Fisiografi
Stratigrafi
4
oleh Pegunungan Meratus. Pada bagian utara berbatasan dengan Cekungan Kutai
yang dipisahkan oleh Sesar Andang. Sedangkan pada bagian barat dibatasi oleh
Paparan Sunda. Pada mulanya Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem
merupakan satu cekungan yang sama, hingga pada Miosen Awal terjadi
pengangkatan Pegunungan Meratus yang menyebabkan terpisahnya kedua cekungan
tersebut (Satyana, 1995).
a. Batuan alas (basement) yang berupa batuan malihan tingkat tinggi yang terdiri
atas sekis amfibolit dan malihan tingkat rendah yang terdiri atas filit. Sikumbang
(1986) memperkenalkan batuan malihan tingkat tinggi ini sebagai Sekis Hauran
yang tersusun oleh sekis hijau yang mengandung mineral kuarsa, muskovit,
biotit, hornblenda, epidot dan malihan tingkat rendah sebagai Filit Pelaihari yang
terdiri atas filit yang mengandung mineral klorit dan mika pada bidang
permukaan yang mengkilap dan batusabak. Batuan malihan ini memiliki umur
Jura.
c. Formasi Berai diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung, tetapi pada
beberapa bagian terdapat hubungan yang menunjukkan adanya ketidakselarasan.
Tetapi secara umum formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Tanjung.
d. Formasi Warukin digunakan pertama kali oleh Pertamina (1980; dalam
Supriatna dkk., 1981) dan lokasi tipenya terdapat di daerah Kambilin,
Balikpapan, Kalimantan Timur. Secara selaras Formasi Warukin diendapkan di
atas Formasi Berai yang tersusun oleh batulempung warna kelabu, sisipan
batupasir dan batubara. Bagian bawah dari runtunan batuan ini terdiri atas
dominasi batulempung warna kelabu sampai kehitaman dengan sisipan batupasir
hasul-sedang dengan struktur sedimen paralel laminasi dari material karbon,
flaser dan burrow. Formasi ini diendapkan pada lingkungan pengendapan rawa
dan pasang surut yang berumur Miosen Awal Miosen Akhir.
A
Gambar 5. [A] Struktur geologi regional Pulau Kalimantan dan sekitarnya (modifikasi
dari Kusum dan Karin, 1989). [B] Elemen tektonik utama Cekungan Asem-
asem (Bon et al., 1996).
Pada akhir Kapur Awal terbentuk Kelompok Alino yang sebagian merupakan
olistostrom, diselingi dengan kegiatan gunungapi Kelompok Pitanak. Pada awal
Kapur kegiatan tektonik menyebabkan tersesarkannya batuan ultramafik dan malihan
ke atas Kelompok Alino. Proses tersebut mengakibatkan sesar-sesar
normal yang ada mengalami reaktifasi menjadi sesar naik yang juga melipatkan
batuan sedimen Tersier. Deformasi ini juga mengakibatkan terangkatnya Tinggian
Meratus ke permukaan sebagai prosuk dari kolisi dan memisahkan Cekungan Asem-
asem dan Cekungan Pasir dengan Cekungan Barito.
Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kala Miosen yang menyebabkan
batuan yang tua terangkat membentuk Tinggian Meratus dan melipat kuat batuan
Tersier dan Pre-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah pensesaran naik dan geser yang
diikuti sesar turun dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala Pliosen. (Sikumbang
dan Heryanto, 2009).
Gambar 11. Kondisi tektonik lempeng pada Kapur Akhir Eosen-Miosen di Pegunungan
Meratus, Kalimantan (modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003 dalam:
Heryanto, 2010).
1. Hidrokarbon
Kemungkinan keterdapatan hidrokarbon di Cekungan Asem-asem dapat di
indikasi dengan keterdapatan batuan induk (source rock), batuan waduk atau batuan
penyimpan hidrokarbon (reservoir rock), batuan penutup (seal rock) dan kondisi geologi
yang membentuk jebakan hidrokarbon (oil play). Kolom stratigrafi Cekungan Asem-
asem yang menunjukkan potensi batuan induk dan batuan waduk (Gambar 13).
Formasi Warukin
Formasi Tanjung
Batuan Waduk
Batuan waduk (reservoir rock) adalah batuan dimana tempat
hidrokarbon terakumulasi. Batuan waduk ini umumnya merupakan batuan
sedimen klastika kasar, mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik
dan juga mempunyai volume yang cukup besar. Pada umumnya yang
bertindak sebagai batuan induk adalah batupasir dan batugamping. Di
Cekungan Asem-asem batuan yang dapat menjadi batuan waduk adalah
batupasir pada Formasi Tanjung dan Formasi Warukin.
Batuan Penutup
Batuan penutup (caprock) adalah batuan sedimen berbutir halus yang
kedap air. Batuan ini berperan sebagai penutup dan mencegah hidrokarbon
yang sudah terakumulasi dalam batuan waduk bermigrasi ke tempat lain.
Batuan yang dapat menjadi batuan penutup adalah batulempung yang masif
dan kedap air. Batuan seperti ini di Cekungan Asem-asem dijumpai sebagai
sisipan baik dalam Formasi Tanjung ataupun Formasi Warukin. Batuan ini
berasosiasi dengan batupasir yang diperkirakan deoat bertindak sebagai
batuan waduk atau reservoir dalam Formasi Tanjung. Batuan penutup ini
peranannya sangat berhubungan erat dengan bentuk jebakan minyak, dengan
kata lain bahwa batuan penutup adalah merupakan bagian dari sistem jebakan
miyak itu sendiri (oil play).
Serpih minyak juga merupakan batuan induk, perbedaannya adalah untuk serpih
minyak diperlukan kematangan termal dari material organiknya berkisar belum matang
akhir sampai matang awal, sedangkan batuan induk diperlukan kematangan termal
matang awal sampai matang akhir. Berdasarkan analisis TOC menunjukkan bahwa
batulumpur berwarna kelabu kehitaman banyak mengandug material organik
ini lebih cocok untuk serpih minyak (oil shale) dari pada sebagai batuan induk
(source rock).
3. Batubara
Kalimantan Selatan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan lahan
tambang, salah satunya batubara. Kawasan ini di kenal memiliki cadangan bahan
tambang melimpah, khusunya batu bara. Sampai saat ini produksinya dapat
mencapai 10% dari produksi total batubara nasional. Daerah yang menjadi
pertambangan batubara di Kalimantan Selatan terdapat di kawasan Kecamatan Satui
dan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Pegaron Kabupaten Banjar, Jorong
Kabupaten Tanah Laut, beberapa wilayah di Kabupaten Tapin, Kotabaru, Balangan,
dan Kabupaten Tabalong.
Batu bara termasuk jenis batuan sedimen, yaitu sedimen klastik. Specific
gravity batubara berkisar dari 1.25 g/cm3 hingga 1.70 g/cm3, pertambahannya sesuai
dengan peningkatan derajat batubara. Specific gravity batubara turun sedikit pada
lignit yaitu 1.5 g/cm3 hingga bituminous yaitu 1.25 g/cm3. Kemudian akan naik lagi
menjadi 1.5 g/cm3 untuk antrasit hingga 2.2 g/cm3 untuk grafit. Kekerasan batubara
berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras atau lemahnya batubara juga
terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya. Uji kekerasan batubara dapat
dilakukan dengan mesin Hardgrove Grindibility Index (HGI). Nilai HGI menunjukan
nilai kekersan batubara. Nilai HGI berbanding terbalik dengan kekerasan batubara.
Semakin tinggi nilai HGI , maka batubara tersebut semakin lunak. Sebaliknya, jika
nilai HGI batubara tersebut semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras.
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit hingga
warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya akan
vitrain) umumnya berwarna cerah.Goresan batubara warnanya berkisar antara terang
sampai coklat tua. Lignit mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara
berbitumin mempunyai warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna
goresan dari coklat hingga hitam legam. Pecahan dari batubara memperlihatkan
bentuk dari potongan batubara dalam sifat memecahnya. Ini dapat pula
memeperlihatkan sifat dan mutu dari suatu batubara. Antrasit dan batubara cannel
mempunyai pecahan konkoidal. Batubara dengan zat terbang tinggi, cenderung
memecah dalam bentuk persegi, balok atau kubus.
Batu bara biasa dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia,
seperti : pembangkit listrik, industri besi dan baja, pemanas ruangan, bahan bakar
pembuatan semen, cetakan pasir, pupuk, pabrik kertas, industri kimia, farmasi.
Batubara di Cekungan Asem-asem dijumpai dalam Formasi Tanjung dan
Formasi Warukin. Pada Formasi Tanjung batubara dijumpai di bagian tengan dengan
ketebalan 50 sampai 200 cm. Secara megaskopik lapisan batubara di Formasi
Tanjung warna hitam, mengkilap, gores warna hitam, dengan pecahan konkoidal dan
ringan. Analisis petrografi organik dilakukan pada batubara dari Formasi Tanjung
menunjukkan bahwa kadar kalorinya yang paling rendak adalah 5970 cal/gr dan
paling tinggi adalah 7725 cal/gr.
Gas yang tersimpan dalam batubara terdapat dalam empat cara. Pertama
sebagai gas bebas dalam mikropori dan rekahan-rekahan (cleat) batubara. Kedua
sebagai dissolved gas dalam air yang terkandung dalam batubara. Ketiga sebagai gas
yang terserap di antara partikel batubara, mikropori dan permukaan rekahan.
Keempat sebagai gas yang terserap dalam struktur molekul batubara (Yee et al., 1993
dalam Montgomery, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian oleh PSG-Lemigas (2006) untuk batubara Formasi
3 3
Tanjung memiliki kandungan gas metana berkisar antara 0, 4 m sampai 8,2 m /ton,
sedangkan hasil penelitian untuk Formasi Warukin oleh PSG-Lemigas (2004)
3 3
menunjukkan kandungan gas metana berkisar antara 0,9 m sampai 5,77 m /ton.
5. Intan
Intan banyak terdapat di Kalimantan Selatan, tempat pengasahannya di
Martapura. Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara
alami di kedalaman tertentu dari permukaan bumi, termasuk dalam kelompok
mineral Carbon sebagai mineral utama penyusun intan (diamond). Mineral Carbon
terdapat di alam dengan 3 bentuk dasar, yaitu sebagai :
6. Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au
(bahasa latin: aurum) dan nomor atom 79. Emas termasuk golongan native
element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi. Berbentuk kristal
isometric octahedron atau dodecahedron. Specific gravity 15,5-19,3 pada emas
murni. Makin besar kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan.
7. Bijih Besi
Bijih besi adalah batuan yang mengandung mineral besi dan sejumlah
mineral pengotor seperti silika, alumina, magnesia dan nikel. Besi yang
terkandung dalam batuan tersebut dapat diekstraksi dengan teknologi yang sudah
ada pada saat ini dan mempunyai nilai ekonomis. Umumnya bijih besi lebih
mudah berikatan dengan unsur oksigen sehingga di alam besi lebih banyak
berbentuk oksida seperti hematite (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan limonit
(2Fe2O3.nH2O). [Hulbrut. S., 1971].
Bijih besi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan besi dan baja.
Indonesia memiliki potensi sumber daya bijih besi yang cukup besar yang selama
ini belum dimanfaatkan secara optimal dikarenakan berbagai kendala,
diantaranya adalah rendahnya kandungan besinya.
Mineral utama penyusun bijih besi tentu saja memiliki sifat yang beragam
dan perilaku yang berbeda ketika diolah menjadi pellet dan bahkan ketika
mengalami proses reduksi. Jika faktor ini memberikan efek positif maka pellet
yang dihasilkan cenderung memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, bila faktor
tersebut memberikan efek negatif maka pellet yang dihasilkan cenderung
memiliki kualitas yang kurang baik.
Bijih besi adalah batuan yang mengandung mineral-mineral besi dan
sejumlah mineral gangue seperti silika, alumina, magnesia, dll. Bijih besi terdiri
atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam molekul. Besi sendiri
biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethit,
limonit atau siderit. Bijih besi biasanya kaya akan besi oksida dan beragam dalam
hal warna, dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat.
Potensi tambang bijih besi di Kalimantan Selatan terdapat di Kabupaten
Tanah Laut sebesar 185.667 ton, Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 593.800.000
ton, Kabupaten Kotabaru sebesar 510.633.000 ton, Kabupaten Tapin sebesar
625.000 ton dan Kabupaten Balangan sebesar 5.062.900 ton.
8. Kromit
Kromit merupakan satu-satunya mineral yang menjadi sumber logam
kromium. Mineral ini mempunyai komposisi kimia FeCr2O3. Kromit dapat
terjadi sebagai endapan primer, yaitu: tipe cebakan stratiform dan podiform atau
sebagai endapan sekunder berupa pasir hitam dan tanah laterit. Di Kalimantan
Selatan, kromit terdapat di Kabupaten Tanah Laut dengan potensi sebesar
235.620 ton.
Kromit memiliki warna hitam kecoklatan sampai hitam gelap. Kilapnya
logam sampai gresy. Sistem kristal isometrik dengan morfologi kristal
oktahedron kadang dengan permukaan dodecahedral, jarang berbentuk kristal
yang sempurna, dan biasanya masif sampai granular. Memiliki pecahan
concoidal, kekerasan 5,5. Terbentuk pada magma ultramafik dalam, merupakan
mineral pertama yang mengalami kristalisasi karena adnya fakta yang
menunjukkan bahwa mineral ini ditemukan dibeberapa tubuh bijih yang
terkonsentrasi, juga ditemukan pada batuan metamorf seperti serpentite,
ditemukan pada peridotite dan batuan intrusif yang berlapiskan ultramafik, serta
endapan bijihnya terbentuk sebagai proses awal diferensiasi magma.
Kegunaan kromit ialah sebagai bijih krom utama, komponen refraktori, bahan
cat, dan sebagai contoh mineral.
9. Marmer
Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari batu gamping atau
dolomit. Marmer yang murni berwarna putih dan terutama disusun oleh mineral
kalsit. Marmer di Kalimantan Selatan terdapat di Kabupaten Tanah Laut sebesar
2.660.840, Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 334.250.000 ton, Kabupaten
Kotabaru sebesar 23.930.000 ton, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar
90.105.599 ton, Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebesar 1.054.442.500 ton,
Kabupaten Balangan sebesar 2.348.785.410 ton dan Kabupaten Tabalong sebesar
1.455.652.000 ton.
Marmer terdiri dari mineral yang seragam, seperti kalsit dengan sedikit
kuarsa dan pirit serta grafit sehingga warna marmer sangat ditentukan dengan
adanya asesorisnya dengan struktur non foliasi, mempunyai ukuran butir yang
tidak sama. Tekstur kasar(Gronoblastik).
Pada batuan marmer memiliki proses petrogenesa, batuannya merupakan
batuan yang terbentuk dari kristal-kristal kalsit, kristal tersebut terbentuk karena
adanya gaya endogen dari dalam bumi. Batuan ini yang merupakan proses
metamorfisme pada batu gammping yaitu proses yang merubah mineral mineral
batuan gamping karena pengaruh atau respon kondisi fisika dan kimia dalam
kerak bumi. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena
metamorfosa kontak.
Kegunaan batu marmer yaitu dapat digunakan dalam interior atau eksterior
dari rumah atau bangunan. Marmer dapat digunakan di rumah untuk perabotan,
rekan-rekan, lantai, rumah-rumah, bar, meja, kamar mandi, jendela, perapian,
selain itu Marmer juga dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan trophy /
piala.
KESIMPULAN
Potensi serpih minyak atau oil shale di Cekungan Asem-Asem dijumpai pada
Formasi Tanjung dan Formasi Warukin, sebagai batuan serpih karbonat yang juga
merupakan batuan induk. Potensi batubara dan gas metana dijumpai juga di Formasi
Tanjung yang memiliki ketebalan batubara antara 50 sampai 200 cm dan Formasi
Warukin yang memiliki ketebalan batubara bervariasi mulai dari beberapa meter
sampai puluhan meter.
Potensi Sumber Daya Alam Di Provinsi Kalimantan
Selatan
Disusun Oleh :