D4 Kebidanan
Jenjang pendidikan diploma 4 kebidanan masuk dalam pendidikan vokasi
yang ditempuh dalam 8 - 10 semester pendidikan dengan gelar SST. D4
Kebidanan bisa ditempuh untuk percepatan ke jenjang magister S2
Kebidanan.
Sebuah proses bisa kita pandang sebagai transformasi input menjadi output.
Suatu proses belajar mengajar adalah transformasi input-input menjadi
output juga. Secara visual transformasi itu bisa kita gambarkan sebagai
berikut :
INPUT INSTRUMENTAL
INPUT ENVIRONMENTAL
Adapun output dari proses ini adalah peserta yang telah mengalami
perubahan. Perubahan ini terjadi pada perilaku peserta, sesuai yang
diinginkan. Apabila sesudah proses tak terdapat perbedaan dengan kondisi
sebelumnya, berarti telah gagal. Tujuan dirumuskan oleh kita sesuai dengan
dasar pikiran tentang perlunya proses belajar mengajar tersebut.
2. Komponen Kurikulum
Apa yang kita inginkan sesudah proses ? Ini pertanyaan tentang tujuan.
Untuk mencapai hal tersebut, kemampuan apa saja yang harus diberikan
kepada peserta ? Ini adalah pertanyaan tentang materi.
Untuk tujuan dan materi tersebut, apa yang harus dilakukan agar peserta
dapat mencapainya ? Ini adalah pertanyaan tentang metode / strategi.
3. Tujuan Kurikulum
Taksonomi Bloom adalah salah satu hasil komisi khusus yang membahas
tentang tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan adalah perubahan
perilaku (behavior) manusia, maka hasilnya adalah taksonomi perilaku
manusia. Taksonomi ini merupakan klasifikasi plus urutannya. Blook dkk
membaki perilaku manusia ke dalam tiga ranah (domain), yaitu : kognitif
(yang berkaitan dengan pikiran manusia), afektif (yang berkaitan dengan
hati dan perasaan manusia), dan psikomotor (yang berkaitan dengan
gerakan fisik manusia). Kamisi Bloom berhasil merumuskan domain kognitif,
lalu dilanjutkan komisi Krathwoll berhasil merumuskan domain afektif. Pada
domain psikomotor terdapat banyak pendapat, namun yang akan dirinci
adalah komisi Anita Harrow.
DOMAIN KOGNITIF
Konvensi-konvensi
Metodologi
Analisa unsur-unsur.
Analisis hubungan-hubungan
DOMAIN AFEKTIF
Keasaran (Awareness)
Keikhlasan menerima (Willingness to receive)
Keterlibatan (commitment)
Karakterisasi (characterization)
DOMAIN PSIKOMOTOR
Gerakan segmental
Gerakan intersegmental
Gerakan supersegmental
Gerakan fundamental (Gross body movement), meliputi gerak fisik dasar
manusia.
Gerakan locomotor
Gerakan manipulatif
Dengan memahami ketiga domain ini, maka kita dapat pilahkan keinginan
kita ke dalam tujuan-tujuan yang jelas. Misalnya, pada saat latihan
berpidato, barangkali akan terkait kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Tetapi kalau pada saat latihan perencana, di sana hanya terkait
kognitif saja. Ini akan memberikan gambaran tentang tingkat kompleksitas
proses yang harus dilakukan.
4. Materi Kurikulum
Materi berarti menyangkut setiap yang akan didapat oleh peserta setelah
selesai proses. Materi sama saja dengan objek langsung yang telah dibahas
pada waktu pembahasan tentang tujuan di depan. Karena itu, untuk suatu
tujuan tertentu, maka materinya juga tertentu pula. Kesesuaian antara
materi dengan tujuan harus dijaga. Dengan begitu, terdapat materi yang
sifatnya kognitif, afektif dan psikomotor sesuai klasifikasi di depan.
Ada juga yang mengklasifikasikan materi kurikulum berdasarkan sifat
akuisisinya. Dengan cara seperti ini, terdapat empat jenis yaitu :
(a) Linear
(b) Akumulatif
Praktikal
Eksperiensial
Keterkaitan antara materi dan tujuan adalah suatu yang natural. Dalam
kenyataannya, pada saat merumuskan tujuan, kita telah dipengaruhi oleh
struktur materi. Dan pada saat merumuskan struktur materi, kita berpedoman
pada tujuan. Hubungannya timbal balik dan tidak jelas mana yang
mendahului atas yang lain. Demikian juga keterkaitan itu akan nampak
pada jenis materi kurikulum dengan tingkat perilaku pada tujuan. Hubungan
ini akan tampak jelas pada pembahasan tentang metode.
5. Metode
Strategi kognitif ini dirumuskan berdasarkan hakekat proses berpikir itu sendiri.
Di sini dikenal dua pendekatan utama, yaitu deduktif dan induktif.
Pendekatan Deduktif
Pada pendekatan ini, peserta diajak berpikir mulai dari yang bersifat umum
menuju ke sifat khusus. Misalnya, pada masalah leadership, ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut :
Pendekatan Induktif
Pada pendekatan ini, pikiran peserta digiring dari fakta ke arah generalisasi
ke dalam konsep-konsep tertentu. Misalnya pada masalah kepemimpinan,
ditempuh langkah logik sebagai berikut :
Evakuasi (Evacuation)
Identifikasi nilai menjadi lebih jelas / rinci melalui proses pengenalan individu
Contoh paling nyata dari pendekatan ini adalah simulasi P4. Pada simulasi,
nilai yang terkandung diklarifikasikan sehingga nilai itu menjadi kebiasaan,
dan menyatu dalam diri individu.
Menurut model ini, yang harus dievaluasi itu ada empat macam :
Adapun yang terkenal dan paling penting adalah evaluasi terhadap produk
/ hasil. Karena hasil belajar adalah tujuan yang telah ditetapkan, maka
instrumennya juga ditetapkan berdasarkan domain apa yang menjadi
tujuan proses tersebut.
Test :
- Umum / terbuka
- Pencocokan
- Isian singkat
- Benar salah
Non Test :
Sangat sukar untuk mengukur atau menilai sikap dan kejiwaan seseorang.
Karena itu yang paling tradisional, evaluasi terhadap sikap dilakukan dengan
pengamatan kepada tindak-tanduk peserta seusai proses. Tetapi ini
memerlukan waktu yang lama. Karena itulah dikembangkan instrumen-
instrumen untuk mengukur sikap.
Kuesioner,
Skala Sikap
Skala sikap berupa suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu
nilai. Biasanya terdapat lima pilihan, yaitu setuju, sangat setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju, dan ragu-ragu. Contoh skala sikap adalah yang biasa
didapat pada pelajaran PSPB di sekolah.
Instrumen ini mirip dengan skala sikap. Hanya saja sikap ditunjukkan dengan
satuan-satuan. Misalnya dengan memberikan angka 0 - 10 sebagai
pertanda tingkat sikap, misalnya kesetujuan. Bila anda melihat angket
GAMAIS tentang dunia kemahasiswaan, itu berupa skala penilaian. Skala
yang digunakan bisa juga bukan angka, melainkan lambang, atau simbol
atau kata. Misalnya Fair, Good, Poor, dan Excelent. Atau bentuk-bentuk lain.
Pengukuran terhadap sikap ini bisa saja dilakukan oleh peserta langsung,
tetapi ada juga yang bisa dilakukan oleh guru / pemandu setelah
melakukan observasi.
Tes Tindakan
Observasi
Perumusan Tujuan
Tujuan yang dirumuskan di dalam kurikulum adalah tujuan umum yang tidak
bisa langsung dilakukan pengamatan atau pengukuran.
Perumusan Materi
Dalam menyusun materi perlu diperhatikan dua hal : scope dan sequence-
nya. Artinya materi dibatasi pada masalah tertentu dan diurutkan sesuai
jalan logiknya. Materi ini di samping dituliskan strukturnya, perlu juga
diberikan uraian singkatnya.
Metode atau strategi yang dipilih dirincikan. Untuk suatu tujuan atau materi
tertentu bisa saja digunakan beberapa metode, demikian juga sebaliknya.
Bagi saya pribadi, saya juga mengalami konversi ini, hanya aja
pengkonversiannya dilakukan oleh universitas, jadi saya tidak tahu-menahu
mengenai rumusnya.
Nah, berdasarkan informasi dari salah seorang teman alumni EM, dia
menggunakan rumus berikut:
1 SKS ( di Indonesia) = 36 jam studi per semester (12x pertemuan @ 3 jam)
Jadi, kalau anda lulus S1 dengan 144 SKS, bila diconvert ke ECTS,
hitungannya adalah:
Penjaminan Mutu
dan Audit Mutu Akademik Internal (AMAI) UGM). Para auditor internal
tersebut sekaligus menjadi motor penggerak pembentukan organisasi
pelaksana SPM-PT UGM di seluruh fakultas di lingkungan UGM.