Anda di halaman 1dari 10

APBN DAN APBD

Oleh

Kelompok 5

D6 Akuntansi

1. I GUSTI AYU AGUNG IRA NIAGARA (1533121174)

2. KOMANG IRA MEINDRAWATI (1533121243)

3. NI JERO BALIAN SERI ASIH (1533121295)

4. FRANSISCA AYU EKA SUKMARIANI (1533121302)

5. NI PUTU KIKI MIGANTARI (1533121350)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

2017

1
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
a. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari 31 Desember).
APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Fungsi sumber penerimaan dan pengeluaran APBN
b. Fungsi APBN
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak
dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun
anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran
berikutnya.
1. Fungsi otorisasi
Mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan
Mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya,
maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung
pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan
nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan
untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan
lancar.

2
3. Fungsi pengawasan
Berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan
mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah
menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak.
4. Fungsi alokasi
Berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi
Berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
6. Fungsi stabilisasi
Memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
c. Sumber penerimaan APBN
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yaitu :
Penerimaan pajak yang meliputi
Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Bumi dan Bangunan(PBB),
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) &Cukai,
dan
Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan
pajak/pungutan ekspor)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi
Penerimaan dari sumber daya alam,
Setoran laba BUMN,

3
Penerimaan bukan pajak lainnya,
d. Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
1. Belanja Pemerintah Pusat
Belanja pemerintah pusat adalah belanja yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang
dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas
pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan
menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM,
Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana),
dan Belanja Lainnya.
2. Belanja Daerah
Belanja daerah adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah
Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah
yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus.
e. Pembiayaan
Pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan,
Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
2. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi Penarikan Pinjaman Luar Negeri,
terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek
3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh
Tempo dan Moratorium.

f. Penyusunan dan PelaksanaanAPBN


1. Penyusunan APBN

4
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk
RUU tentang APBN kepada DPR. Setelah melalui pembahasan,
DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN selambat-
lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
2. Pelaksanaan APBN
Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya
dokumen pelaksanaan anggaran oleh Menteri Keuangan. Dokumen
anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan
kepada menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Gubernur, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal
Perbendaharaan, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN)
terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran. Dokumen tersebut
merupakan acuan dan dasar hukum pelaksanaan APBN yang
dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dan Bendahara Umum
Negara. Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan anggaran
adalah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen
lain yang dipersamakan dengan DIPA. Sedangkan dokumen
pembayaran antara lain terdiri dari Surat Permintaan Pembayaran
(SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D). Pasal 17 Undang-Undang Perbendaharaan
Negara menyatakan bahwa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam dokumen
pelaksanaan anggaran yang telah disahkan dan berwenang
mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, pedoman dalam
rangka pelaksanaan anggaran diatur dalam Keputusan Presiden
Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004.

.2. Anggaran Pendaapatan dan Belanja Daerah (APBD)

5
a. Pengertian APBD
Menurut Undang-undang no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang
ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. APBD terdiri dari
anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. APBD adalah
daftar terperinci mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah dalam waktu
satu tahun yang telah disyahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD).
b. Fungsi APBD
APBD yang disusun oleh setiap pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai
berikut:
- Fungsi otorisasi
APBD sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menjalankan
pendapatan dan belanja untuk masa satu tahun.
- Fungsi Perencanaan
APBD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyusun perencanaan penyelenggaraan pemerintah daerah pada tahun
yang bersangkutan.
- Fungsi Pengawasan
APBD merupakan pedoman bagi DPRD, BPK, dan instansi
pelaksanaan pengawasan lainnya dalam menjalankan fungsi
pengawasan
- Fungsi Alokasi
Sumber-sumber penerimaan APBD digambarkan dengan jelas untuk
dialokasikan sebagai pembelanjaan yang harus dilaksanakan pemerintah
daerah.

- Fungsi Distribusi
Pembelanjaan APBD disesuaikan dengan kondisi setiap daerah
dengan mempertimbangkan asas keadilan dan kepatutan.
c. Tujuan APBD

6
Setiap tahun pemerintah daerah menyusun APBD. Tujuan
penyusunan APBD adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan
daerah agar terjadi keseimbangan yang dinamis, dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan di daerah demi tercapainya peningkatan
produksi, peningkatan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi.
Pada akhirnya, semua itu ditujukan untuk tercapainya masyarakat
adil dan makmur, baik material maupun spiritual bedasarkan Pancasila dan
UUD 1945, serta untuk mengatur pembelanjaan daerah dan penerimaan
daerah agar tercapai kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi daerah secara
merata
d. Cara penyusunan, Pelaksanaan, Pengawasan dan
Pertanggungjawaban APBD
1. Cara penyusunan APBD
Penyusunan APBD melibatkan Tim Anggaran Eksekutif Pemerintah
Daerah (Sekretaris Daerah, BAPPEDA, dan pihak-pihak lain yang
dianggap perlu) dan Panitia Anggaran DPRD yang anggotanya terdiri
atas tiap-tiap fraksi di DPRD.
APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan, antara lain:
- Pemerintah daerah menyusun Rancangan Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD)
- Pemerintah daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk
dibahas bersama antara pemerintah daerah dan DPRD.
- RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD
melalui Peraturan Daerah untuk dilaksanakan.

2. Pelaksanaan APBD
Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.
Pelaksanaan APBD meliputi pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja,

7
dan pembiayaan. Penjelasan berikut ini didasarkan pada Peraturan
Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan ini telah disusun pedoman pelaksanaannya yaitu Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Pengeluaran dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang
selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau
disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. Kriteria keadaan darurat
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh
PPKD dengan persetujuan Sekretaris Daerah.
1. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau
menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan
dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD dilarang
digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Penerimaan
SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum
daerah paling lama 1 (satu) hari kerja oleh Bendahara Penerimaan
dengan didukung oleh bukti yang lengkap. Semua penerimaan
daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian
tuntutan ganti rugi dan sejenisnya dilakukan dengan membebankan
pada rekening penerimaan yang bersangkutan untuk pengembalian
penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk
pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.
2. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

8
Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan
batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak
dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Setiap
SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah
untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD.
Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak
mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pembayaran atas beban APBD dapat
dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), atau
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
3. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Semua penerimaan
dan pengeluaraan pembiayaan daerah dilakukan melalui Rekening
Kas Umum Daerah. Untuk pencairan dana cadangan,
pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke Rekening Kas
Umum Daerah dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan
kegiatan, setelah jumlah dana cadangan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
yang berkenaan mencukupi.
4. Pengawasan Pelaksanaan APBD
Pengawasan pelaksanaan APBD terdiri dari:
a. Pengawasan ekstenal adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang
dilakukan oleh DPRD dan BPK.
b. Pengawasan internal adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang
dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri melalui instansi-instansi
dalam jajarannya.
e. Sumber-sumber penerimaan pemerintah daerah

9
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi
terdiri dari:
a. Pendapatan asli daerah (PAD)
Adalah penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan daerah
berupa:
- Pajak daerah
- Retribusi daerah
- Hasil pengolahan kekayaan daerah
- Keuntungan dari perusahaan-perusahaan milik daerah
- Lain-lain PAD
b. Dana Perimbangan
Adalah dana yang dialokasikan dari APBN untuk daerah sebagai
pengeluaran pemerintah pusat untuk belanja daerah, yang meliputi:
1. Dana bagi hasil yaitu dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah sebagai hasil dari pengelolaan
sumber daya alam didaerah oleh pemerintah pusat.
2. Dana alokasi umum yaitu dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah dengan tujuan sebagai wujud dari
pemerataan kemampuan keuangan antara daerah.
3. Dana alokasi khusus yaitu dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk mendanai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan
dengan prioritas nasional.

10

Anda mungkin juga menyukai