Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini penulis susun dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok
Askeb Neonatus, Bayi, Balita & Pra Sekolah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Kendari, 2 Oktober 2017

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi ............................................................................................. 4
2.2 Etiologi ............................................................................................. 4
2.3 Klasifikasi BBLR ............................................................................. 6
2.4 Patofisiologi ..................................................................................... 9
2.5 Faktor Resiko BBLR ........................................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Definisi ............................................................................................. 11
3.2 Etiologi ............................................................................................. 12
3.3 Tanda-tanda Klinis ........................................................................... 13
3.4 Klasifikasi pada BBLR .................................................................... 15
3.5 Penatalaksanaan ............................................................................... 17
3.6 Diagnosis .......................................................................................... 24
3.7 Pencegahan ....................................................................................... 25
3.8 Pendokumentasian Manajemen Langkah Varney ............................ 26
3.9 Pendokumentasian SOAP ................................................................ 34
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 42
4.2 Saran ................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian WHO di seluruh dunia, terdapat kematian bayi khususnya
neonatus sebesar 4.000.000 jiwa /tahun. Kematian bayi tersebut terutama di
Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut adalah bayi di
Negara Indonesia.Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di negara
berkembang (Dinkes, 2009).
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun
2007 angka kematian bayi di Indonesia adalah 35/1.000 kelahiran hidup. Bila
dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia pertahun atau 430 bayi meninggal
dunia perhari. Dalam Milenium Development Goals (MDGS) Indonesia
menargetkan pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17/1000 kelahiran
hidup. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak
disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma lahir,
kelianan kongenital dan hyperbilirubin.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000
kelahiran hidup tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena
masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di bagian
Association South of East Asian Nations (ASEAN). Penyebab kematian bayi
terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dan seluruh kematian perinatal
sekitar 2-27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR).
Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar
459.200-900.000 bayi (Dinkes, 2009).
Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir
rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survey nasional. Proporsi BBLR
ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar
1
antara 7 - 14% selama periode 2000-2009. Jika proporsi ibu hamil adalah
2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 - 71 0.000
dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Profil Kesehatan,2009).
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan
tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah
menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
Salah satu penyebab terjadinya BBLR yaitu status gizi ibu yang tidak baik.
Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status
gizi ibu dan balitanya juga baik dan sebaliknya (Anonim, 2008).
Di Lombok Barat memperlihatkan dengan jelas bahwa penyebab
kematian bayi paling besar adalah BBLR (berat bayi lahir rendah) yaitu
sebanyak 37 %. BBLR ini terjadi pada usia bayi 0 sampai 28 hari. Kasus
BBLR pada tahun 2011 relatif menurun yaitu dari 586 di tahun 2010, menjadi
543 di tahun 2011. Dari jumlah kasus sebanyak 543 di tahun 2011 yang lahir
dengan BBLR, meninggal 53 bayi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?


2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda tanda klinis BBLR ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?
8. Bagaimana pendokumentasian BBLR dengan menggunakan manajemen
langkah Varney?
9. Bagaimana pendokumentasian BBLR dengan metode SOAP?

2
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR


2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui penatalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosis pada BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR
8. Untuk mengetahui pendokumentasian BBLR dengan menggunakan
manajemen langkah Varney
9. Untuk mengetahui pendokumentasian BBLR dengan metode SOAP

1.4 Manfaat

1. Bagi Institusi
a. Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
b. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab
kesenjangan antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk
pendidikan.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan perawatan kebidanan
kepada bayi baru lahir, serta melakukan deteksi dini jika terdapat
kelainan serta melaporkannya pada petugas kesehatan pada umumnya
serta bidan pada khususnya.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
(Prawirohardjo, 2006).
2. Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, meskipun usia kehamilan cukup /aterm
(Manuaba,2005).
3. Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin prematur (kurang
bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur) (Saifuddin, 2006).
4. Pada tahun 1961, WHO mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi
prematur (Winkjosastro, 2006).
5. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR
dibedakan menjadi dua bagian: pertama BBLR sangat rendah bila berat
lahir kurang dari 1500 gram, dan kedua BBLR bila berat lahir antara
1501- 2499 gram (Badriul, 2009).

2.2 Etiologi

4
1. Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya BBLR, yaitu antara lain:
a. Faktor Ibu
1) Hipertensi
2) Perokok
3) Gizi buruk
4) Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya
5) Pendarahan antepartum
6) Malnutrisi
7) Hidraminon
8) Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9) Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
10) Infeksi dan trauma
b. Faktor Janin
1) Kehamilan ganda
2) Kelainan kromosom
3) Cacat bawaan
4) Infeksi dalam kandungan
5) Hidramnion
6) Ketuban pecah dini
2. Menurut Manuaba (2005), faktor - faktor yang dapat yang dapat
menyebabkan terjadinya BBLR adalah :
a. Faktor ibu
1) Gizi saat hamil yang kurang.
Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan dapat
mengakibatkan makin tingginya kehamilan prematur atau BBLR
dan cacat bawaan.
2) Umur kurang dari 20 tahun/diatas 35 tahun
3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun).
Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan
yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu
5
singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali
kekondisi sebelumnya.
4) Paritas
5) Penyakit Ibu
Penyakit ibu yaitu penyakit yang diderita ibu sebelum hamil atau
penyakit yang menyertai kehamilan.
b. Faktor kehamilan
1) Hamil dengan hidramnion
2) Perdarahan antepartum
3) Komplikasi hamil meliputi preeklamsi/eklamsi dan ketuban pecah
dini.
c. Faktor janin
1) Cacat bawaan
2) Infeksi dalam rahim
3. Menurut Surasmi (2003), Faktor-faktor yang menyebabkan kelahiran
prematur :
a. Faktor ibu. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi,
kelainan bentuk uterus, tumor, ibu yang menderita (penyakit tifus
abdominalis, malaria, TBC, penyakit jantung), trauma pada masa
kehamilan (jatuh, stres), usia ibu waktu hamil kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b. Faktor janin. kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat
bawaan, infeksi.
c. Faktor plasenta. Plasenta previa, solusio plasenta.
d. Faktor yang tidak diketahui.

2.3 Klasifikasi BBLR

1. Menurut (Saifuddin dkk, 2006) berkaitan dengan penanganan dan harapan


hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
6
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500>
c. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000>
2. Menurut Mochtar (1998) sejak tahun 1961 WHO mengganti istilah
premature dengan brat badan lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak
semua bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
bukan bayi premature.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat digolongkan menjadi:
a. Prematuritas murni.
Bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan
yang sesuai.
b. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan.
c. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine .
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai umur
kehamilan.
d. Dismaturitas.
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan. Atau bayi lahir
dengan berat badan yang tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
e. Large for date.
Bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tuanya kehamilan.
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa
kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir diterima dalam
24 jam pertama setelah lahir.
Berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 2 penyebab kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena umur
kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari
semestinya, sekalipun umur kehamilan cukup atau kombinasi
keduanya.
7
3. Menurut Winkjosastro (2005) bayi dengan berat badan lahir rendah di bagi
menjadi dua golongan, yaitu:
a. Prematuritas Murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan atau bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai
masa kehamilan (MKB-SMK)
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena bayi
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)
4. Menurut (Hidayat, 2005) bayi dengan berat badan lahir rendah di bagi
menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan Berat badan:
1) Bayi berat badan sangat rendah,yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000 gram.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan kurang 1.500 gram
3) Bayi berat badan lahir cukup rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan 1501-2500 gram
b. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan :
1) Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
belum mencapai 37 minggu
2) Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
38-42 minggu.
3) Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
lebih dari 42 minggu
c. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan:
1) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)/small-for-gestational-
age(SGA) adalah Bayi yang lahir dengan keterlambatan
8
pertumbuhan intra uteri dengan berat badan terletak dibawah
persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri.
2) Bayi sesuai dengan masa kehamilan (SMK)/appropriate-for-
gestational-age(AGA). Bayi yang lahir dengan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan,yaitu berat badan
terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan
intra uterin.
3) Bayi besar untuk masa kehamilan/large-for-gestational-age(LGA).
Bayi yang lahir dengan berat badan lebih untuk usia kehamilan
dengan berat badan terletak diatas persentil ke-90 dalam grafik
pertumbuhan intra-uteri

2.4 Patofisiologi (Winkjosastro 2005).


Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit
yang diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35
tahun, keadaan sosial ekonomi. Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan
ganda, kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal,
radiasi, dan zat- zat beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga
mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut
dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi dituntut untuk
beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya
berkembang secara optimal.

2.5 Faktor Resiko BBLR


Menurut Wijayanti (2000), berbagai faktor resiko pada ibu hamil yang
berhubungan dengan kejadian BBLR antara lain:
1. Resiko demografi.
Usia ibu hamil <17>35 tahun, ras, status sosial ekonomi rendah.
9
2. Resiko medis sebelum hamil.
Paritas >4, berat badan dan tinggi badan ibu yang rendah, cacat bawaan,
infeksi saluran kencing, DM, hipertensi kronis, rubella, riwayat obstetric
jelek (BBLR, abortus spontan, kelainan genetik).
3. Resiko medis saat hamil.
Penambahan berat badan selama hamil, interval kehamilan yang pendek,
hipotensi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia, bakteruria, infeksi
TORCH, perdarahan trimester I, kelainan plasenta, hiperemesis
gravidarum, oligohidramnion, polihidramnion, anemia, abnormal, ketuban
pecah dini.
4. Resiko perilaku dan lingkungan.
Merokok, gizi kurang, alkohol, obat-obatan keras, terpapar bahan kimia
toksik dan tempat tinggal di ketinggian.
5. Faktor Resiko lainnya.
Pemeriksaan kehamilan in adekuat, stress atau gangguan psikososial,
uterus mudah berubah bentuk, kontraksi uterus tiba-tiba, defisiensi hormon
progesteron.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir
kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan
keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970),
telah disusun definisi sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa


semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena
morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya
tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
Klasifikasi BBLR :
a. Berdasarkan BB lahir
1. BBLR : BB < 2500gr
2. BBLSR : BB 1000-1500gr
3. BBLASR : BB <1000 gr
b. Berdasarkan umur kehamilan

11
1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk
masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa
Kehamilan ( NKB- SMK).
2. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang
Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup
Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-
Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK ).

3.2 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor


ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit:
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Truma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus

b. Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
12
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

c. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah

d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik

2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom

3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun.

3.3 Tanda tanda Klinis

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
13
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 50 kali / menit
m. Nadi 100 140 kali / menit

Gambaran klinis BBLR secara khusus :


a. Tanda-tanda Bayi Prematur
1) BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2) Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3) Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4) Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
5) Kepala mengarah ke satu sisi.
6) Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan
kurang, sering tampak peristaltik usus.
7) Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8) Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9) Pergerakan kurang dan lemah.
10) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11) Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
12) Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan
kaki fleksi atau lurus.
13) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), dan testis belum turun
(pada laki laki).

b. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur


1. Preterm sama dengan bayi premature
14
2. Term dan post term :
a) Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b) Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c) Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d) Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e) Tali pusat kuning kehijauan.
f) Mekonium kering.
g) Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

3.4 Komplikasi pada BBLR

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
1) Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
2) Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
3) Termoregulasi: Hipotermia
4) Hipoglikemia simtomatik

1. Pada prematur yaitu :


a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit
membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran
hialin yang melapisi alveoulus paru.
b. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering
ditemukan pada bayi prematur.
c. Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh
karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan
membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada
atopsi.
15
d. Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor
kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi
bilirubium direk belum sempurna.
e. Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum
sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan
bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat
kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah,
sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak
kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 37,5
0C).

2. Pada bayi Dismatur


Pada umumnya maturitas fisiologi bayi ini sesuai dengan masa gestasinya
dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus.
Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila
dibandingkan dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian
bayi yang tidak dismatur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun
demikian harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus
ditangani dengan baik.
a. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan
stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
b. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai
hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia
kronik di dalam uterus.
c. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen
hati dan meningginya metabolisme bayi.

16
d. Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang
pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom
down's, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi
intrauterine dan sebagainya.

Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut
:
1) Suhu tubuh yang tidak stabil.
2) Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR.
3) Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
4) Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5) Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6) Gangguan immunologic.

3.5 Penatalaksanaan

1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang
siang penduga/ sonde fooding

17
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan
pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750-2500 gram
1) Bayi sehat
a) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil
lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative
cara pemberian minum.
2) Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan
IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

18
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram


1) Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok
atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1
minggu)
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

19
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan IV secara perlahan.
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram


1) Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2) Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

20
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
a) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
b) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan
c) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang
dihangatkan terlebih dahulu
i. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini
disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak
tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli
panas atau botol inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat
menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah
dingin ganti airnya dengan air panas kembali.
21
j. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi
k. Badan bayi harus dalam keadaan kering
l. Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
m. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n. Ukur suhu tubuh dengan berkala
o. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
p. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
q. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
r. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui

4. Pemantauan (Monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu
2) Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic

22
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat
badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu.

b. Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a) Membersihkan jalan napas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
d) Perawatan bayi sehari-hari:
1) Memandikan
2) Perawatan tali pusat
3) Pemberian ASI
23
4) Dll
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk
ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke rumah sakit.

3.6 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi


dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
a. Umur ibu
b. Riwayat hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a. Berat badan
24
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

3.7 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah


langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang
dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun).

25
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.

Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :


1. Mempertahankan suhu tubuh optimal
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Mengatasi hiperbilirubinemia
6. Memenuhi kebutuhan psikologis
7. Melibatkan program imunisasi

3.8 Pendokumentasian Manajemen Langkah Varney

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI Ny M DENGAN BBLR

I. Pengkajian Data
Tanggal : 07 Januari 2013
Jam : 09.15 WITA

A. Data Subjektif

Nama Bayi : Bayi Ny M


Umur : 1 hari
Tgl/jam/lahir : 06 Januari 2013/09.05/normal (spontan belakang kepala)
Jenis kelamin : Laki-laki ()

26
Nama : Ny M Nama Suami : Tn A
Umur : 16 Tahun Umur : 18 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gerung Alamat : Gerung

1. Keluhan utama
Bayi Ny M lahir spontan di Puskesmas Cakra pukul 09.05 WITA dengan berat
badan lahir rendah.

2. Riwayat kehamilan dan kelahiran


Riwayat pranatal
1) Ibu mengatakan hamil yang pertama dengan usia kehamilan 36 minggu
2) Ibu mengatakan ANC 11x di Puskesmas Cakra dan sudah mendapatkan
imunisasi TT 2x (lengkap) dan ibu mengatakan HPHT : 07-04-2013
3) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit selama hamil.
4) Ibu mengatakan jarang mengkonsumsi obat-obatan yg diberikan bidan

Riwayat natal
a. Natal : Bayi lahir spontan pada tanggal 7 Januari 2014, ditolong
oleh bidan di Puskesmas Cakra dengan BB = 1850 gr, PB
= 43 cm, LK = 30 cm, LD: 31 cm, LL = 9 cm.
b. Post natal : Bayi lahir spontan dengan berat badan lahir rendah.
5) Faktor Lingkungan : Dalam lingkungan tidak ada tetangga/ keluarga
yang menderita penyakit menular.
6) Faktor Genetik : Orang tua tidak pernah menderita penyakit
keturunan.
7) Faktor Sosial : Orang tua dari bayi merasa senang dengan
kelahiran anaknya, begitu juga dengan keluarganya tetapi khawatir
dengan keadaan bayinya
27
8) Faktor Psikososial :
a. Kontak dini : Iya, tetapi hanya di lakukan sebentar karna bayi
mengalami hipotermi dan nafas tidak teratur, bayi
langsung di bawa ke meja resusitasi.
b. Pemberian ASI :Belum diberikan
c. Menyentuh : Sudah dilakukan
d. Kontak mata : Sudah dilakukan

Apgar score : 4-6


Ditolong oleh : Bidan
Tanda 0 1 2 JUM
LAH
NIL
AI
Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 ( ) <100
jantung
Usaha bernafas ( ) tidak ada ( ) lambat tak ( ) menangis
teratur kuat
Tonus otot ( ) lumpuh ( ) eks. Flexi ( ) gerakan 4
sedikit aktif
Reflex ( ) tidak ( ) gerakan ( ) menangis
bereaksi sedikit
Menit Warna ( ) biru pucat ( ) tubuh ( ) kemerahan
1 kemerahan
tangan dan
kaki
Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 ( ) <100
jantung

Usaha bernafas ( ) tidak ada ( ) lambat tak ( ) menangis


teratur kuat

28
Tonus otot ( ) lumpuh ( ) eks. Flxi ( ) gerakan 6
sedikit aktif
Reflex ( ) tidak ( ) gerakan ( ) menangis
beraksi sedikit
Menit Warna ( ) biru pucat ( ) tubuh ( ) kemerahan
5 kemerahan
tangan dan
kaki

3. Riwayat kesehatan ibu


Ibu G1 Po Ao UK 37 minggu Let SU/Observasi inpartu+KPP(11 Jam)

4. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien datang (kiriman dari ponek) dengan spontan KU jelek, sesak +, waktu lahir
tidak langsung menangis,dan odem pada skrotum.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti : kencing
manis, hipertensi (darah tinggi) asma dan tidak mempunyai penyakit menular
seperti : TBC,
penyakit kuning serta tidak mempunyai penyakit menahun, seperti : jantung.

6. Kebiasaan sehari-hari
Makan : 3 x/sehari dengan porsi nasi 1 piring, lauk, sayur, susu,
buah.
Obat-obatan/jamu :-
Merokok :-

B. DATA OBJEKTIF

29
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Suhu : 36,3 oC
Pernapasan : 40 x/menit
BB : 1850 gram
PB : 49 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar lengan : 9 cm
Pemeriksaan fisik :
- Kepala : Ubun-ubun lunak, tidak ada pembengkakan dan cekungan.
- Telinga : Lunak, tidak ada kelainan, simetris.
- Mata : Bersih dan tidak ada secret.
- Hidung dan mulut: Hidung lunak, kanan dan kiri sama, palatum lunak, refleks
hisap lemah.
- Leher : Normal, tidak ada pembengkakan dan benjolan.
- Dada : Simetris, klavikula normal, putting susu terlihat.
- Lengan dan tangan : Gerakannya normal, jumlah jari lengkap.
- System saraf : Refleks moro (+), Menggenggam (+)
- Perut : Lunak, datar, perut tidak kembung, tidak ada perdarahan
pada tali pusat.
- Genetalia : testis berada di scrotum, urethra berlubang,penis (+).
- Anus : Anus berlubang, mekonium (+)
- Tungkai dan kaki : Gerakannya normal, tidak ada kelainan, simetris, jumlah
jarilengkap.
- Kulit : Warna merah muda dan tidak ada tanda lahir, verniks
kaseosa (+)

II. Interpretasi Data

Tanggal : 07-01-2011
30
Jam : 09.05 WITA
Dx : Bayi Ny M umur 1 hari dengan BBLR
Ds : Bayi lahir spontan
Do : KU : Lemah
Suhu : 36,3 0C
Pernapasan : 40x/menit
BB : 1850 gram
PB : 49 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar lengan : 9 cm
Kulit : Warna merah muda dan tidak ada tanda lahir, verniks kaseosa (+)
Masalah : Ibu khawatir dengan keadaan bayinya
Kebutuhan : - Pembebasan jalan nafas
- Kehangatan (Bouding attachmen/skin to skin)
- ASI eksklusif

III. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial

Dx potensial : bayi Ny M dengan hipotermia

IV. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera

- Kehangatan
- ASI eksklusif
- Pencegahan hipotemi
- Kolaborasi dengan Dr.Spesialis anak
- Observasi TTV
V. Rencana Asuhan Menyeluruh (Intervensi)

Dx : Bayi Ny M umur 1 hari dengan BBLR


31
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan bayi dapat tumbuh
dengan baik dan
terhindar dari berbagai penyakit yang akan memperparah kondisi BBLR
Kriteria : - Bayi mampu tumbuh dengan baik dan sehat
- Bayi tidak mengalami gangguan atau terkena penyakit
- TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5 0C 37,5 0C
Nadi : 100-120 x/menit
RR : 40-60 x/menit

Intervensi
1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
R/ : Untuk pencegahan infeksi
2. Membungkus bayi/member kehangatan pada bayi
R/ untuk mencegah hipotermi
3. Memposisikan ekstensi
R/ Melonggarkan jalan nafas.
4 Memberikan O2
R/ Pola nafasnya efektif
5 Observas TTV/4jam
R/ Mengetahui keadaaan umum bayi
6 Pemberian ASI eksklusif
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
7 Perawata bayi sehari-hari
R/ memenuhi kebutuhan personal hygine bayi
8 Menimbang berat badan setiap hari
R/ Mengetahui bayi dehidrasi atau tidak.

VI. Implementasi

32
Hari/Tgl Kegiatan TTD
- Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir
Senin - Membungkus bayi dengan gedong dan
06-01-2013 meletakkannya
Jam dibawah sinar lampu
20.00 WITA - Memposisikan kepala bayi ekstensi dan
menengadahkan kepala bayi.
- Memberikan O2 dengan selang nasal kanul,2 ml
- Observasi TTV
HR :138x/menit
RR :40x/menit
S :36 C
- Memberikan ASI melalui sonde 8X10cc
- Perawatan bayi sehari-hari(mengganti popok
BAK_BAB,memandikan bayi,perawatan tali pusat)
- Menimbang berat badan bayi (2200gram)

VII. Evaluasi
Tanggal : 06-01-2013
Jam : 20.00 WITA
Data Subjektif : -
Data Objektif : KU : Lemah
Suhu : 36,3 0C
BB : 1850 gram
PB : 49 cm
Lingkar kepala: 30 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar lengan : 9 cm
Analisa : Bayi Ny M umur 1 hari dengan BBLR
Penatalaksanaan: - Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
33
- ASI eksklusif 8x10CC
- thermoregulasi
- Observasi TTV/4j

3.9 Pendokumentasian SOAP

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan


yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Asuhan
yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas, singkat, logis dalam
suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat
mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan
pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses berpikir yang sistematis
seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah - langkah
dalam proses manajemen kebidanan.
Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien meliputi 7
langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk
SOAP, yaitu :
S = Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnese sebagai langkah I Varney.

O = Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

A = Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
34
a) Diagnosa/masalah.
b) Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi
dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.

P = Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan Evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan analisa sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.
1. Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
a. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan
informasi yang sistematis yang mengorganisi penemuan dan
konklusi anda menjadi suatu rencana.
b. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan
kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
( Varney, 2000 )

35
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY MDENGAN


BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS
CAKRA TANGGAL 7 JANUARI 2013

A. DATA SUBJEKTIF ( S )
Hari/tanggal masuk Puskesmas : Senin, 6 Januari 2013, pukul 20.00 WITA
Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 7 Januari 2013, pukul 09.15 WITA
1. Identitas Bayi
a. Nama Bayi : Bayi Ny. M
b. Umur : 1 hari
c. Anak ke : 1 (satu)
d. Lahir : 07 Januari 2013, pukul 09.05 WITA
e. Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Identitas Orang Tua


a. Nama Ibu : Ny. M Nama Ayah : Tn. A
b. Umur : 16 tahun Umur : 18 tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
f. Alamat : Gerung Alamat : Gerung

3. Keluhan utama: Bayi lahir spontan di Puskesmas Cakrapukul : 09.05


WITA dengan berat badan lahir rendah.
4. Riwayat kehamilan dan kelahiran
c. Prenatal
5) Ibu mengatakan hamil yang pertama dengan usia kehamilan 9
bulan
36
6) Ibu mengatakan ANC 11x di PuskesmasCakra dan sudah
mendapatkan imunisasi TT 2x (lengkap) dan ibu mengatakan
HPHT : 07-04-2013
7) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit selama hamil.
8) Ibu mengatakan jarang mengkonsumsi obat-obatan yg diberikan
bidan
d. Natal : Bayi lahir spontan pada tanggal 7 Januari 2014, ditolong
oleh bidan di Puskesmas Cakra dengan BB = 1850 gr, PB
= 43 cm, LK = 30 cm, LD: 31 cm, LL = 9 cm.
e. Post natal : Bayi lahir spontan dengan berat badan lahir rendah.
5. Faktor Lingkungan : Dalam lingkungan tidak ada tetangga/ keluarga yang
menderita penyakit menular.
6. Faktor Genetik : Orang tua tidak pernah menderita penyakit keturunan.
7. Faktor Sosial : Orang tua dari bayi merasa senang dengan kelahiran
anaknya, begitu juga dengan keluarganya tetapi khawatir dengan keadaan
bayinya
8. Faktor Psikososial :
e. Kontak dini : Iya, tetapi hanya di lakukan sebentar karna bayi
mengalami hipotermi dan nafas tidak teratur, bayi langsung di bawa ke
meja resusitasi.
f. Pemberian ASI :Belum diberikan
g. Menyentuh : Sudah dilakukan
h. Kontak mata : Sudah dilakukan

B. DATA OBJEKTIF ( O )
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital :
a. Denyut jantung : 120 x/ menit
b. Suhu : 36,3 C
c. Respirasi : 40 x/ menit
3. Berat badan : 1850 gram
37
4. Panjang badan : 49 cm
5. Lingkar kepala : 30 cm
6. Lingkar Dada : 31 cm
7. Lingkar lengan : 9 cm
8. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala : Ubun-ubun lunak, tidak ada pembengkakan dan cekungan.
b. Telinga : Lunak, tidak ada kelainan, simetris.
c. Mata : Bersih dan tidak ada secret.
d. Hidung dan mulut : Hidung lunak, kanan dan kiri sama, palatum
lunak, refleks hisap lemah.
e. Leher : Normal, tidak ada pembengkakan dan benjolan.
f. Dada : Simetris, klavikula normal, putting susu terlihat.
g. Lengan dan tangan : Gerakannya normal, jumlah jari lengkap.
h. System saraf : Refleks moro (+), Menggenggam (+)
i. Perut : Lunak, datar, perut tidak kembung, tidak ada perdarahan pada
tali pusat.
j. Genetalia : testis berada di scrotum, urethra berlubang,penis (+).
k. Anus : Anus berlubang, mekonium (+)
l. Tungkai dan kaki : Gerakannya normal, tidak ada kelainan, simetris,
jumlah jari lengkap.
m. Kulit : Warna merah muda dan tidak ada tanda lahir, verniks kaseosa
(+)

C. ANALISA (A)
1. Diagnosa : Bayi lahir cukup bulan, KMK dengan BBLR+ hipotermi umur
0 hari.
2. Masalah : Ibu khawatir dengan keadaan bayinya
3. Masalah potensial :
a. Hipoglikemi
b. Ikterus
c. Dehidrasi
38
d. Kejang
e. Sepsis
f. Kematian

D. PENATALAKSANAAN(Tanggal : Selasa, 7 Januari 2013, pukul 09: 15


wita)
1. Memberitahu ibu bahwa berat badan bayi kurang dari batas normal yaitu
berat badan bayinya 1850 sedangkan normal berat badan bayi adalah 2500
s/d 4000. Ibu sudah mengetahui berat badan bayinya dan keadaan bayinya
lemah. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemasangan Oksigen 1L/menit. Sudah dilakukan ( pukul 09:
16 wita).
3. Mengobservasi TTV bayi yaitu DJ 120x/m, R 46 x/m, S 36,3 0C. Bayi
mengalami hipotermi, kemudian bayi di masukkan di inkubator. Terdapat
tarikan dinding dada tetapi sedikit.
4. Memberikan injeksi vitamin K 1 mg secara IM 0,5 cc pada paha kiri 1/3
bagian luar atas untuk mencegah perdarahan keotak dan salep mata pada
mata kanan dan mata kiri untuk mencegah terjadinya infeksi diberikan
segera setelah bayi lahir. Bayi sudah diinjeksi dan ibu sudah mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
5. Mengajarkan ibu mengenai metode kanguru untuk menjaga agar bayinya
tetap selalu hangat yaitu dengancara dada bayi menempel dengan dada ibu
dalam baju kangguru , bayi menggunakan popok yang dilapisi plastic
sehingga bayi mendapatkan sumber panas secara terus menerus dimulai
saat setelah lahir, pengganti ibu boleh ayah,tante,nenek,dan lain-lain.
Selain itu juga dengan cara menutup kepala bayi dengan topi serta
menghangatkan di bawahlampu.Ibu sudah mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
6. Melakukan pencegahan infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan bayi. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
39
7. Mencegah kehilangan panas badan bayi dengan menyelimuti bayi dan
meletakkannya pada tempat yang hangat serta mengganti selimut bayi bila
basah. Bayi sudah diselimuti dan ditidurkan di tempat yang hangat.
8. Menginformasikan pada ibu tentang manfaat inisiasi menyusu dini agar
tercipta kontak batin antara ibu dan bayi dan rahim ibu dapat berkontraksi
dengan baik. Ibu sudah mengerti tentang manfaat menyusui dini.
9. Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat
yang benar yaitu hanya dibersihkan dengan sabun saat mandi dan
dikeringkan. Jangan mengolesi tali pusat dengan obat atau ramuan
tradisional. Biarkan tali pusat kering sendiri. Ibu dan keluarga sudah
mengerti tentang cara perawatan tali pusat.
10. Menginformasikan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu:
a. Bayi tidak dapat menyusu , sulit minum, malas minum. Kemungkinan
bayi mengalami kelainan pada bibir dan langit langit dan bayi
infeksi.
b. Bayi kejang kemungkinan bayi terjadi infeksi misalnya tetanus
neonatorum dan gangguan sistim persyarafan seperti trauma kelahiran.
c. Bayi mengantuk dan tidak sadar ( letargis ) kemingkinan bayi infeksi /
sepsis dan gangguan sistim persyarafan.
d. Apabila nafas bayi kurang dari 40 x/menit atau labih dari 60 x/menit
disertai tarikan dada, ini disebabkan karena gangguan pernafasan.
e. Apabila bayi merintih, lemah, atau kurang aktif, kemungkinan
disebabkan karena infeksi.
f. Warna kulit bayi : sianosis ( warna kulit membiru mulai dari muka
sampai seluruh tubuh), warna kulit sangat kuning mulai dari kepala
turu ke kaki.
g. Apabila perut bayi kembung, muntah kemungkinan bayi mengalami
saluran pencernaan bagian atas buntu, sedangkan apabila bayi tidak
mengeluarkan mekonium berarti saluran percernaan bagian bawah
buntu.

40
h. Apabila bagian tali pusat bayi dan dinding perut di sekitar tali pusat
berwarna kemerahan, berbau busuk, terdapat pus / nanah, keluar darah
/ perdarahan, kemungkinan tali pusatnya terdapat infeksi tali pusat. Ibu
sudah mengerti tentang tanda tanda bahaya pada bayi. Ibu sudah
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
11. Menginformasikan pada ibu tentang ASI Ekslusif yaitu ASI eksklusif
adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sebagai bahan makanan
pokok sampai umur 6 bulan bayi hanya diberikan ASI saja tanpa makanan
tambahan lainnya. Serta keuntungan ASI Ekslusif yaitu Mengandung
semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, ASI mengandung zat penolak
(antibody) yang dapat melindung bayi dari berbagai penyakit infeksi, aman
dan dapat diberikan langsung, tidak menimbulkan alergi bagi bayi, sebagai
perantara hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi, membantu
pertumbuhan gizi lebih baik, ekonomis, praktis dan tersedia setiap saat.
Ibu sudah mengerti tentang ASI eksklusif.
12. Menginformasikan pada ibu tentang perawatan bayi sehari-hari yaitu
menjaga kehangatan bayi, bayi baru boleh dimandikan setelah umurnya 6
jam, bungkus bayi dengan kain kering, ganti kainnya jika basah. jangan
tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin, jaga tali pusat selalu
bersih, kering, dan biarkan terbuka (jangan di bungkus). Ibu sudah
mengerti tentang perawatan bayi sehari-hari.
13. Menjadwalkan ibu untuk kunjungan dalam 4 hari pasca persalinan yaitu
pada tanggal 11 januari 2014. Ibu sepakat untuk kunjungan pada tanggal
11 januari 2014.

41
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa


yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan
biaya perawatan yang tinggi.

4.2 Saran

1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.


2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

42
DAFTAR PUSTAKA

Sudarti, Afroh Fauziah.2010.Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan


Kegawatdaruratan.Yogyakarta:Indonesia.Nuha Medika.
Pantiawati, ika,S.sit.2010.Bayi dengan BBLR.yogyakarta:Nuha Medika.
Proverati atikah,SKM, MPH dan cahyo ismawati
sulistyorini,S.Kep.,Ns.2010.BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).yogyakarta:Nuha
Medika.

43

Anda mungkin juga menyukai