Anda di halaman 1dari 15

Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

Dosen : Wahida, S.Si.T, M. keb

MERUMUSKAN MASALAH DIAGNOSA AKTUAL DAN MASALAH DIAGNOSA


POTENSIAL

OLEH :
Kelompok 4
Alfi Cahyati (P00324016005)
Dewi Yuliana (P00324016008)
Ilfiani S. Nuhun (P00324016016)
Mega Lestari (P00324016025)
Nafa Urba (P00324016027)
Ni Made Yutika Wati (P00324016029)
Reza Arianti (P00324016036)
Siska (P00324016043)
Titin Dwi Cahyati (P00324016045)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES KENDARI
PRODI DIII KEBIDANAN
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehinggah makalah kami dapat terselesaikan dengan judul MERUMUSKAN
MASALAH DIAGNOSA AKTUAL DAN MASALAH DIAGNOSA POTENSIAL
dapat selesai tepat pada waktunya. Tujuan penulisan makalah ini antara lain yaitu untuk
memenuhi tugas mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah Kebutuhan Dasar Manusia, semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua sebagai
pengetahuan dan wawasan yang berguna bagi kehidupan.

Kendari, 26 September 2017

KELOMPOK 4
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 MERUMUSKAN DIAGNOSA ATAU MASALAH AKTUAL MASA NIFAS

2.1.1 Masalah Nyeri


2.1.2 Masalah Infeksi
2.1.3 Masalah Cemas, Perawatan Perineum, Payudara, ASI Eksklusif
2.1.4 Masalah KB, Gizi, Tanda Bahaya, Senam

2.2 MERUMUSKAN MASALAH DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL

2.2.1 Gangguan Perkemihan


2.2.2 Gangguan BAB
2.2.3 Gangguan Hubungan Seksual

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses manajemen kebidanan diawali dari mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. Berasal dari data-data dasar tersebut baik
subjektif maupun objektif dilakukan interpretasi kemudian diproses menjadi masalah atau
diagnosis khusus.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang terdiri dari diakui
dan telah disyahkan oleh profesi, berhubungan langsung dengan praktek kebidanan, memiliki
ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan dan dapat
diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.

Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada organ


reproduksi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan yaitu
setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama
masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Pada masa ini seorang bidan harus tetap memberikan
asuhan kebidanan yang menyeluruh baik pada ibu maupun bayinya sesuai dengan langkah
dalam manajemen kebidanan mengingat angka morbilitas dan mortalitas ibu dan bayi yang
masih sangat tinggi di masa postpartum ini.
Proses manajemen kebidanan diawali dari mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. Berasal dari data-data dasar
tersebut baik subjektif maupun objektif dilakukan interpretasi kemudian diproses menjadi
masalah atau diagnosis khusus.
Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila
memungkinkan akan di lakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas :
1. Pengertian diagnosa?
2. Apa saja masalah aktual pada masa nifas?
3. Apa saja masalah potensial pada msa nifas ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas :
1. Agar mengetahui tentang pengertian diagnosa.
2. Agar mengetahui masalah-masalah aktual dan masalah potensial pada masa nifas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Aktual Masa Nifas

Berasal dari data data dasar yang di kumpulkan menginterpretasikan data kemudian
diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata masalah dan diagnosis sama sama
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diidentifikasikan dalam mengembangkan
rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering berkaitan dengan bagaimana
ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini seringkali bisa diidentifikasi
berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang. Dalam perumusan
diagnosa atau masalah aktual pada masa nifas terbagi dalam beberapa pokok bahasan
diantaranya, nyeri, infeksi, masalah cemas, perawatan perineum, perawatan payudara,
masalah ASI eksklusif, masalah KB, gizi ibu nifas, tanda-tanda bahaya pada masa nifas,
senam nifas dan cara menyusui.

2.1.1 Masalah Nyeri

Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada persalinan normal tanpa
komplikasi. Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ibu, ibu diharapkan dapat mengatasi
gangguan ini dan member kenyamanan pada ibu. Gangguan rasa nyaeri yang dialami ibu antara lain:
a. After pains / keram perut. Hal ini disebabkan kontraksi dalam relaksasi yang terus menerus
pada uterus. Banyak terjadi pada multipara. Anjurkan untuk mengosongkan kandung kemih, tidur
tengkurap dengan bantal dibawah perut bila analgestik.
b. Pembengkakan payudara.
c. Nyeri perineum.
d. Konstipasi.
e. Haemoroid.
f. Deuresis
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh :
1) Kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus menerus.
2) Penurunan tonus otot uterus secara bersamaan menyebabkan intermitten ( sebentar sebentar
). Berbeda pada wanita primipara, yang tonus uterusnya masih kuat dan uterus tetap
berkontraksi tanpa relaksasi intermitten
3) Pada wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofisis posterior.
Pelepasan oksitosin tidak memicu refleks let down (pengeluaran asi) pada payudara, tetapi
juga menyebabkan kontraksi uterus.Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap
berkontraksi dengan baik, yang memerlukan kandung kemih kosong. Ibu harus diingatkan
bahwa pengisian kandung kemih yang sering seiring tubuhnya mulai membuang kelebihan
cairan setelah melahirkan akan menyebabkan kebutuhan berkemih yang sering.
Potensial terjadi nyeri pada ibu nifas :
1. Mules-mules sesudah partus.
2. Berlangsung 2-3 hari post partum.
3. Lebih terasa saat menyusui.
4. Timbul bila terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa plasenta, gumpalan darah dalam
cavum uteri.

2.1.2 Masalah Infeksi

Infeksi nifas adalah infeksi-peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh
sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu tubuh melebihi 38oC tanpa menghitung
hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Sumber terjadinya infeksi kala nifas adalah manipulasi penolong yang terlalu sering
melakukan pemeriksaan dalam dan penggunaan alat yang kurang steril, infeksi nosokomial,
hubungan seks menjelang persalinan atau sudah terdapat infeksi intrapartum, persalinan lama
terlantar, ketuban pecah lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (fokal infeksi).
Data dasar subjektif : luka yang semakin nyeri dan badan panas dingin.
Data objektif bisa diamati dari :
1. Vital sign (adanya peningkatan suhu, frekuensi nadi, dan pernafasan).
2. Inspeksi : adanya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan.
a. Dolor : Perubahan Rasa (Nyeri).
b. Kalor : Perubahan suhu (meningkat).
c. Rubor : Perubahan warna kulit (memerah).
d. Functio laesa : Gangguan fungsi tubuh.
e. Tumor : Perubahan bentuk.

Potensial yang terjadi secara umum pada infeksi ibu nifas :

1. Demam merupakan gejala klinis terpenting untuk mendiagnosis metritis, dan suhu
tubuh penderita umumnya berkisar melebihi 38oc 39oc. Demam yang terjadi sering
juga disertai menggigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bakteremia yang
bisa terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari ke-3 disertai nadi
yang cepat.
2. Penderita biasanya mengeluh adanya nyeri abdomen yang pada pemeriksaan
bimanual teraba agak membesar, nyeri, dan lembek.
3. Lokhia yang berbau menyengat sering disertai dengan timbulnya metritis, tetapi
bukan merupakan tanda pasti. Pada infeksi oleh grup A hemolitik streptokokus
sering disertai lokhia bening yang tidak berbau.

Selain tanda-tanda klinik diatas ada juga infeksi lokal dan infeksi general.
Infeksi lokal:

a. Pembengkakan luka episiotomi.


b. Bernanah.
c. Perubahan warna lokal.
d. Pengeluaran lokhea bercampur nanah.
e. Mobilitas terbatas karena rasa nyeri.
f. Temperatur badan dapat meningkat

Infeksi general:

a. Tampak sakit dan lemah.


b. Temperatur meningkat diatas 39oc.
c. Tekanan darah dapat menurun dan nadi menigkat.
d. Pernafasan dapat meningkat dan nafas terasa sesak
e. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
f. Terjadi gangguan involusi uterus
g. Lokhea berbau, bernanah serta kotor

Dengan gambaran klinis tersebut, bidan dapat menegakkan diagnosis infeksi kala
nifas. Pada kasus dengan infeksi ringan, bidan dapat memberikan pengobatan, sedangkan
pada infeksi kala nifas yang berat sebaiknya bidan berkonsultasi atau merujuk penderita.

2.1.3 Masalah Cemas, Perawatan Perineum, Payudara, ASI Eksklusif


a. Masalah Cemas
Rasa cemas ini sering timbul pada ibu masa nifas karna perubahan fisik dan emosi
masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Pada periode ini tersebut masa
krisiskarena memerlukan banyak perubahan perilaku, nilai peran. Tingkat kecemasan
akan berbeda antara satu dengan yang lain. Bidan harus bersikap empati dalam
memberikan support mental pada ibu untuk mengatasi kecemasan.
Potensial terjadi masalah cemas pada ibu nifas :
1) Postpartum Blues
Reaksi depresi.
Sedih Disforia
Menangis
Mudah tersinggun atau iritabilitas, Cemas, Labil perasaan, Cendrung
menyalahkan diri sendiri, Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gejala afektif yang ringan terjadi mulai 2 sampai 3 hari post partum dan
mencapai puncaknya pada 5 sampai 7 hari post partum dan mulai berkurang
pada minggu ke 2 (ambulatory obstetri, 2001).
Ditandai dengan gejala-gejala seperti reaksi depresi/sedih/ menangis mudah
tersinggung, hilang nafsu makan, gangguan tidur (irritabilitas) cepat lelah,
cemas dan merasa kesepian . (Iskandar S.S, 2006).

2) Depresi postpartum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
Berkurangnya energi.
Penurunan efek.
Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang
dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain :
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi.
2. Kelelahan dan perubahan mood.
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur.
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain.
5. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

3) Post Partum Psikosa


Gejala yang sering terjadi adalah:
Delusi
Halusinasi
Gangguan saat tidur.
Obsesi mengenai bayi.
b. Perawatan Perineum
Penentuan adanya masalah ini pada ibu nifas didasarkan pada belum
mampunya ia untuk melakukan perawatan perineumnya secara mandiri, Oleh
karena itu, bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan
perineum selama masa nifas :
1. Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pasca partum karena resiko
infeksi, usahakan luka selalu dalam keadaan kering dan hindari menyentuh luka
dengan tangan.
2. Jelaskan perkembangan perubahan lochea dari rubra ke serosa hingga menjadi
lochea alba.
3. Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan
serta pembalut yang dipenuhi darah banyak.
4. Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi dan
setelah mandi pancuran atau berendam.
5. Ibu dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan menggunakan
sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah edema.
6. Ajari ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat.
7. Ajari pentingnya membersihkan perineum dari arah depan kearah belakang
untuk mencegah kontaminasi.
8. Ajari langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemorrhoid.
9. Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat.
10. Identifikasi gejala ISK. Jelaskan pentingnya asupan cairan adekuat setiap hari.

c. Masalah Payudara
Data dasar subjektif pada masalah ini dapat berupa keluhan nyeri pada
payudara, badan terasa demam dan dingin, atau pasien tidak dapat menyusui karena
putingnya masuk kedalam, karena itu data dasar objektifnya dapat berupa putting
susu tidak menonjol, adanya mastitis/abses payudara ataupun payudara bengkak
(bendungan ASI).
Saat suplai susu masuk ke dalam payudara, pembesaran payudara mulai terasa
berat, distensi, tegang dan nyeri tekan saat disentuh. Puting payudara menjadi lebih
keras dan menyulitkan bayi untuk menghisapnya. Bagi beberapa wanita nyeri
tersebut dirasa sangat menyakitkan ditambah bayi sulit menyusu atau jika ia tidak
menggunakan penyangga payudara dengan baik.
Tindakan menurunkan nyeri tergantung pada apakah wanita menyusui. Untuk
wanita yang tidak menyusui, tindakan ditujukan terhadap pemulihan
ketidaknyamanan dan penghentian laktasi misalnya dengan kompres hangat dan
bebat payudara.

d. Masalah yang ada kaitannya dengan ASI eksklusif


Bayi bingung puting
Tanda dan gejala :
1. Bayi menghisap puting seperti menghisap dot.
2. Menghisap sebentar-sebantar.
3. Bayi menolak menyusu pada ibu
ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak umur 0 hari sampai 6
bulan tanpa makanan tambahan apapun. Dalam pelaksanaannya, program ASI
eksklusif juga akan ditemui beberapa masalah.
Data dasar subjektif dapat berupa :
1) Keluhan pasien mengenai masalah payudara.
2) Pasien seorang wanita karier dengan jam kerja sampai sore.
3) Pasien mengatakan bahwa ia kurang minat untuk menyusui bayinya.

Data dasar objektif dapat berupa :


1) Adanya kelainan pada payudara.
2) Pasien kurang semangat ketika dibimbing cara menyusui yang benar.
3) Ekspresi wajah menunjukkan bahwa pasien kurang suka diberikan bimbingan
cara menyusui yang benar.

2.1.4. Masalah KB, Gizi, Tanda Bahaya, Senam, Menyusui.


a. Masalah KB
Data dasar subjektif dapat berupa :
1. Pasien mengatakan tidak ingin memakai alat kontrasepsi, tapi juga ingin menunda
kehamilan berikutnya.
2. Pasien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang alat kontrasepsi.
3. Pasien mengatakan pernah memakai beberapa alat kontrasepsi, tapi rata-rata tidak
cocok.
Sedangkan data dasar objektif dapat berupa : varises pada kaki banyak dan menonjol,
tekanan darah tinggi, banyak flek hitam, dan jerawat pada wajah. Bidan berperan
menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB, Idealnya, pasangan harus menunggu
sekurang kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Akan
tetapi petugas kesehatan mampu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Sebelum menggunakan metode KB beberapa hal yang harus dijelaskan pada ibu antara
lain :
1) Bagaimana dengan metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya.
2) Kelebihan dan kekurangannya.
3) Efek samping.
4) Bagaimana cara menggunakannya.
5) Kapan dapat digunakan.

Jika seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu ada baiknya ibu
atau pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk mengetahui apakah metode
tersebut bekerja dengan baik.

b. Masalah Gizi
Data dasar subjektif dapat berupa:
1. Pasien mengatakan tidak suka makan yang amis-amis.
2. Keluarga sangat kuat memegang adat atau kepercayaan bahwa ibu nifas tidak
boleh makan yang manis-manis.
3. Ibu mengatakan bahwa ia seorang vegetarian.
4. Ibu tidak tahu tentang :
a. Pentingnya mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan
vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
setelah menyusui).
d. Tablet zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.

Data dasar objektif dapat berupa :


1) Perbandingan BB dan TB termasuk kategori kurus.
2) Lingkar lengan < 23 cm.
3) Hb kurang dari normal.
4) Konjungtiva anemis.

c. Masalah Tanda dan Bahaya

Ketidaktahuan tentang tanda bahaya pada masa nifas dapat menjadi masalah besar
bagi ibu. Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suami nya tentang tanda bahaya
selama masa nifas agar ibu segera datang ke bidan atau dokter apabila terdapat salah satu
dari tanda bahaya tersebut :
1. Perdarahan Postpartum pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak.
Data dasar subjektif dapat berupa :
Pasien mengatakan banyak darah yang keluar.
Kepalanya pusing dan mengantuk.
Perutnya tidak mules, dan pandangan matanya berkunang-kunang.

Data Dasar Objektif dapat berupa :


Vital sign (peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, penurunan tekanan darah,
nadi teraba lemah).
KU lemah, wajah pasien pucat, konjungtiva anemis, ujung jari pucat, keringat
dingin di wajah, bibir pucat.
Uterus tidak berkontraksi.
2. Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk (menyengat).
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.
4. Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik atau masalah penglihatan.
5. Pembengkakan di wajah atau di tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak
badan.
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Nyeri, sakit, edema atau panas di daerah tungkai.
10. Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab atau tidak perduli dengan
bayinya.
11. Sembelit, hemoroid.
12. Sulit menyusui

d. Senam
Masih kurang informasi tentang pentingnya atau manfaat dari senam nifas atau ibu
belum pernah mendapatkan pelatihan senam nifas sebelumnya dan kesibukan ibu akan peran
barunya sehingga ibu tidak punya keinginan untuk melakukan senam nifas.
e. Menyusui Bayi
Berbagai masalah menyusui pada ibu antara lain :
1. Kurang informasi yang menyebabkan banyak ibu menganggap susu formula lebih
baik dari ASI, kurang informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI,
pentingnya rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar dan siapa yang bisa
dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
2. Putting susu yang pendek atau terbenam yang membuat ibu merasa kehilangan
peluang untuk menyusui.
3. Payudara bengkak yang menyebabkan ibu merasa sakit dan malah berhenti menyusui,
padahal pembekakan payudara akan hilang jikamemberikan ASI sesegera mungkin
pada bayi dengan posisi yang benar dan tanpa jadwal dan lakukan perawatan
payudara dengan mengompres dingin serta minum obat analgesik jika diperlukan.
4. Puting susu nyeri/lecet, yang dominan disebabkan karena kesalahan posisi menyusui.
5. Saluran ASI tersumbat yang bisa diatasi dengan memijat payudara kea rah puting,
mengubah-ubah posisi menyusi serta menggunakan BH yang menunjang dan tidak
terlalu ketat.
6. Radang dan abses payudara, yang merupakan lanjutan dari putting lecet, saluran
tersumbat dan payudara bengkak apabila tidak ditangani dengan baik. Penangannya
yaitu lakukan perawatan disertai istirahat yang cukup, segara berobat ke dokter untuk
diberi antibiotic dan analgetik. Pada abses payudara, nanah yang terjadi harus
dikeluarkan dengan insisi.
7. Masih banyak ibu merasa ASI nya kurang. Karena berkurangnya ketegangan
payudara dan seringnya bayi minta disusukan. Kecukupan ASI dapat dinilai dengan
kenaikan BB bayi secara teratur dan frekuensi BAK bayi minimal 6 kali dalam sehari.
8. Menyusui setelah bedah caesar, memang sulit, tapi jika anda merasa baik bisa
menyusui dalam posisi miring dengan meletakkan bantal pada pangkuan atau
penggunaan pompa untuk memerah ASI
9. Ibu dengan penyakit. Dalam banyak hal penyusuan tidak perlu dihentikan, ibu dapat
menggunakan masker. Kecuali jika ibu sakit sangat berat dan membutuhkan
konsultasi medis. Jika ibu menyusui harus mengkonsumsi obat, pilihlah obat yang
memiliki masa pendek dan mempunyai rasio ASI-plasma kecil dan lakukan segera
begitu selesai menyusui.
10. Ibu hamil, masih dapat menyusui jika tidak ada masalah dengan kandungannya.
11. Ibu bekerja. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk
kerja atau saat ibu ada dirumah (cuti/libur).

2.2 Merumuskan Masalah Diagnosa atau Masalah Potensial


Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila
memungkinkan akan di lakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Berikut adalah beberapa diagnosa potensial yang mungkin ditemukan pada pasien nifas.

2.2.1 Gangguan Perkemihan

a. Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal
pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah pascapartum kandung
kemih,edema, mengalami kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi,
pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan
diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi,
tetapi mungkin tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam
panggul.

b. Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam pertama
pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi seluruh saluran kemih. Sekitar 40 %
wanita pascapartum tidak mengalami proteinuria nonpatologis sejak segera setelah
melahirkan hingga hari kedua pascapartum. Spesimen urine harus berupa urine yang
diambil bersih atau kateterisasi, karena kontaminasi lokia juga akan menghasilkan
preeklamsia.

c. Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima pascapartum.
Produksi urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresis adalah rute utama tubuh
untuk membuang kelebihan cairan intertisial dan kelebihan volume darah. Hal ini
merupakan penjelasan terhadap perpirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi selama
hari hari pertama pascapartum.

2.2.2 Gangguan BAB

Defekasi atau buang air bersih harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi
dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi febris.
a. Dengan diadakannya mobilisasi sedini -dininya, tidak jarang maslah ini dapat diatasi.
b. Di tekankan bahwa wanita baru bersalin memang memerlukan istirahat dalam berjam
jam pertama postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka
wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan dirawat
seperti seorang penderita.

2.2.3 Gangguan Hubungan Seksual

Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali
normal. Tetapi tak jarang masih mengalami rasa sakit, ini disebabkan oleh :

1. Proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan
vagina yang belum kembali seperti semula.Kram otot, infeksi atau luka jahitan pada
perineum yang masih dalam proses penyembuhan.
2. Rasa nyeri pada saat sanggama atau dyspareunia.

3. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
a) Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses penyembuhan.
b) Luka guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga kondisi alat reproduksi belum
kembali seperti semula.
4. Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur.
5. Adanya penyakit dalam kandungan (tumor, dll).
6. Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat astingents yang
berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita
terangsang seksual.
7. Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan, seperti:
a. Kurang siap secara mental untuk berhubungan seks (persepsi salah tentang seks, dll).
b. Adanya trauma masa lalu (fisik, seks).
c. Tipe kepribadian yang kurang fleksibel.
d. Komunikasi suami istri kurang baik .
8. Beberapa faktor lain diantaranya :
a. Beberapa wanita merasakan perannya sebagai orang tua sehingga timbul tekanan dan
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya.
b. Karena adanya luka bekas episiotomy.
c. Karena takut merusak keindahan tubuhnya.
d. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan.
e. Penyebab Apati Seksual pasca salin :
a) Stress dan Traumatik.
Kelahiran bayi bisa menjadi pengalaman yang dapat menimbulkan traumatik
terutama jika ibu belum dipersiapkan secukupnya. Banyak ibu yang mempunyai
pengharapan yang tidak realistik tentang kelahiran. Misalnya : persalinan
berlangsung lama atau persalinan yang memerlukan tindakan.
b) Adanya luka episiotomy.
c) Keletihan
Bagi seorang ibu yang baru dan belum berpengalaman selain harus mengerjakan
pekerjaan rumah tangga yang biasa, ia juga harus menghadapi bayinya yang tidak
mau tidur, sering menangis atau bermasalah dalam menyusu. Maka ibu tentu
menjadi letih dan lemas sehingga gairah seks pun merosot.
d) Depresi
Penyebabnya adalah keadaan tidak bersemangat akibat perasaan kelabu pasca
persalinan. Perasaan ini biasanya terjadi dalam beberapa minggu setelah kelahiran
bayi. Hal ini dapat terjadi depresi berat yang berupa : insomnia, anoreksia (hilangnya
nafsu makan), halusinasi (membayangkan yang bukan-bukan) dan kecenderungan
untuk menghilangkan kontak dengan kenyataan.

9. Keluhan yang timbul saat hubungan seksual pasca salin.


a. Rasa Nyeri
Hal ini disebabkan fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula,
atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.
b. Sensivitas berkurang
Karena persalinan normal merupakan trauma bagi vagina yaitu melebarnya otot-otot
vagina.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang terdiri dari diakui
dan telah disyahkan oleh profesi, berhubungan langsung dengan praktek kebidanan, memiliki
ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan dan dapat
diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.

3.2 Saran
Demikianlah pembahasan materi dari kami, kami menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharap saran dari pembaca supaya kiranya kami dapat
memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Nanny lia dwi, vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta: Selemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai