Anda di halaman 1dari 2

Tujuan

1. Membedakan minyak lemak dan minyak atsiri


2. Membandingkan cara pembuatan minyak kelapa
Dasar Teori
Minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut
dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air. Sifat kelarutan ini yang membedakan lipida dari
golongan senyawa alam penting lain seperti protein dan karbohidrat yang pada umumnya tidak
larut dalam pelarut nonpolar (Hart, 1990). Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang
penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan
sumber energi yang efektif, dimana satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal
(Winarno, 1992). Lemak merupakan bahan padat pada suhu ruang disebabkan kandungannya yang
tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur
yang lebih tinggi, sedangkan minyak merupakan bahan cair pada suhu ruang disebabkan tingginya
kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara
atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (Winarno, 1992).
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris, essential oil atau minyak terbang, karena minyak
ini mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman
tertentu seperti akar batang, kulit, daun, buah atau biji (Lutony dan Rahmayati, 2000). Menurut
Guenther (2006), minyak atsiri merupakan salah satu hasil metabolisme dalam tanaman yang
terbentuk karena reaksi berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri disintesa
dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin.
Minyak atsiri memiliki aroma yang sangat khas pada masing-masing tanaman. Karena baunya
yang khas, minyak atsiri dalam tanaman berguna untuk menarik serangga untuk proses
penyerbukan. Namun, minyak atsiri pada tanaman juga dapat berfungsi untuk mengusir hewan
atau serangga pengganggu. Aroma yang khas dari minyak atsiri dihasilkan dari senyawa kimia
yang dikandungnya. Kandungan minyak atsiri pada umumnya dapat berupaterpen, persenyawaan
berantai lurus, turunan benzene dan bermacam-macam persenyawaan lainnya (Guenther, 2006).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur carbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan
kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Pada umumnya komponen kimia
dalam minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu hidrokarbon dan oxygenated
hydrocarbon, termasuk di dalamnya senyawa terpena (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut kelenjar (pada
famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga
skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara
langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh
hidrolisis dari glikosida tertentu (Gunawan & Mulyani, 2004).

Kesimpulan
1. Minyak atsiri dapat disuling dari sumber alaminya, sedangkan minyak lemak tidak, karena
minyak lemak tersusun atas ester gliserol asam lemak. Minyak atsiri tidak meninggalkan
noda lemak permanen pada kertas, tidak seperti minyak lemak yang meninggalkan noda
lemak. Minyak atsiri tidak menjadi tengik dalam penyimpanan, namun jika terkena cahaya
dan udara akan teroksidasi menjadi resin.
2. P

Daftar Pustaka
Hart, H. 1990. Kimia Organik Suatu Bahan Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, D., Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri,.UI-Press. Jilid 1. Jakarta.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. 2000. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai