat selama penggunaan dan tanpa gejala
peringatan. Pasien lansia memiliki risiko lebih tinggi.
Dosis :
Dewasa
Tablet , Dosis awal 7,5 mg, dapat ditingkatkan menjadi 15 mg per hari.
Untuk ulkus gaster pada kasus pasien di atas dapat digunakan golongan PPI
(Pompa Proton Inhibitor), yaitu omeprazol 20 mg/hari.
Farmakodinamik
PPI; mengikat H+ / K+-ATPase bertukar melalui pompa proton dalam sel
parietal lambung, menghasilkan penekanan pada sel basal dan sekresi asam.
Farmakokinetik
Absorbsi : Bioavailability 30-40%, waktu bereaksi 1 jam, durasi 73 jam,
Peak plasma Time 0.5-3.5 jam.
Distribusi : Ikatan Protein 95-96%, Vd: 0.34-.037 L/kg
Metabolisme : di metabolisme di hati, menghasilkan metabolit
hydroxyomeprazole, omeprazole sulfone, omeprazole sulfide
Elimination : Waktu paruh 0.5-1 jam, diekskresi melalui Urine 77% dan
Feces 16-19%.
Efek Samping
Sakit Kepala
Sakit Perut
Diare
Mual
Muntah
8
Kontraindikasi
Hipersensitivitas pada obat PPI.
R/ Omeprazole 20 mg tab No XX
S 1 dd I AC
Pro : Tn. X
Umur : 55 th (dewasa)
Alamat : Jl. A. Yani, Samarinda
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan skenario yang diberikan, pasien mengalami OA dengan efek
samping pengobatan yaitu ulkus gaster. Penanganan yang diberikan ada dua jenis,
yaitu non farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis adalah edukasi
kepada pasien untuk mengurangi aktivitas dan olahraga teratur untuk meningkatkan
kekuatan tulang, otot, dan sendi. Terapi farmakologis adalah meloxicam untuk
mengurangi nyeri akibat OA dan omeprazol untuk menangani ulkus gaster akibat
pengobatan yang diberikan sebelumnya. Setelah menentukan pengobatan yang
diberikan, pasien diberikan penjelasan mengenai informasi, instruksi, dan efek
samping yang mungkin timbul akibat pengobatan. Selain itu, selama pengobatan
pasien harus selalu dimonitor untuk mencegah terjadinya efek samping pengobatan
dan menentukan apakah pengobatan terus diberikan atau berhenti diberikan.
3.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen dan dari rekan-rekan angkatan
2010 dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Appley's. (2010). System of Orthopaedics and Fracture (9th ed.). London: Hodder
Arnold.
Gunawan, S., Setiabudy, R., & Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi (5th
ed.). Jakarta: Departemen Farmokologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Harrison. (2008). Principles of Internal Medicine (17th ed.). United States:
McGraw-Hill Companies.
ISO. (2010). ISO INDONESIA. JAKARTA: PT. ISFI Penerbitan.
Mims. (2010). Mims Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia.
Medscape Aplikasi Android
11