Latar belakang. Pemberian cairan rehidrasi parenteral dapat mengatasi gangguan natrium (Na) dan kalium
(K) plasma pada anak dengan diare. Status nutrisi dapat mempengaruhi perbaikan gangguan Na dan K
plasma saat rehidrasi. Respon perbaikan kadar Na dan K plasma pada anak diare dengan status nutrisi
kurang dan buruk (NKB) berbeda dengan anak status nutrisi baik (NB)
Tujuan Menilai pengaruh status nutrisi terhadap kadar Na, K plasma, dan perubahannya pada saat dehidrasi
dan rehidrasi.
Metode. Penelitian potong lintang retrospektif terhadap data sekunder pasien diare yang dirawat di
Departemen IKA RSCM dengan rehidrasi mengunakan cairan KAEN 3B. Kelompok penelitian dibagi menjadi
kelompok nutrisi baik (NB) dan kelompok nutrisi kurang dan buruk (NKB). Jumlah subjek penelitian 32
pada setiap kelompok. Faktor perancu yaitu muntah, demam, terapi oralit, dan gambaran klinis diare.
Hasil. Status nutrisi BB/TB kelompok NB 105,1±10,7 dan kelompok NKB 78,2±12,0, dengan nutrisi buruknya
28,1%. Pada kelompok NB, kadar Na dehidrasi 135,4±8,17 meq/l, rehidrasi 138,6±6,73 meq/l, meningkat
3,2±8,70 meq/l. Pada kelompok NKB, kadar Na dehidrasi 134,3±7,12 meq/l, rehidrasi 132,2±5,23 meq/l,
menurun 1,8±6,14 meq/l. Pada kelompok NB, kadar K dehidrasi 3,6±0,86 meq/l, rehidrasi 3,9±0,81 meq/l,
meningkat 0,36±0,90 meq/l. Pada kelompok NKB, kadar K dehidrasi 3,7± 0,82 meq/l, rehidrasi 3,9±0,70
meq/l, meningkat 0,26±0,70 meq/l. Kesemuanya tidak berbeda bermakna (p>0,05) antara gizi baik atau kurang/
buruk. Dari semua variabel perancu muntah (p=0,009) dan komplikasi (p=0,026) yang tersebar tidak merata.
Kesimpulan. Tidak didapatkan perbedaan kadar Na dan K saat dehidrasi, rehidrasi, dan perubahannya
pada kelompok NB dan NKB (Sari Pediatri 2008;9(6):406-11).
Alamat korespondensi
Dr. Hasri Salwan, Sp.A., Staf fungsional Departemen IKA Universitas
Sriwijaya/ RS Muh. Husin. Jl Jend Sudirman KM 3,5 Palembang
Sumatera Selatan 30126. Telp. 0711 372832
P
enyakit diare dan nutrisi buruk merupakan energi, berlainan dengan KAEN 3B yang mengan-
salah satu penyebab utama kesakitan dan dung dektrosa 2,7%.5 Pemberian cairan rehidrasi
kematian pada anak di negara-negara parenteral dapat mengatasi gangguan Na dan K
berkembang. Pengelolaan diare yang dian- plasma pada anak dengan diare. Respon perbaikan
jurkan WHO telah berhasil mengurangi lebih dari kadar Na dan K plasma pada anak diare dengan
95% kematian oleh diare. Pemberian cairan me- status NKB berbeda dengan anak status NB.2 Perlu
rupakan langkah pertama dan terpenting dalam dilakukan penelitian untuk menilai pengaruh status
pengelolahan diare. Pemberian cairan dapat dilakukan nutrisi terhadap kadar Na dan K plasma serta
secara oral atau parenteral.1 perubahannya pada anak diare
Natrium dan Kalium merupakan elektrolit yang
penting bagi tubuh. Kadar Na dan K dapat mengalami
perubahan oleh beberapa keadaan, seperti gangguan Metode
diet, diare, nutrisi buruk, asidosis, alkalosis, gangguan
fungsi ginjal, dan lain-lain. 2 Diare menyebabkan Penelitian potong lintang retrospektif, data sekunder
hilangnya air dan elektrolit terutama Na dan K dalam diperoleh dari catatan medik pasien diare yang dirawat
jumlah besar sehingga mengakibatkan dehidrasi, di Departemen IKA RSCM/FKUI. Kriteria inklusi,
gangguan keseimbangan elektrolit, dan gangguan meliputi seluruh kasus diare dengan derajat dehidrasi
keseimbangan asam basa.1 ringan-sedang atau dehidrasi berat tanpa memandang
Natrium merupakan komponen utama elektrolit etiologi, mendapat cairan rehidrasi KAEN 3B,
cairan ektraselular (CES), berperan menjaga osmo- berumur 1 bulan atau lebih. Subjek tidak di-
laritas CES, yang berarti diperlukan untuk mem- ikutsertakan jika dijumpai penyakit ginjal, diabetes
pertahankan volume CES. Kadar Na mengalami militus, atau diabetes insipidus. Jumlah subjek minimal
perubahan pada diare dan gangguan nutrisi.1 Pasien yang diperlukan 32 pada masing-masing kelompok.
diare akut kehilangan Na dalam feses sekitar 50–98 Subjek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan status
mEq/l, sedangkan pada fase penyembuhan 34–46 nutrisi, (kelompok NB dan kelompok NKB) dan
mEq/l.3 Pada nutrisi buruk, kadar Na serum rendah, dinilai kadar Na, K plasma saat dehidrasi, saat rehidrasi,
tetapi kandungan total Na tubuh relatif tinggi karena dan perubahannya. Beberapa faktor yang diperkirakan
banyak Na masuk ke ruang intraseluler.2,4 sebagai perancu dijabarkan pada kedua kelompok dan
Kalium merupakan komponen utama elektrolit dinilai perbedaan penyebarannya.
cairan intraselular (CIS). Kadar K dalam CIS yang
tinggi merupakan pool K dalam tubuh. Walaupun
kadar K dalam CES rendah, tetapi kadarnya dapat Hasil
mencerminkan pool K tubuh. 1 Pasien diare akut
kehilangan K dalam feses sekitar 29–46 mEq/l, Selama Juli 2003 sampai Desember 2007 didapatkan
sedangkan pada fase penyembuhan meningkat menjadi 64 pasien diare. Jenis kelamin dan umur tersebar
37–65 mEq/l.3 Penurunan K total selain terjadi pada merata di kedua kelompok penelitian. Rerata status
diare, juga terjadi pada status nutrisi buruk.2,4 nutrisi BB/TB pada kelompok NB 105,1±10,7
WHO (World health organization) menganjur- berbeda bermakna (p=0,000) dibandingkan kelompok
kan pemakaian RL (ringer laktat) dalam mengatasi NKB 78,2±12,0. Distribusi karakteristik umum subjek
dehidrasi berat dan dehidrasi ringan sedang di saat penelitian tertera pada Tabel 1.
pemberian cairan peroral tidak memungkinkan, Beberapa faktor perancu dapat berasal dari
disertai oralit dan makanan yang kaya K setelah gambaran klinis, pemakaian oralit di rumah, dan
keadaan umum anak membaik.1 Di RSCM/FKUI penyakit diare. Pada Tabel 2 dan 3 tertera penyebaran
cairan yang dipakai adalah KAEN 3B, perbedaan faktor perancu pada kedua kelompok penelitian.
cairan KAEN 3B dan RL adalah kadar Na pada RL Pada Tabel 4 tertera kadar Na dan K plasma saat
(130 meq/l) lebih tinggi dibandingkan KAEN 3B dehidrasi, rehidrasi dan perubahannya pada kedua
(50 meq/l), sedangkan kadar K pada RL (4 meq/l) kelompok penelitian. Tabel 5 memperlihatkan
lebih rendah dibandingkan KAEN 3B (20 meq/l). distribusi jumlah status kadar elektrolit pada kedua
Perbedaan lain RL tidak mengandung sumber kelompok penelitian.
Tabel 1. Distribusi karateristik umum subjek penelitian pada kelompok NB dan kelompok NKB
Kelompok Subjek
Karakteristik p
NB (N=32) NKB (N=32)
Jenis kelamin / 16/16 15/17 1,000*
Umur, rerata (bulan): 15,0±29,39 12,1±14,79 0,620**
1–11 bulan />12 bulan 11/21 12/20 1,000*
Status Nutrisi (BB/TB): rerata 105,1±10,7 78,2±12,0 0,000**
Normal 90-110% 24(75,0%) 0,000*
Di atas normal 111-130% 8(25,0%)
Nutrisi kurang 70-<90% 23(71,9%)
Nutrisi buruk <70% 9(28,1%)
Ket: *:x2 test, ** t -test
Tabel 2. Distribusi subjek berdasarkan gambaran klinis dan pemakaian oralit pada kelompok NB dan kelompok NKB
Tabel 4. Kadar Na dan K plasma saat dehidrasi, rehidrasi, dan perubahannya pada kelompok NB dan kelompok NKB
Kelompok Subjek
Kadar elektrolit Kelompok NB Kelompok NKB p*
Kadar Rentang Kadar Rentang
Na dehidrasi (meq/l) 135,4±8,17 120–148 134,3±7,12 122–157 0,592
Na rehidrasi (meq/l) 138,6±6,73 126–157 132,2±5,23 125–145 0,117
Perubahan Na (meq/l) 3,2±8,70 -13–18 1,8±6,14 -12–15 0,468
K dehidrasi (meq/l) 3,6±0,86 1,7–4,9 3,7±0,82 2,0–5,0 0,624
K rehidrasi (meq/l) 3,9±0,81 2,4–5,8 3,9±0,70 1,8–5,2 0,987
Perubahan K (meq/l) 0,36±0,90 -1,5–2,2 0,26±0,70 -1,2–1,8 0,579
Keterangan: * t -test
Tabel 5. Distribusi kadar Na dan K saat dehidrasi, rehidrasi, dan perubahannya pada kelompok NB dan NKB
Kelompok Subjek
Distribusi Kadar Na dan K
(meq/l) Kelompok NB (n=32) Kelompok NKB (n=32)
Dehidrasi Rehidrasi Perubahan Dehidrasi Rehidrasi Perubahan
Hiponatremia (<135) 13 6 -7 17 10 -7
Normonatremia (135-150) 19 25 6 14 22 8
Hipernatremia (>150) 0 1 1 1 0 -1
Hipokalemia (<3,5) 14 9 -5 14 8 -6
Normokalemia (3,5-5,5) 18 22 4 18 24 6
Hiperkalemia (>5,5) 0 1 1 0 0 0
menjadi 2,7±0,52 meq/l saat rehidrasi 4 jam rehidrasi 3 jam pada 4 pasien (19,1%), dan 2 pasien
(p=0,000). Jonardi8 mendapatkan rerata kadar K saat setelah 24 jam (9,5%).
dehidrasi 3,74 meq/l (2,4–5,7 meq/l), saat rehidrasi Masih banyak perdebatan mengenai jenis cairan
3 jam 3,41 meq/l (1,8–5,4 meq/l), dan setelah 24 rehidrasi intravena pada pasien diare. Menurut Neville
jam 3,62 meq/l (2,4–4,8 meq/l). Kadar K pada RL dkk,13 pengobatan dehidrasi dengan larutan salin
rendah (4 meq/l) dibandingkan KAEN 3B (20 meq/ normal (NaCl 0,9%+2,5% dektrose) pada kasus
l). Oleh karena itu WHO/Depkes1 menganjurkan gastroenteritis lebih baik dibandingkan larutan salin
setelah keadaan memungkinkan segera memberikan hipotonik (NaCl 0,45%+2,5% dektrose) karena dapat
asupan oralit dan makanan yang mengandung K yang mengatasi hiponatremia tanpa kejadian hipernatremia.
tinggi. Disamping itu, integrasi dan fungsi-fungsi Eisenhut14 mengemukakan pemberian salin isotonik
ginjal, hormonal, saraf memerlukan waktu dalam dapat menyebabkan hiperkloremik asidosis. Penelitian
mempertahankan volume dan osmolaritas CES, meta-analisis Choong dkk15 mendapatkan larutan
seperti yang diperlihatkan pada penelitian Jonardi hipotonik meningkatkan risiko terjadi hiponatremia
setelah 24 jam rehidrasi kadar K meningkat. akut dan menyebabkan morbiditas yang lebih tinggi.
Hernawan dkk9 mendapatkan pemberian RL dapat Tidak ada larutan yang ideal (baik kecepatan dan
meningkatkan kadar K dari rerata 3,1 meq/l saat komposisi) untuk semua anak, tetapi larutan yang
dehidrasi (1,7–6,8 meq/l) menjadi 4,7 meq/l (2,1– isotonik atau mendekati isotonik lebih fisiologis dan
6,5 meq/l) saat rehidrasi setelah 7 jam. menjadi pilihan yang lebih aman pada fase akut
Perbaikan hiponatremia saat rehidrasi pada penyakit atau pada periode perioperatif. Hiponatremia
kelompok NB dan NKB terjadi pada masing-masing terjadi akibat keseimbangan positif dari pemberian
7 pasien (21,9%). Hipernatremia saat rehidrasi pada cairan bebas Na dan ketidakmampuan mensekresi urin
kelompok NB terjadi pada 1 pasien (3,1%) sedangkan yang hipotonik akibat sekresi ADH. Hormon ADH
pada kelompok NKB tidak ditemukan. Jadi, walaupun dikeluarkan jika terjadi keadaan hipovolumia dan
KAEN 3B mengandung Na rendah, masih dapat hipoosmolar, jika kedua keadaan tersebut terjadi
meningkatkan kadar Na (Tabel 4) pada pasien (Tabel bersamaan, maka ADH lebih merespon hipovolemia
5) kelompok NB dan mempertahankan kadar Na dengan akibat hipoosmolar semakin berat.15
(Tabel 4) dan meningkatkan jumlah pasien normo- Kekurangan penelitian retrospektif adalah
natremia (Tabel 5) pada kelompok NKB. Pada kelompok NKB memiliki rerata status nutrisi BB/TB
penelitian Jonardi,8 hiponatremia (130 meq/l) saat 78,2±12,0 (tidak mewakili gangguan nutrisi yang
dehidrasi terjadi pada 4 pasien (19,1%), saat rehidrasi berat), tidak dilakukan pengukuran kadar Na dan K
3 jam pada 1 pasien (4,7%), dan setelah 24 jam tidak urin dan feses, dan outcome lainnya selain kadar Na
ditemukan (0%). dan K pasca rehidrasi tidak diteliti. Efektifitas suatu
Perbaikan hipokalemia saat rehidrasi pada cairan dalam rehidrasi tidak hanya ditujukan pada
kelompok NB terjadi pada 5 pasien (15,6%) dan pada stabilitas kadar Na dan K, tetapi juga pada outcome
kelompok NKB pada 6 pasien (18,8%). Hiperkalemia yang lain, misalnya kecepatan mengatasi asidosis dan
saat rehidrasi pada kelompok NB terjadi pada 1 pasien gagal ginjal akut hilang.
(3,1%) dan tidak ditemukan pada kelompok NKB.
Walaupun KAEN 3B mengandung K yang tinggi
tetapi kejadian hipokalemia saat rehidrasi tetap lebih Kesimpulan dan Saran
sering terjadi dan hanya 1 pasien yang mengalami
hiperkalemia (5,8 mEq/l). Hal tersebut dapat difahami, Disimpulkan bahwa tidak ditemukan perbedaan kadar
karena untuk mengkoreksi keadaan hipokalemia perlu Na dan K saat dehidrasi dan saat rehidrasi serta
waktu 3 sampai 5 hari. Pada penelitian Ahmed dkk,12 perubahannya pada kelompok NB dan NKB.
pemberian oralit yang mengandung kalium 20 meq/l, Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan metode
K plasma turun secara signifikan (p<0,01) pada 24 prospektif, agar subjek mendapat perlakuan yang sama,
jam setelah dirawat dan masih tetap turun setelah 48 memiliki perbedaan status nutrisi yang ekstrim,
jam, walaupun pemberian oralit tetap diberikan. mempertimbangkan kadar Na dan K urin dan feses,
Jonardi,8 mendapatkan hipokalemia (2,5 meq/l) pada dan melihat outcome lainnya, mempergunakan desain
saat dehidrasi terjadi pada 2 pasien (9,5%), saat penelitian yang baik.