Anda di halaman 1dari 7

TELAH KEPUSTAKAAN

Pengaruh Hormon terhadap Akne Vulgaris


(Hormone Influence in Acne Vulgaris)
Marina Rimadhani, Rahmadewi
Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

ABSTRAK
Latar belakang: Akne vulgaris (AV) merupakan salah satu kelainan kulit yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Hormon diketahui memiliki peran penting dalam perkembangan akne, namun banyak hal yang masih belum terjawab tentang
mekanisme hormon terhadap akne. Tujuan: Memberikan informasi peran hormon pada akne terutama pada kelenjar sebasea
sehingga klinisi dapat memberikan edukasi dan penanganan lebih baik kepada pasien. Telaah kepustakaan: Hormon androgen
yang berperan penting pada perkembangan terjadinya akne adalah dehidrotestosteron (DHT), testosteron, prekusor
adrenaldehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS), hormon lainnya seperti glukokortikoid, estrogen, progesteron, dan insulin.
Simpulan: Hormon memiliki peran penting dalam pembentukan AV, namun multifaktor lainnya harus dipertimbangkan. Edukasi
dan kepedulian pasien terhadap akne merupakan kunci keberhasilan terapi.

Kata kunci: akne vulgaris, hormon, multifaktor.

ABSTRACT
Background: Acne vulgaris (AV) is the one of most common skin condition observed in the medical community. Although
hormones are important in the development of acne, many questions remain uncertain regarding the mechanisms by which
hormones exert their effects. Purpose: To provide information on the role of hormone in acne, especially on the sebaceous glands.
So that clinicians can better educate patients and optimal patient management. Reviews: Androgens play a key role in the
development of acne, such as dihydrotestosterone (DHT), testosterone, the adrenal precursor dehydroepiandrosterone sulfate
(DHEAS), and also other hormones, including glucocorticoid,estrogen, progesterone, and insulin. Conclusions: Hormones have
an important role in the formation of the AV yet as a multifactorial other clinicians should be considered. Education and patient
care to its AV is the key to the success of therapy.

Key words: acne vulgaris, hormones, multifactor.

Alamat korespondensi: Marina Rimadhani, Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.6-8 Surabaya
60131, Indonesia. Telepon: +62315501609, e-mail: rimadhani@yahoo.com

218
Telaah Kepustakaan Pengaruh Horman terhadap Akne Vulgaris

1
pubertas sebagai akibatperubahanhormonal. mengakibatkan hiperplasia dan hipertrofi kelenjar
Mudahnya mengenali tanda klinis awal AV sebasea sehingga memproduksi sebum lebih banyak.
mengakibatkan penyebabAVyang multifaktorial sering Sebum mengandung trigliserida, kolesterol, dan
terabaikan terutama faktor hormonal. Prevalensi kasus dikatakan dapat meproduksi asam lemak bebas sendiri.
AV di Divisi Kosmetik Medik Unit Rawat Jalan (URJ) Asam.lem.ak bebas akan merangsang k.olonisasi bakteri
12
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo sehingga teijadi inflamasi.5' Patogenesis ketiga yaitu
Surabaya pada tahun 2008-2010 sebesar55,6% peranan P.acne yang merupakan bakteri gram positif,
7
menyatakan hormon memengaruhi timbulnya akne. anaerob atau mikroaerob yang terletak pada folikel
Makalah ini bertujuan untuk membahas macam-macam sebasea. P.acne akan mengeluarkan enzim lipase yang
hormon yang berperan terhadap patogenesis AV, mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas
perkembangan terbaru patogenesis AV, dan penyebab sehingga merangsang kolonisasi bakteri dan
4
multifaktorial yang mendasari, sehingga diharapkan inflamasi. '5'13 Patogenesis keempat, inflamasi
klinisi dapat mengedukasi pasien dengan baik, mikrokomedo berisi kantong keratin, sebum, dan
menurunkan angka kekambuhan, penanganan kasus bakteri yang menyebabkan dinding pecah dan teijadi
akne dapat lebih optimal, dan meningkatkan kepuasan inflamasi. Terdapat peran enzim matrix
pasien. meta/loproteinase (MMP) yang akan memicu pecahnya
kantong keratin dan te:tjadi inflamasi lebih hebat. Peran
TELAAH KEPUSTAKAAN fisiologis MMP berfungsi sebagai matrix remodelling
AV merupakan kelainan kelenjar unit pilosebasea, terutama pada proses inflamasi dan proliferasi kulit,
85-100% manusia pasti pernah mengalami AV dalam yang bersifat kemotaktik pada sitokin proinflamasi
5
hidupnya. AV dapat muncul pada bayi oleh karena sehingga memperburuk inflamasi yang sudah teijadi
pengaruh androgen maternal,namun akne paling sering pada ak:ne.4.S.s
muncul pertama kali saat pubertas hingga lebih dari Meningkatnya produksi sebum dalam patogenesis
dekade ke-3.15" .s AV disebabkan oleh peningkatan kadar androgen dalam
Unit pilosebasea terdiri dari empat bagian yaitu darah, sehingga penting sekali memahami fisiologis
folikel rambut, folikel infundibulum keratinosit, duktus kelenjar sebasea. Perkembangan kelenjar sebasea
sebasea, dan kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea dimulai pada kehidupan janin usia 13-15 minggu,
ditemukan di seluruh tubuh, kecuali telapak tangan dan produksi sebum pertama kali pada janin berusia 17
kaki, paling banyak terdapat di kulit kepala dan minggu. Kelenjar sebasea merupakan kelenjar pertama
9 10 11
wajah. " ' Jumlah kelenjar sebasea tetap sama yang dihasilkan tubuh manusia dan terbentuk pada
sepanjang kehidupan, sedangkan ukurannya bertambah trimester akhir kehamilan. Sebum merupakan bahan
10 11
besar sejalan bertambahnya usia. ' Perkembangan dan utama verniks kaseosa yang secara progresif
fungsi kelenjar sebasea pada periode fetal dan neonatal melindungi janin. Teijadi peningkatan ekskresi sebum
diregulasi oleh androgen maternal melalui sintesis pada jam pertam.a setelah lahir dan puncaknya pada
14
steroid endogen.6"9 Fungsi kelenjar sebasea adalah minggu pertama. Hal itu dipengaruhi oleh androgen
10
mengekskresikan sebum. Pasien dengan akne maternal dan steroid endogen. Hormon maternal
mempunyai kelenjar sebasea yang lebih besar dan penting untuk merangsang terbentuknya hormon
memproduksi lebih banyak sebum daripada orang yang androgen yang memengaruhi produksi sebum melewati
6
tanpa akne. plasenta. Produksi sebum menjadi mandiri, tingkat
Patogenesis AV yang pertama adalah hiper- sebum pada permukaaan kulit sama dengan dewasa
proliferasi keratinosit yaitu peningkatan kohesi muda, kemudian ekskresi sebum meningkat lagi pada
keratinosit karena hiperkeratotik pada epitel folikel saat pubertas dengan pengaruh growth hormone (GH)
rambut dan infundibulum menyebabkan sumbatan dan menurun pada saat tua karena proliferasi dan
6
osteum folikel sehingga teijadi kantong dan teijadi diferensiasikelenjar sebasea lebih lambat pada usia tua.
dilatasi membentuk mikrokomedo. Faktor pencetusnya Setiap satu kelenjar sebasea didapatkan variasi
adalah stimulasi androgen, penurunan asam linoleik, dalam diferensiasi dan kematangan sel sebosit.Sintesis
dan peningkatan IL-l a.4' 5 Patogenesis kedua, dan penambahan lipid dalam sel sebosit memakan
peningkatan produksi sebum yang disebabkan oleh waktu lebih dari 1 minggu dan tum over kelenjar
peningkatan kadar androgen dalam darah sebasea lebih lambat pada orang tua. Salah satufungsi

219
BIKKK - Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin - Periodical of Dermatology and Venereology Vol. 27 / No. 3 / Desember 2015

Hypothalamus
LHRH

LH
Amterior Pituitary ACTH

Adrenal Gland Ovary


Estradiol DHEA
Androstenedione Androstenedione

SKIN
Steroid
DHEAS DHEA ANDROSTENEDIONE
Sulfatase 3B-HSD
17B-HSD

TESTOSTERONE
S-reductase Aromatase

17B-HSD
DIHYDROTESTERONE (DHTA) ESTRADIOL ESTRONE

11
Gambar 1. Regulasi dan sintesis androgen lokal.

220
Telaah Kepustakaan Pengaruh Hormon terhadap Akne Vulgaris

Hipothalamus
CRH Stres pada kulit
Hipofisis anterior

proopiomelanocortin derivatives

POMC

-MSH ACTH -lipotropin

-MSH CLIP -lipotropin -endorphin

-MSH

sintesa IL-8 dan IL-1

6
Gambar 2. Interaksi stes dengan neuropeptida.

221
berperan dalam menekan pertumbnban k:elenjar sebasea termasuk kortisol sehingga kortisol berlebihan dalam
atau produksi lipid dengan ikatan PPAR-y dengan tnbnb.'"' Hal itu didukung oleh penelitian yang
androgen menurun akibat proses negative feedback dilaknkan oleh Shibata dan kawan-kawan, yang
sehingga produksi sehnm dan asam lemak bebas menyatakan bahwa penambahan glukokortikoid seperti
menurun yang menyebabkan inflamasi ikut menurun." deksametason ke kultnr keratinosit manusia akan
Peran progesteron terhadap kelenjar sebasea telah meningkstkan ekspresi gen toll/ike receptor (TLR)-2.
menjadi bahan perdebatan, belum ada litemtur terlmit TLR-2 dalam keadaan normal tidak akan terekspresi.
AV dan kadar progesteron serum. Reseptor progesteron TLR-2 akan diekspresikan bersama dengan TLR-1 hila
terletak pada basal kemtinosit epidermis sedangkan terdeteksi bakteri atau virus. P.acne mengandung
progestin sintetik memiliki banyak fungsi yaitu sebagai peptidoglikan yang akan memicu ekspresi TLR-2 pada
antiandrogen, antimineralikortikoid, dan antigluko- kasus AV. Pada penelitian ini didapatkan apabila AV
kortikoid. Progesteron juga dianggap sebagai penyebab diberikan glukokortikoid dan diterima oleh
munculnya akne pada saat menstruasi selain karena glukokortikoid reseptor,maka akan mengaktifkan
hormon estrogen yang menunm pada fase luteal sildus MKP-1 yang akan memblok kerja P38 sehingga
menstruasi, juga didapatkan situkin pro inflamasi yaitu ekspresi TLR-2 bertambah."
IL-6 meningkat sehingga inflamasi yang terjadi lebih AV juga dimediasi oleh in.vulin like growth factor-
tinggi." ] (IGF-l)."'GF-1 meningkat selama pubertas akibat
Progesteron juga disebut sebagai penyebab peningkatan sekresi hormon pertumbnban (GH)."
munculnya jerawat pada kehamilan. Progesteron Reseptor IGF-1 dieksprestkan di kemtinosit epidermis
diperlukan untuk melindungi janin yang bertugas untuk dan sel sebosit matur." Hipofisis anterior akan
memberikan jaringan, damh, dan oksigen pada proses mensekresi banyak GH pada masa pertumbnban." GH
fisiologis kehamilan." Kadar progesteronyang tinggi akan disintesis di hepar dan diubah menjadi IGF-1 yang
akan meningkatkan kolesterol yang berakibat akan merangsang testis pada pria, ovarinm pada wanita,
meningkatnya sekresi sebum dan menstimulasi dan juga adrenal untuk memicu perubahan androgen
prolifemsi keratinosit, tetapi hal ini juga belum bisa noupoten menjadi lebih poten yaitu DHT serta
dibuktikan. Disamping itu progesteron juga dapat meningkstkan kepekaan reseptor androgen sehingga
mengbalangi terjadinya AV dangan progestin sintetik akne lebih mudab terbentuk." Makanan hiperglikemik
tctapi cfck progestin tidak didapatkan sccara langsung. dan susu juga mcmicu IGF-1 untuk mcrangsang
Penggunaan kombinasi dengan estrogen pada oral kelenjar sebosit menjadi hiperproliferasi, menghasiikan
kontrasepsi dapat meningkatkan supresi gonadotropin banyak lipid, danmaningkatkan inflamasi."
androgen dari ova.rian.11 '13 AV merupakan manifestasi ekspresi androgen.
Tubnb juga akan memproduksi kortisol pada kulit Keberadaan androgen dan reseptor androgen di unit
da1am keadaan noriiiJ!Il dengan stimulasi CRH yang pilosebasea merupakan jalur terjadinya AV. Pendekatan
menyebabkan hipofisis anterior menghasilkan POMC hormonal dalam penatalaksanaan AV wanita dewasa
bernpa rantai peptida panjang yang akan menyebabkan dapat dipertimbangkan hila terdapat kegagalan
ACTH memproduksi STAR dan sekresi kortisol pengobatan dengan terapi standar. AV disebabkan oleh
(Gambar 2).' Reseptor glukokortikoid terdapat pada multifaktnrial sehingga dihampkan para klinisi dapat
keratinosit basal, sel Langerhans, dan fibroblas dermis. mernahami hormon lain yang mempengaruhi terjadiAV,
Kortikosteroid baik topikal maupun sistemik yang akan berpengarnb dalam pemilihan tempi dan
mempermudah terjadinya ernpsi acneiform walaupun ednkasi. Progesteron pada kehamilan, makanan dengan
kortikosteroid sendiri memiliki efek imunosupresif atau kadar indeks glikemik tinggi, dan penggunaan
anti inflamasi." Peran glukokortikoid pada teljadinya kortikosteroid pada AV yang tidak tepat, akan dapat
AV adalah dengan proses negative feedbackyaitu ketika memicu terjadinyaAV.
tubuh sudab memiliki kortisol yang cukup maka tubnb
akan memberi perintah kepada CRH untuk KEPUSTAKAAN
mengbasilkan kortisollagi sehingga ksdar ACTH dan - 1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne
MSH turun, serta menyebabkan sitokin pro inflamasi vulgaris and acneiform eruptions. In:Goldsmith LA,
IL-8 dan IL-lmeningkst. Begitu juga dengan stres, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel! DJ,Wolf

222
B1KKK- Berka!a llmu Kesehatan Kulit dan Kelamin -Periodical of Dermatolog_v and honereolMy Vol. 27 :'No.3 I Dcscmbcr 2015
Te!aah Kepustakaan Pc:r:gamh Honnon tcrhadap Aknc Vulga1is
menurun. Mekanisme ketiga, mengatur gen yang pada saat stres tnbnh mengeluarkan banyak hormon
K,editors. Fitzpatrick's dermatology in general Eichenfield L. The acne contiouum: an age-based
medicine. 8ed. New York: Me Graw Hill; 2011. approach to therapy.Semin Cutan Med Surg 2011;
p.897-917. 30:s6-11.
2. Collier CN, Haerper CJ, Camtrell WC. The 15. Thiboutot RL, Deplewslri D, Kentis A. Ciletti N.
prevalence of acne in adults 20 years and older. J Mechanisms of androgen induction of sebocyte
AmAcadDermatol2007; 58:56-9. differentiation.Dermatology 1998: 196:43-6.
3. Olutunbi Y, Paley K, Joseph C.Adolescent female 16. LaiJ, ChangP,LaiK, ChenL, Chang C. The role of
acne: etiology and management. J Pediatr Adolesc androgen and receptor in skin related disorders.
Gynecol2008; 21:171-6. ArchDermatoiRes 2012; 304:499-510.
4. Thibontot D, Gollnick H, Bettoli V, Dreno B, Kang 17. Zouboulis C,Chen W, Thornton M, Qin K,
S, Leyden JJ,et a!. New insights into the Rosenfield R. Sexnal hormones in human skin.
management of acne: an update from the global Horm Metsb Res 2007;39:85-95.
alliance to improve outcomes in acne group. JAm 18. Thiboutot D.Acne: hormonal concepts and therapy.
AcadDermatol2009;60(5):sl-50. ClinDermatol2004;22:419-28.
5. Simpson NB, Cuuliffe WJ. Disorders of sebaceous 19. Harper JC. An update on the pathogenesis and
gland. ln:Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffith C, management of acne vulgaris.J Am Acad Dermato!
editors. Rook's textbook of dormatology. 8" ed. 2004; 51(1):36-8.
Massachusetts USA: Blackwell Publishing 20. Katsambas A, Dessinioti C. New and emerging
Company;2010.p.43.1-78. treatments in dermatology: acne. Dermathol Ther
6. Zonboulis CC.Acne and sebaceous gland function. 2008;21:86-95.
ClinDermatol2004; 22(5):360-6. 21. Djuanda E. Anti aging rahasia awet muda.
7. Ayndianti P, lndramaya D. Penderita bam akne Jakarta:Balai penerbit fakultas kedokteran
vulgaris di Divisi Kosmetik Medik URJ Kcschatan lndoncsia;2005.
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Sursbaya 22. AroraMK, Seth S, Dayal S. The relationship oflipid
periode 2008-2010.BIKKK2014; 20(1): 41-7. profile and menstrual cycle with acne vulgaris. Clin
8. Papakonstantioou E, AJetras AJ, Glass E, Tsogas P, Biochemistry2010; 43:1415-20.
Dionyssopoulos A, Adjaye J, et a!. Matrix 23. Zouhoulis CC, Seltmann H, Hiroi N, Chen W,
metalloproteinases of epithelial origin in facial Young M, Oeff M, et a!. Corticotropin releasing
sebum of patients with acne and their regulation by hormone: an autocrinc hormones that promotes
isotretinoin.J Invest Dermatol2005; 125:673-84. lipogenesis in human sebocytes. Proc NatiAcad Sci
9. Nelson A, Thiboutot D. Biology of sebaceous USA2002;99(10):7148-53.
glands. ln:Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, 24. Rossum E, Lambert S. Glucocorticoid resistance
Paller AS, Leffell DJ, WolffK, editors.Fitzpattrick's syndrome: a diagnostic and therapeutic
dermatology in general medicine.sed. New York: approach.Best Pract Res Clin Endocrinol Metab
McGraw Hill;201l :p.893-7. 2006;20(4):611-26.
10. Schneider M, Paus R. Sebocytes, multifaceted 25. Shibata M, Katsuyama M, Onodera T,Ehama R,
epithelial cells: lipid production and holocrine Hosoi J, Taganti H.Giucocorticoids enhance toll-
secretion.lnt JBiochem Biol2010;42(2):181-5. like receptor 2 expression in human keratinocytes
11. Ebede TL,Arch EL, Berson D. Hormonal treatment stimulated with Propionibacterium acnes or
of acne in women. J Clin Aesthetic Dermatol proinflamatory cytokines. J Invest Dcrmatol2009;
2009;2(12):16-22. 129:375-82.
12. Shaw JC.Acne:effect ofhormones on pathogenesis 26. Bodo CM,Gerd S. Role of insulin-like growth
and management. Am J Clin Dermatol factor- I, hyperglycaemic food, and milk
2002;3(8):571-8. consumption in the pathogenesis of acne
13. Arora M, Yadav A, Saini V. Role of hormones in vulgaris.Exp Dermatol2009;1:1-9.
acne vulgeris. Clin Biochemistry 2011; 444:1035- 27. RcbeccaCR,Stephenl,JamesYJ,FionaSA,Karola
40. SS, Peter P, et a!. Effect of the glycemic index of
14. Friedlander S, Baldwin H, Mancini A, Yan A, carbohydrates on acne vulgaris. Nutrients 2010;

223
B1KKK- Berka!a llmu Kesehatan Kulit dan Kelamin -Periodical of Dermatolog_v and honereolMy Vol. 27 :'No.3 I Dcscmbcr 2015

2:1060-72. 29. Edmonson SR, Thwniger SP, Werther GA, Wraight


28. Robyn NS, NeiUM, AnnaB, Henna M, George AV. CJ. Epidermal homeostasis: the role of the growth
A low-glycemic-load diet improves symptoms in factor systems. Endocr Rev 2003;24:737-64.
acne vulgaris patients: a randomized controlled
trial.AmJClinNutr2007;86:107-15.

224

Anda mungkin juga menyukai