Anda di halaman 1dari 6

BAB IPENDAHULUANA.

LATAR BELAKANG

Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong.
Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama yaitu kekuatan ibu (power), Keadaan jalan lahir
(Passage), dan Keadaan janin (Passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), Penolong saat
bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbanganatau kesesuaian antara faktor-
faktor P tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau
lebihfaktor P ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau
kesulitan persalinan ini disebut distosia.Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan jalan
lahir lunak seperti vulva, vagina, serviks dan uterus. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin.
Pengenalan dinidan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu danjanin.B. RUMUSAN
MASALAH1. Bagaimana gambaran pelvis yang ideal?2. Bagaimana distosia kelainan jalan lahir pada
PAP, PTP, dan PBP ?C.

TUJUAN1.

Untuk mengetahui gambaran pelvis yang ideal.2. Untuk mengetahui kelainan jalan lahir pada PAP, PTP,
dan PBP.D. METODE PENULISANMetode penulisan makalah ini menggunakanmetode pustaka, yaitu
dengan menggunakan sumber-sumberpustaka seperti buku dan internet sebagai acuan.BAB
IIPEMBAHASAN1. Gambaran pelvis yang ideal :a. Ukurannya :Bentukinlet-nya bulat atau ovalTidak
dijumpai penonjolan promontoriumDiameter anterior atau posterior 12 cmDiameter transversalnya 13
cmSudut inklinasi terhadap bidang horizontal sebesar 550b. Ruangannya :Melengkung dengan lateral
lurusTidak terdapat penonjolan spina isciadikaLengkungan sacrum licinPanjang ligamentum
skrospinosum 3 cmc. Pintu bawah panggul :Melengkung pada arkus pubisSudut subpubisnya lebih
dari 80 derajatDiameter intertuberosusnya 10cm1. Tulang pelvis sejati dibagi menjadi 4 zona :a.
zona pintu masukb. zona ruanganc. zona tulang pelvis bagian tengahd. zona pintu keluar2.
Sumbu jalan lahir melengkung kedepan, dengan titik lengkungannya disekitar zona tulang pelvis bagian
tengahZona pada tulang pelvis sejatia. Zona pintu masuk (inlet)Dibatasi oleh : linea inominata, simfisis
pubis, promontorium.Diameter transversal 13 cm.Diameter anterior/posterior 12 cm.Diameter oblik 13
cm.Konjugata vera 11 cm.Konjugata diagonalis 12 cm.Penyempitan PAP dapat menyebabkan : Kepala
tinggi, Compound presentation, Ketuban pecahdini, Kelainan letak janin.b. Zona ruanganMerupakan
bagian terluas rongga pelvis.Diameter anterior/posterirnya 13 cm.Diameter transversalnya 12 cm.c.
Zona pelvis tengahRuangan tersempit tulang pelvis.Dibatasi oleh : arkus pubis, spina ischiadika,
ligamentum sakrospinosum,ujung tulang sacrum.Diameter yang paling penting spina ischiadika 10
cm.Spina ischiadika membagi pelvis tengah menjadi : segitiga depan dibatasi oleh arkus pubis,rami osis
pubis. Segitiga belakang dasarnya spina ischiadika, lateralnya sakrospinosum.Diameter
anterior/posteriornya 11 cm.Diameter sagital/posterior 5 cm.Penyempitan panggul tengah jika jumlah
diameter interspinarum dan diameter sagital posterior kurang dari 15 cm.Penyempitan panggul tengah
menyebabkan kegagalan putar paksi dalam, deep transverse arrest atau occipito posterior persistent,
kesulitan untuk melakukan pemasangan forceps.d. Zona pintu keluar (outlet)Sebagian besar tidak
terlalu banyak pengaruhnya terhadap persalinan.Penyempitan pintu keluar jika dijumpai diameter
interischia tuberosum kurang dari 8 cm.Interischia Tuberosum, membagi pintu bawah panggul menjadi
dua bagian: Segitiga depan yaitu interischia tuberosum sampai ujung simfisis, Segitiga belakang yaitu
interischia tuberosum sampai ujung S5.Segitiga depan akan menyempit dan menyebabkan kepala harus
menekan kebelakang saat lahir dan menimbulkan trauma besar pada perineum.[1]2. Distosia Kelainan
Jalan Lahir Pada PAP, PTP, dan PBPSetiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul, dapat menimbulkan distosia pada persalinan. Kesempitan panggul bisa diklasifikasikan sebagai
berikut :1. Kesempitan pintu atas panggul (PAP)2. Kesempitan panggul tengah (PTP)3. Kesempitan
pintu bawah panggul (PBP)A. Kesempitan Pintu Atas Panggul1. DefinisiPintu atas panggul biasanya
dianggap menyempit jika konjugata vera yang merupakan ukuran paling pendek panjangnya kurang dari
10cm atau jika diameter transversa yang merupakan ukuran paling lebar panjangnya kurang dari 12 cm.
Konjugata vera umumnya diperkirakan dengan pengukuran secara manual panjang konjugatadiagonalis
yang sekitar 1,5cm lebih besar, Dengan demikian, kesempitan pintu atas panggul biasanya diartikan
sebagaikeadaan dengan konjugata diagonalis yang berukuran kurang dari 11,5 cm.Dengan melakukan
pengukuran panggul secara klinis dan kadang-kadang pelvimetri radiologi, kita harus menentukan
konjugata vera yang merupakan diameter terkecil yang harus dilewati kepala janin. Kadang-kadang
korpus vertebra sakralis pertama bergeser kedepan sehingga ukuran yang paling kecil ini sebenarnya
berada diantara promontorium sacrum yang palsu atau abnormal dan simfisis pubis.Diameter
biparietalis kepala janin yang aterm bisa ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi sebelum
persalinan, dan pada populasi klinik yang berbeda-beda mempunyai kisaran rata-rata dari 9,5 cm sampai
ukuran terbesar 9.8 cm. Karena itu, sebagian bayi sukar atau bahkan tidak mungkin dapat melewati pintu
atas panggul dengankonjugata vera yang panjangnya kurang dari 10cm.Menurut Mengert (1948) dan
Kaltreider (1982), dengan menggunakan pelvimetri rontgen, memperlihatkan bahwa insiden persalinan
yang sulit akan meningkat sampai suatu derajat yangsama kalau konjugata vera kurang dari 10 cm. atau
diameter transversalis pintu atas panggul kurang dari 12 cm. Kalau kedua ukuran tersebut sempit,
insiden kesulitan obstetric akan jauh lebih besar daripada kalau hanya salah satu saja yang sempit.
Konvigurasi pintu atas panggul juga merupakan faktor penting yang menentukan apakah ukuran panggul
memadai, tanpa tergantung pada hasil pengukuran sebenarnya konjugata diagonalis serta diameter
transversalin dan daerah-daerah yang dikalkulasikan dan klasifikasi.Wanita yang kecil barangkali akan
memilik panggul yang kecil, namunlebih besar kemungkinannya pula untuk mempunyai bayi yang kecil.
Menurut Thoms (1937), dalam suatu penelitian terhadap 362 wanita primigravida, mendapatkan bahwa
beratrata-rata bayi yang dilahirkan oleh para wanita tersebut lebih rendah secara bermakna (278 gram)
pada wanita dengan panggul kecil daripada wanita dengan panggul sedang atau besar. Dalam bidang
obstetric Veteriner kerapkali ditemukan bahwa pada sebagian besar spesies hewan faktor penting yang
menentukan besar janin bukan terletak pada ukuran paternal melainkanpada ukuran maternal.2.
Ukuran kepala janin.Teknik-teknik pemeriksaan secara klinis,radiologis, ataupun ultrasonografik telah
digunakan dengan berbagai derajat keberhasilan dalam menentukan ukuran kepala janin terhadap
ukuran pintu atas panggul.3. Pemeriksaan KlinisMasuknya kepala janin kedalam panggul, seperti
dijelaskan oleh Muller (1880), dapat memberikaninformasi yang berguna. Pada presentasi belakang
kepala(occiput), dokter dapat memegang bagian dahi dan sub occiput melalui dinding abdomen dan
melakukan penekanan kuat kebawah menurut sumbu pintu ataspanggul. Tekanan pada fundus yang
diberikan oleh asisten pada saat yang sama biasanya akan membantu pemeriksaan ini. Akibat tekanan
pada penurunan kepala janin dapat dievaluasi melalui palpali dengan tangan yang mengenakan sarung
tangan steril didalam vagina.Jika tidak terdapat disproporsi, kepala janin sudah akan masuk kedalam
panggul dan persalinan pervaginam dapat diramalkan. Namun demikian, ketidakberhasilan kepala janin
untuk masuk kedalam panggul tidak selalu menunjukan bahwa persalinan pervaginam tidak mungkin
berlangsung. Gambaran yang memperlihatkan secara jelas kepala janin dalam posisi fleksi yang
bertumpuk dengan simfisis pubis merupakan bukti presumptive adanya disproporsi.[2]4. Presentasi
dan posisi janinPenyempitan pintu masuk panggul berperan penting dalam terjadinya presentasi
abnormal. Presentasi muka dan bahuterjadi tiga kali lebih sering pada perempuan dengan penggul yang
sempit, dan prolaps tali pusat dan ekstremitas janin terjadi empat sampaienam kali lebih sering. Pada
perempuan nulipara normal, bagian terbawah janin sering turun kedalamrongga panggul sebelum
awitan partus aterm. Namun, jika pintu masuk panggul sangat menyempit, penurunan janin biasanya
tidak terjadisampai setelah awitan partus (jika hal itu memang terjadi).5. Proses PersalinanPada
deformitas panggul sedemikian jelas sehinggamenyebabkan kepala janintidak dapat memasuki pintu
masuk panggul, proses persalinan menjadilebih lama dan pada banyak kasus tidak pernahterjadi partus
spontan. Jika hal ini terjadi, efek pada ibu dan janin akan parah.a. Efek pada ibuMeskipun efek pada
ibu dan janin akibat panggul yang sempit diklasifikasikan dipembahasan selanjutnya, perlu diingat bahwa
distosia akibat kelainan tulang panggul dapat menyebabkan komplikasi yang serius bagi janin atau ibunya
atau keduanya.1. Kelainan dilatasi serviksBiasanya, dilatasi serviks dipermudah oleh efek hidrostatik
selaput ketuban yang masih utuh atau, setelah ketuban pecah, tekanan langsung bagian terbawah janin
terhadap serviks, Namun, pada panggul yang sempit, saat kepala tertahan dipintu masuk panggul,
seluruh kekuatanyang ditimbulkan oleh kontraksi uterus menekan langsung pada bagian selaput ketuban
yang menutupi serviks yang berdilatasi. Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan kepala janin
terhadap serviks dansegmen bawah uterus menyebabkan kontraksi uterus melemah.2. Bahaya rupture
uterusJika disproporsi kepala panggul sedemikian besarsehingga tidak terjadi engagement dan
penurunan, segmen uterus bawah akan teregang hebat dan kemungkinan besar timbulbahaya rupture
uterus. Pada kasus seperti ini, dapat terbentuk cincin retraksi patologik yang dapat diraba sebagai suatu
rigi transversal atau oblik membentang melintasi uterus diantara simfisis dan umbilicus. Jika diketahui
kelainan ini,seksio cesaria harus segera dilakukan untuk mengakhiri persalinan danmencegah rupture
uterus.3. Pembentukan fistulaSaat bagian terbawah janin terjepit dipintu masuk panggul tetapi tidak
dapat maju selama beberapa waktu, bagian-bagian jalan lahir yang terletak diantara bagian terbawah
janin dan dinding panggul mungkin mengalami tekanan berlebihan. Akibat sirkulasi yang terganggu,
terjadi nekrosis yang beberapa hari setelah pelahiran dapat bermanifestasi sebagai fistula
vesikovaginalis, vesikoservikalis, atau rektovaginalis.4. Infeksi intrapartumInfeksi adalah bahaya serius
lainnya yang dapat dialami ibu dan janin akibat komplikasi ketuban pecah dini. Resiko infeksi meningkat
oleh pemeriksaan vagina berulang dan manipulasi intra vagina dan intrauterus lainnya.b. Efek pada
janinPartus yang memanjang itu sendiri berbahaya bagi janin. Pada perempuan yang mengalami
persalinan lebih dari 20 jam atau dengan partus kala 2 yang lebih dari 3 jam, terdapat peningkatan angka
kematian perinatal yang bermakna. Jika panggul menyempit dan terjadi ketuban pecah dini,infeksi
intrapartum menjadi penyulit serius bagi ibu dan merupakan penyebab penting kematian jani dan
neonatus.1. Pembentukan caput suksedaneumJika panggul sempit, sering terbentuk caput
suksedaneum besar dibagian paling dependen dari kepala selama prosespersalinan. Caput dapat
mencapai dasar panggul sementara kepala masih belum masuk, dank arena tidak menyadari hal ini,
dokter yang belum berpengalaman mungkin melakukan kesalahan dengan memaksa pelahiran lebih
cepat dengan forsep. Biasanya, caput besar menghilang beberapa hari setelah lahir.2. Molding kepala
janinDibawah tekanan kontraksi uterus yang kuat, tulang-tulang tengkorak menjadi saling tumpang
tindih disutura-sutura mayor, suatu proses yang disebut sebagai molding (pelipatan). Proses ini dapat
mengurangi diameter biparietal sekitar 0,5 cm tanpa menyebabkan cedera otak; pada molding yang
lebih besar, kemungkinan cedera intracranial meningkat. Fraktur tengkorak kadang-kadang dijumpai,
biasanya setelahusaha pelahiran secara paksa, walaupun kadang-kadang hal ini terjadi padapersalinan
spontan.3. Prolaps tali pusatSuatu penyulit janin yang serius adalah prolaps tali pusat, yang
dipermudah oleh gangguan adaptasi antara bagian terbawah janin dan pintu masuk panggul.6.
PenangananTatalaksana penyempitan pintu masuk panggul terutama ditentukan oleh prognosis untuk
pelahiran pervaginam yang aman. Jika berdasarkan kriteria yang dikaji tidak dapat dilakukan partus
spontan yang aman bagi ibu dan bayinya, harus dilakukakan seksio sesaria.7. PrognosisPrognosis untuk
pelahiranjanin aterm berukuran normal pervaginam yang berhasil pada kasus penyempitan hebat pintu
masuk panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 9 cm hampir tidak memiliki harapan. Untuk
kelompok borderline dengan diameter anteroposterior sedikit dibawah 10 cm, prognosis untuk partus
pervaginam sangat dipengaruhi oleh berbagai variable sebagai berikut :1. Semua presentasi kecuali
occiput tidak menguntungkan.2. Ukuran janin sangat penting3. Jenis pintu masuk panggul berperan
penting4. Disfungsi uterus sering terjadi pada disproporsi yang besar5. Secara umum, dilatasiserviks
spontan yang teratur mengisyaratkan bahwa partus pervaginam mungkin berhasil.6. Asinklitismus
yang ekstrem dan molding kepala janin yang mencolok tanpa engagement merupakan tanda prognostic
buruk.7. Data-data mengenai hasil persalinan dan pelahirannya sebelumnya bermanfaat. Demikian
juga, data berat bayi sebelumnya8. Gagalnya pelahiran pervaginam akibat keadaan-keadaan yang
mengganggu perfusi uteroplasenta.[3]B. Kesempitan Pintu Tengah Panggul1. DefinisiBidang obstetric
panggul tengah membentang dari margi inferior simfisis pubis, lewat spina ischiadika, dan mengenai
sacrum di dekat sambungan tulang vertebra keempat dan kelima. Linea transversal yang secara teoritis
menghubungkan kedua spina ischiadika membagi panggul tengah menjadi bagian anterior danposterior.
Bagian yang pertama dibatasi di sebelahanteriornya oleh ramus iskiopubikum. Bagian posterior dibatasi
di sebelah dorsal oleh sacrumdan di sebelah lateral oleh ligamentum sakrospinosumsehingga
membentuk batas-batas inferior foramen iskiadikum mayor.Ukuran panggul tengah rata-rata adalah
sebagai berikut: diameter transversa(interspinosum), 10,5 cm; konjugata vera (dari pinggir bawah
simfisis pubis ke sambungan vertebra sakralis keempat dan kelima), 11,5 cm; dan diameter sagitalis
posterior (dari titik tengah linea interspinosum ke titik yang sama pada sacrum), 5 cm. meskipun definisi
kesempitan panggul tengahbelum dapat ditetapkan dengan ketepatan yang sama seperti pada
kesempitan pintu atas panggul, namun panggul tengah mungkin sempit kalau jumlah diameter
interspinarum dan diametersagitalis posterior pelvis (normalnya 10,5 plus 5 cm atau 15,5 cm) mencapai
13,5 cm atau lebih kecil lagi. Konsep ini ditegaskan oleh Chen dan Huary (1982)dalam mengevaluasi
kemungkinan kesempitan panggul tengah. Kalau diameter interspinarum kurang dari 10 cm, kita sudah
mempunyai alasan untuk mencurigai adanya kesempitan panggul tengah. Bila diameter interspinarum
lebih kecil dari 9 cm, panggul tengah sudah pasti sempit. Definisikesempitan panggul tengahyang
sebelumnya, tentu saja, tidak menggatakan bahwa distosia harus terjadi pada panggul semacam itu,
tetapi hanya menyebutkan bahwa distosia bias terjadi. Terjadinya distosia pada kesempitan pada
panggul tenggah juga tergantung pada ukuran serta bentuk pelvis bagian depan dan besar kepala janin,
di samping derajat kesimpitanpanggul tenggah sendiri.2. PengenalanMeskipun tidak ada metode
manual yang tepat untuk menggukur kesempitan panggul tenggah , tanda-tanda yang menunjukan
kesempitan panggul tengah kadang-kadang dapat diperoleh dengan memastikan dengan pemeriksaan
vagina bahwa spina iskiadiska menonjol kedalam, dinding samping pelvis berkonvergensi atauforamen
istiadikum mayor teraba sempit. Menurut Elle dan Mengert (1947) lebih lanjut menunjukkan bahwa
hubungan antara distansia tuberum dan dinstansia spinarum pada iskium cukup konstan sehingga
penyempitan distansia spinarum dapat diantisipasikalau distansia tuberum sempit. Meskipun
demikian,distansia tuberum yang normal tidak selalu menyingkirkan kemungkinan distansia untuk
spinarum yang sempit.3. EtiologiKesempitan panggul tengah mungkin lebih sering dijumpai daripada
kesempitan pintu atas panggul, dan sering menjadi penyebab kemacetan pada janin dalam posisi
melintang (transversearrest) dan kesulitan dalam melakukan tindakan forcep tengah.4.
PenatalaksanaanDalam penangganan persalinan yang dipersulit dengan adanya kesempitan panggul
tengah, tindakan pertama adalah membiarkan tenaga persalinan yang alami untukmendorong diameter
biparietalis kepala janin melewati hambatan spinarum yang potensial tersebut. Pemasangan forcep pada
kepala janin mungkin sukar sekali dilakukan karena diameter yang paling besar belum melewati bagian
panggul tengah yang sempit. Kesukaran ini dapat dijelaskan berdasarkan dua alasan :a) Penarikan
kepala dengan forcep akan menghilangkan fleksi, sementara dorongan dari atas meningkatkan fleksib)
Kendati daun porcep hanya memakan tempat beberapa milimeter, namun hal ini sudah menggurangi lagi
ruangan yang tersedia. Hanya kalau kepala janin sudah turun sampai perineum menonjol dan verteks
benar-benar terlihat,barulah kita mempunyai alasan untuk merasa yakin bahwa kepala janin sudah
melewati tempat obstruksi. Dalam keadaan ini, biasanya forsep sudah dapat dipasang dengan aman.
Dorongan yang kuat dari atas fundus tidak bolehdigunakan untuk mencoba memaksa kepala janin
melewati tempat obstruksi.Pemakaian forsep untuk membantu persalinan pada sempitan panggul
tengah, yang biasanya tidak terdiagnosis, bertanggungjawab atas begitu banyak kutukan yangdilontarkan
pada tindakan forsep tengah. Karena itu, persalinan dengan forsep tengah merupakan kontraindikasi
pada setiap kasus kesempitan panggul tengah, dimana diameter biparietalis kepala janin belum melewati
tempat yang sempit itu. Kalau tidak,angka mortalitas dan morbiditas perinatal yang menyertai tindakan
tersebutakan tinggi sekali.Penggunaan alat vakum ekstrasi telah dilaporkan memberikan hasil yang
baikpada beberapa kasus kesempitan panggul tengahsetelah serviks benar-benarberdilatasi penuh.
Traksi yang dilakukan tidak perlu menimbulkan defleksi kepala janin dan alat vakumjuga tidak memakan
ruangan seperti halnya forsep. Seperti pada persalinan dengan forsep, vakum ekstrasi tidak boleh
dipasang sebelum berdiameter biparietalis melewati tempat obstruksi dalam panggul. Oksitosin tentu
saja tidak mempunyaitempat dalam penanganan distosia yang disebabkan oleh kesempitan panggul
tengah.C. Kesempitan Pintu Bawah Panggul1. Definisi dan insidenKesempitan pintu bawah panggul
biasanya diartikan sebagai keadaan dimana distansia tuberum 8 cm atau lebih kecil lagi. Pintu bawah
panggul secara kasar dapat disamakan dengan dua buahsegitiga. Distansia tuberum merupakan alas
kedua segitiga tersebut. Kedua sisi segitiga yang di depan adalah ramus osis pubis, danpuncaknya
terdapat pada permukaan inferior-posterior simfisis pubis. Segitiga yang dibelakang tidak mempunyai sisi
tulang tetapi puncaknya dibatasi oleh ujung vertebra sakralis terakhir (bukan ujung os koksigeus).
Flobergdan kawan-kawan (1987) melaporkan bahwa kesempitan pintu bawah panggul ditemukan pada
0,9 persen dari 1429 primigravida aterm yang tidak diseleksi; semua primigravida ini dirawat padarumah
sakit di Stockholm.2. EtiologiPengurangan distansia tuberum yang mengakibatkan penyempitansegitiga
anterior pada pintu bawah panggul tanpa bisa dihindari harus mendorong kepala janin kea rah posterior.
Karena itu, kelangsungan proses persalinan sebagian akan tergantung pada ukuran segitiga posterior
atau lebih spesifik lagi pada distansia tuberum dan diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul.
Pintu bawah pangul yang sempit tak banyak mengakibatkan distosia karena kesempitannya sendiri
mengingat keadaan ini sering disertai pula dengan kesempitan panggul tengah.Kesempitan pintu bawah
panggul tanpa disertai kesempitan pada bidang panggul tengah jarang dijumpai.Bahkan sekalipun
disproporsi antara ukuran kepala janin dan pintu bawahpanggul tidak cukup besar untuk menimbulkan
distosia yang berat, namun keadaan tersebut tetap menjadi bagian yang penting sebagai penyebab
ruptura perineum. Dengan semakin sempitnya arkus pubis, oksiput tidak bisa muncul langsung dibawah
simfisis pubis tetapiakan terdorong lebih jauh kebawah pada ramus iskiopubikum. Pada kasus-kasus yang
ekstrim, kepala janin harus berputar di sekeliling garis yang menghubungkan kedua tuberiskiadikum.
Sebagai akibatnya, perineum harus semakin teregang dan dengan demikian menghadapi ancaman
terjadinya ruptur yang besar. Episiotomy mediolateralis yang luar biasanya diperlukan pada keadaan ini.
[4]BAB IIIPENUTUP1. KesimpulanTulang pelvis sejati dibagi menjadi 4 zona :a. zona pintu masukb.
zona ruanganc. zona tulang pelvis bagian tengahd. zona pintu keluarKesempitan panggul bisa
diklasifikasikan sebagai berikut:1. Kesempitan Pintu Atas PanggulPintu atas panggul biasanya dianggap
menyempit jika konjugata vera yang merupakan ukuran paling pendek panjangnya kurang dari 10cm atau
jika diameter transversa yang merupakan ukuran paling lebar panjangnya kurang dari 12 cm. Kesempitan
pintu atas panggul biasanya diartikan sebagaikeadaan dengan konjugata diagonalis yang berukuran
kurang dari 11,5 cm.2. Kesempitan Pintu Tengah PanggulPanggul tengah mungkin sempit kalau jumlah
diameter interspinarum dandiameter sagitalis posterior pelvis (normalnya 10,5 plus 5 cm atau 15,5 cm)
mencapai 13,5 cm atau lebih kecil lagi.3. Kesempitan Pintu Bawah PanggulKesempitan pintu bawah
panggul biasanya diartikan sebagai keadaan dimana distansia tuberum 8 cm atau lebih kecil lagi. Pintu
bawah panggul secara kasar dapat disamakan dengan dua buah segitiga. Distansia tuberum merupakan
alas kedua segitiga tersebut.[1]Manuaba, Ida Bagus,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC H
787-788[2]Cunningham, F. Gary. 1995.Obstetri Williams. Jakarta : EGC H 435-436[3]Gant, norman F.
1995.Dasar-dasar ginekologi dan obstetric. Jakarta: EGC H 438-440[4]Cunningham, F. Gary. 1995.Obstetri
Williams. Jakarta : EGC H 439-441

Anda mungkin juga menyukai