Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam, salah satunya hasil
tambang (batubara, minyak bumi, gas alam, timah). Di era globalisasi ini, setiap negara
membangun perekonomiannya melalui kegiatan industri dengan mengolah sumber daya alam
yang ada di negaranya. Hal ini dilakukan agar dapat bersaing dengan negara lain dan
memajukan perekonomiannya. Oleh karena itu, banyak perusahaan dari sektor privat maupun
sektor swasta yang mengolah hasil tambang untuk diproduksi. Munculnya industri-industri
pertambangan di Indonesia mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat
dan negara. Dampak positif adanya industri pertambangan antara lain menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat, hasil produksi tambang dapat digunakan untuk memenuhi
permintaan pasar domestik maupun pasar internasional, sehingga hasil ekspor tambang
tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi negara. Industri
pertambangan juga dapat menarik investasi asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Namun, terdapat masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah, yaitu masalah
penambangan ilegal. Penambangan ilegal dilakukan tanpa izin, prosedur operasional, dan
aturan dari pemerintah. Hal ini membuat kerugian bagi negara karena mengeksploitasi
sumber daya alam secara ilegal, mendistribusikan, dan menjual hasil tambangnya secara
ilegal, sehingga terhindar dari pajak negara. Oleh karena itu, pemerintah harus menerapkan
aturan yang tegas terhadap para pihak yang melakukan penambangan ilegal. Disisi lain
dampak negatifnya adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam hal ini
pemerintah harus tegas menyikapi dampak pertambangan.
Izin UsahaPertambangan (IUP) dalam ketentuannya pada Pasal 6 Peraturan
Pemerintah Nomor 23Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubaradiberikan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.Izin Usaha Pertambangan merupakan salah satu modal penting bagi
oknumpertambangan untuk melakukan kegiatan pertambangannya di Indonesia. Jika kita
lihatdalam sudut pandang Negara Kesatuan Republik Indonesia, IUP dirasa sangat
pentinguntuk menjaga kekayaan alam yang berada di Indonesia supaya tidak
tereksploitasisecara besar-besaran oleh pihak asing yang melakukan kegiatan
pertambangannya diIndonesia. Dalam hal ini merujuk pada pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negaradan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia

B. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan tugas ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
1. Mempelajari tatacara pengajuan IUP Mineral yang berlaku di Indonesia.
2. Mempelajari persyaratan umum bagi pihak pemohon (Korporasi, BUMN, dan Rakyat)
sebagai persyaratan utama.
3. Mengetahui peraturan pemerintah, perundang-undangan, dan peraturan lainnya yang
terkait dengan izin usaha pertambangan yang ada di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 (7) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (“UU Minerba”), Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah izin yang diberikan
untuk melaksanakan usaha pertambangan. Merupakan kewenangan Pemerintah, dalam
pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, untuk memberikan IUP. Pasal 6 Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (“PP 23/2010”) mengatur bahwa IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. IUP diberikan kepada:
i. Badan usaha, yang dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara,
atau Badan Usaha Milik Daerah;
ii. Koperasi; dan
iii. Perseorangan, yang dapat berupa orang perseorangan yang merupakan warga Negara
Indonesia, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.

Pemberian IUP akan dilakukan setelah diperolehnya WIUP (Wilayah Izin Usaha
Pertambangan). Dalam satu WIUP dimungkinkan untuk diberikan 1 IUP maupun beberapa
IUP.

Pasal 36 UU Minerba membagi IUP ke dalam dua tahap, yakni:

i. IUP eksplorasi, yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan; dan
ii. IUP Operasi Produksi, yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Pasal 39 UU Minerba mengatur bahwa IUP Eksplorasi wajib memuat ketentuan sekurang-
kurangnya:

a. nama perusahaan;
b. lokasi dan luas wilayah;
c. rencana umum tata ruang;
d. jaminan kesungguhan;
e. modal investasi;
f. perpanjangan waktu tahap kegiatan;
g. hak dan kewajiban pemegang IUP;
h. jangka waktu berlakunya tahap kegiatan;
i. jenis usaha yang diberikan;
j. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
k. perpajakan;
l. penyelesaian perselisihan;
m. iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
n. amdal.

Sedangkan untuk IUP Operasi Produksi wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya:

a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
d. lokasi pengolahan dan pemurnian;
e. pengangkutan dan penjualan;
f. modal investasi;
g. jangka waktu berlakunya IUP;
h. jangka waktu tahap kegiatan;
i. penyelesaian masalah pertanahan;
j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang;
k. dana jaminan reklamasi dan pascatambang;
l. perpanjangan IUP;
m. hak dan kewajiban pemegang IUP;
n. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
o. perpajakan;
p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi;
q. penyelesaian perselisihan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
s. konservasi mineral atau batubara;
t. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri;
u. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik;
v. pengembangan tenaga kerja Indonesia;
w. pengelolaan data mineral atau batubara; dan
x. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau
batubara.

Dalam Pasal 40 UU Minerba diatur bahwa IUP diberikan terbatas pada 1 jenis mineral atau
batubara. Dalam hal pemegang IUP menemukan mineral lain dalam WIUP yang dikelolanya,
maka pemegang IUP tersebut mendapatkan prioritas untuk mengusahakan mineral yang
ditemukannya. Sebelum pemegang IUP tersebut mengusahakan mineral lain yang
ditemukannya, diatur bahwa pemegang IUP tersebut wajib mengajukan permohonan IUP baru
kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Dalam hal pemegang IUP tersebut tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang
ditemukannya, maka pemegang IUP tersebut memiliki kewajiban untuk menjaga mineral
tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak lainnya yang tidak berwenang.

Prosedur Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi

Pasal 42 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”)
mengatur bahwa IUP eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan untuk
jangka waktu paling lama 8 tahun, sedangkan untuk non-logam paling lama 3 tahun, dengan
pengecualian terhadap non-logam jenis tertentu yang dapat diberikan IUP selama 7 tahun.
Untuk pertambangan batuan, dapat diberikan IUP selama 3 tahun, dan 7 tahun untuk
pertambangan batubara. Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan,
pemegang IUP eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada pemberi IUP.

Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)

Izin Usaha Pertambangan Khusus adalah merupakan kewenangan Pemerintah, dalam


pengelolaan pertambangan mineral dan batubara. Yang dimaksud dengan IUPK adalah izin
untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

Pasal 76 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”)
menyatakan bahwa IUPK terdiri atas dua tahap:

a. IUPK Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan;
b. IUPK Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Selanjutnya diatur bahwa pemegang IUPK dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan
pertambangan sebagaimana diatur di atas.

Pasal 77 UU Minerba mengatur bahwa setiap pemegang IUPK Eksplorasi dijamin untuk
memperoleh IUPK Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya.
IUPK Operasi Produksi ini akan diberikan pada badan usaha berbadan hukum Indonesia yang
telah memiliki data hasil kajian studi kelayakan.

Pasal 49 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP 23/2010”) mengatur bahwa IUP diberikan oleh
Menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. IUP diberikan
kepada:

 Badan usaha, yang dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan
Usaha Milik Daerah;
 Koperasi; dan
 Perseorangan, yang dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan
komanditer.

Pasal 83 UU Minerba mengatur persyaratan luas wilayah dan jangka waktu IUPK sesuai
dengan kelompok usaha pertambangan yang berlaku bagi pemegang IUPK meliputi:

a. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan mineral logam diberikan
dengan luas paling banyak 100.000 (seratus ribu) hektare.
b. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan mineral logam
diberikan dengan luas paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare.
c. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan batubara diberikan
dengan luas paling banyak 50.000 (lima puluh ribu) hektare.
d. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan batubara diberikan
dengan luas paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektare.
e. jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan mineral logam dapat diberikan paling lama 8
(delapan) tahun.
f. jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan batubara dapat diberikan paling lama 7 (tujuh)
tahun.
g. jangka waktu IUPK Operasi Produksi mineral logam atau batubara dapat diberikan paling
lama 20 (dua puluh ) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
tahun.

Dalam pelaksanaannya, IUPK tidak dapat digunakan untuk kegiatan pertambangan selain
yang tertera dalam pemberian IUPK. Dalam hal proses Eksplorasi, jika pemegang IUP ingin
menjual mineral logam atau batubara, maka pemegang IUP Eksplorasi wajib mengajukan izin
sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan yang diberikan oleh Menteri.

Kewajiban Pemegang IUP dan IUPK

Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU
Minerba”) mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh pemegang
IUP dan IUPK, yakni:
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP dan
IUPK untuk:

1. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;

2. keselamatan operasi pertambangan;

3. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan


pasca tambang;

4. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;

5. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair,
atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan;

b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;


c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;
d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan;
e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

Reklamasi dan Pascatambang

Menurut Pasal 99 UU Minerba, setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana
reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi
Produksi atau IUPK Operasi Produksi. Pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peruntukan
lahan pasca tambang. Hal ini dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara
pemegang IUP atau IUPK dengan pemegang hak atas tanah. Pemegang wajib menyediakan
dana jaminan reklamasi dan pasca tambang. Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai
dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga dengan dana jaminan yang telah
disediakan pemegang.

Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (“PP 78/2010”), Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib
melaksanakan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi dilakukan terhadap lahan terganggu
pada kegiatan eksplorasi. Reklamasi dan pascatambang dilakukan terhadap lahan terganggu
pada kegiatan pertambangan dengan sistem dan metode:

1. penambangan terbuka; dan


2. penambangan bawah tanah.
Kewajiban-Kewajiban Lainnya

Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan
sesuai dengan karakteristik suatu daerah. Pemegang IUP dan IUPK juga wajib menjaga
kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 103 UU Minerba mengatur bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib
melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Dalam hal ini,
pemegang dapat bekerjasama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah
mendapatkan IUP atau IUPK untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan oleh
Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 105 UU Minerba mengatakan bahwa badan usaha yang tidak bergerak di usaha
pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau batu bara wajib terlebih dahulu
memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan. IUP jenis ini hanya dapat diberikan untuk 1
kali penjualan oleh pihak yang berwenang. Badan usaha tersebut wajib melaporkan hasil
penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali kepada pihak yang berwenang.

Selain itu di dalam Pasal 106 UU Minerba diatur bahwa pemegang IUP dan IUPK harus
mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri. Dalam
melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK wajib mengikut
sertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut. Adalah kewajiban bagi pemegang IUP
dan IUPK untuk menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

B. Peraturan Menteri (PERMEN) ESDM Nomor 23 Tahun 2010

Pedoman perizinan kegiatan usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan
berdasarkan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 23 tahun 2010 IUP
bisa diperoleh dengan cara :

Tertera pada bab II izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan bagian kesatu
umum pasal 2 ayat 3 yakni :
IUP mineral bukan logam dan batuan diberikan dengan dua tahap, yaitu:

a. pemberian WIUP; dan

b. pemberian IUP.
Agar mendapatkan WIUP dijelaskan pada ayat selanjutnya (ayat 4) :

Pemberian WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diberikan berdasarkan
permohonan wilayah. WIUP dan IUP dapat diberikan kepada badan usaha (BUMN/BUMD),
koperasi, dan perseorangan (perusahaan). IUP pada pasal 4 dibedakan menjadi 2 yakni :

a. IUP eksplorasi (izin untuk melakukan penyelidikan umum)


b. IUP operasi produksi (izin untuk melakukan kegiatan/siklus pertambangan)

Pemberian WIUP diatur pada pasal 5 yakni :

1. Badan usaha, koperasi, atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah untuk


mendapatkan WIUP mineral bukan logam dan batuan kepada :
a. Menteri, untuk WIUP yang berada dalam lintas wilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih
dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;

b. gubernur, untuk WIUP yang berada dalam lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi
dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai; dan

c. bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan/atau
wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai.

2. Dalam hal WIUP mineral bukan logam dan batuan berbatasan langsung dengan negara lain
baik di darat maupun di laut maka IUP diberikan oleh Menteri.
3. (3) Pada wilayah laut yang berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan jarak
kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, wilayah kewenangan masing-masing provinsi dibagi
sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah.
4. (4) Kewenangan bupati/walikota pada wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sejauh 1/3 (sepertiga) dari garis pantai masing-masing wilayah kewenangan gubernur.

Dengan persyaratan pada pasal 6 :

1. melampirkan daftar koordinat geografis lintang dan bujur (secara nasional).


2. membayar biaya pencadangan wilayah dan biaya pencetakan peta sebagai persyaratan saat
melakukan permohonan wilayah sebagaimana dimaksud pasal 5.
Permohonan pertama yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mendapatkan prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau WIUP
batuan (first come first served). Setelah dokumen persayaratan diberikan pada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota dan sesuai kriteria, maka sesuai dengan kewenangannya
setelah menerima permohonan wilayah memberikan tanda terima bukti permohonan wilayah
kepada pemohon. Selanjutnya melakukan pengujian terhadap luas dan batas wilayah dalam
rangka penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan berdasarkan pada kriteria sebagai
berikut:

a. letak geografis;
b. kaidah konservasi;
c. daya dukung lingkungan;
d. optimalisasi sumber daya mineral bukan logam dan/atau batuan; dan
e. tingkat kepadatan penduduk.

Menteri menyampaikan permintaan rekomendasi kepada gubernur dan bupati/walikota yang


disertai dengan salinan tanda terima bukti permohonan dalam rangka penetapan WIUP
mineral bukan logam dan batuan melalui email, fax, atau sarana lainnya, paling lambat dalam
jangka waktu 2 (dua) hari kerja setelah tanda terima bukti permohonan wilayah diberikan
kepada pemohon. Kemudian Gubernur menyampaikan permintaan rekomendasi kepada
bupati/walikota (ketentuan sama halnya dengan penyampaian dari menteri). Gubernur atau
bupati/walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja
sejak diterimanya permintaan rekomendasi. Dalam hal permintaan rekomendasi tidak
diberikan oleh gubernur atau bupati/walikota dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja maka
gubernur atau bupati/walikota dianggap menyetujui untuk penetapan WIUP.

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah permohonan wilayah diterima wajib
memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan wilayah. Dalam hal
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menerima
permohonan wilayah maka Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapkan WIUP dan
menyerahkan peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP kepada pemohon. Apabila
ditolak, keputusan penolakan dilakukan secara tertulis dan biaya yang sudah dikeluarkan
menjadi milik negara.
Pada Bab ke-3 pasal 9-15 dibahas mengenai pemberian IUP eksplorasi. Badan usaha,
koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan WIUP beserta batas dan koordinat
mengajukan permohonan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan/atau batuan kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penyerahan peta WIUP, dengan melampirkan
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. administrasi

Dijabarkan pada pasal 10 bahwasanya badan usaha, koperasi, atau perorangan yang telah
melakukan pencadangan wilayah tidak mengajukan permohonan atau tidak dapat melengkapi
persyaratan dalam jangka waktu diatas dianggap mengundurkan diri. Persyaratan
administratif untuk badan usaha, koperasi, atau persuhaan firma meliputi:

a) surat permohonan
b) profil
c) akte pendirian badan usaha, koperasi, atau persuhaan firma yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang
d) nomor pokok wajib pajak
e) susunan direksi dan daftar pemegang saham
f) surat keterangan domisili.

Sedangkan untuk perseorangan meliputi :

a) surat permohonan
b) kartu tanda penduduk
c) nomor pokok wajib pajak
d) surat keterangan domisili.

b. Teknis
Persyaratan teknis (pasal 11) meliputi :
a) daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang
berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
b) peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan
ketentuan sistem geografi yang berlaku secara nasional.

c. Lingkungan
Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud (pasal 12) meliputi pernyataan untuk
mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

d. Finansial
Persyaratan finansial (pasal 13) meliputi :
a) Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan
b) Bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP
mineral bukan logam dan/atau batuan atas permohonan wilayah.

Badan usaha, koperasi, atau perseorangan menyetorkan jaminan kesungguhan sebelum


melakukan permohonan IUP Eksplorasi. Badan usaha, koperasi, atau perseorangan
melakukan permohonan IUP Operasi Produksi kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan/atau batuan, Menteri dan
gubernur menyampaikan peta WIUP dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah permohonan IUP Eksplorasi kepada:

a. Menteri kepada gubernur dan bupati/walikota setempat; dan


b. gubernur kepada bupati/walikota setempat.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi penerbitan IUP Eksplorasi. Gubernur atau
bupati/walikota akan memberikan rekomendasi paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya tanda bukti penyampaian peta WIUP. Dalam hal gubernur atau bupati/walikota
tidak memberikan rekomendasi dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja maka gubernur
atau bupati/walikota dianggap menyetujui untuk penerbitan IUP Eksplorasi.

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menerbitkan IUP


Eksplorasi mineral bukan logam dan/atau batuan, dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua
puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan IUP Eksplorasi. IUP Eksplorasi wajib
memuat ketentuan sekurang-kurangnya:

a. nama perusahaan
b. lokasi dan luas wilayah
c. rencana umum tata ruang
d. jaminan kesungguhan
e. modal investasi
f. perpanjangan waktu tahap kegiatan
g. hak dan kewajiban pemegang IUP Eksplorasi
h. jangka waktu tahap berlakunya kegiatan
i. jenis usaha yang diberikan
j. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan
k. perpajakan
l. penyelesaian pertanahan
m. iuran tetap dan iuran eksplorasi
n. amdal
o. jenis komoditi
p. jaminan reklamasi sesuai dengan rencana reklamasi untuk kegiatan eksplorasi

Pada Bab ke-3 pasal 16-21 dibahas mengenai pemberian IUP operasi produksi, izin ini
diberikan sebagai perihal peningkatan izin dari IUP eksplorasi. Pemegang IUP Eksplorasi
dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan/atau batuan
dengan mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. administrasi
Persyaratan administratif (Pasal 17) untuk badan usaha, koperasi, atau persuhaan firma
meliputi:
a) surat permohonan
b. profil badan usaha
c. akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan
oleh pejabat yang berwenang
d. nomor pokok wajib pajak
e. susunan direksi dan daftar pemegang saham
f. surat keterangan domisili.

Sedangkan untuk perseorangan meliputi :

a) surat permohonan
b) kartu tanda penduduk
c) nomor pokok wajib pajak
d) surat keterangan domisili.

b. Teknis
Persyaratan teknis (pasal 18) meliputi:
a) peta wilayah yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan sistem geografi yang berlaku secara nasional
b) laporan lengkap eksplorasi
c) laporan studi kelayakan
d) rencana reklamasi dan pascatambang
e) rencana kerja dan anggaran biaya
g) rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
h) Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3
(tiga) tahun.

c. Lingkungan
Persyaratan lingkungan (pasal 19) meliputi:
a) pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
b) persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

d. Finansial
Persyaratan finansial (pasal 20) meliputi:
a) laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; dan
b) bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir.
Dalam hal jangka waktu IUP Eksplorasi kurang dari 3 (tiga) tahun maka pemohon IUP
Operasi Produksi menyerahkan bukti pembayaran iuran tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b sesuai dengan jangka waktu IUP Eksplorasi tersebut kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

IUP Operasi Produksi wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya:

a. nama perusahaan
b. luas wilayah
c. lokasi penambangan
d. lokasi pengolahan dan pemurnian
e. pengangkutan dan penjualan
g. modal investasi
h. jangka waktu berlakunya IUP
i. jangka waktu tahap kegiatan
j. penyelesaian masalah pertanahan
k. lingkungan hidup termasuk raklamasi dan pascatambang
l. dana jaminan reklamasi dan pascatambang
m. perpanjangan IUP
n. hak dan kewajiban pemegang IUP
o. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan
p. perpajakan;
q. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi
r. penyelesaian perselisihan
s. keselamatan dan kesehatan kerja
t. konservasi mineral bukan logam atau batuan
u. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri
v. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik
w. pengembangan tenaga kerja Indonesia
x. pengelolaan data mineral atau batubara
y. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara
z. hal-hal yang dapat mengehentikan kegiatan atau membatalkan IUP Operasi Produksi
Selain membahas mengenai IUP, bab III juga membahas mengenai jaminan kesungguhan
pada pasal 22-28. Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang sudah mendapatkan peta
WIUP berikut batas dan koordinat WIUP harus menyetorkan jaminan kesungguhan untuk
kegiatan eksplorasi sebelum memohon IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud
terdiri atas:

a. jaminan kesungguhan untuk pelaksanaan kegiatan 1 (satu) tahun eksplorasi mineral bukan
logam dan batuan; dan
b. jaminan kesungguhan untuk pelaksanaan kegiatan 3 (tiga) tahun eksplorasi mineral bukan
logam jenis tertentu.

Uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan:

a. luas WIUP Eksplorasi mineral bukan logam jenis tertentu dikalikan 100.000,00 (seratus ribu
rupiah) atau US $ 10 (sepuluh dolar Amerika Serikat) per hektare
b. luas WIUP Eksplorasi mineral bukan logam dikalikan Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
atau US $ 5 (lima dolar Amerika Serikat) per hektare.
Pengembalian atau pencairan uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) 30% (tiga puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan pada
tahun kesatu dengan menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai
antara lain peta geologi, dan peta sebaran endapan dengan skala 1:25.000 (satu banding dua
puluh lima ribu);
b) 30% (tiga puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan pada
tahun kedua dengan menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai
antara lain peta geologi dan peta sebaran endapan dengan skala 1:10.000 (satu banding
sepuluh ribu); dan
c) sisanya sebesar 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan
kesungguhan dicairkan setelah menyampaikan laporan akhir kegiatan eksplorasi dengan
menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai antara lain peta
geologi dan peta sebaran endapan dengan skala 1:5.000 (satu banding lima ribu).
c. luas WIUP Eksplorasi batuan dikalikan Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) atau US $ 2
(dua dolar Amerika Serikat) per hektare
Pengembalian atau pencairan uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) huruf c dengan ketentuan sebagai berikut:
a) 50% (lima puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan 6
(enam) bulan setelah kegiatan eksplorasi dimulai dengan menyampaikan laporan kemajuan
hasil kegiatan eksplorasi yang disertai antara lain peta geologi dan peta sebaran endapan
dengan skala 1:5.000 (satu banding lima ribu); dan
b) sisanya sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan
dicairkan setelah menyampaikan laporan akhir kegiatan eksplorasi dengan menyampaikan
laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai antara lain peta geologi dan peta
sebaran endapan dengan skala 1:2.000 (satu banding dua ribu).

Permohonan pengembalian atau pencairan uang jaminan kesungguhan oleh pemegang IUP
Eksplorasi kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya dengan mencantumkan nomor rekening bank pemegang IUP
Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi. Jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud ditempatkan
pada bank pemerintah atau bank pemerintah daerah dalam bentuk deposito berjangka. Yang
mana ketentuan nama rekening dan urusan perbankan lainnya diatur pada pasal 23-25.

Pengembalian atau pencairan uang jaminan kesungguhan harus dikaitkan dengan penilaian
terhadap laporan triwulan atau tahunan kegiatan eksplorasi pemegang IUP Eksplorasi
terhadap jumlah pembiayaan yang dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi dibandingkan
dengan RKAB yang telah disetujui sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. selama kegiatan eksplorasi, pemegang IUP Eksplorasi harus mengeluarkan biaya minimum
b. tahun kesatu kegiatan eksplorasi besarannya pengeluaran ditetapkan sendiri oleh pemegang
IUP Eksplorasi disesuaikan dengan RKAB yang telah disetujui
c. realisasi pengeluaran biaya pada tahun kesatu paling sedikit harus mencapai 80% dari biaya
yang dianggarkan dalam RKAB.

Direktur Jenderal atas nama Menteri menetapkan biaya minimum dan dapat ditinjau setiap
tahun.

Bagi perusahaan yang tidak melapor maka akan mendapat teguran, apabila tidak direspon
maka dapt dilakukan pencbutan IUP eksplorasi dan dana jaminan kesungguhan beserta
bunganya menjadi milik negara.

C. Persyaratan Memperoleh IUP Mineral

Pasal 23 PP 23/2010 mengatur bahwa persyaratan IUP Eksplorasi meliputi persyaratan:


Administratif;

Teknis;

Lingkungan; dan

Finansial

I. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk badan usaha meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1. surat permohonan;

2. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan

3. surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk koperasi meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1. surat permohonan;

2. susunan pengurus; dan

3. surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk orang perseorangan,


meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1. surat permohonan; dan

2. surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk perusahaan firma dan
perusahaan komanditer meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1. surat permohonan;

2. susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan

3. surat keterangan

II. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk IUP Eksplorasi, meliputi:

1. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga pertambangan dan/atau geologi yang
berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;

2. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional,

III. Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam huruf c untuk IUP Eksplorasi meliputi
pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
IV. Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam huruf d untuk IUP Eksplorasi, meliputi:

1. bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan

2. bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral logam
atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan
wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan atas
permohonan wilayah.

Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi terdiri persyaratan administratif,teknis,
lingkungan, dan finansial. Ketentuan ini dinyatakan dalam Pasal 65 UU No. 4/2009 juncto Pasal 23
s.d. Pasal 27 PP 23/2010. Tabel I.6 dan Tabel I.7 dan uraian berikut memberikan gambaran semua
persyaratan tersebut.

a. Persyaratan Administratif

Badan Usaha Koperasi Perseorangan Firama/CV


No Persyaratan
Sumber: PP 23/2010 (ML&BB = Mineral Logam dan Batubara; MNL&B = Mineral Non Logam dan Batuan)

b. Persyaratan Teknis dan Lingkungan

IUP Syarat Deskripsi

IUP Eksplorasi Teknis 1. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan
dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;

2. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku
secara nasional
Lingkungan pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

IUP Operasi Teknis 1. peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
Produksi sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara
nasional;

2. laporan lengkap eksplorasi;

3. laporan studi kelayakan;

4. rencana reklamasi dan pascatambang;

5. rencana kerja dan anggaran biaya;

6. rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi


produksi;dan

7. tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang


berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun
Lingkungan 1. pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan

2. persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan

Sumber: PP 23/2010

c. Persyaratan Finansial

1. Laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik.


2. Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 10%
(sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti investasi untuk
lelang WIUP yang telah berakhir.

3. Pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari
kerja, setelah pengumuman pemenang lelang

Untuk meloloskan suatu proposal pengajuan IUP dari pihak perusahaan yaitu :

1 . Statusnya harus Clean and Clear,( CnC)

(1)KPPU/WIUP tersebut tidak tumpang tindih satu sama lain, baik sama komoditas, maupun beda
komoditas.

(2) KPPU/WIUP tersebut juga tidak tumpang tindih dengan Kontrak Karya,

(3) Penerbitan IUP telah sesuai dengan prosedur, dan pada saat dilakukan evaluasi, semua kewajiban
telah terpenuhi sesuai ketentuan yang berlaku. (Termasuk peningkatan IUP Eksplorasi menjadi IUP
Eksploitasi)

2. Harus memiliki rencana kerja yang jelas, dari tahap eksplorasi hingga pasca tambang, baik dari segi
AMDALnya, biaya, geologi, tenaga ahli, maupun akomodasi.

3. Harus lulus studi kelayakan dan tidak bertentangan dengan prinsip pengelolaan lingkungan hidup

4. Dilakukan sebelum masa IUP nya habis , jika IUP nya bukan merupakan IUP baru

5. Mengubah IUP Eksplorasi menjadi IUP Eksploitasi

6. Melakukan pengolahan dan pemurnian di Indonesia

7. Wajib divestasi saham 51% setelah 10 tahun berproduksi.

D. Prosedur Memperoleh IUP Mineral

Perihal Penjelasan

Pemohon a. badan usaha (swasta, BUMN, atau BUMD)

b. koperasi

c. perseorangan (orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer


Pemberi
Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangan wilayahnya
izin

Pemberian  WIUP adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP [Psl 1 angka 31 UU No.
WIUP 4/2009]

 Pemberian WIUP terdiri atas


a) WIUP radioaktif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
b) WIUP mineral logam melalui lelang
c) WIUP batubara melalui lelang
d) WIUP mineral bukan logam melalui pengajuan permohonan wilayah
e) WIUP batuan melalui pengajuan permohonan wilayah

Pemberian  IUP terdiri dari


IUP
a. IUP Eksplorasi, yaitu izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan dan terdiri dari (1)
mineral logam; (2) batubara; (3) mineral bukan logam; dan/atau (4) batuan

b. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan
IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi, yaitu
kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta
pengangkutan dan penjualan, dan terdiri dari (1) mineral logam; (2) batubara; (3)
mineral bukan logam; dan/atau (4) batuan

 IUP tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IUP [Psl 41 UU
4/2009]

 Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi persyaratan:

a. administratif;

b. teknis;
c. lingkungan; dan

d. finansial

 IUP diberikan oleh:

a. bupati/walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota;

b. gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Sumber: UU No. 4/2009 dan PP No. 23/2010

Berikut merupakan alur flowchart prosedur untuk memperoleh IUP:


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Pemberian IUP akan dilakukan setelah diperolehnya WIUP

 IUPK adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha
pertambangan khusus. Terdiri dari dua tahap yaitu eksplorasi dan operasi produksi.

 Dalam setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana
pasca tambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi.

 persyaratan IUP Eksplorasi meliputi persyaratan:

o Administratif;
o Teknis;
o Lingkungan; dan
o Finansial

B. Daftar Pustaka
 UU No. 4/2009
 UU No.9 Tahun 2015
 UU No.4 Tahun 2009 Minerba
 Permen ESDM No.5 Tahun 2017
 PP 23/2010 (ML&BB = Mineral Logam dan Batubara; MNL&B = Mineral Non
Logam dan Batuan)
 http://www.transformasi.net/articles/read/140/izin-usaha-pertambangan.html
 http://www.hukumpertambangan.com/izin-usaha-eksplorasi/persyaratan-untuk-
memperoleh-izin-usaha-pertambangan-iup-eksplorasi/
 https://www.minerba.esdm.go.id/library/sijh/20110809%20PERMEN%20%20IUP
%20MINERAL%20NON%20LOGAM%20DAN%20BATUAN_bersih_cat.pdf

LAMPIRAN
Contoh Surat Edaran

Anda mungkin juga menyukai