Anda di halaman 1dari 8

PSAK 14 Persediaan (Reformat 2007)

19-09-2008 11:01

Tujuan Pernyataan ini adalah merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem
biaya historis. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah jumlah biaya yang harus
diakui sebagai aset dan konversi selanjutnya sampai pendapatan yang

bersangkutan diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman praktis dalam penentuan biaya dan
pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunannya menjadi nilai realisasi
bersih (net realizable value). Pernyataan ini juga menyediakan pedoman rumus biaya yang
digunakan untuk membebankan biaya pada persediaan.

Persediaan adalah aset:


(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
(b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
(c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.

Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih rendah (the
lower of cost and net realizable value).

Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:


(a) biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu; atau
(b) biaya operasi, yang dapat diterapkan pada pendapatan, diakui sebagai beban
selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakikatnya.

Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan
A. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 14 (Revisi 2008)

PSAK 14 (Revisi 2008) ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periodeang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Ruang lingkupnya terlihat pada Tabel II.21.
PSAK ini berbeda dengan PSAK-PSAK lainnya karena sejak revisi 2008 PSAK ini telah
mengadopsi standar akuntansi internasional, IAS 2 (2003): Inventories. Sementara itu, IAS 2
(2003) tersebut
tidak mengalami perubahan sampai dengan diterbitkannya IFRS yang berlaku mulai 1 Januari
2009.Hal ini terlihat dalam buku IFRS as issued at 1 January 2009 hal. 982 (IASFC, 2009).

Tabel II.21 Tujuan & Ruang Lingkup PSAK 14 (Revisi 2008)

Perihal Deskripsi
PSAK 14 (Revisi 2008) mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan.
Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya
yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut
sampai pendapatan terkait diakui.
PSAK 14 (Revisi 2008) menyediakan panduan dalam menentuan biaya dan
Tujuan
pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai
realisasi neto.
PSAK 14 (Revisi 2008) juga memberikan panduan rumus biaya yang digunakan
untuk menentukan biaya persediaan.

PSAK 14 (Revisi 2008) diterapkan untuk semua persediaan, kecuali:


a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk
kontrak jasa yang terkait langsung (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak
Konstruksi);
b) persediaan yang terkait dengan real estat (lihat PSAK 44: Akuntansi Aktivitas
Perkembangan Real Estat);
c) instrumen keuangan (lihat PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan
Pengungkapan dan PSAK Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
d) aset biolojik terkait dengan hasil hutan (lihat PSAK 32: Akuntansi Kehutanan);
Ruang dan
lingkup e) hasil tambang umum dan hasil tambang minyak dan gas bumi (lihat PSAK 33:
Akuntansi Pertambangan Umum dan PSAK 29: Akuntansi Minyak dan Gas
Bumi).
PSAK 14 (Revisi 2008) tidak berlaku untuk pengukuran persediaan bagi pialang-
pedagang komoditi yang mengukur persediaannya pada nilai wajar setelah
dikurangi biaya untuk menjual, sesuai dengan praktik yang berlaku pada industri.
Ketika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk
menjual, maka perubahan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual
diakui dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya

Sumber: Paragraf 1-3 PSAK 14 (Revisi 2008) (IAI, 2008) dan IAS 2 (IASCF, 2009)
B. Konsep Utama

Persediaan didefinisikan dalam paragraf 5 PSAK 14 (Revisi 2008) sebagai aset:

(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;


(b) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
(c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.

Contoh persediaan menurut paragraf 7 dan 18 PSAK 14 (Revisi 2008) adalah:

barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali,


pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.
barang jadi yang diproduksi,
barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi,
bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
biaya jasa seperti biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung
menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang dapat
diatribusikan dan entitas belum mengakui pendapatan yang terkait dengan biaya jasa
tersebut (lihat PSAK 23: Pendapatan).

C. Perlakuan Akuntansi

Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah
(paragraf 8 PSAK 14 (Revisi 2008)). Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian,biaya
konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
rincian penjelasan dari unsur biaya persediaan terlihat pada Tabel II.22. Sementara itu, nilai
realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya
penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.

Tabel II.22 Pengukuran Persediaan dalam PSAK 14 (Revisi 2008)

Perihal Deskripsi
Biaya pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak
lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas
kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan,dan biaya
lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang
jadi, bahan,dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa
Unsur biaya
dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. [par.10]
persediaan
Biaya konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung.
Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel
yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead
produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif
konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti
penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya
manajemen dan administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah
biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau
hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti
bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung [par.11]
Biaya lain
Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang
biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi
saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk
memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk
untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan. [par.14]

Biaya standar
Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan
perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya
standar di-review secara reguler dan, jika diperlukan, direvisi sesuai
Teknik
dengan kondisi terakhir. [par.19]
pengukuran
Metode eceran
biaya
Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai
persediaan
persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan
memiliki marjin yang sama saat tidak praktis untuk menggunakan
metode penetapan biaya lainnya. [par.20]

Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan
barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang
dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan
berdasarkan identifikasi spesifik terhadap biayanya masing masing
[par.21]
Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 21, harus
Rumus biaya
dihitung dengan menggunakan rumus (1) biaya masuk pertama keluar
persediaan
pertama (MPKP) atau first in first out (FIFO) atau (2) ratarata
tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap
semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk
persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan
biaya yang berbeda diperkenankan. [par.23]

Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika persediaan


rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau harga jualnya
telah menurun. [par.26]
Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya
Nilai realisasi
penyelesaian atau estimasi biaya untuk membuat penjualan telah
neto
meningkat. [par.26]
Praktek penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai
realisasi neto konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak
dinyatakan melebihi perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari
penjualan atau penggunaannya. [par.26]

- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/154/psak-14-


persediaan.html#sthash.l2XkEsii.dpuf
Metode Pencatatan Persediaan

Metode Pencatatan Persediaan

Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi.
Dalam neraca perusahaan dagang, persediaan pada umumnya merupakan nilai yang paling
signifikan dalam aset lancar. Dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting dalam
menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu. Metode pencatatan persediaan
pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu metode periodik (sistem fisik) dan metode
perpetual.

A. Metode Fisik (sistem periodik)

Selama ini, metode pencatatan yang dipelajari untuk persediaan barang dagang, dapat di
ikhtisarkan sebagai berikut :
Disediakan satu akun yang disebut Persediaan Barang Dagang dalam buku besar perusahaan.
Akun ini digunakan untuk mencatat persediaan barang dagang yang ada di awal dan akhir
periode. Persediaan barang dagang yang ada di awal dan akhir periode itu sendiri ditentukan
dengan jalan melakukan perhitungan fisik terhadapnya. Pencatatan untuk persediaan awal dan
akhir dilakukan dengan membuat jurnal penyesuaian. Akun lawan untuk jurnal penyesuaian
persediaan adalah Ikhtisar Laba Rugi.
Disediakan satu set akun yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi pembelian barang
dagang serta transaksi-transaksi lain yang berhubungan dengannya. Misalnya, transpor
pembelian, potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Saldo dari set
akun ini bila digabungkan akan merupakan pembelian bersih.

Harga pokok penjualan selama periode tertentu dihitung dengan menggunakan secara
berikut :

Persediaan barang dagang pada awal periode


+
Pembelian bersih selama periode
=
Persediaan tersedia dijual
-
Persediaan pada akhir periode
=
Harga pokok penjualan

Sistem pencatatam ini disebut sistem periodik (periodic method). Metode pencatatan lain untuk
persediaan adalah yang disebut metode perpetual atau metode saldo permanen (perpetual
method) yang diterangkan sebagai berikut.

B. Metode saldo permanen (perpetual method)


Dalam sistem saldo permanen tidak disediakan akun pembelian dan akun-akun lain yang
berhubungan dengannya. Pembelian barang dagang langsung dicatat ke akun persediaan. Harga
pokok penjualan tidak dihitung secara periodik, tetapi dihitung dan dicatat setiap kali terjadi
transaksi. Untuk ini, dibuat satu akun tersendiri yaitu: Harga pokok penjualan. Akun persediaan
barang dagang dalam metode saldo permanen digunakan untuk mencatat persediaan yang ada di
awal periode, pembelian yang dilakukan selama periode,penjualan yang dilakukan semala
periode dan persediaan yang ada di akhir periode. Misalnya, apabila pada tanggal 14 Januari
200A terdapat pembelian tunai barang A sebanyak 1.000 unit dengan harga Rp 50 per unit maka
ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(D) Persediaan barang dagang 50.000


(K) Bank/Kas 50.000

Apabila digunakan metode periodik, sisi debit dari ayat jurnal tersebut di atas adalah akun:
Pembelian. Apabila terjadi penjualan, maka pengurangan persediaan yang diakibatkan langsung
dicatat. Pengurangan persediaan ini, pada hakikatnya merupakan penambahan harga pokok
penjualan, yang nilainya ditentukan oleh metode penetapan harga pokok yang dipakai.
Anggaplah bahwa pada tanggal 15 Januari 200A terjadi penjualan tunai barang A sebanyak 800
unit dengan harga jual Rp 75 per unit. Untuk sementara anggaplah barang-barang yang dijual
adalah barang-barang yang dibeli pada tanggal 14 Januari 200A tersebut di atas. Ayat jurnal
untuk mencatat penjualan jadi tampak seperti terlihat sebagai berikut :
(1)
(D) Bank/Kas 60.000
(K) Penjualan 60.000

(2)
(D) Harga pokok penjualan 50.000
(K) Persediaan barang dagang 50.000

Dapat dilihat bahwa dalam sistem periodik ayat jurnal (2) tersebut di atas tidak dibuat. Harga
pokok penjualan dalam sistem periodik dihitung secara berkala pada akhir periode akuntansi,
bukan pada setiap terjadi penjualan. Ayat jurnal (1) merupakan ayat jurnal yang biasa dibuat
untuk penjualan. Ayat jurnal ini dibuat baik pada sistem periodik maupun saldo permanen.

Kartu stok

Dalam metode saldo permanen setiap jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang disebut
kartu stok atau kartu persediaan (stock card). Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis
barang yang ada, disebut buku stok atau buku persediaan. Ada tiga hal yang dicatat dalam kartu
stok, yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu transaksi.
Kartu stok menyediakan tiga kolom untuk hal tersebut. Masing-masing kolom dibagi dalam tiga
sub kolom yang berisi: banyaknya unit (kuantitas), harga pokok/unit dan jumlah (kuantitas
dikalikan harga pokok/unit). Tiap transaksi dicatat kuantitas barangnya, harga pokok/unit
jumlah nilainya.

Penambahan dalam kartu stok, biasanya berasal dari pembelian barang dagang. Di samping
pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal dari penjualan retur. Pengurangan
dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari penjualan barang dagang. Pengurangan dapat juga
terjadi dari pembelian retur.

sumber:ilmuekonomi
Diposkan oleh SISTEM-AKUNTANSI di 04.37
Label: Metode Persediaan, SA-Persediaan

Anda mungkin juga menyukai