Anda di halaman 1dari 2

Data Monev AMPL Praktek Baik Tantangan STBM

NTT Masih rendahnya kualitas pelaksanaan


Monitoring terpadu
AMPL berbasis
CLTS Prol ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum STBM di Provinsi
Kelembagaan Pokja AMPL Detail Android Kurangnya dukungan pendanaan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT).
dalam upaya percepatan pembangunan Diharapkan informasi singkat ini dapat mendorong kerja cerdas dan kerja cepat
STBM untuk mencapai target pada Tahun pelaku sanitasi untuk mencapai target 100% akses sanitasi (universal access).
Sanitasi Air
Limbah
Sanitasi
persampahan
Air Minum 2019 dan masih perlu dukungan Iklim Semi arid. Rata-rata curah hujan yang tercatat pada stasiun
pembiayaan dari semua pihak meteorologi/klimatologi adalah antara 600-2700 mm3.
Laporan Rendahnya integrasi, sinkronisasi dan Apabila dilihat dari topogranya, maka wilayah NTT dapat dibagi atas 5 bagian
sinergitas Pokja AMPL Provinsi dan besar, yaitu : Agak berombak dengan kemiringan 3-16 %, Agak bergelombang
Kabupaten serta stakeholder lainnya. dengan kemiringan 17-26 %, Bergelombang dengan kemiringan 27-50 %,
Belum terbangunnya mekanisme Berbukuti-bukit bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 %, Dataran
monitoring dan evaluasi Pokja AMPL banjir dengan kemiringan 0-30 %
Meningkatkan advokasi terkait STBM kepada dari tingkat Pusat hingga ke daerah secara
Kabupaten/Kota dan Stakeholders lainnya regular dan terpadu
Peningkatan keterlibatan mitra strategis Rendahnya penggalian gagasan terkait
pembangunan sanitasi yang dimulai dari
Meningkatkan integrasi program dan Monev terpadu tingkat dusun
19.3%
berjenjang Lemahnya Publikasi
87.3%
Knowledge management Belum Semua kabupaten/kota yang
memiliki regulasi terkait AMPL
Peningkatan kapasitas pelaku STBM Kurang advokasi dan sosialisasi STBM
Inklusi serta adanya daerah KLB dan
Peningkatan pemanfaatan data untuk intervensi STBM Bencana

Akses Air Minum Layak: Membutuhkan waktu maksimal 30 AMPL: Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
menit ke sumber air telindung, air tersedia setiap saat dibutuhkan APBD I: Anggaran Pendapatan dan belanja Negara di tingkat
dengan harga yang terkjangkau, air diolah minimal 1 kali sebelum Provinsi
diminum, dan minimal akses 60liter/orang/hari APBD II: Anggaran Pendapatan dan belanja Negara di tingkat
Akses Sanitasi Dasar: Fasilitas sendiri atau bersama dengan Kabupaten
jenis kloset plengsengan atau cubluk/cemplung dengan tempat BABS: Buang Air Besar Sembarangan
pembuangan akhir tinja berupa tangki septik/SPAL atau lubang SBS: Stop Buang Air Besar Sembarangan
tanah. ODF: Open Decation Free
Akses Sanitasi Layak: Fasilitas pribadi atau bersama dengan BAPPEDA: Badan Perencanaan Daerah
struktur bawah berupa leher angsa dan tangki septik atau saluran Dapodik: Data Pokok Pendidikan
perpipaan untuk system pengelolaan air limbah terpusat. DPA: Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Community Led Total Sanitation (CLTS): merupakan gerakan DPMD: Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
yang dipimpin oleh masyarakat, menggunakan metode pemicuan. JSP: Jamban Sehat Permanen
STBM menggunakan metode yang digunakan di CLTS, dengan JSSP: Jamban Sehat Semi Permanen
materi yang berbeda. Di CLTS, sanitasi total yang dimaksud KLB: Kejadian Luar Biasa
adalah terkait community-led. Artinya, semua komponen Pokja AMPL: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
masyarakat terlibat dalam setiap tahapan kegiatan, mulai dari Lingkungan
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan PUSKESMAS: Pusat Kesehatan Masyarakat
evaluasi. Riskesdas: Riset Dasar Kesehatan
Terverikasi: Desa yang dinyatakan sudah bebas buang air besar RPJMN: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
sembarangan oleh tim verikasi. Setiap jam, ada 15 22
RPJMD: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah anak Indonesia meninggal karena Angka Sunting/ Balita Pendek
Sanitarian: Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung STBM: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang diare dan pneunomia yang bisa di NTT: 38.7 %,
CLTS: Community Led Total Sanitation dihindari dengan kebersihan 15% balita sangat pendek
berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan SUSENAS: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan sanitasi yang baik dan 23.7% balita pendek.
dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas UNICEF: United Nations Childrens Fund (Levels & Trends in child Mortality laporan 2014)
kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan target RPJMN 2015 - 2019: 28%
WHO: World Health Organization Sumber:
meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat. WSP: Water & Sanitation Program, World Bank Group Water Practice Pemantauan status gizi. Kemenkes RI. 2016
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM): Pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM): Pendekatan untuk
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. masyarakat dengan metode pemicuan.
Klaim: Desa yang menyatakan telah bebas buang air besar
Klaim: Desa yang menyatakan telah bebas buang air besar
sembarangan namun belum diverikasi oleh tim verikasi yang
sembarangan namun belum diverikasi oleh tim verikasi yang terdiri
terdiri dari pemerintah daerah dan masyarakat.
dari pemerintah daerah dan masyarakat.
Pemicuan: Cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene
Pemicuan: Cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan
dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri
sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan
dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan
menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau
individu atau masyarakat.
Stunting/Balita Pendek: Anak lebih pendek dibandingkan masyarakat.
Circle Of
dengan anak-anak lain seusianya. Stunting terjadi sebagai akibat Imagine
dari kurang gizi kronis. Society
Modal Dasar Pembangunan STBM Jumlah Desa Mendapat Jumlah Desa Persentase Akses
Sumber Daya Pemicuan STBM Stop BABS Klaim Jamban
Dukungan untuk STBM Inklusi
221
No Milestone 2016 2017 2018 2019 828 Desa
1 Akumulasi Jumlah Kabupaten/Kota 3 5 9 13 Desa Belum
Terverikasi
yang mengintegrasikan isu inklusi, dipicu
kesetaraan gender dan aksebilitas 908
orang berkebutuhan khusus dalam Desa
regulasi terkait STBM. Sudah
dipicu 2424
2 Kegiatan STBM inklusi kesetaraan 5 9 12 15 Desa % Akses JSP
% Akses JSSP
gender dan orang berkebutuhan
% Akses Sharing
khusus % BABS

Sumber: Website STBM 04/05/2017 Sumber: Website STBM 07/08/2017


Sumber: Website STBM 04/05/2017

Desa Klaim

Efektivitas
Pemicuan
Progres

Verifikasi
Cakupan
Baseline

Tingkat

Tingkat
Jumlah
Anggaran STBM APBD II

umlah

Jumlah

Jumlah
Desa

Desa

Desa
ODF
450,000,000
404,796,460 Kabupaten/ Kota
400,000,000

350,000,000

300,000,000

250,000,000
1 TIM OR TEN GAH SELATAN 278 259 5 13 232 93% 95% 95% STBM
200,000,000
2 ALOR 175 175 0 2 110 100% 64 % 98% Akses jamban
165,807,520
150,000,000 136,885,000 3 LEM BATA 151 151 5 8 84 100% 61% 91% pada Juli 2017:
100,000,000
4 TIM OR TEN GAH UTAR A 192 185 15 41 77 96% 64 % 65% 79.70%
50,000,000
5 N GADA 150 78 0 5 65 52% 90% 93% (peringkat 10
-
1
6 FLOR ES TIM UR 250 226 0 2 107 90% 4 8% 98% Nasional) dan
2015 2016 2017
7 SABU R AIJUA 63 42 0 3 18 67% 50% 86% 1122 total desa
8 SUM BA TEN GAH 65 64 0 1 17 98% 28% 94 % ODF (peringkat
9 EN DE 278 120 0 7 62 4 3% 58% 90% 3 nasional)
Daerah dengan
10 M AN GGAR AI 162 14 8 4 42 29 91% 4 8% 4 1%
tingkat
11 SUM BA TIM UR 156 156 0 3 33 100% 23% 92%
efektivitas
12 R OTE N DAO 89 51 0 0 14 57% 27% 100%
pemicuan
13 SIKKA 160 156 5 5 25 98% 19% 83%
rendah perlu
14 KUPAN G 177 102 7 13 17 58% 29% 57%

Sumber: Website STBM 04/05/2017


mendapatkan
15 SUM BA BAR AT DAYA 131 90 1 7 10 69% 19% 59% perhatian khusus
16 M AN GGAR AI BAR AT 169 169 2 2 5 100% 4% 71% Dengan adanya
17 BELU 81 44 4 4 2 54 % 14 % 33% prediksi akses
18 N AGEKEO 113 40 8 9 1 35% 25% 10% sanitasi, perlu
19 KOTA KUPAN G 51 10 30 21 0 20% 210% 0% dilakukan
20 M ALAKA 125 44 0 0 0 35% 0% 0% percepatan
21 M AN GGAR AI TIM UR 176 52 9 21 0 30% 4 0% 0% untuk mencapai
22 SUM BA BAR AT 74 62 0 12 0 84 % 19% 0% target akses
N TT 3,266 2,4 24 95 221 90 8 74 % 4 7% 8 0 % sanitasi 100%
Akses Sanitasi Dasar dan Layak Provinsi NTT
100 Akses Sanitasi, 100
Sanitasi Sekolah
94.496 Jamban Layak, Layak,
90
78.58 78.94 tidak tidak terpisah
80 ada/ terpisah , baik
71.45
70
60.98
y = 6.184
-1 x 391 tidak
60 56.82 62.72 layak
56.54
55.1 54.88
%50 50.88
48.92 51.75
51.01 49.28 SD 48,4% 46,4% 5,2%
40 37.18 Sanitasi Layak, 40.00 SMP 39,3% 52,6% 8,1%
30 30.31 28.8 SMA 47,6% 41,3% 11,1%
Regulasi dan Dokumen Pendukung 23.82
20 17.82
24.49 23.46 23.9
16.12 17.35 SMK 52,7% 34,6% 12,7%
Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pembangunan Air Minum Penyehatan 10 10.98
Lingkungan Berbasis Masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Timur. PLB 41,2% 44,1% 14,7%
0
Instruksi Gubernur Nomor: 2 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Percepatan Desa Kelurahan STBM. 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Instruksi Gubernur NTT no 3 Tahun 2015 tentang Pedoman Integrasi Perencanaan Puskesmas dengan
Tahun Perbandingan Jumlah WC: Murid
Musrembangdes Akses Sanitasi - STBM Prediksi Akses Sanitasi Akses Sanitasi Layak - BPS SD di NTT
Target Akses Sanitasi Akses Sanitasi Layak Akses Sanitasi Layak 1 WC: 80 Siswa/ 1 WC:87 Siswi
Roadmap STBM 2016 2019 Akses Air Minum Layak di perkotaan Perdesaan Perbandingan Ideal
Target dalam RPJMD: Sanitasi 69,50 %, Air Minum 82,65 % , STBM 1.062 desa; SBS 2.208 Desa Sumber: Website STBM, 21/07/2017, dan Statistik Perumahan NTT 2014 - 2016, BPS 1 WC: 40 Siswa/ 1 WC:25 Siswi
Sumber:Data Dapodik TA 2016-2017, Semester 1

Anda mungkin juga menyukai