Disusun Oleh:
Kelompok 15
D. Metode penyuluhan
Ceramah dan Tanya jawab
E. Media Penyuluhan
1. Power Point
2. Leaflet
F. Pengorganisasian
Pembimbing akademik : Praba Diyan R , S.Kep., Ns., M.Kep.
Pembimbing klinik : Upid
Penyuluh : Lady Claudinie
Moderator : Mufidatun Nisa
Observer : Lisa Ardiavianti
Fasilitator : Ragil Rizky Atviola
Alfina Maghfiroh Safitri
Siti Aisyah Zanta Pradana
Notulen : Moh. Baharuddin Fatih
G. Job Description
No. Nama Sie Job Description
1. Moderator 1. Membuka dan menutup acara
2. Mengatur jalannya acara dari awal hingga akhir
3. Memperkenalkan diri dan tim penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak waktu penyuluhan
5. Memimpin jalannya acara
2. Penyuluh 1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan
disampaikan
3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peserta
3. Fasilitator 1. Membantu dan mengondisikan peserta selama penyuluhan
berlangsung
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi)
3. Membantu mengajukan pertanyaan untuk evaluasi hasil
4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya
4. Notulen 1. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban penyaji sebagai
dokumentasi kegiatan
2. Mencatat proses kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan
rencana kegiatan pada SAP
3. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan penyuluhan
5. Observer 1. Mengawasi dan mengevaluasi selama penyuluhan
berlangsung
2. Mencatat situasi pendukung dan penghambat proses
kegiatan penyuluhan
H. Rencana penyuluhan
(1) Rundown Acara
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1) Memberikan salam 1) Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri 2) Mendengarkan
3) Menjelaskan tujuan
dan
pembelajaran
memperhatikan
4) Menyebutkan materi dan
3) Menjawab
kegiatan yang akan dilakukan
pertanyaan
5) Menggali pengetahuan peserta
tentang peraturan ruangan
2. 10 menit Pemberian materi :
1) Anatomi dan Fisiologi Trakea 1) Menyimak dan
2) Pengertian Trakeostomi
memperhatikan
3) Fungsi Trakeostomi
4) Klasifikasi Trakeostomi
5) Indikasi dan Kontraindikasi
Trakeostomi
6) Penatalaksanaan Trakeostomi
7) Perawatan Trakeostomi
8) Komplikasi Trakeostomi
7 Keterangan:
5 1. Moderator
1
2 2. Pemateri
3 3 4 3 3. Peserta
4
4. Fasilitator
3 3 3
5. Tamu undangan
6 6. Observer
7. Notulen
J. Metode Evaluasi
(1) Metode evaluasi : Tanya jawab
(2) Jenis evaluasi : Lisan
K. Evaluasi Struktur
(1) Persiapan Media
Media yang digunakan dalam ceramah semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu:
a. Power Point
b. Leaflet
(2) Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk Power point dan leaflet dengan ringkas,
menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta.
L. Evaluasi proses
(1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
mampu memahami materi yang disampaikan melalui ceramah dan leaflet
yang diberikan.
(2) Peserta memperhatikan saat ceramah berlangsung.
(3) Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
(4) Peserta antusias bertanya hal yang belum dimengerti tentang
materi.
M. Evaluasi Hasil
(1) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Anatomi dan Fisiologi
Trakea.
(2) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Pengertian Trakeostomi
(3) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Fungsi Trakeostomi.
(4) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Klasifikasi Trakeostomi.
(5) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Indikasi dan
Kontraindikasi Trakeostomi.
(6) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Penatalaksanaan
Trakeostomi.
(7) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami perawatan Trakeostomi.
(8) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Komplikasi Trakeostomi.
LAMPIRAN MATERI
Sebelah dalam trakea diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang
disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 -11 cm dan di
belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel sel bersilia
gunanya untuk mengeluarkan benda benda asing yang masuk bersama sama
dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.
Gambar trakea
2. Definisi Trakeostomi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat
masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams,
1997).Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding
depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk
ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono,
Soepardi, 2004).
3. Fungsi Trakeostomi
6. Penatalaksanaan Trakeostomi
Pemasangan trakeostomi
Persiapan Alat
1. Alat alat :
a. Spuit yang berisi analgesia
b. Pisau bedah
c. Pinset anatomi
d. Gunting panjang tumpul
e. Sepasang pengait tumpul
f. Benang bedah
g. Klem arteri, gunting kecil yang tajam
h. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai
2. Jenis Pipa
a. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur
sehinggamemperkecil risiko timbulnya aspirasi.
b. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak
mempunyai risiko aspirasi.
Gambar.Fenestrated Tubes
3. Ukuran
Ukuran trakeostomi standar adalah 0 12 atau 24 44
French.Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun dari perak juga
ada.Tabung dari plastik mempunyai lumen lebih besar dan lebih lunak dari
yang besi.Tabung dari plastik melengkung lebih baik kedalam trakea
sehingga iritasi lebih sedikitdan lebih nyaman bagi klien.
Persiapan Pasien
1. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah
30 untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher
2. Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk
diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini
leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan
leher
3. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan
ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan
krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi
Prosedur pemasangan trakeostomi pada pasien
a. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah
krikoid sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di
pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau
kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa
b. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul
sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang
rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya
dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah
vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid yang
ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak
mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan
disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.
c. Kanul trakea dapat dipasangkan
7. Perawatan Trakeostomi
A. Perawatan post pemasangan trakeostomi
a. Prosedur trakeobronkial Toilet (prosedur pembersihan sekret)
1) Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan
ketenangan selama pengisapan
2) Siapkan alat alat yang diperlukan
3) Cuci tangan
4) Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai
kebutuhan)
5) Buka kit kateter pengisap
6) Isi kom dengan normal salin
7) Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang
tinggi.
8) Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
9) Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke
pengisap
10) Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan
isapan, untuk menstimulasi reflek batuk
11) Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan
360 derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan
pengisapan maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia)
12) Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali
nafas
13) Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
14) Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
15) Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
16) Bilas selang pengisap
17) Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor
d. Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses penambahan air ke dalam gas. Udara
atau oksigen dengan kelembaban relative yang tinggi membuat jalan nafas
tetap lembab dan membantu melepaskan sekresi dan dikeluarkan dari paru.
Humidifikasi diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen.
Oksigen yang dimasukkan kedalam jalan nafas bagian atas dapat
dilembabkan dengan melekatkan kateter ke dalam air sehingga
menghasilkan udara (bubbling). Umumnya humdifikasi ditambahkan saat
kecepatan aliran oksigen melebihi 4L/menit.
Untuk pemasangan alat pelembab, hal yang perlu diperhatikan
perawat adalah memastikan bahwa alat tersebut menggunakan salin steril
untuk inhalasi dan bahwa larutan diganti sesuai prosedur. Humidifikasi
dapat menjadi sumber infeksi nosokomial pada klien karena lingkungan
yang lembab mendukung prtumbuhan mikroorganisme patogen.
Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya
dilakukan oleh saluran napas bagian atas menghilang. Untuk itu
menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.
Cara-cara untuk humidifikasi udara inspirasi di antaranya ialah :
a. Condensor humidifier
Alat ini dipasang pada kanultrakea. Pada waktu ekspirasi, uap air
mengembun pada lempeng-lempeng metal dari kondensor.
Kekurangan alat ini ialah jika terjadi penimbunan discharge pada alat
tersebut fungsinya akan berkurang. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
b. Dengan melewatkan udara inspirasi melalui reservoir berisi air yang
secara teratur dipanaskan dengan termostat. Alat ini relatif lebih
efisien. Bila penderita bernafas spontan, campuran gas ditiupkan
melalui suatu T-piece atau melalui kotak plastik yang dilubangi.
c. Dengan menambahkan tetesan-tetesan air yang halus pada udara
inspirasi. Efektifitas tetesan ini tergantung pada jumlah tetesan dan
kelembaban relatif udara inspirasi.
d. Secara sederhana humidifikasi dapat dikerjakan dengan menaruh
lembaran kasa yang telah dibasahi di depan mulut kanul. Kasa
tersebut diikatkan pada leher dan harus diganti sesering mungkin.
d. Cara menghisap
Banyaknya discharge mukus bervariasi. Mukus ini akan meningkat
jumlahnya jika penderita dingin, jika udara dalam rumah kering, atau
jika kanul teriritasi. Penghisapan mungkin diperlukan untuk
mengontrol mukus. Mesin penghisap yang mudah dibawa dapat
dipinjam dari rumah sakit dengan petunjuk penggunaannya. Kateter
karet tidak boleh dimasukkan sampai melewati ujung dalam kanul
trakeostomi, kecuali jika ada instruksi khusus untuk melakukannya
dari dokter. Jika mesin penghisap tidak didapat, semprit steril atau
kateter yang dapat dibeli di toko obat atau apotik bisa digunakan
sebagai penghisap.
Cara melakukan :
1) Siapkan alat-alat
2) Pegang kateter dengan salah satu tangan dan balon karet pada
semprit dengan tangan yang lain
3) Tekan balon karet sebelum kateter dimasukkan ke dalam kanul
trakeostomi, untuk mengeluarkan udara di dalamnya
4) Lepaskan balon karet, mukus akan terhisap ke dalam kateter dan
semprit
5) Bersihkan alat-alat dengan air sabun. Peralatan tersebut sering
dididihkan untuk memelihara kebersihannya
8. Komplikasi Trakeostomi
Menurut Bove MJ et.al (2010), Komplikasi yang timbul akibat trakeostomi
dapat bervariasi dari skala ringan (misalnya jaringan granulasi) hingga fatal, yang
dapat menyebabkan kematian (fistula trakeoinominata, sumbatan jalan napas).
Komplikasi trakeostomi juga dapat dikelompokan menjadi yaitu komplikasi
imtraoperatif (immediate/intraoperative complications), komplikasi dini pasca
operatif (early postoperative complications), komplikasi lanjut pasca operatif(late
postoperative complications).
1. Komplikasi intra operative seperti perdarahan, cidera laring dan trakea, fistel
subkutis, pneumo mediastinum dan edema paru pasca sumbatan jalan napas.
3. Komplikasi lambat pasca operatif seperti jaringan granulasi ,fistel
trakeokutan.
DAFTAR PUSTAKA
Bove MJ, Morris LL, danAfifi MS. 2010. Complication and Emergency
Procedures of Tracheostomies. New York: Springer Publishing Company.