Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia industri yang berhubungan dengan menggunakan produk


yang baik dan berkualitas diperlukan ketelitian dan ketepatan dari peralatan
pembuat produk, misalnya pada proses pemesinan. Pada proses pemesinan
kedataran dari meja kerja harus dalam keadaan rata agar hasil pengerjaan lebih
tepat. Oleh karena itu, meja kerja harus dilevelkan. Melevelkan meja kerja
tersebut kita harus mengetahui alat ukur serta mengetahui cara kerja dari alat
ukur yang bisa digunakan untuki melevelkan meja kerja tersebut.

1.2 Tujuan

1. Mengenal dan mengetahui alat ukur pendatar dan cara menggunakannya.


2. Mengetahui bagaimana cara melevelkan mesin dengan pendatar.
3. Menganalisa kerataan bidang dengan metode Union Jack.

1.3 Manfaat

1. Mampu menggunakan pendatar untuk mengetahui kedataran dan untuk


melevelkan mesin.
2. Mampu mengkalibrasi pendatar.
3. Mampu melevelkan mesin dengan menggunakan alat ukur pendatar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

3.1 Teori Objek

Melevelkan mesin adalah suatu proses pengesetan kembali kedataran


suatu mesin. Tujuan dari melevelkan mesin adalah :
Supaya hasil pengerjaan akhir dari suatu produk bagus.
Mencegah kerusakan mesin
Tidak menimbulkan kebisingan / getaran.
Menghemat pemakaian pahat
Bagian utama dari pendatar adalah tabung gelas yang dibuat
melengkung atau bila digosok bagian dalamnya sehingga mempunyai jari
jari kelengkungan yang relatif besar. Suatu skala dibuat pada bagian atas dari
tabung tersebut, dan tabung diisi dengan hampir penuh dengan spritus
sehingga terbentuk gelembung uap eter. Gelembung ini akan selalu
menempati posisi paling atas dari tabung.
Tabung gelas ini dipasang pada bagian atas dari rangka yang terbuat
dari besi atau baja tuang yang mempunyai dasar ( kaki ) yang rata atau yang
beralur V sehingga pendatar dapat diletakan diatas permukaan yang
melengkung. Untuk pemeriksaaan yang vertikal dipakai pendatar siku dengan
rangka vertikal yang dibuat tegak lurus dengan cermat terhadap angka
dasarnya. Pendatar siku biasanya dipakai didalam pengetesan geometris dari
mesin perkakas, dengan cara menekankan rangka vertikal pada bidang yang
diperiksa dan posisi gelembung dapat dibaca pada skala dari tabung gelas
yang berbentuk sejajar dengan dasarnya.
1. Sensitivitas dan Konsep Dari Pendatar
Sensitivitas atau kepekaan adalah kemampuan alat ukur untuk
merasakan suatu perbedaan yang relatif kecil dari harga yang diukur.
Kepekaan dari pendatar dalam hal ini adalah sampai sejauh mana
kemiringan bidang alas dari pendatar ( bidang referensi ) dapat
diketahui berdasarkan perpindahan dari posisi gelembung yang dibaca
melalui skala yang terdapat pada tabung. Kepekaan tergantung dari
dua faktor:
Jari jari kelengkungan tabung ( R )
Panjang dari dasar pendatar / jarak kaki ( L )

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Semakin panjang jari jari, kepekaan pendatar akan naik, sebaliknya


semakin panjang jarak kaki ( L ) maka kepekaan akan turun.

Gambar F.2.1 Prinsip Kerja Pendatar

tan 1 = d / R
tan 2 = h / L
Dimana tan 1 = tan 2
1 = 2
d/R=h/L
d = (R x kepekaan satu skala.
h)/L

2. Pembacaan Skala Pendatar


Pendatar dibuat beberapa kelas kepekaan yaitu 2, 5, 10, 20, 30
menit atau derajat. Panjang dasar L juga dibuat bermacam-macam
sesuai dengan keperluan, antara lain sebesar 160, 200, 250, 300, 400
dan 500 mm. Pada bagian atas dari pendatar biasanya dicantumkan
harga kepekaan, arti dari jarak satu skala pada tabung gelas yaitu
kenaikan salah satu sisinya setinggi h untuk satu satuan panjang.
Kepekaan sebesar 0.01 mm / m dipakai untuk pengukuran yang
cermat, sedangkan kepekaan 0.02 atau 0.04 mm / m adalah umum
dipakai dalam produksi.

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Gambar F.2.2 Pembaca Skala Pendatar

3. Kalibrasi Pendatar
Setiap pendatar dengan kepekaan lebih tinggi dari 20 s
mempunyai baut pengatur kedudukan tabung terhadap dasar dari
pendatar. Umumnya kalibrasi yang dilakukan oleh pabrik pembuat
selain dari pada memeriksa kebenaran harga yang ditunjukan skala
juga menyetel posisi tabung gelas sedemikian rupa sehingga alas dari
pendatar adalah tepat horizontal sewaktu posisi gelembung tepat di
tengah. Meja rata dapat digunakan untuk membantu pengkalibrasian.
Permukaan meja rata tak perlu harus tepat horizontal, sebab
salah satu arah pada permukaan tersebut pasti horizontal. Cetakan
pendatar pada meja rata sedikit ketengah, kemudian contoh posisi
pendatar sampai gelembung tepat ditengah. Kemudian pada tempat
yang sama balikan posisi mendatar. Dalam hal ini dapat dipakai
bantuan batang lurus ( straight edge ) yang ditempatkan pada meja rata
sehingga sisi pendatar berimpit dengannya.
Apabila posisi gelembung tidak berubah ( masih juga nol )
berarti dasar pendatar telah horizontal. Jika posisi gelembung pindah,
misalnya sebesar 2 skala, maka putarlah baut pengatur kearah tertentu
sampai posisi gelembung menjadi setengah dari harga semula, yaitu 1
skala.
Alat Ukur Kedataran :
1)Waterpas
Yaitu alat ukur kedataran dengan menggunakan gelembung yang
memakai cairan berupa H2O.

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Skala

Gambar F.2.3 Waterpass

2)Square level
Yaitu alat ukur yang menggunakan cairan berupa spritus.

Skala

Gambar F.2.4 Square level

3)Spirit level
Yaitu alat ukur yang sama dengan square level dengan zat cair
berupa eter.

Skala

Gambar F.2.5 Spirit level

Keutamaan spiritus (eter) dibanding air :


Viskositas spiritus lebih rendah dibanding air sehingga kepekaan
pendatar lebih tinggi dibanding menggunakan air.

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Jika pendatar digoyang , pada air terdapat banyak gelembung


sehingga susah dalam pembacaan skala sedangkan pada spiritus
hanya 1 gelembung.
Titik beku spiritus lebih rendah daripada air.

4. Kelurusan, Kerataan, Kedataran, Kesejajaran, Ketegaklurusan, Rotasi,


dan Kemiringan

1) Kelurusan, suatu garis dinyatakan lurus apabila harga perubahan dari


jarak antara titik titik pada garis itu terhadap satu bidang proyeksi
yang sejajar terhadap garis , selalu dibawah suatu harga tertentu.
2) Kedataran, adalah arah pemotongan searah dengan gravitasi bumi
yang memotong permukaan benda kerja sehingga menghasilkan
sudut 90.
3) Kerataan, adalah analisa penyimpangan suatu bidang yang diizinkan
dari bidang idealnya.
4) Kesejajaran, yaitu jika suatu bidang pada benda sejajar dengan
bidang lainnya.
5) Ketegaklurusan, yaitu apabila suatu bidang dibuat suatu garis dan
arahnya tegak lurus 90 derajat dengan bidang lainnya.
6) Rotasi, yaitu perputaran pada suatu benda dengan sumbu putaran.
7) Kemiringan, yaitu apabila suatu bidang dibuat suatu garis dan
arahnya miring (tidak 90 derajat) denagn bidang lainnya.

5. Koreksi Sejajar dan Koreksi Putar

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Gambar F.2.6 Koreksi Sejajar dan Koreksi Putar


Koreksi Sejajar
Semua titik dikoreksi dengan harga yang sama, supaya
ketinggian salah satu titik yang dimaksud mencapai harga ketinggian
akhir. Jadi ketinggian semua titik terhadap garis referensi sementara
dapat mengurangi ketinggian semula dengan suatu harga koreksi yang
sama, yaitu :
1 = 1 - x
Sehingga ketinggian titik I dan relatif terhadap referensi
sementara, adalah :
i = 1 - 1 = I (I x) = x
j = j - j = j - I + x
Koreksi Putar
Dalam hal ini garis referensi sementara seakan-akan diputar
dengan titik putar, merupakan titik dasar dari titik I harga satuan
referensi adalah
2(U) = j y = j - I + x - y
ji j-i
Sehingga ketinggian setiap titik pada posisi tertentu dapat
dikoreksi sesuai dengan posisi yang relatif terhadap posisi 1 yaitu :
A2 (U) = (u - 1 ) A2
Akhirnya diperoleh ketinggian pada setiap titik terhadap referensi baru
yaitu :
j + 1 = j + 1 - A2 (j + 1) = (j 1 - A1) (j + 1 I) A2
Rumus umum untuk mendapatkan ketinggian setiap titik terhadap
referensi baru :

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

U = u - 2(u)
U = u - A1 - (u 1) A2
A 2 (U) = (u - 1 ) A2
U = u - 1 + x (u I) j - 1 + x - y
j-i
Suatu bidang teoritis dapat dihasilkan dengan menggesekkan
suatu garis lurus di atas dua buah garis yang sejajar (disebut juga garis
tepi) garis lurus tersebut dinamakan garis generator. Jadi pada suatu
bidang rata dapat diletakkan garis-garis generator yang sejajar yang
tak terhingga banyaknya. Apabila kedua garis tepi di atas di mana
garis geser generator tersebut digesekkan ternyata tidak sejajar. Maka
yang terbentuk bukanlah bidang datar/rata bidang yang terpuntir
Kerataan bidang sangat berpengaruh proses pemesinan yang
dilakukan bias jadi terjadinya gelombang pada permukaan benda kerja
karena disebabkan ketelitian dalam memasang alat sebelum digunakan
dalam kondisi tidak normal.

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat Ukur yang Digunakan

a. Wash Bensin
b. Square Level
c. Meja Rata
d. Vaseline

3.2 Skema Alat

3.2.1 Kalibrasi Pendatar dan Pengukuran Kedataran

Gambar F.3.1 Spirit Level dan Square Level

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Gambar F.3.2 Meja Rata

3.2.2 Pengukuran Kerataan Bidang atau Analisa Meja Rata

Gambar F.3.3 Metoda Union Jack

3.3 Prosedur Percobaan

a) Leveling Meja Rata


1. Siapkan alat alat yang diperlukan
2. Bersihkan sebuah permukaan rata dari vaseline dengan wash bensin
3. Ukur nilai Kedataran pada setiap titik yang ditunjukkan pada gambar.

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Gambar F.3.4 Leveling Meja Rata


4. Jika nilai yang didapat tidak nol, ubah ketinggian meja sehingga nilai
yang terbaca pada square level = 0.
b) Metoda Union Jack
1. Siapkan alat.
2. Hitung nilai kedataran pada titik yang telah ditentukan.

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Data Percobaan


Tabel F.4.1 Hasil Pengukuran Kedataran
Sebelum Sesudah
X y x' y'
No
1 1 -4 0 0
2 4 4 4 0
3 -1 4 1 4
4 4 4 -3 -4
5 4 -2 -1 3

Tabel F.4.2 Hasil Pengukuran Kerataan


AB BC CA
0 0 0
No
1 4 1 4

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

2 4 0 0
3 4 -2 -4
4 - -4 -4
5 - - -4

4.2 Perhitungan Data


Sensitivitas spirit level = 0,4 mm/m = 0,0004 mm
L AB = 300 mm
L BC = 400 mm
L CA = 500 mm
h = hasil pengukuran x sensitivitas x L
h koreksi = h koreksi akhir / n

4.2.1 Leveling Meja Datar


a. Sebelum di leveling
Sumbu X
1. h = 0,000015
2. h = 0,00006
3. h = -0,000015
4. h = -0,00006
5. h = -0,00006
Sumbu Y
1. h = -0,00006
2. h = 0,00006
3. h = 0,00006
4. h = 0,00006
5. h = -0,00003
b. Sesudah di leveling
Sumbu X
1. h = 0
2. h = 0,00006
3. h = 0,000015
4. h = -0,000045

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

5. h = -0,000015
Sumbu Y
1. h = 0
2. h = 0
3. h = 0,00006
4. h = -0,00006
5. h = 0,000045

4.2.2 Metoda Union Jack

a. Bidang AB (3 titik)

1. AB =4

h = 4 x 0,0004 x 300 = 0,48 mm

2. AB =4

h = 4 x 0,0004 x 300 = 0,48 mm

3. AB =4

h = 4 x 0,0004 x 300 = 0,48 mm

b. Bidang BC (4 titik)

1. BC =1

h = 1 x 0,0004 x 400 = 0,16 mm

2. BC =0

h = 0 x 0,0004 x 400 = 0 mm

3. BC = -2

h = -2 x 0,0004 x 400 = -0,32 mm

4. BC = -4

h = -4 x 0,0004 x 400 = -0,64 mm

c. Bidang CA (5 titik)

1. CA =4

h = 4 x 0,0004 x 500 = 0,8 mm

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

2. CA =0

h = 0 x 0,0004 x 500 = 0 mm

3. CA = -4

h = -4 x 0,0004 x 500 = -0,8 mm

4. CA = -4

h = -4 x 0,0004 x 500 = -0,8 mm

5. CA = -4

h = -4 x 0,0004 x 500 = -0,8 mm

Tabel F.4.3 Perhitungan AB


AB
Skala h (mm) h koreksi (mm) Hasil (mm)
No
1 4 0,48 0,16 0,32
2 4 0,48 0,32 0,16
3 4 0,48 0,48 0

Tabel F.4.4 Perhitungan BC


BC
Skala h (mm) h koreksi (mm) Hasil (mm)
No
1 1 0,16 -0,16 0,32
2 0 0 -0,32 0,32
3 -2 -0,32 -0,48 0,12
4 -4 -0,64 -0,64 0

Tabel F.4.5 Perhitungan AC


AC
Skala h (mm) h koreksi (mm) Hasil (mm)
No
1 4 0,8 -0,16 0,96
2 0 0 -0,32 0,32
3 -4 -0,8 -0,48 -0,32
4 -4 -0,8 -0,64 -0.16
5 -4 -0,8 -0,8 0

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

4.3 Grafik

Grafik 6.4.1 Grafik bidang ABC

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

4.4 Analisa

Pratikum modul leveling meja rata dan kedataran dilakukan dengan


dua kali pengambilan data :
a. Mengetahui kedataran dengan metode Union Jack
b. Meleveling meja rata
Pada percobaan leveling meja rata diatur agar hasil pengukuran
mempunyai nilai nol. Setelah itu diatur titik pengukuran pada keempat titik
ujung meja dan pada derah tengah meja. Lalu meja dileveling dengan
memutar baut pada ujung meja, lalu diukur kembali. Hasil yang didapat
bervariasi tidak sesuai dengan harapan.
Pada grafik, pada metoda union jack dapat dilihat ketidakrataan yang
ada pada ketiga sisi. Dilihat pada gambar grafik pada arah AB hasil yang
didapat hampir mendekati nol. Dan pada arah BC juga didapatkan hasil
yang memuaskan dan hapir mendekati nol, akan tetapi pada arah AC hasil
yang didapat hampir mendekati 1 dan terdapat variasi minus pada hasil
tersebut. Hasil yang didapat pada grafik, masih jauh dari teori yang ada.
Seharusnya data yang didapat pada leveling meja rata setelah
dileveling mendapatkan hasil nol, karena meja tersebut sudah diratakan.
Kemungkinan pembacaan square level dan pemutaran pada meja yang kami
lakukan kurang teliti, sehingga hasil yang didapat juga kurang maksimal.

Laboratorium Metrologi Industri


Laporan Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan praktikum leveling meja rata dan kedataran dapat


diambil kesimpulan bahwa :
1. Untuk mengetahui kedataran suatu bidang, bisa dilakukan metoda union
jack. Pada praktikum ini, meja yang diukur kedatarannya ternyata tidak
datar.
2. Setelah di levelling, ternyata meja rata tidak datar, sehingga bisa
disimpulkan bahwa ada kesalahan saat praktikum.

5.2 Saran

1. Lakukan praktikum dengan baik dan benar


2. Saat pembacaan square level, pastikan bahwa gelembung sudah benar-
benar diam
3. Saat melakukan pengukuran, meja yang diukur jangan diberi pembebanan

Laboratorium Metrologi Industri

Anda mungkin juga menyukai