Anda di halaman 1dari 16

Community

Led Total
Sanitation
(CLTS)

Buku Saku
untuk
Fasilitator Lapangan

Plan Indonesia
Menara Duta Building 2nd & 6th Floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav B-9 Kuningan
Jakarta Selatan 120910 – Indonesia
Phone: 021-5229566
Fax.62-21-5221580

www.plan-international.org
catatan:

Community
Led Total
Sanitation
(CLTS)

Buku Saku
untuk
Fasilitator Lapangan
Tim Penyusun
Substansi: Plan International Indonesia – WASH Department
Desain: Hygiene Specialist Soe
Review Design: Communication Program

Plan Indonesia
Menara Duta Building 2nd & 6th Floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav B-9 Kuningan
Jakarta Selatan 120910 – Indonesia
Phone: 021-5229566
Fax.62-21-5221580

www.plan-international.org
catatan:

Tim Penyusun :
1. Eka Setiawan (WASH Program Manager)
2. Budi Suranto (WASH Project Manager)
3. Sabaruddin (Simavi/CLTS Project Manager)
4. Johanis Valentino (Hygiene Specialist)
Review Design & Layout :
1. Paulan Aji Brata (Internal Communications Specialist)
daftar pustaka daftar isi

1. Kamal Kahr, CLTS Hand book – Terjemahan oleh Plan Daftar Isi i
Indonesia.
Pendahuluan
2. Modul Pelatihan CLTS, 2005 – “Panduan Fasilitasi 1
CLTS di Komunitas (hal 61 – 71)” I. Hal-hal yang dipicu & alat yang digunakan 1
3. Plan CLTS Grobogan – Diagram Alur Pilihan Teknologi 1.1 Hal-hal yang dipicu 2
Jamban Sehat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 1.2 Alat yang Digunakan 2
(STBM) 1.3 Langkah-langkah Fasilitasi 3
4. Resources Centre Network Nepal (RCNN), 2009 – II. Analisa Partisipatif, Pemicuan & Tindak Lanjut
“Community Led Total Sanitation, a handbook for oleh Masyarakat 4
facilitators”. 2.1 Pemetaan 5
5. Water and Sanitation Program (WSP), 2007 – 2.2 Transek (penelusuran wilayah) 6
“Community Led Total Sanitation in Rural Areas, an 2.3 Fecal Oral 7
approach that works”. 2.4 Simulasi Air yang Telah Terkontaminasi 8
III. Focus Group Discussion (FGD) 10
3.1 FGD memicu rasa malu 10
3.2 FGD memicu rasa jijik dan takut sakit 11
3.3 FGD memicu hal-hal yang berkaitan dgn keagamaan 11
3.4 FGD menyangkut kemiskinan 12
3.5 Penting untuk Fasilitator 13
IV. Fasilitasi Diakhiri Pemicuan 15
4.1 Fasilitasi untuk Rencana Tindak Lanjut 16
4.2 Tangga Sanitasi 17
V. Tahap Monitoring 18
5.1 Pemetaan 18
5.2 Derajat Penilaian 19
5.3 Contoh Pilihan Toilet Sederhana 21
Contoh Pilihan Toilet Sederhana

21
Derajat Penilaian
pendahuluan
1. Untuk setiap pertanyaan, lihat jawaban mereka dengan
melihat di gambar mana mereka berdiri. untuk berdiri
diantara gambar-gambar itu, tanyakan :
2. Bila diperlukan, sepakati juga dengan masyarakat, bahwa Proses fasilitasi CLTS di masyarakat pada prinsipnya adalah
masyarakat tidak harus berdiri tepat pada gambar tersebut, ”pemicuan” terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut sakit,
tetapi mungkin dapat berdiri diantara 2 gambar yang ada rasa berdosa dan rasa tanggung bjawab yang berkaitan
untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan. dengan kebiasaan BAB di sembarang tempat. Dan untuk
3. Untujk setiap pertanyaan, lihat jawaban mereka dengan membantu proses pemicuan tersebut digunakan beberapa
melihat di gambar mana mereka berdiri. Perdalam komponen PRA seperti pemetaan, transek, alur kontaminasi
alasannya, sehingga dari hal itu akan terbentuk sebuah dan simulasi lainnya.
diskusi yang dapat menggambarkan apa yang terjadi dan
dirasakan oleh masyarakat secara umum berkaitan dengan Panduan ini bukan merupakan suatu alur yang ”harus” di
kondisi sanitasinya. ikuti atau dilakukan pada saat fasilitasi, karena tidak ada
aturan yang baku dalam proses pemicuan. Proses
pelaksanaan di masyarakat lebih berkaitan dengan
kemampuan dan inisiatif fasilitator.

Fasilitator bisa memulai dengan kegiatan pemetaan


dilanjutkan dengan transek (penelusuran wilayah), alur
kontaminasi, kemudian ke pemetaan lagi, atau memulainya
dengan transek, kemudian ke pemetaan, transek lagi, dan
seterusnya. Fasilitator tidak harus menunggu sampai 1
komponen, 2 atau 3 komponen PRA selesai, namun setiap
saat bisa langsung melakukan pemicuan jika kesempatan
terbuka (misalnya masyarakatnya sudah mulai menunjukkan
ke arah itu).

20 1
Hal-hal yang dipicu dan alat Derajat Penilaian
pemicuan yang digunakan
Bab Tujuan
1. Untuk melihat dan mengetahui apa yang dirasakan
masyarakat (bandingkan antara yang dirasakan dulu ketika
BAB di sembarang tempat dengan yang dirasakan sekarang
ketika sudah BAB di tempat yang tetap dan tertutup)
hal yang harus dipicu 2. Untuk mengetahui apa yang masyarakat rasakan dengan
sarana sanitasi yang dipunyai sekarang, dan hal lain yang
Rasa jijik, rasa malu, takut sakit, rasa berdosa (aspek agama), ingin mereka lakukan. Hal ini berkaitan dengan ladder sanitasi
privacy (keleluasaan pribadi), dan kemiskinan. di masyarakat.

Proses
alat yang digunakan 1. Ajak masyarakat untuk menggambar sesuatu yang dapat
menunjukkan perasaan puas/senang/bahagia, perasaan biasa-
Rasa jijik : biasa saja, dan perasaan tidak puas/tidak senang/sedih,
 Transect walk (penelusuran wilayah) misalnya :
 Demo air yang mengandung tinja (kotoran), untuk
digunakan cuci muka, kumur-kumur, sikat gigi, cuci piring,
cuci pakaian, cuci makanan/beras, wudhu, dll
Rasa Malu :
 Transect walk (memeriksa pelaku BAB sembarangan) 2. Sepakati makna dari masing-masing gambar tersebut (bila
perlu sepakati pula berapa nilai dari masing-masing gambar
 FGD (terutama untuk perempuan)
tersebut, misalnya gambar sedih nilainya 0 dan gambar
Takut sakit : tertawa nilainya 100 dan ada interval nilai di antara gambar-
 Perhitungan jumlah tinja gambar tersebut).
 Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan 3. Minta masyarakat (satu persatu) untuk berdiri diantara
didukung data puskesmas gambar-gambar itu, tanyakan :
 Jalur kontaminasi (Fecal Oral Transmission) - Apa yang dirasakan dulu ketika BAB di sembarang tempat?
- Apa yang dirasakan sekarang?
Rasa Berdosa (aspek agama) : - Tanyakan apa perasaannya terhadap sarana sanitasi yang
 Mengutip ayat-ayat kitab suci atau hadits atau pendapat- mereka punyai (mungkin masyarakat ada yang menjawab
pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku senang punya jamban tetapi kurang senang karena masih
manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu belum dipasang dinding, dll).
sendiri. 4. Bila diperlukan, sepakati juga dengan masyarakat, bahwa
Privacy : masyarakat tidak harus berdiri tepat pada gambar tersebut,
 FGD terutama dengan perempuan. tetapi mungkin dapat berdiri diantara 2 gambar yang ada
untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan.
Kemiskinan :
 Membandingkan kondisi di desa/dusun yang
bersangkutan dengan masyarakat ”termiskin” seperti
Bangladesh atau India.

2 19
Tahap Monitoring Langkah-langkah fasilitasi
Bab 1. PERKENALAN DAN PENYAMPAIAN TUJUAN
Perkenalan terlebih dahulu anggota tim fasilitator dan
sampaikan tujuan bahwa tim ingin ”melihat” kondisi sanitasi
dari kampung tersebut. Jelaskan dari awal bahwa
Dalam CLTS monitoring yang paling efektif adalah pengawasan kedatangan bukan untuk memberikan penyuluhan apalagi
diantara mereka sendiri, sehingga monitoring oleh pendamping memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan
lebih kepada memberikan energi atau dorongan kepada masyarakat. mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana
masyarakat mendapat air bersih, bagaimana masyarakat
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka monitoring melakukan kebiasaan buang air besar, dan lain-lain.
(energising) adalah : Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka mau
1. Cross visit diantara kelompok masyarakat (kelompok yang sudah menerima tim dengan maksud dan tujuan yang telah
terpicu kepada kelompok yang belum terpicu atau sebaliknya). disampaikan.
2. Mengembangkan konsultan masyarakat, memfasilitasi
masyarakat yang belum terpicu untuk mengundang natural 2. BINA SUASANA
leader yang ada untuk melakukan pemicuan di kelompok Untuk menghilangkan ”jarak” antara fasilitator dan
tersebut. masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan lancar,
sebaiknya lakukan pencairan suasana. Pada saat itu temukan
Selain itu, beberapa tools PRA yang bisa digunakan dalam tahap
istilah setempat untuk ”tinja” (misalnya tai, dll) dan BAB
monitoring (setelah 1-2 bulan perubahan kebiasaan), diantaranya :
(ngising, berak, dll).

3. ANALISA PARTISIPATIF, PEMICUAN


Pemetaan Memulai proses pemicuan di masyarakat, yang di awali
Tujuan: dengan analisa partisipatif misalnya melalui pembuatan peta
Melihat akses masyarakat terhadap tempat-tempat BAB (dengan desa/dusun/kampung yang akan menggambarkan wilayah
cara membandingkan antara tali akses sebelum pemicuan dan BAB masyarakatnya.
akses yang terlihat pasca pemicuan dan tindak lanjut masyarakat).
4. TINDAK LANJUT OLEH MASYARAKAT
Proses: Jika masyarakat sudah terpicu dan kelihaatan ingin berubah,
Ajak masyarakat untuk menandai rumah-rumah mansa saj yang maka saat itu juga susun rencana tindak lanjut oleh
telah berhasil meruabah kebiasaan (dimana pada peta awal masyarakat. Semangati masyarakat bahwa mereka dapat
tercantum kapan waktunya mereka akan berubah sampai pada 100% terbebas dari kebiasaan BAB di sembarang tempat.
tanggal berapa mereka menyanggupi untuk terbebas dari
kebiasaan BAB di sembarang tempat, kegiatan ini bisa dilengkapi 5. MONITORING
dengan transek walk) Lebih kepada ”memberikan energi” bagi masyarakat yang
Mengajak masyarakat untuk ”menilai” kondisi sanitasi di sedang dalam perubahan di bidang sanitasinya.
desa/dusunnya dengan menggunakan skoring (ada penilaian,
moisalnya ketika pencapaian dibawah 25% berapa skornya,
pencapaian 20-40%, pencapaian 50% dan seterusnya sampai skor
tertinggi untuk) pencapaian 100% masyarakat telah mempunyai
tempat yang tetap dan tertutup utnuk melakukan BAB.

18 3
Analisa Partisipatif, Pemicuan
6. Tanyakan apakah yang dapat mereka lakukan terhadap
dan Tindak Lanjut oleh masyarakat kampung lain di dalam desanya atau desa lain
Bab Masyarakat yang masih mempunyai kebiasaan BAB di sembarang
tempat? (apakah mereka bersedia untuk menyebarkan
kepada masyarakat kampung lain tentang upaya yang
mereka lakukan untuk merubah kebiasaan?)
Fasilitasikan kepada masyarakat bahwa fasilitator akan membantu
Pemetaan masyarakat dalam mendeklarasikan kampung mereka sebagai
kampung yang 100% bebas dari kebiasaan BAB sembarangan
Tujuan: misalnya dengan mendatangkan kepala daerah (bupati), pers,
Mengetahui atau melihat peta wilayah BAB masyarakat masyarakat kampung lain, dan sebagainya.
Sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi
masyarakat)
Tangga Sanitasi
Alat yang diperlukan: Tujuan
1. Tanah lapang atau halaman • Melihat tangga/tahap-tahap sarana sanitasi masyarakat, dari
2. Bubuk putih untuk membuat batas desa sarana yang paling sederhana sampai sarana yang paling
3. Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah lengkap/layak (sehat, aman, nyaman).
penduduk
4. Spidol Proses
5. Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap 1. Ajak masyarakat untuk menggambarkan sarana sanitasi apa
sarana sanitasi yang mereka katehui.
6. Bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan lokal seperti 2. Atau, ajukan pertanyaan kepada mereka (yang sudah punya
daun, batu, ranting kayu, dll jamban) kira-kira 10 tahun yang lalu BAB di mana, atau
jamban seperti apa yang digunakan dulu, atau jamban apa
Proses: yang digunakan sekarang.
1. Ajak masyarakat untuk membuat outline 3. Kembangkanlah diskusi yang berkaitan dengan sarana-sarana
desa/dusun/kampung, seperti batas desa/dusun/kampung, tersebut, tanyakan apakah faktor pendukung dan faktor
jalan, sungai, dll panghambat setempat (teknis dan non teknis) dalam
2. Siapkan potongan-potongan kertas dan minta masyarakat mewujudkan bentuk-bentuk sarana tersebut.
untuk mengambilnya, menuliskan nama kepala keluarga 4. Lalu kembalikan kepada mereka, bentuk sarana apa yang bisa
masing-masing dan menempatkannya sebagai rumah, mereka wujudkan, yang sesuai dengan kondisi alam serta
kemudian peserta berdiri diatas rumah masing-masing. dengan kondisi alam serta kemampuan mereka masing-
3. Minta mereka untuk menyebutkan tempat BAB-nya masing- masing.
masing. Jika seorang BAB di luar rumahnya baik itu di tempat
yang terbuka maupun ”numpang tetangga”, tunjukkan
Catatan :
tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning. Beri tanda (garis
Tangga sanitasi penting untuk diketahui dan menjadi bekal bagi
akses) dari masing-masing KK ke tempat BAB-nya. fasilitator, namun baru disampaikan kepada masyarakat jika
4. Tanyakan pula dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi masyarakat memerlukannya, misalnya jika mereka merasa perlu saran
darurat seperti pada saat malam hari, saat hujan atau saat atau pendapat yang berhubungan dengan sarana sanitasi yang akan
terserang sakit perut. mereka bangun.
Fasillitator bisa membawa alat bantu tentang tangga sanitasi,
biasanya dalam bentuk gambar dengan spesifikasi teknis, serta
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sarana tersebut.

4 17
Fasilitasi untuk Rencana Tindak Lanjut Pemetaan
Tujuan Pendalaman/analisa partisipatif dari kegiatan pemetaan :
• Mendampingi masyarakat dalam menyusun rencana tindak
lanjut untuk memperbaiki kondisi sanitasinya. 1. Tanyakan berapa kira-kira jumlah ”tinja” yang dihasilkan
oleh setiap orang setiap harinya? Sepakati jumlah rata-
Proses ratanya.
1. Tanyakan kembali siapa yang akan berubah (dengan 2. Minta masyarakat untuk menulis jumlah anggota keluarga
membuat jamban) esok hari? Buat daftar nama orang-orang diatas kertas yang berisi nama KK dan berapa jumlah total
yang akan berubah. ”tinja” yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap
2. Tegaskan kepada orang-orang yang pertama kali akan harinya.
berubah bahwa mereka adalah ”pemimpin” yang diharapkan 3. Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih
dapat membawa perubahan sanitasi secara keseluruhan di BAB di sembarang tempat) yang paling banyak
desanya (sepakati dengan mereka kemungkinan orang-orang menghasilkan tinja (beri tepuk tangan).
tersebut untuk menjadi ”panitia” dalam rangka perubahan 4. Pada penduduk yang BAB di sungai/kali, tanyakan
sanitasi ke arah yang lebih baik) kemana arah aliran airnya?
3. Tanyakan pula, siapa yang akan mulai merubah kebiasaan 5. Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan
BAB sembarangan 3 hari kemudian, 1 minggu kemudian, 10 dimana mereka mandi. Picu masyarakat bahwa bapak/ibu
hari, 2 minggu, 1 bulan, dan seterusnya. telah mandi dengan air yang ada tinjanya.
4. Berdasarkan kesepakatan, apa sebaiknya yang akan dilakukan 6. Ajak masyarakat menghitung jumlah ”tinja” dari
oleh masyarakat (yang akan berubah) kepada masyarakat lain masyarakat yang masih BAB di sembarang tempat per hari
di desanya jika kesanggupan mereka untuk berubah (setelah dan kemudian per bulan. Berapa banyak ”tinja” yang ada
masing-masing menyanggupi waktunya) tiba-tiba saja di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama
tertunda? Misalnya dengan membantu secara gotong kebiasaan BAB sembarang tempat berlangsung?
royong, sanksi, dll sesuai kesepakatan. 7. Tanyakan kemana kira-kira ”perginya” tinja-tinja tersebut.
5. Tanyakan pula, kapan kira-kira seluruh masyarakat 8. Di akhir kegiatan tanyakan : kira-kira kemana besok
kampung/dusun/desa ini akan berubah dan menjadi salah mereka akan BAB/ Apakah mereka akan melakukan hal
satu desa yang menyatakan diri 100% telah bebas dari yang sama?
kebiasaan BAB sembarangan? Fasilitasikan kepada mereka
berdasarkan hasil analisa sebelumnya, bahwa sebagian kecil Catatan:
saja masyarakat yang masih BAB sembarangan dampaknya Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi
tetap akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. wilayahnya sendiri, peta di atas lahan ”harus” disalin ke
dalama kertas (flipchart).
Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan bisa dilakukan
dengan menggunakan kertas yang cukup besar.

16 5
Fasilitasi Diakhir Pemicuan
Transek
(dimana masyarakat
(Penelusuran Wilayah)
Bab
sudah terpicu)
Tujuan :
• Melihat dan mengetahui tempat yang paling sering Tujuan :
dijadikan tempat BAB. Dengan menagajak masyarakat • Memberikan dukungan, semangat dan apresiasi kepada
berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, masyarakat yang mau melakukan perubahan di bidang
diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi otang sanitasi.
yang biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan Proses :
terpicu rasa malunya. 1. Jika masyarakat sudah kelihatan ingin berunah, minta
masyarakat untuk merumuskan upaya-upaya apa. Biarkan
Proses : mereka merumuskan apa upaya mereka untuk berubah. Jika
1. Ajak masyarakat untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang mereka menanyakan pendapat fasilitator, kembalikan
sering dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pertanyaan itu kepada masyarakat, apa yang sebaiknya di
pemetaan). uapayakan? Atau jika masyarakat terlihat sangat
2. Lakukan analisa partisipatif di tempat tersebut. mengharapkan solusi dari fasilitator, kita sebaiknya berpura-
3. Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau pura sibuk sendiri (sehingga bukan kita yang memberikan
siapa yang hari ini telah BAB di tempat tersebut. solusi) tetapi dengan tetap memperhatikan dan
4. Jika di antara masyarakat yang ikut transek ada yang biasa mendengarkan apa yang mereka diskusikan.
melakukan BAB di tempat tersebut, tanyakan : 2. Jika diskusi di antara mereka terlihat sudah selesai, tanyakan :
5. Bagaiman perasaannya, siapa yang ingin berubah dan membuat jamban esok hari?
6. Berapa lama kebiasaan itu berlangsung Buat daftar namanya, berikan apresiasi dengan memberikan
7. Apakah besok akan melakukan hal yang sama? selamat dan bertepuk tangan.
8. Jika di antara masyarakat yang ikut transek tidak satupun Orang yang pertama menyatakan ingin berubah, itulah yang
yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut tanyakan diharapkan menjadi natural leader untuk memicu masyarakat
pula bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. lainnya untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat.
Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya
berdekatan dengan tempat yang ering dipakai BAB Dorong masyarakat yang mampu untuk membantu keluarga
mampu dalam mencari jalan keluar untuk menghentikan kebiasaan
tersebut.
9. Jika ada anak kecil yang ikut dalam transek atau berada BAB di sembarang tempat.
tidak jauh dengan tempat BAB itu tanyakan apakah Dukung masyarakat yang termasuk dalam pressure group untuk
mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil bisa memfasilitasi masyarakatnya agar terjadi perubahan kebiasaan
menyatakan tidak suka, ajak anak-anak itu untuk secara total. Contoh di Sumbawa, masyarakat yang punya kebun
menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam dan kebunnya sering digunakan sebagai tempat BAB sementara ia
nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) sendiri sudah mempunyai jamban adalah salah seorang yang
lainnya. termasuk dalam pressure group karena ia merasa dirugikan dengan
perilaku masyarakat tersebut.
Jika sudah mencapai tahap ini dan masyarakat mengharapkan
bantuan fasilitator dalam hal teknis, fasilitator bisa mulai
membantu mereka dengan menggambarkan bentuk-bentuk
jamban, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling
banyak (sehat, aman dan nyaman)  TANGGA SANITASI

6 15
PENTING!!! Untuk Fasilitator
Catatan :
Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau
LAKUKAN berubah baru sebagian), natural leader dan anggota
masyarakat lainnya dapat melakukan kembali transek
Memicu kegiatan setempat. dengan membawa ”peta” tarnsek ini dilakukan dengan
Dari awal katakan bahwa tidak akan pernah ada subsidi mengunjungi rumah-rumah dan menanyakan kepada
dalam kegiatan ini. Jika masyarakat bersedia maka kegiatan mereka kapan mereka mau berubah seperti masyarakat
bisa dilanjutkan tetapi jika mereka tidak bisa menerimanya, lainnya yang sudah mulai berubah? Minta waktu yang detil,
hentikan proses. misalnya tanggal berapa. Tandai rumah masing-masing
dengan tanggal sesuai kesiapan mereka.
Memfasilitasi
Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi
mereka, yang memicu rasa jijik dan malu dan mendorong Fecal Oral (Alur Kontaminasi)
orang dari BAB di sembarang tempat menjadi BAB di
tempat yang tetap dan tertutup. Tujuan:
• Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana
Melibatkan masyarakat dalam setiap pengadaan alat untuk kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia
proses fasilitasi lainnya.
Fasilitator hanya menyampaikan ”pertanyaan sebagai
pancingan” dan biarkan masyarakat yang berbicara/diskusi Alat yang digunakan:
lebih banyak. 1. Gambar tinja dan gambar mulut
(masyarakat yang memimpin) 2. Potongan-potongan kertas
3. Spidol
Membiarkan mereka menyadarinya sendiri
Proses:
Kembalikan setiap pertanyaan dari masyarakat kepada 1. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin
masyyarakat itu sendiri, misalnya : ”jadi bagaimana bahwa tinja bisa masuk ke dalam mulut?
sebaiknya menurut bapak/ibu” 2. Tanyakan bagaimana tinja bisa “dimakan oleh kita”?
Melalui apa saja? Minta masyarakat untuk
menggambarkan atau menuliskan hal-hal yang
menjadi perantara tinja sampai ke mulut kita.
3. Analisa hasilnya bersama-sama dengan masyarakat
dan kembangkan diskusi (misalnya FGD untuk
memicu rasa takut bisa mengakibatkan sakit)

14 7
Simulasi Air yang Telah PENTING!!! Untuk Fasilitator
Terkontaminasi Pada saat memfasilitasi, ada hal-hal yang JANGAN
DILAKUKAN dan HARUS DILAKUKAN oleh seorang
fasilitator, diantaranya :
Simulasi dengan menggunakan air ini dapat dilakukan pada saat
transek, saat pemetaan atau pada saat diskusi kelompok
lainnya. JANGAN LAKUKAN

Tujuan: Menawarkan subsidi


• Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air
yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Mengajari
Menyuruh membuat jamban
Alat yang dugunakan:
1. Ember yang berisi air (air mentah/sungai atau air Memberikan alat-alat atau petunjuk kepada orang
masak/minum) perorangan.
2. Polutan air (tinja)
Menjadi pemimpin, mendominasi proses diskusi (selalu
Proses: menunjukkan dan menyuruh masyarakat melakukan ini
1. Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air dan itu pada saat fasilitasi)
sungai dan minta salah seorang peserta untuk menggunakan
Memberitahukan apa yang baik dan apa yang buruk
air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur, cuci pakaian
dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh warga di sungai. Langsung memberikan jawaban terhadap pertanyaan-
2. Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan pertanyaan masyarakat
minta salah seorang peserta untuk melakukan hal yang
dilakukan sebelumnya.
3. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak untuk melakukannya,
tanyakan apa alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan
masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu?
Apa yang akan dilakukan masyarakat di kemudian hari?

8 13
FGD Menyangkut Kemiskinan
FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu Simulasi Air yang Telah
dan ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang Terkontaminasi
untuk membangun jamban.
1. Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban
itu perlu dana besar, fasilitator bisa menanyakan apakah Peragaan ini bisa ditambahkan dengan hal-hal seperti mencampur
benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk-bentuk sedikit kotoran ke dalam gelas dan minta mereka meminumnya,
ini (berikan alternatif yang paling sederhana). meminta masyarakat untuk mencuci beras, sikat gigi atau
2. Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin berwudhu dengan air sungai yang telah dicampur dengan
untuk bisa mambangun jamban (meskipun dengan bentuk kotoran dan lain-lain.
yang paling sederhana), fasilitator bisa mengambil
perbandingan dengan masyarakat yang ”jauh lebih miskin” Bila peragaan ini dilakukan pada saat transek ke wilayah sungai
daripada masyarakat Indonesia, misalnya Bangladesh. untuk menunjukan bahwa air telah terkontaminasi, maka tidak
Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh berupaya untuk perlu memasukkan kotoran ke dalam air dalam ember, melainkan
merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat. bisa langsung mengambil air yang di sekitar air tersebut terdapat
3. Apabila masyarakat yang masih mengharapkan batuan, tinja.
tanyakan kepada mereka : tanggung jawab siapa masalah
BAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harus menunggu diurus Kegiatan-kegiatan pemicuan tersebut dilakukan dengan cara
oleh pemerintah dan pihak luar lainnya? simulasi dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok (FGD).

Catatan Penting Pada Saat Pemicuan


Di setiap akhir fasilitasi (FGD) tanyakan kepada mereka
• “bagaimana perasaan ibu/bapak terhadap kondisi ini?”
• “apakah bapak/ibu ingin terus dalam kondisi seperti
ini?”

Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas analisa yang telah


ditentukan oleholeh
ditentukan masyarakat.
masyarakat.
Jika masyarakat masih senang dengan kondisi sanitasi mereka,
artinya tidakartinya
mereka, mau berubah
tidak maudengan berbagai
berubah macam
dengan alasan,
berbagai
fasilitator
macambisa menyampaikan
alasan, : menyampaikan :
fasilitator bisa
• Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk
melakukan analisa tentang sanitasi di desa bapak/ibu
meneruskan kabiasaan ini, dan bapak/ibu adalah satu-
satunya kelompok masyarakat yang masih senang untuk
memberikan masyarakatnya saling mengkonsumsi
kotoran.
• Dengan senang hati kami akan menyampaikan hasil
analisa bapak/ibu ini kepada bapak camat/bupati/dst,
bahwa di wilayah kerja mereka masih terdapat
masyarakat yang mau bertahan dengan kondisi sanitasi
seperti ini

12 9
FGD untuk memicu rasa ”jijik” dan ”takut sakit”
Diskusi Kelompok Terarah / 1. Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah ”tinja di
Focus Group Discussion (FGD) kampungnya” dan kemana perginya sejumlah tinja tersebut.
Bab 2. Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa
lalat adalah salah satu media pengantar kotoran ke mulut,
lakukan probing tentang lalat. Misalnya : jumlah dan anatomi
kaki lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang ke
Tujuan : mana saja dengan membawa kotoran di kaki-kakinya,
Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan bagaimana memastikan bahwa rumah-rumah dan makanan-
menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya makanan di dalam kampung itu dijamin bebas dari lalat, dan
masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan sebagainya.
atau tidak dilakukan. 3. Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan
rumah mana saja yang pernah terkena diare (2-3 tahun lalu),
Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota
diskusi dengan masyarakat, diantaranya : keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare,
FGD untuk memicu rasa ”malu” dan hal-hal yang bersifat bagaimana perasaan bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya.
”pribadi” 4. Apa yang akan dilakukan kemudian.
1. Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan
BAB di tempat terbuka dan alasan mengapa mereka FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan.
melakukannya. (contohnya dalam komunitas yang beragama islam)
2. Bagaiman perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat 1. Bisa dengan mengutip hadits atau pendapat para alim ulama
terbuka yang tidak terlindung dan kegiatan yang dilakukan yang relevan dengan larangan atau dampak buruk dari
dapat dilihat oleh setiap orang? melakukan BAB sembarangan, seperti yang dilakukan oleh
3. Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau salah seorang fasilitator si Sumbawa, yang intinya kurang
ibunya melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat lebih : ”bahwa ada 3 kelompok yang karena perbuatannya
oleh siapapun juga yang kebetulan maelihatnya secara termasuk orang-orang terkutuk, yaitu orang yang biasa
sengaja atau tidak sengaja? membuang air (besar) di air yang mengalir (sungai/kolam)
4. Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat dijalan dan di bawah pohon (tempat teduh)”.
terbuka) padahal ia sedang mendapatkan rutinitas bulanan. 2. Bisa dengan mengajak untuk mengingat hukuk berwudhu,
Apa yang dirasakan? yaitu untuk menghilangkan ”najis”. Tanyakan air apa yang
5. Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan selama ini digunakan oleh masyarakat untuk wudhu? Apakah
melakukan kebiasaan yang sama? benar-benar sudah bebas dari najis?
3. Apa yang akan dilakukan kemudian?
Catatan
Dalam kebiasaan BAB di sembarang tempat, perempuan
adalah pihak yang paling terbebani (kehilangan privacy),
jadi perempuan termasuk kelompok yang paling
komponen untuk dipicu.

10 11

Anda mungkin juga menyukai