Anda di halaman 1dari 6

Gambaran Kadar Natrium dan Kalium Plasma

Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan


Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare yang
Dirawat Di Departemen IKA RSCM

Hasri Salwan*, Agus Firmansyah**, Aswitha Boediarso**, Badriul Hegar**, Muzal


Kadim**, Fatima Safira Alatas**
*Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
**Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Dr Cipto
Mangunkusumo, Jakarta

Latar belakang. Pemberian cairan rehidrasi parenteral dapat mengatasi gangguan natrium (Na) dan kalium
(K) plasma pada anak dengan diare. Status nutrisi dapat mempengaruhi perbaikan gangguan Na dan K
plasma saat rehidrasi. Respon perbaikan kadar Na dan K plasma pada anak diare dengan status nutrisi
kurang dan buruk (NKB) berbeda dengan anak status nutrisi baik (NB)
Tujuan Menilai pengaruh status nutrisi terhadap kadar Na, K plasma, dan perubahannya pada saat dehidrasi
dan rehidrasi.
Metode. Penelitian potong lintang retrospektif terhadap data sekunder pasien diare yang dirawat di
Departemen IKA RSCM dengan rehidrasi mengunakan cairan KAEN 3B. Kelompok penelitian dibagi menjadi
kelompok nutrisi baik (NB) dan kelompok nutrisi kurang dan buruk (NKB). Jumlah subjek penelitian 32
pada setiap kelompok. Faktor perancu yaitu muntah, demam, terapi oralit, dan gambaran klinis diare.
Hasil. Status nutrisi BB/TB kelompok NB 105,1±10,7 dan kelompok NKB 78,2±12,0, dengan nutrisi buruknya
28,1%. Pada kelompok NB, kadar Na dehidrasi 135,4±8,17 meq/l, rehidrasi 138,6±6,73 meq/l, meningkat
3,2±8,70 meq/l. Pada kelompok NKB, kadar Na dehidrasi 134,3±7,12 meq/l, rehidrasi 132,2±5,23 meq/l,
menurun 1,8±6,14 meq/l. Pada kelompok NB, kadar K dehidrasi 3,6±0,86 meq/l, rehidrasi 3,9±0,81 meq/l,
meningkat 0,36±0,90 meq/l. Pada kelompok NKB, kadar K dehidrasi 3,7± 0,82 meq/l, rehidrasi 3,9±0,70
meq/l, meningkat 0,26±0,70 meq/l. Kesemuanya tidak berbeda bermakna (p>0,05) antara gizi baik atau kurang/
buruk. Dari semua variabel perancu muntah (p=0,009) dan komplikasi (p=0,026) yang tersebar tidak merata.
Kesimpulan. Tidak didapatkan perbedaan kadar Na dan K saat dehidrasi, rehidrasi, dan perubahannya
pada kelompok NB dan NKB (Sari Pediatri 2008;9(6):406-11).

Kata kunci: Na, K, diare, nutrisi kurang dan buruk, anak.

Alamat korespondensi
Dr. Hasri Salwan, Sp.A., Staf fungsional Departemen IKA Universitas
Sriwijaya/ RS Muh. Husin. Jl Jend Sudirman KM 3,5 Palembang
Sumatera Selatan 30126. Telp. 0711 372832

406 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 6, April 2008


Hasri Salwan dkk: Kadar Natrium dan Kalium Plasma Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare

P
enyakit diare dan nutrisi buruk merupakan energi, berlainan dengan KAEN 3B yang mengan-
salah satu penyebab utama kesakitan dan dung dektrosa 2,7%.5 Pemberian cairan rehidrasi
kematian pada anak di negara-negara parenteral dapat mengatasi gangguan Na dan K
berkembang. Pengelolaan diare yang dian- plasma pada anak dengan diare. Respon perbaikan
jurkan WHO telah berhasil mengurangi lebih dari kadar Na dan K plasma pada anak diare dengan
95% kematian oleh diare. Pemberian cairan me- status NKB berbeda dengan anak status NB.2 Perlu
rupakan langkah pertama dan terpenting dalam dilakukan penelitian untuk menilai pengaruh status
pengelolahan diare. Pemberian cairan dapat dilakukan nutrisi terhadap kadar Na dan K plasma serta
secara oral atau parenteral.1 perubahannya pada anak diare
Natrium dan Kalium merupakan elektrolit yang
penting bagi tubuh. Kadar Na dan K dapat mengalami
perubahan oleh beberapa keadaan, seperti gangguan Metode
diet, diare, nutrisi buruk, asidosis, alkalosis, gangguan
fungsi ginjal, dan lain-lain. 2 Diare menyebabkan Penelitian potong lintang retrospektif, data sekunder
hilangnya air dan elektrolit terutama Na dan K dalam diperoleh dari catatan medik pasien diare yang dirawat
jumlah besar sehingga mengakibatkan dehidrasi, di Departemen IKA RSCM/FKUI. Kriteria inklusi,
gangguan keseimbangan elektrolit, dan gangguan meliputi seluruh kasus diare dengan derajat dehidrasi
keseimbangan asam basa.1 ringan-sedang atau dehidrasi berat tanpa memandang
Natrium merupakan komponen utama elektrolit etiologi, mendapat cairan rehidrasi KAEN 3B,
cairan ektraselular (CES), berperan menjaga osmo- berumur 1 bulan atau lebih. Subjek tidak di-
laritas CES, yang berarti diperlukan untuk mem- ikutsertakan jika dijumpai penyakit ginjal, diabetes
pertahankan volume CES. Kadar Na mengalami militus, atau diabetes insipidus. Jumlah subjek minimal
perubahan pada diare dan gangguan nutrisi.1 Pasien yang diperlukan 32 pada masing-masing kelompok.
diare akut kehilangan Na dalam feses sekitar 50–98 Subjek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan status
mEq/l, sedangkan pada fase penyembuhan 34–46 nutrisi, (kelompok NB dan kelompok NKB) dan
mEq/l.3 Pada nutrisi buruk, kadar Na serum rendah, dinilai kadar Na, K plasma saat dehidrasi, saat rehidrasi,
tetapi kandungan total Na tubuh relatif tinggi karena dan perubahannya. Beberapa faktor yang diperkirakan
banyak Na masuk ke ruang intraseluler.2,4 sebagai perancu dijabarkan pada kedua kelompok dan
Kalium merupakan komponen utama elektrolit dinilai perbedaan penyebarannya.
cairan intraselular (CIS). Kadar K dalam CIS yang
tinggi merupakan pool K dalam tubuh. Walaupun
kadar K dalam CES rendah, tetapi kadarnya dapat Hasil
mencerminkan pool K tubuh. 1 Pasien diare akut
kehilangan K dalam feses sekitar 29–46 mEq/l, Selama Juli 2003 sampai Desember 2007 didapatkan
sedangkan pada fase penyembuhan meningkat menjadi 64 pasien diare. Jenis kelamin dan umur tersebar
37–65 mEq/l.3 Penurunan K total selain terjadi pada merata di kedua kelompok penelitian. Rerata status
diare, juga terjadi pada status nutrisi buruk.2,4 nutrisi BB/TB pada kelompok NB 105,1±10,7
WHO (World health organization) menganjur- berbeda bermakna (p=0,000) dibandingkan kelompok
kan pemakaian RL (ringer laktat) dalam mengatasi NKB 78,2±12,0. Distribusi karakteristik umum subjek
dehidrasi berat dan dehidrasi ringan sedang di saat penelitian tertera pada Tabel 1.
pemberian cairan peroral tidak memungkinkan, Beberapa faktor perancu dapat berasal dari
disertai oralit dan makanan yang kaya K setelah gambaran klinis, pemakaian oralit di rumah, dan
keadaan umum anak membaik.1 Di RSCM/FKUI penyakit diare. Pada Tabel 2 dan 3 tertera penyebaran
cairan yang dipakai adalah KAEN 3B, perbedaan faktor perancu pada kedua kelompok penelitian.
cairan KAEN 3B dan RL adalah kadar Na pada RL Pada Tabel 4 tertera kadar Na dan K plasma saat
(130 meq/l) lebih tinggi dibandingkan KAEN 3B dehidrasi, rehidrasi dan perubahannya pada kedua
(50 meq/l), sedangkan kadar K pada RL (4 meq/l) kelompok penelitian. Tabel 5 memperlihatkan
lebih rendah dibandingkan KAEN 3B (20 meq/l). distribusi jumlah status kadar elektrolit pada kedua
Perbedaan lain RL tidak mengandung sumber kelompok penelitian.

Sari Pediatri, Vol. 9, No. 6, April 2008 407


Hasri Salwan dkk: Kadar Natrium dan Kalium Plasma Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare

Tabel 1. Distribusi karateristik umum subjek penelitian pada kelompok NB dan kelompok NKB
Kelompok Subjek
Karakteristik p
NB (N=32) NKB (N=32)
Jenis kelamin / 16/16 15/17 1,000*
Umur, rerata (bulan): 15,0±29,39 12,1±14,79 0,620**
1–11 bulan />12 bulan 11/21 12/20 1,000*
Status Nutrisi (BB/TB): rerata 105,1±10,7 78,2±12,0 0,000**
Normal 90-110% 24(75,0%) 0,000*
Di atas normal 111-130% 8(25,0%)
Nutrisi kurang 70-<90% 23(71,9%)
Nutrisi buruk <70% 9(28,1%)
Ket: *:x2 test, ** t -test

Tabel 2. Distribusi subjek berdasarkan gambaran klinis dan pemakaian oralit pada kelompok NB dan kelompok NKB

Gambaran klinis dan Kelompok NB (n=32) Kelompok NKB (n=32)


p*
Pemakaian oralit Ya Tidak Data (-) Ya Tidak Data (-)
Muntah 24 8 0 12 19 1 0,009
Riwayat demam/ panas 31 1 0 25 7 0 0,053
Pemakaian oralit 15 16 1 17 14 1 0,879
Keterangan: *:x2 test

Tabel 3. Gambaran penyakit diare pada kelompok NB dan kelompok NKB


Kelompok Subjek
Gambaran penyakit diare p
NB (N=32) NKB (N=32)
Lama diare di rumah (hari) 6,5±6,78 9.0±17,00 0,472**
Frekuensi b.a.b maks di rumah (kali/hari) 7,9±3,98 8,2±3,20 0,810**
Lama diare di rumah (hari) 6,5±6,78 9.0±17,00 0,472**
Jenis diare: akut/memanjang/persisten (kronis) 14/9/9 8/15/9 0,208*
Derajat dehidrasi: ringan-sedang/berat 13/19 12/20 1,000*
Jenis terapi rehidrasi: cepat/lambat 22/10 17/15 0,305*
Komplikasi: asidosis/ensefalopati/syok 17/4/8 9/1/7 0,026*
Keterangan: *x2 test , **t-test, b.a.b=buang air besar

Tabel 4. Kadar Na dan K plasma saat dehidrasi, rehidrasi, dan perubahannya pada kelompok NB dan kelompok NKB
Kelompok Subjek
Kadar elektrolit Kelompok NB Kelompok NKB p*
Kadar Rentang Kadar Rentang
Na dehidrasi (meq/l) 135,4±8,17 120–148 134,3±7,12 122–157 0,592
Na rehidrasi (meq/l) 138,6±6,73 126–157 132,2±5,23 125–145 0,117
Perubahan Na (meq/l) 3,2±8,70 -13–18 1,8±6,14 -12–15 0,468
K dehidrasi (meq/l) 3,6±0,86 1,7–4,9 3,7±0,82 2,0–5,0 0,624
K rehidrasi (meq/l) 3,9±0,81 2,4–5,8 3,9±0,70 1,8–5,2 0,987
Perubahan K (meq/l) 0,36±0,90 -1,5–2,2 0,26±0,70 -1,2–1,8 0,579
Keterangan: * t -test

408 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 6, April 2008


Hasri Salwan dkk: Kadar Natrium dan Kalium Plasma Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare

Tabel 5. Distribusi kadar Na dan K saat dehidrasi, rehidrasi, dan perubahannya pada kelompok NB dan NKB
Kelompok Subjek
Distribusi Kadar Na dan K
(meq/l) Kelompok NB (n=32) Kelompok NKB (n=32)
Dehidrasi Rehidrasi Perubahan Dehidrasi Rehidrasi Perubahan
Hiponatremia (<135) 13 6 -7 17 10 -7
Normonatremia (135-150) 19 25 6 14 22 8
Hipernatremia (>150) 0 1 1 1 0 -1
Hipokalemia (<3,5) 14 9 -5 14 8 -6
Normokalemia (3,5-5,5) 18 22 4 18 24 6
Hiperkalemia (>5,5) 0 1 1 0 0 0

Diskusi l (rentang 121–155 meq/l), menurun saat rehidrasi 136


meq/l (128–149 meq/l), dan setelah 24 jam meningkat
Beberapa faktor perancu yang dapat mempengaruhi menjadi 140,4 meq/l (133–149 meq/l). Hernawan dkk9
kadar Na dan K diuraikan pada kedua kelompok yang memberikan RL selama 7 jam mendapatkan hasil
penelitian, yakni muntah, demam, pemakaian oralit, saat dehidrasi kadar Na rerata 133 meq/l (117–160 meq/
dan gambaran penyakit diare. Sebagian besar variabel l) dan meningkat saat rehidrasi menjadi 136 meq/l (130–
tersebar merata di kedua kelompok penelitian, kecuali 148 meq/l). Tidak ada hubungan antara status nutrisi
muntah (p=0,009) dan komplikasi (p=0,026). Pada (p=0,468) pada perubahan kadar Na saat dehidrasi dan
kelompok NB, muntah lebih banyak terjadi (p=0,009) rehidrasi, walaupun pada kelompok NB terjadi
dibandingkan kelompok NKB, namun peneliti tidak peningkatan, dan kelompok NKB terjadi penurunan.
menelusuri lebih lanjut apa penyebabnya. Gejala Hasil yang sama didapatkan Caksen dkk10 bahwa tidak
muntah dapat dihubungkan dengan penyebab muntah ada perbedaan antara kadar Na plasma dengan derajat
yang lain seperti demam, diare akut, asidosis, dan malnutrisi dan lama diare (akut atau kronis). Cairan
ensefalopati yang terjadi pada kelompok NB. Pada KAEN 3B mengandung Na yang dapat meningkatkan
kelompok NB, komplikasi lebih banyak terjadi kadar Na saat rehidrasi pada kelompok NB, tetapi tidak
(p=0,009). pada kelompok NKB. Pada kelompok NKB, rehidrasi
Pada kelompok NB, kadar Na saat dehidrasi dengan cairan berkadar Na rendah perlu dilakukan
135,4±8,17 meq/l dan saat rehidrasi 138,6±6,73 meq/ karena pada NKB terutama yang berat terjadi
l, meningkat 3,2±8,70 meq/l. Pada kelompok NKB penurunan relatif kadar Na CES, sementara kadar Na
kadar Na saat dehidrasi 134,3±7,12 meq/l dan saat CIS lebih besar.4
rehidrasi 132,2±5,23 meq/l, menurun 1,8±6,14 meq/l. Pada kelompok NB, kadar K saat dehidrasi
Hadi 7 yang mempergunakan RL selama 4 jam 3,6±0,86 meq/l dan saat rehidrasi 3,9±0,81 meq/l,
mendapatkan penurunan kadar Na pada kelompok NB meningkat 0,36±0,90 meq/l. Pada kelompok NKB
dari 134,6±7,13 meq/l saat dehidrasi menjadi kadar K saat dehidrasi 3,7±0,82 meq/l dan saat
133,5±8,71 meq/l saat rehidrasi (p=0,453) dan pada rehidrasi 3,9±0,70 meq/l, meningkat 0,26±0,70 meq/
kelompok NKB penurunan lebih besar dari 129,2±6,01 l. Tidak ada perbedaan (p>0,05) pada kedua
meq/l saat dehidrasi menjadi 127,4±7,42 meq/l saat kelompok penelitian dalam hal kadar K dan
rehidrasi (p=0,097). Pada penelitian Hadi,7 kadar Na perubahannya pada saat dehidrasi dan saat rehidrasi.
dinilai saat rehidrasi 4 jam, sementara sistem kese- Kadar K pada kedua kelompok penelitian meningkat
imbangan air dan elektrolit dipertahankan melalui pada saat rehidrasi dibandingkan saat dehidrasi.
integrasi dan fungsi ginjal, hormonal, dan saraf yang Temuan ini bertentangan dengan hasil penelitian
memerlukan waktu 4–6 jam untuk bekerja. Mekanisme Hadi11 dan Jonardi8 yang mengunakan RL. Hadi11
keseimbangan untuk menjaga volume dan osmolaritas mendapatkan penurunan kadar K pada kelompok NB
CES. Dapat dilihat pada penelitian Jonardi 8 dan dari 3,9±0,63 meq/l saat dehidrasi menjadi 3,3±0,52
Hernawan dkk,9 Jonardi8 memberikan RL selama 3 jam meq/l saat rehidrasi 4 jam (p=0,000) dan pada
mendapatkan rerata kadar Na saat dehidrasi 134,6 meq/ kelompok NKB dari 3,6±0,69 meq/l saat dehidrasi

Sari Pediatri, Vol. 9, No. 6, April 2008 409


Hasri Salwan dkk: Kadar Natrium dan Kalium Plasma Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare

menjadi 2,7±0,52 meq/l saat rehidrasi 4 jam rehidrasi 3 jam pada 4 pasien (19,1%), dan 2 pasien
(p=0,000). Jonardi8 mendapatkan rerata kadar K saat setelah 24 jam (9,5%).
dehidrasi 3,74 meq/l (2,4–5,7 meq/l), saat rehidrasi Masih banyak perdebatan mengenai jenis cairan
3 jam 3,41 meq/l (1,8–5,4 meq/l), dan setelah 24 rehidrasi intravena pada pasien diare. Menurut Neville
jam 3,62 meq/l (2,4–4,8 meq/l). Kadar K pada RL dkk,13 pengobatan dehidrasi dengan larutan salin
rendah (4 meq/l) dibandingkan KAEN 3B (20 meq/ normal (NaCl 0,9%+2,5% dektrose) pada kasus
l). Oleh karena itu WHO/Depkes1 menganjurkan gastroenteritis lebih baik dibandingkan larutan salin
setelah keadaan memungkinkan segera memberikan hipotonik (NaCl 0,45%+2,5% dektrose) karena dapat
asupan oralit dan makanan yang mengandung K yang mengatasi hiponatremia tanpa kejadian hipernatremia.
tinggi. Disamping itu, integrasi dan fungsi-fungsi Eisenhut14 mengemukakan pemberian salin isotonik
ginjal, hormonal, saraf memerlukan waktu dalam dapat menyebabkan hiperkloremik asidosis. Penelitian
mempertahankan volume dan osmolaritas CES, meta-analisis Choong dkk15 mendapatkan larutan
seperti yang diperlihatkan pada penelitian Jonardi hipotonik meningkatkan risiko terjadi hiponatremia
setelah 24 jam rehidrasi kadar K meningkat. akut dan menyebabkan morbiditas yang lebih tinggi.
Hernawan dkk9 mendapatkan pemberian RL dapat Tidak ada larutan yang ideal (baik kecepatan dan
meningkatkan kadar K dari rerata 3,1 meq/l saat komposisi) untuk semua anak, tetapi larutan yang
dehidrasi (1,7–6,8 meq/l) menjadi 4,7 meq/l (2,1– isotonik atau mendekati isotonik lebih fisiologis dan
6,5 meq/l) saat rehidrasi setelah 7 jam. menjadi pilihan yang lebih aman pada fase akut
Perbaikan hiponatremia saat rehidrasi pada penyakit atau pada periode perioperatif. Hiponatremia
kelompok NB dan NKB terjadi pada masing-masing terjadi akibat keseimbangan positif dari pemberian
7 pasien (21,9%). Hipernatremia saat rehidrasi pada cairan bebas Na dan ketidakmampuan mensekresi urin
kelompok NB terjadi pada 1 pasien (3,1%) sedangkan yang hipotonik akibat sekresi ADH. Hormon ADH
pada kelompok NKB tidak ditemukan. Jadi, walaupun dikeluarkan jika terjadi keadaan hipovolumia dan
KAEN 3B mengandung Na rendah, masih dapat hipoosmolar, jika kedua keadaan tersebut terjadi
meningkatkan kadar Na (Tabel 4) pada pasien (Tabel bersamaan, maka ADH lebih merespon hipovolemia
5) kelompok NB dan mempertahankan kadar Na dengan akibat hipoosmolar semakin berat.15
(Tabel 4) dan meningkatkan jumlah pasien normo- Kekurangan penelitian retrospektif adalah
natremia (Tabel 5) pada kelompok NKB. Pada kelompok NKB memiliki rerata status nutrisi BB/TB
penelitian Jonardi,8 hiponatremia (130 meq/l) saat 78,2±12,0 (tidak mewakili gangguan nutrisi yang
dehidrasi terjadi pada 4 pasien (19,1%), saat rehidrasi berat), tidak dilakukan pengukuran kadar Na dan K
3 jam pada 1 pasien (4,7%), dan setelah 24 jam tidak urin dan feses, dan outcome lainnya selain kadar Na
ditemukan (0%). dan K pasca rehidrasi tidak diteliti. Efektifitas suatu
Perbaikan hipokalemia saat rehidrasi pada cairan dalam rehidrasi tidak hanya ditujukan pada
kelompok NB terjadi pada 5 pasien (15,6%) dan pada stabilitas kadar Na dan K, tetapi juga pada outcome
kelompok NKB pada 6 pasien (18,8%). Hiperkalemia yang lain, misalnya kecepatan mengatasi asidosis dan
saat rehidrasi pada kelompok NB terjadi pada 1 pasien gagal ginjal akut hilang.
(3,1%) dan tidak ditemukan pada kelompok NKB.
Walaupun KAEN 3B mengandung K yang tinggi
tetapi kejadian hipokalemia saat rehidrasi tetap lebih Kesimpulan dan Saran
sering terjadi dan hanya 1 pasien yang mengalami
hiperkalemia (5,8 mEq/l). Hal tersebut dapat difahami, Disimpulkan bahwa tidak ditemukan perbedaan kadar
karena untuk mengkoreksi keadaan hipokalemia perlu Na dan K saat dehidrasi dan saat rehidrasi serta
waktu 3 sampai 5 hari. Pada penelitian Ahmed dkk,12 perubahannya pada kelompok NB dan NKB.
pemberian oralit yang mengandung kalium 20 meq/l, Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan metode
K plasma turun secara signifikan (p<0,01) pada 24 prospektif, agar subjek mendapat perlakuan yang sama,
jam setelah dirawat dan masih tetap turun setelah 48 memiliki perbedaan status nutrisi yang ekstrim,
jam, walaupun pemberian oralit tetap diberikan. mempertimbangkan kadar Na dan K urin dan feses,
Jonardi,8 mendapatkan hipokalemia (2,5 meq/l) pada dan melihat outcome lainnya, mempergunakan desain
saat dehidrasi terjadi pada 2 pasien (9,5%), saat penelitian yang baik.

410 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 6, April 2008


Hasri Salwan dkk: Kadar Natrium dan Kalium Plasma Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare

Daftar Pustaka 8. Jonardi. Pengobatan rehidrasi parenteral cepat pada diare


akut dehidrasi berat. Studi observasional analitik. Tesis.
1. Sunoto, Soeparto PSW, Soenarto Y, Ismail R. Buku Jakarta: Bagian IKA FKUI; 1990.
ajar diare. Jakarta: Dep Kes RI Ditjen PPM & PLP; 9. Hermawan, Sunoto, Pusponegoro TS. Treatment of
1990. acute infantile gastroenteritis dehydration acidosis with
2. Hansen JD, Pettifor JM. Prfotein energy malnutrition. Ringer’s lactate and glucose-electrolyte solution. Pediatr
Dalam: McLaren DS, Burman D, Belton NR, Williams Indones 1978;18:83-9
AF. Textbook of paediatric nutrition. Edinburgh: 10. Caksen H, Odaba D, Sar S. Hyponatremic dehydration:
Churchill Livingstone; 1991. h. 357-90. an analysis of 78 cases. Intr Urol Nephr 2001;33:445-8.
3. Santosham M, Greenough WB. Treatment of dehydra- 11. Hadi. Kadar kalium darah pada penderita diare akut
tion and oral rehydration therapy. Dalam: Gracey M. dehidrasi berat yang direhidrasi dengan cairan ringer
Diarrhea. Boston: CRC Press; 1991. h. 185-209. laktat. Tesis. Palembang: Bagian IKA FK UNSRI; 1999.
4. Ashworth A, Khanum S, Jackson A, Schofield C. Guide- 12. Ahmed ASM, Islam MR, Kabir I. Efficacy of oral
lines for the inpatients treatment of severely malnour- rehidration in correcting serum potassium deficit of chil-
ished children. WHO; 2003. dren with acute diarrhea in Bangladesh. J Trop Pediatr 1988;
5. Anonim. Pedoman cairan infuse. Edisi revisi IX. Jakarta: 34:24-27.
PT Otsuka Indonesia; 2007. 13. Neville KA, Verge CF, Rosenberg AR, Meara MW, Walker
6. Khine ZT, Maung KU, Khin M, Myint YY, Thi M, May JL. Isotonic is better than hypotonic saline for intravenous
KK. Sodium balance during acute diarrhea in malnour- rehidration of children with gastroenteritis: a prospective
ished children. J Tropic Pediatr 1993;38:153-7. randomized study. Arch Dis Child 2006;91:226-32.
7. Hadi SF. Spektrum kadar natrium darah sebelum dan 14. Eisenhut M. Adverse effects of rapid isotonic saline in-
sesudah direhidrasi menggunakan ringer laktat pada fusion. Arch Dis Child 2006;91:797.
penderita gastroenteritis akut dehidrasi berat dan 15. Choong K, Kho ME, Menon K, Bohn. Hypotonic ver-
hubungannya dengan status nutrisi. Tesis. Palembang: sus isotonic saline in hospitalized children: a systematic
Bagian IKA FK UNSRI; 2000. review. Arch Dis Child 2006;91:826-35.

Sari Pediatri, Vol. 9, No. 6, April 2008 411

Anda mungkin juga menyukai