Abstrak
Pada saat ini proses pembelajaran umumnya selalu berpusat kepada guru (teacher center),
guru selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Model pembelajaran yang
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran adalah Means Ends Analysis
(MEA) dan Group Investigation (GI) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran
MEA dan GI terhadap hasil belajar biologi kelas VIII SMP Nabil Husein Samarinda Tahun
Pembelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan di SMP Nabil Husein Samarinda dengan
sampel VIII D, VIII E, dan VIII F. Untuk mengetahui hasil evaluasi belajar siswa diberi soal pre
test pada awal pertemuan dan posttest di akhir pertemuan. Penelitaian ini menganalisis nilai
rata-rata yang diperoleh kelas VIIID, VIII E, dan VIII F. Dimana kelas VIIID menggunakan
pembelajaran langsung dengan nilai rata-rata 75,41, kelas VIII E dengan model pembelajaran
MEA dengan nilai rata-rata 88,64, sedangkan kelas VIII F dengan model pembelajaran GI
dengan nilai rata-rata 88,05. Data statistik menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran
Means Ends Analysis dan pembelajaran thitung 2,53 > ttabel 2,120. Data statistik model
pembelajaran GI dan model pembelajaran langsung t hitung 2,91 > ttabel 2,120 . Sehingga ada
pengaruh dari model pembelajaran MEA dan GI terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Nabil Husein Samarinda. Berdasarkan hasil penelitian, kelas yang menggunakan model
pembelajaran MEA dan GI terbukti lebih baik dari kelas yang menggunakan pembelajaran
langsung, karena kelas yang menggunakan model pembelajaran MEA dan GI memiliki rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan dari kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung.
Guru hendaknya memvariasikan model pembelajaran yang diterapkan di kelas, misalnya
menggunakan MEA dan GI.
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas agar
manusia dapat mengembangkan kemampuan dirinya di masyarakat. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem
pendidikan nasional, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan
bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab (Ariadi, 2014).
Pendidikan merupakan faktor penting dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seorang anak, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan
adalah proses sosial di mana seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga
mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individu yang
optimal. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan dan
proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan.
Pada saat ini proses pembelajaran umumnya selalu berpusat kepada guru
(teacher center), guru selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu.
Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung
membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini menjadi masalah serius
dalam dunia pendidikan karena dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Di abad ke-21 peran guru menjadi semakin berat, dimana guru harus mampu
mengantarkan peserta didik agar menjadi pribadi yang unggul yang mampu bertahan
dan bersaing. Di abad 21 guru harus memiliki kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan terampil
dalam teknologi informasi dan komunikasi. Hanya dengan guru yang profesional
pendidikan dapat ditingkatkan mutunya, dan dengan pelaksanaan pendidikan yang
bermutu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru merupakan
kunci utama untuk meningkatkan mutu pendidikan (Akbar, 2014).
Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pembelajaran di
abad ke-21 ini maka digunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif
menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi,
saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.
Dalam hal ini guru harus memperhatikan bahwa pembelajaran kooperatif sifatnya
(student centered) berpusat sepenuhnya pada siswa dan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dalam rangka mewujudkan keterampilan pembelajaran abad
21(Isjoni, 2009).
Dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan di pembelajaran abad 21
lebih menekankan adanya partisipasi siswa dimana guru lebih berperan sebagai
fasilitator. Guru menuntun siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk merealisasikannya adalah model
pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan model pembelajaran Group
Investigation (GI).
Berdasarkan hasil observasi dengan pemberian angket di 3 sekolah yaitu
SMPN 6 Samarinda, SMPN 40 Samarinda, dan SMP Nabil Husein Samarinda.
Diperoleh informasi bahwa di SMPN 6 model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) dan Group Investigation (GI) sudah diterapkan dan belangsung secara efektif
membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Informasi dari SMPN 40
Samarinda model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation
(GI) sudah digunakan dalam proses belajar mengajar, sedangkan di SMP Nabil Husein
Samarinda model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) belum pernah
diterapkan, beberapa guru hanya pernah mendengar tentang model pembelajaran
Means Ends Analysis (MEA) dan model pembelajaran Group Investigation (GI), tetapi
belum pernah mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar disekolah.
Menurut Herdian (2009), model pembelajaran Means Ends Analysis terdiri
dari tiga unsur kata yaitu Means, Ends dan Analysis. Means menurut bahasa yakni
berarti, banyaknya cara. Sedangkan Ends adalah akhir atau tujuan, dan Analysis
berarti analisa atau penyelidikan secara sistematis. Means Ends Analysis pertama kali
diperkenalkan oleh Newell dan Simon . Newell dan Simon menyatakan bahwa Means
Ends Analysis (MEA) merupakan suatu proses untuk memecahkan suatu masalah
kedalam dua atau lebih bagian tujuan dan kemudian dikerjakan berturut-turut pada
masing-masing tujuan tersebut.
Suherman (2008), menyatakan bahwa model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) adalah variasi dari pembelajaran pemecahan masalah dengan sintaks
yaitu sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah, digabungkan menjadi
bagian-bagian masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan susunan bagian-
bagian masalah sehingga terjadi konektivitas, pilih strategi solusi.
Menurut Harto (2014), hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa
yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Dewi (2013), kegiatan
pembelajaran dengan penerapan model Means Ends Analysis (MEA) dapat
MOTODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen semu (Quasi
ekperimental), eksperimen semu adalah seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk
diberi perlakuan. Pada penelitian ini jenis quasi eksperimen yang digunakan Pretest
posttest control group design metode penelitian dimana semua sampel diberikan pretest
dan posttest, kemudian dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh model pembelajaran
Mean Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar IPA
siswa SMP Nabil Husein Samarinda kelas VIII tahun pembelajaran 2015/2016.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Mei 2016 semester
genap. Tempat penelitian adalah SMP Nabil Husein Samarinda yang beralamat di
Jalan Rapak Indah No. 1 Rt. 38 Samarinda tahun pembelajaran 2015/2016. Dalam
penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (independen) dan satu
variabel terikat (dependen) sebagai berikut: Variabel bebas (X) adalah variabel yang
diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain. Adapun variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Mean Ends Analysis (MEA) dan model
pembelajaran Group Investigation (GI). Variabel terikat (Y) adalah variabel yang timbul
sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Adapun
variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA biologi siswa kelas VIII
SMP Nabil Husein Samarinda.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII (VIIIA, VIIIB,
VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF, VIIIG) semester genap SMP Nabil Husein Samarinda Tahun
Pembelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa 182 siswa yang
beralamat di Jalan Rapak Indah Samarinda. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan
pertimbangan kemampuan siswa yang hampir sama dilihat dari nilai rata-rata hasil
belajar kognitif IPA Biologi siswa, jenis kelamin, dan waktu belajar. Sebagai sampel
penelitian diambil tiga kelas yaitu VIII-E dan VIII-F sebagai kelas eksperimen dan VIII-
D sebagai kelas kontrol. Adapun jumlah siswa yang diambil untuk menjadi sampel
pada proses penelitian sebanyak 69 orang siswa.
HASIL PENELITIAN
Instrumen test sebelum diujikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
terlebih dahulu harus diuji coba untuk mengetahui tingkat reabilitas soal. Instrumen
soal diuji coba pada kelas yang telah mendapatkan materi-materi fotosintesis dan
gerak pada tumbuhan yaitu pada kelas IX A dengan jumlah soal adalah 10 nomor soal
uraian. Analisis soal dilakukan dengan menggunakan uji reabilitas soal. Uji reabilitas
digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsistensi untuk
diujikan kapan saja instrumen tersebut disajikan. Soal reliabel apabila koefisien
stabiliras r11 sama atau lebih besar dari 0,70. Dari hasil perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh nilai reliabilitas butir soal r11 = 0,99 lebih besar dari 0,70 maka
koefisien reabilitas soal memiliki kriteria pengujian yang reliabel.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar siswa kelas VIII-E
berdistribusi normal dan homogen. Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan uji T,
uji ini menggunakan hasil posttest siswa kelas perlakuan model Means Ends Analysis
(MEA) dan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan manual pada lampiran, nilai thitung
sebesar 7,95 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi
5% dengan dk=16 sebesar 2,120, maka hipotesis Ha penelitian ini diterima dan Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Nabil Husein Samarinda
Hasil posttest siswa kelas perlakuan model pembelajaran Group Investigation
(GI) dan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan manual pada lampiran 8, nilai thitung
sebesar 7,36 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi
5% dengan dk=16 sebesar 2,120, maka hipotesis Ha penelitian ini diterima dan Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) terhadap hasil belajar siswa. Samarinda khusus kelas VIII-E yang
menggunakan model Means Ends Analysis (MEA) dan VIII-F yang menggunakan
model Group Investigation (GI), serta kelas VIII-D yang menggunakan pembelajaran
langsung.
Means Ends Analysis (MEA) pada kelas VIII-E dan Group Investigation (GI)
pada kelas VIII-F serta kelas VIII-D menggunakan pembelajaran konvensional . Dapat
diketahui bahwa setiap kelas memiliki perbedaan hasil belajar, dimana kelas yang
menggunakan model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan Group
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nabil Husein Samarinda pada tanggal 28
Maret sampai dengan 04 Mei 2016 semester genap tahun ajaran 2015/2016, dengan
menggunakan 3 sampel yaitu kelas VIII-D sebagai kelas kontrol yang menggunkan
model pembelajaran konvensional, VIII-E menggunakan model pembelajaran Means
Ends Analysis (MEA), dan VIII-F menggunakan model pembelajaran Group
Investigation (GI).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti hasil pembelajaran
terbaik diperoleh kelas VIII-E dengan model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) dengan kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai posttest sebesar 39,44
dibandingkan dengan kelas kontrol yang kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai
posttest sebesar 35,71.
Hasil pembelajaran kelas VIII-F dengan model Group Investigation (GI)
menunjukkan kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai posttest sebesar 38,40
dibandingkan dengan kelas kontrol yang kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai
posttest 35,71.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, karena salah
satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang
dicapai siswa. Dengan demikian, hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang dilakukan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada
hakekatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris
yang berorientasi pada proses belajar yang dialami siswa (Sudjana, 2011).
Proses belajar mengajar memiliki banyak faktor yang memegang peran
penting antara lain guru dan siswa sebagai pelakunya. Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas (Trianto, 2010).
Lie dan Isjoni (2010), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dengan
istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-
tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suaru kelompok kecil agar siswa
dapat bekerjasama dalam kelompok tersebut. Model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) dan Group Investigation (GI) termasuk dalam pembelajaran kooperatif.
yang dihadapi secara berkelompok. Setelah itu dilakukan pengecekan kembali untuk
melihat hasil pengerjaan dan mengoreksi jika terdapat kesalahan dalam pemilihan
solusi.
Kendala dalam menerapkan model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) di SMP Nabil Husein Samarinda yaitu siswa masih sulit untuk diatur saat
pertama kali model pembelajaran yang diterapkan. Beberapa pertemuan berikutnya
siswa sudah mulai terbiasa, hal itu terlihat dari sikap siswa yang lebih baik dan teratur.
Pada model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) siswa dapat
berdiskusi dengan pemikiran sendiri, berfikir kompleks ketika menganalisis materi
pemecahan masalah kemudian menggabungkan hasil pemikiran dan diskusi kelompok
menjadi bagian-bagian masalah yang lebih sederhana, sehingga menghasilkan
konektivitas yang berakhir dengan solusi yang tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran (Suherman, 2008).
dilakukan adar dalam proses pembelajaran tersebut siswa dapat memahami peran
masing-masing siswa dan tuhuan yang akan dicapai. Kemudian dilanjutkan dengan
menjelaskan materi singkat, setelah materi diberikan lalu dibentuk kelompok kecil
berjumlah 4-5 orang secara heterogen dengan menghitung 1-5. Kemudian setiap
kelompok diberikan topik-topik pelajaran yang berbeda untuk dibahas bersama
anggota kelompoknya.
Kendala dalam menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) di
SMP Nabil Husein Samarinda yaitu topik disetiap kelompok berbeda sehingga siswa
masih sulit memahami topik dari kelompok lain oleh karenanya peneliti meminta setiap
perwakilan untuk menjelaskan secara rinci dan kelompok lain mencatat ringkasan
singkat dari kelompok penyaji. Pada pertemuan pertama mereka masih sulit untuk
diatur, saat pertama kali model pembelajaran Group Investigation (GI) yang diterapkan.
Beberapa pertemuan berikutnya siswa disetiap kelompok sudah mulai terbiasa, hal itu
terlihat dari sikap siswa yang lebih aktif, baik dan teratur.
Megawati (2014), menyatakan bahwa dengan pembelajaran Group
Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa karena dalam
proses pembelajarannya siswa dilatih untuk menentukan, menganalisis dan
menyelesaikan masalah. Ariadi (2014), menyatakan bahwa hasil penelitiannya
menunjukkan model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan asessmen
proyek dalam meningkatkan prestasi belajar IPS memberikan pengaruh lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya menurut Ryndi
(2012), menyatakan bahwa penggunaan model Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan kemampuan menulis berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas.
Berdasarkan pembahasan diatas model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi. Hal
ini telah dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang menigkat dari nilai rata-rata siswa
49,29 menjadi 88,64, dan model pembelajaran Group Invesrigation (GI) dengan hasil
belajar dari nilai rata-rata 49,64 menjadi 88,05, karena adanya pengaruh positif dari
kedua model pembelajaran kooperatif tersebut yang membuat hasil belajar siswa yang
hanya diberi perlakuan berupa pembelajaran langsung dengan rata-rata hasil belajar
39,70 menjadi 75,41.
PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) dan model pembelajaran Group Investigation (GI) dengan
pembelajaran langsung atau konvensional terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa
kelas VIII SMP Nabil Husein Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016 ditunjukkan
dengan hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) thitung = 2,53 sedangkan ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n 1
atau 17-1 = 16 adalah ttabel = 2,120 dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung
lebih besar daripada ttabel pada taraf signifikansi 5% (thitung > ttabel = 2,53 >
2,120).Hasil model pembelajaran Group Investigation (GI) thitung = 2,91 sedangkan
ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n 1 atau 17-1 = 16 adalah ttabel = 2,120
dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung lebih besar daripada ttabel pada taraf
signifikansi 5% (thitung > ttabel = 2,91 > 2,120).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, saran-saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Guru IPA hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran model pembelajaran
Means Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation (GI) agar
siswa tidak cepat merasa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran sehingga
materi dapat tersampaikan secara maksimal.
2. Model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation
(GI) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kepada peneliti
selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan variasi model
pembelajaran atau pokok bahasan yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Agisti, N. S. 2009. Implementasi Strategi Means Ends Analysis Untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa SMP dalam Komunikasi Matematis. Skripsi. Tersedia Pada
http://digilbid.upi.edu/pasca/avaiable/etd-0603110-151622/ (diakses tanggal 3
Januari 2016)
Armada.2013.Pengaruh Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Suka
Sada.Skripsi
Arikunto Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Citra Wibawa, Gd. Agung, Teddi Harto.2015.Pengaruh Model Pembelajaran Means
Ends Analysis Belajar Kelompok Berbantukan LKS Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas V di SD Bebetin.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
Djiwandono, S.E. 2008. Psikologi Pendidikan. PT Grasindo: Jakarta.
Fitriani.2006. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK.
Semarang: CV. Citra Mandiri Utama
Hamzah, Nurdin. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Hartini, Isti Tri. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) Terhadap Hasil Belajar IPA. Jakarta
Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Joyce, Bruce.2009. Models of Teaching. Bandung : Pustaka Pelajar
Komariah, Eli (2014), Perbandingan Model Pembelajaran CPS Dengan MEA Terhadap
Hasil Belajar IPA Biologi. Universitas Lampung
Lie.2005.Model-model Pembelajaran Inovatif.Alfabeta. Bandung
Lina Listianan,2012.Pemberdayaan keterampilan Berpikir Dalam Pembealajaran
Biologi Melalui Model Kooperatif Tipe GI dan TTW. Jurnal
Misbahuddin, Hassan Iqbal. 2004.Analisi Data Penelitian Statistik Edisi Ke-2. Jakarta:
Bumi Aksara
Mulyasa. 2008. Pembelajaran dengan Belajar Kooperatif Model GI pada Siswa Kelas X
SMA Laboratorium UM. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Megawati.2014.Model Pembelajaran Group Investigation dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Pada Mata Pealajaran Geografi. Malang
Nurhadian.2011. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi
Belajar Mengajar: Teknik Penyajian). Bhineka Cipta : Jakarta
Puspitasari, Itta Denny. 2012. Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah Belajar
Matematika Melalui Strategi Means Ends Analysis. Skripsi. Surakarta: FKIP
UMS