Anda di halaman 1dari 23

A.

Pengertian Omfalokel
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar
pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh
kulit.Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran.Usus terlihat dari luar melalui
selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus
besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan
kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter
beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas.Organ yang
menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah
terinfeksi.Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa
sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup
dapat direntang untuk memungkinkan penempatan kembali isi
abdomen.Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti
silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong masuk secara
bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu.(Pincus Eatzel
dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta).

B. Etiologi.
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai
sekarang.Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan
terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok
pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan
genetik serta polihidramnion.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut
berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur kehamilan
kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omfalokel
paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih
sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto
Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah
terjadi kelainan struktural pada fetus.Bila suatu kelainan didapati bersamaan
dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak
kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.

C. Tanda dan Gejala Omfalokel.


Omfalokel yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu lahir ditutup
oleh peritonium, selai Warton dan selaput amnion.Hernia umbilikalis biasanya
tanpa gejala, jarang yang mengeluh nyeri.Banyaknya usus dan organ perut lainnya
yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di
pusar.Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika
lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.

D. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada
salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini
menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak
tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai
anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan
dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya,
usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam
kehidupan intrauterine.Usus juga tampak pendek.Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan
dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat
berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan
kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-
usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada
waktu pembedahan.
7. Embriogenesis. Pada janin usia 5 6 minggu isi abdomen terletak di luar
embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen
abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila
proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi
usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan
lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari
luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan
umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan
amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.

E. Manifestasi Klinis.
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar.
2. Penonjolan pada isi usus.
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

F. Klasifikasi.
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel
berikut tergantung pada besarnya lubang di pusar.Jika lubangnya kecil mungkin
hanya usus yang menonjol, tapi jika lubangnya besar hati juga bisa menonjol
melalui lubang tersebut.

G. Pemeriksaan Diagnostik.
Menurut A.H. Markum (1991) pemeriksaan diagnostik dari omphalokel:
1. Pemeriksaan Fisik.
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis
tengah pada bayi yang baru lahir.Pada gastro schisis usus berada di luar rongga
perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP).Diagnosis prenatal
defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan
MSAFP.MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan
peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan
marker structural dari kelainan kariotipik.Echocardiography fetus membantu
mengidentifikasi kelainan jantung.Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik
diperjelas dengan amniosentesis Pada omphalocele tampak kantong yang terisi
usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

H. Pencegahan.
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B
komplek dan protein.

I. Penatalaksanan Omfalokel

1. Pengobatan
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi
perut keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum.Penanganannya adalah
secara operatif dengan menutup lubang pada pusat.Kalau keadaan umum bayi
tidak mengizinkan, isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru
dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan
pembedahan untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong
belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan terjadi penebalan
selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai
beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus
diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan otot visera sekaligus ke
rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru sehingga
timbul gejala gangguan pernapasan.

2. Penatalaksanaan prenatal pada ompalokel


Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya
dilakukan informed consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko terhadap
ibu, dan prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli
anak dan ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan
penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan observasi melalui
pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama
kehamilan omphalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan ruptur
sehingga mempengaruhi pronosis.

3. Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)


Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah
lahir (immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa
operasi atau nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan postoperasi. Secara
umum penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis adalah hampir
sama. Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki
fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak.Bayi-bayi dengan
omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga
lebih sedikit membutuhkan resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan
gastroskisis.
Konservatif
Dilakukan bila penutupan secara primer tidak memungkinkan, misalnya
pada omfalokel dengan diameter > 5 cm. Perawatan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Bayi dijaga agar tetap hangat
b. Kantong ditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9%
c. Posisi penderita miring
d. NGT diisap tiap 30 menit

4. Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)


Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus
omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ
intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen
seperti pada giant omphalocele atau terdapat status klinis bayi yang buruk
sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi-
bayi prematur yang memiliki hyaline embran disease atau bayi yang memiliki
kelainan kongenital berat yang lain seperti gagal jantung. Pada giant omphalocele
bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-organ intraabdomen dan dinding abdomen
berkembang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair)
secara primer dan dapat membahayakan bayi.Beberapa ahli, walaupun demikian,
pernah mencoba melakukan operasi pada giant omphalocele secara primer dengan
modifikasi dan berhasil.Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan
dasar merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat setelah
granulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk
hernia ventralis yang akan direpair pada waktu kemudian dan setelah
status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah
0,25 % merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan
povidone iodine (betadine). Obat-obat tersebut merupakan agen antiseptik yang
pada awalnya memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan
merangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan
selaput atau kantong dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat
menekan dan menguragi isi kantong.

5. Indikasi terapi non bedah adalah:


Bayi dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta
yang mengancam jiwa dimana penanganannya harus didahulukan daripada
omfalokelnya.Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila
dilakukan pembedahan. Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat
mempengaruhi daya tahan hidup.
Prinsip kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera
yang mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi
akibat kelainan yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi misalnya
obstruksi usus yang juga bisa terjadi akibat adhesi antara usus halus dan kantong.
Jika infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding anterior
abdomen secara lambat akan tumbuh menutupi kantong, dengan demikian akan
terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik yang terbentuk biasanya tidak sebesar
bila dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara
berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar.
Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang
secara bertahap karena terjadi epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan
antiseptik merkuri sebaiknya dihindari karena bisa menghasilkan blood and
tissue levels of mercury well above minimum toxic levels. Alternatif lain yang
aman adalah alkohol 65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah keropeng
tebal terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis memerlukan
tindakan kemudian tetapi kadang-kadang menghilang secara komplet.

6. Penatalaksanaan dengan operasi


Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen
dan menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi
emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan pelacakan kelainan lain yang
mungkin ada dapat dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung pada
ukuran defek serta kelainan lain yang mungkin ada (misalnya kelainan paru).
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan
hidup yang optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-
organ intra abomen, aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di
RS yang pendek. Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status
hemodinamik stabil.Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong
dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure
(penutupan secara primer atau langsung) dan staged closure (penutupan secara
bertahap)

J. Komplikasi.
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator
yang lama.
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain
yang memperburuk prognosis.

. Asuhan Keperawatan

1. Data Fokus Pengkajian

Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):


1) Mengkaji Kondisi Abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering
disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan
oleh pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.

2) Mengukur temperatur tubuh

a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan


GI, biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak

3) Kaji Sirkulasi
a. Kaji adanya sianosis perifer

4) Kaji distress pernafasan

a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap


b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis
2. Diagnosa Keperawatan

Pre Op
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-
paru)
2) Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan immaturitas
3) Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
4) Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
5) Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi
yang relevan
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita penyakit serius
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan post op.

Post Op
1) Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur pembedahan menutup abdomen.
2) Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.
3) Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang
multipel.
4) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang
terdekat (anak menderita omphalokel).
5) Cemas berhubungan dengan kematian.

3. Intervensi

Pre Op
Dx 1 : Pola napas tidak efektif b.d. penekanan rongga abdomen (paru-paru).

NOC: Respiratory Status: Airway


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas selama 3
x 24 jam, diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status
respirasi skala 4

Kriteria Hasil:
a. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed (ips)
b. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tertekik, irama
napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal seperti whezing/mengi).
c. TTV dalam batas normal
d. Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Airway Management


Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status oksigen
Keluarkan skret dengan batuk atau suction

Dx 2 : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas

NOC: Thermoregulatoin: Neonate

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi suhu selama 3 x 24


jam, diharapkan termoregulasi pasien kembali normal dan efektif dengan status
regulasi
skala 4.

Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal
b. Tidak ada stress pernapasan
c. Tidak ada letargi
d. Perubahan warna kulit dalam rentang yang diharapkan
e. Pasien tidak menggigil
f. Status hidrasi adekuat
Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Temperatur Regulation


Monitor suhu badan pasien setiap 2 jam
Monitor suhu badan bayi baru lahir sampai stabil
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Monitor warna kulit dan suhu
Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan atau hipertermi
Monitor warna kulit dan suhu
Bantu meningkatkan keadekuatan cairan dan intake nutrisi

Dx 3 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi

NOC: Keseimbangan cairan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen cairan selama 3 x 24
jam, diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan
skala 4.

Kriteria hasil:
a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal
b. Elektrolit serum dalam batas normal
c. Tidak ada mata cekung
d. Tidak ada hipertensi ortostatik
e. Tekanan darah dalam batas normal
Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Cairan


Pertahankan intake & output yang adekuat
Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
Monitor status hemodinamik
Monitor intake & output yang akurat
Monitor berat badan
DX 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar

NOC: Knowledge: infection control


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi selama 3 x 24
jam, diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi
skala 4.
Kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Infection control


Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Tingkatkan intake nutrisi

Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi


yang relevan.

NOC: Decision Making


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan keluarga selama 3 x
24 jam, diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga dengan skala pembuatan
keputusan 4.

Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternative
c. Memilih berbagai alternative
Skala:
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Family Support


Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
Tawarkan informasi konsen
Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang
lain, jika diperlikan
Berikan dukungan secara penuh

Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang


menderita penyakit serius (omphalokel).

NOC : Family Normalization


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Normalisasi selama
3 x 24 jam diharapkan pasien (keluarga) dapat mempersiapkan diri untuk prosedur
diagnostik / operasi dengan status perubahan proses keluarga skala 4.

Kriteria hasil :
a. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur
b. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan

Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Normalisasi
Jelaskan alasan setiap terapi
Jelakskan kebutuhan anak kepada orang tua misalnya anak harus dirawat
dalam dalam inkubator dan terpasang berbagai alat (Infus, Oksigen, NGT, dll)
Jelaskan pada keluarga tentang pengalaman umum setelah pembedahan
Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjadi paska operasi
Berpartisipasi dalam konferensi praoperasi dengan keluarga dan dokter

Dx 7 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kondisi anak, proses


penyakit yang diderita anak.

NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengajaran Proses Penyakit


selama 3 x 24 jam diharapkan Keluarga dapat mengerti / lebih paham mengenai
penyakit anaknya dan pengobatannya dengan status pengetahuan proses penyakit
skala 4.

Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Skala :
1) Tidak mengetahui
2) Terbatas pengetahuannya
3) Sedikit mengetahui
4) Banyak pengetahuannya
5) Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengajaran Proses Penyakit
Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan
motivasi pengobatan anaknya.
Menjelaskan proses penyakit
Bersama keluarga identifikasi penyebab penyakit
Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada
individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti

Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan


pengobatan/ terapi anaknya.
Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman keluarga.
Post Op
Dx 8 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, prosedur
pembedahan menutup abdomen.
NOC I: Tingkat Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen nyeri selama 3 x 24
jam diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada
tingkat yang dapat diterima anak dengan status penerimaan nyeri skala 2.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel)
b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
NOC II: Level Nyeri
Kriteria hasil :
a. Memberikan isyarat rasa nyaman (tidak rewel)
b. Nyeri menurun
NIC : Menejemen Nyeri
Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas).
Observasi isyarat isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.
Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang,
batasi pengunjung).
Berikan analgesia sesuai ketentuan

Kontrol faktor faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien


terhadap ketidaknyamanan (lingkungan yang berisik).

Dx 9 : Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.

NOC : Pengenalian Resiko


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengendalian Infeksi selama 3 x
24 jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan tidak terdapat tanda-tanda
infeksi pada pasien dengan status pengendalian skala 4.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Temperatur badan
c. Imunisasi
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC : Pengendalian Infeksi


Pantau tanda / gejala infeksi
Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi
Rawat luka op dengan teknik steril
Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung)
Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

Dx 10 : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang


multipel.

NOC : Physical Aging Status


Tujuan : : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Developmental Enhancement
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal sesuai usianya dengan status perkembangan skala 2.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiac out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala :
1) Ekstrem
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
Bina hubungan saling percaya dengan anak
Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak sesuai
dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)
Bantu anak belajar ketrampilan
Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal pasien
Berikan reinforcement positif

Dx 11 :Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang
terdekat (anak menderita omphalocel).

NOC: Family Coping


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Keluarga selama 3 x
24 jam, diharapkan koping keluarga menguat dengan status koping skala 4.

Kriteria Hasil:
a. Mendemonstrasikan fleksibilitas peran
b. Menyelesaikan permasalahan yang ada
c. Percaya dapat memenej masalah
d. Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan
e. Mengekspresikan perasan
f. Menggunakan strategi menurunkan stress (devence mecanism)
Skala:
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Dukungan keluarga


Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada pasien
Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien
Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga
Berikan harapan yang realistic
Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga
Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien

Dx 12: Cemas berhubungan dengan ancaman kematian

NOC : Kontrol Cemas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perbaikan Koping Keluarga


selama 3 x24 jam, diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan status
cemas skala 4.
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan

NIC : Enhancement Family Coping


Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan
prognosis.
Tetap dampingi pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan
mengurangi ansietas keluarga
Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi
Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Referensi :
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.
Dongoes, M.F.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 2. Jakarta : EGC
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29 (Ahli
bahasa ; Huriawati Hartono, dkk). Jakarta : EGC
http://asuhankeperawatananak.blogspot.com/2008/09/omphalocel.html
http://nerscare.blogspot.com/2009/05/omfalokel.html

Anda mungkin juga menyukai