Anda di halaman 1dari 12

Newsletter Water for Women (WfW) Edisi Juni 2020

PRAKTIK BAIK
Ramalang Bangun Jamban di Daerah
4 Penuh Tantangan

Perjuangan Kaum Disabilitas Bertahan


5 Hidup di Tengah Pandemik Covid-19

Plan Dorong Keterlibatan Kaum


6 Perempuan Cegah Penyebaran
Covid-19

7 Geliat Perubahan Perilaku di Tengah


Pandemik Covid-19

ARTIKEL
Pandemik Covid-19 Ajarkan
8 Masyarakat Sumbawa Hidup Bersih
dan Sehat

9 Perjuangan Nenek Ne di Tengah


Keterbatasan

10 Kelompok Disabilitas Belajar


Kesetaraan Gender

KALEIDOSKOP
Pembaca yang Penyandang disabilitas juga masih dianggap sebagai
target penerima bantuan sosial, alih-alih dilibatkan

Budiman dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan.


Akibatnya, belum ada akses yang cukup dan memadai
di sektor air, sanitasi, dan kebersihan bagi penyandang
disabilitas. Sebagai contoh, pembangunan toilet yang
ramah penyandang disabilitas masih sangat jarang
dijumpai.
Dini Widiastuti
Direktur Eksekutif Plan Indonesia
Kondisi krisis iklim yang saat ini semakin parah,
ditambah situasi pandemik COVID-19 yang masih

K
ami di Plan Indonesia percaya bahwa semua berlanjut, memperkuat kesenjangan akses bagi
orang berhak mendapat kesempatan yang kelompok-kelompok yang termarjinalkan terhadap air,
sama untuk memperoleh hak-haknya. Melalui sanitasi, dan kebersihan. Namun, melalui dokumentasi
berbagai intervensi, program, dan kampanye, kami proyek Water for Women (WfW), saya menyaksikan betapa
selalu berupaya untuk mendorong kesetaraan akses anak-anak, perempuan, dan penyandang disabilitas
terhadap hak, terutama bagi kelompok-kelompok yang tak  patah semangat dalam menjalani hari. Saya
termarjinalkan, seperti anak-anak, perempuan, kaum melihat betapa mereka berdaya melalui banyaknya
disabilitas, serta irisan dari ketiga kelompok tersebut.
aktivitas yang dilakukan selama pandemi. Bahkan, tak
Persamaan dari ketiganya adalah terbatasnya ruang
sedikit perempuan maju menjadi garda terdepan dalam
yang ada untuk mereka bersuara dan terlibat dalam
mengedukasi masyarakat tentang bahwa pandemik
proses pengambilan keputusan. Padahal, absennya
COVID-19. Tak jarang pula saya menerima cerita lisan,
masukan dari kelompok-kelompok terdampak dapat
menyebabkan munculnya kebijakan yang tidak tepat tulisan, maupun video dari kelompok disabilitas yang
sasaran. aktif menyampaikan aspirasi mereka selama pandemik
dan cara mereka untuk mengedukasi sesama.

Saya percaya, bahwa berdaya tidak hanya soal


Di balik kesepakatan butuhnya pemimpin
kapabilitas masing-masing, namun juga diperlukan
perempuan sebagaimana laki-laki dalam sektor dukungan dari pihak eksternal. Memberikan ruang dan
air, sanitasi, dan kebersihan, nyatanya perempuan waktu untuk mendengar aspirasi kelompok-kelompok
masih terhalang norma dan budaya dalam yang termarjinalkan merupakan satu dari banyak cara
mengemban posisi kepemimpinan, terutama di Nusa yang bisa dilakukan. Tak hanya mendengar, namun
juga mendorong partisipasi aktif dari mereka. Yang
Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. perlu kita lakukan adalah memberi kesempatan.

Selamat membaca,

Water for Women (WfW) Project


Yayasan Plan International Indonesia
(Plan indonesia)-Country Office

Jl. Buncit Utama Kav.34 No.16 RT 001/RW 006,


Kel. Jati Padang
Kec. Pasar Minggu-Jakarta Selatan
Email : Yayasan.pii@plan-international.org

Penanggung jawab;
Nur Aini
Silvia A. Landa
Editor
Agus Haru-Hanna Vanya
Palce Amalo-Erik Aloysius
Layout
SS Print

2
COVER STORY

Webinar Nasional:
Praktik Baik Penerapan STBM GESI di Masa Pandemik COVID-19

S
ekitar 2000 peserta mengikuti webinar nasional yang bertema
Praktik Baik Penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang
Berkesataraan Gender dan Inklusif (STBM GESI) di Masa Pandemik
COVID-19. Webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Plan International
Indonesia (Plan Indonesia) melalui Water for Women (WfW) Project dan
WINNER project ini bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan Media Indonesia, Rabu (22/07).

Webinar ini melibatkan beberapa pembicara, yaitu: Silvia Devina, WASH


& ECD Advisor Plan Indonesia, Yeni Veronika, SH, Ketua Tim Penggerak
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Manggarai, Nusa
Tenggara Timur (NTT), Akhwan, Sanitarian Puskesmas Batu Jangkih,
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Serafina Bete, Ketua
Persatuan Tuna Daksa Kristiani (PERSANI) Organisasi Penyandang
Disabilitas NTT, H. Abdul Wahab, Kepala Desa Batu Bangka, Moyo Hilir,
Sumbawa NTB. Selain beberapa pembicara di atas, webinar ini juga
melibatkan dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO, Direktur Kesehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan sebagai penanggap, Rosmery C. Sihombing dari
Media Indonesia sebagai moderator.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia, Dini Widiastuti ini melibatkan
peserta dari berbagai wilayah kabupaten dan provinsi yang ada di Indonesia dan merupakan pelaku STBM dari berbagai
kalangan, baik sebagai pelaku program STBM GESI maupun sebagai penerima manfaat. Praktik baik yang sudah dilakukan
dari lapangan, di mana pelaku STBM berjuang sebagai garda terdepan dalam pencegahan COVID-19 melalui kampanye
perubahan perilaku terutama Pilar 2, yaitu: Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Hal menarik dalam webinar ini adalah adanya
kehadiran dari perwakilan Organisasi Penyandang Disabilitas NTT yang menyampaikan bagaimana upaya mereka dalam
membantu pencegahan COVID-19 di sekitar lingkungan mereka.

Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Imran Agus Nurali yang bertindak sebagai penanggap dalam
webinar ini, mengatakan: “Senang sekali dan bersyukur diundang Plan Indonesia dalam webinar tentang STBM ini dan
berkaitan dengan gender dan inklusi.” Jangan sampai ada masyarakat Indonesia yang terdiskriminasi dan tidak tersentuh
program-program yang baik karena tidak terdata, terutama di masa pandemik COVID-19. Ia juga menambahkan, bahwa
dalam Undang-Undang Kesehatan akan mengarah ke sana. Dana desa yang ada juga diharapkan dapat dimanfaatkan
dalam pembangunan bukan hanya yang bersifat fisik, tapi juga non-fisik, pungkasnya.

Pelibatan semua pihak khususnya perempuan dan komunitas disabilitas terbukti mempercepat
penyebaran informasi dan penyadaran masyarakat. Kerja-kerja baik ini diungkapkan langsung oleh
Ketua TP PKK Kabupaten Manggarai, Yeni Veronika, “PKK, gugus tugas dan juga Plan Indonesia telah
memiliki komitmen bersama untuk melakukan sosialisasi, promosi dan edukasi terkait perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).” Kami ingin merubah pola pikir masyarakat terkait PHBS dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dan kami merasa 50% sudah sukses merubah pola pikir mereka, tambahnya.

Akwan yang sehari-hari bekerja sebagai Sanitarian di Puskesmas Batu Jangkih, Lombok Tengah, NTB setuju bahwa
pelibatan perempuan, kader posyandu dan komunitas disabilitas terbukti mempercepat penyampaian informasi di
masyarakat. “Seandainya akses dan informasi yang disediakan sudah inklusif, kehidupan normal baru dapat menjadi
inklusif dan partisipatif dengan keterlibatan mereka,” ungkap Akwan.

Dalam menghadapi pandemik COVID-19 saai ini, penyandang disabilitas merupakan kelompok paling rentan terdampak,
sehingga pelibatan penyandang disabilitas dalam upaya pencegahan pandemik COVID-19 menjadi sangat penting. Hal
ini dengan tegas disampaikan oleh Serafina Bete sebagai Ketua PERSANI NTT yang turut diundang dalam webinar ini,
mengatakan: “Program penanganan pandemik COVID-19 ini harus mengakomodir kebutuhan penyandang disabilitas, hal
ini sejalan dengan yang sudah dilakukan di beberapa wilayah pilot Plan Indonesia di NTT.” Penyandang disabilitas dapat
terlibat penuh, baik dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilakukan bersama Lembaga
Swadaya masyarakat (LSM), lanjutnya. Ia juga menambahkan bahwa dengan hadirnya Undang-undang Nomor 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas, maka penyandang disabilitas tidak lagi dipandang lagi sebagai obyek pembangunan
tetapi menjadi subyek pembangunan.

3
Ivan Rangkuti, Direktur Pelayanan Sosial Dasar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
menyambut baik pelaksanaan webinar. Sejak lahirnya Undang-undang Desa Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, pemerintah
Indonesia melalui Anggaran, Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah mengucurkan dana desa untuk membiayai
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dengan besaran yang bervariasi antara Rp. 800 juta hingga
1,2 Milyar. “Dana desa ditujukan untuk mendorong desa menetapkan kegiatan prioritas untuk kebutuhan semua orang,
direktorat sendiri sudah membuat panduan desa inklusi. Jadi dana desa untuk semua, tidak ada yang termarginalkan, 5
Pilar STBM yang GESI termasuk dalam 7 paket layanan dasar untuk pencegahan stunting yang menjadi target Kemendes,”
ungkap Ivan Rangkuti.

Dari semua pembelajaran di atas, benang merah yang diperoleh adalah kolaborasi yang baik antara semua pihak baik
internal maupun eksternal mampu mempercepat pembangunan nasional yang berkesetaraan gender dan inklusi. Air
minum dan sanitasi layak yang berkesetaraan gender dan inklusi merupakan hak dasar manusia, tidak ada yang boleh
ditinggalkan. Untuk memungkinkan hal tersebut, semua pelaku STBM harus memastikan partisipasi aktif masyarakat
termasuk perempuan, penyandang disabilitas, khususnya di situasi pandemik COVID-19 yang sedang terjadi. (Plan
Indonesia/Nur Aini & Agus Haru)

PRAKTIK BAIK

1 Ramalang Bangun Jamban di Daerah


Penuh Tantangan
Membangun jamban di daerah pesisir butuh perjuangan ekstra.
Sebab, air laut mudah merembes ke dalam tangki septik (septic
tank) yang dibangun.

K
endala seperti itu umumnya dialami warga yang bermukim dekat
pesisir pantai yang membuat mereka tidak memiliki jamban.
Akibatnya, aktivitas buang air besar sembarangan (SBS) terus
berlangsung Seperti keluarga Pak Ramalang, warga Desa Labuan Ijuk
Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Bertahun-tahun, Ramalang bersama keluarganya melakukan SBS di
pinggir pantai dekat rumah mereka. Tetangga Ramalang yang belum
memiliki jamban juga melakukan hal yang sama.

Kisah perubahan perilaku warga ini berawal dari Pak Ramalang. Pada
November 2019, ia diundang mengikuti kegiatan pemicuan proyek
Water for Women (WfW) di Desa Labuan Ijuk, Sumbawa, proyek yang
merupakan hasil kerjasama Yayasan Plan International Indonesia dengan
Australian Aid.

Saat proses pemicuan, Pak Ramalang tergerak untuk membangun


jamban, kendati kondisi tanah di sekitar rumahnya tidak memungkinkan
untuk menggali tangki septik. Hal itu didorong oleh keinginan untuk
mengubah gaya hidup. Ia juga malu jika ia bersama istri terus buang
air besar di pinggir pantai. Sejak itu, Pak Ramalang membulatkan tekad
untuk membangun jamban sendiri. Lelaki yang memiliki keterampilan
sebagai tukang batu ini punya strategi tersendiri, yaitu menggali lubang
septik tank saat air sedang surut. “Membuat jamban dekat pantai seperti
ini memang menjadi tantangan. Harus ada keinginan dan kemauan yang
kuat untuk berubah ke arah yang lebih sehat. Masalah biaya sebenarnya
bukan halangan. Meskipun tetangga di sebelah (saya) ekonominya lebih
bagus dari saya, tapi mungkin mereka belum ada kemauan yang kuat
untuk berubah,” tutur Pak Ramalang diwawancarai tim Plan Indonesia.

Pak Ramalang mengatakan bahwa jika tidak ada desakan dari istri
dan anak-anaknya, jamban di rumahnya tidak akan ada. Jamban yang
dibangun ini dipersembahan kepada istri dan anak-anaknya yang sangat
ia cintai.
(Plan Indonesia/Irwansyah) YPII/irwansyah

4
2 Perjuangan Kaum Disabilitas Bertahan
Hidup di Tengah Pandemik Covid-19

O
rganisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) pada 11 Maret 2020, menetapkan COVID-19
sebagai pandemik. Kondisi ini jelas tidak boleh diremehkan karena hanya ada beberapa penyakit saja sepanjang
sejarah yang digolongkan sebagai pandemi. Sejak masuk ke Indonesia pada awal Maret, hingga 23 April 2020
terdapat 7.775 kasus orang positif terinfeksi COVID-19, 960 orang sembuh, dan 647 orang meninggal.

Kemunculan COVID-19 ini berdampak pada lumpuhnya sejumlah sektor perekonomian di Indonesia, mulai dari manufaktur,
pariwisata, transportasi, perdagangan, dan konstruksi. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan yang melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) serta matinya beberapa usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia.

Yang sangat merasakan dampak ini adalah kelompok penyandang disabilitas yang ada di Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat. Beruntung ada Plan Indonesia yang selalu menjadi mitra bagi kelompok disabilitas
di daerah itu dalam proyek Water for Women (WFW) yang didukung oleh AusAID.

“Semenjak adanya pandemik COVID-19, usaha pijat kelompok penyandang disabilitas tutup total. Kami tidak memiliki
sumber pendapatan apapun, karena tidak ada yang berani datang untuk pijat karena takut tertular virus tersebut,” kata Baiq
Hadijah saat ditemui di kantor Lembaga Persatuan penyandang Disabilitas Samawa (LPPDS).

Menurut dia, para penyandang disabilitas di daerah itu terus berjuang dan tidak pernah tidak putus asa dengan kondisi
sulit saat ini yang dialami saat pandemik COVID-19 ini. “Kami dengan beberapa penyandang disabilitas yang memiliki
kemampuan menjahit mencoba merintis usaha pembuatan masker. Awalnya untuk kebutuhan kami sendiri, tetapi ternyata
banyak permintaan dari luar. Pesanan yang paling banyak saat ini berasal dari Plan Indonesia yang memesan sebanyak
1.440 masker dengan bahan kain katun tiga lapis sesuai rekomendasi Kementerian Kesehatan,” tutur Baiq Hadijah.

Baiq Hadijah mengatakan bahwa pesanan dari Plan Indonesia sangat membantu mereka untuk mendapat penghasilan
selama adanya penyebaran pandemik COVID-19. Baiq memberdayakan seluruh penyandang disabilitas yang ada di
kelompoknya.

Bagi mereka yang memiliki kemampuan menjahit maka bertugas untuk menjahit masker. Sedangkan yang tidak memiliki
kemampuan tersebut maka bertugas untuk memotong kain, mencuci dan menyetrika masker yang siap digunakan. Ia
berharap kondisi saat ini segera pulih agar kehidupan kelompok penyandang disabilitas kembali normal dengan melakukan
aktivitas seperti semula. (Plan Indonesia/Jatmoko).

YPII/jatmoko

5
3 Dorong Keterlibatan Kaum 3 Perempuan
Cegah Penyebaran Covid-19

S
ejak penyebaran COVID-19 diputuskan menjadi pandemik oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau  World Health
Organization (WHO), hampir semua negara yang terdampak mengalihkan perhatian pada penanganan dan
pencegahan virus mematikan itu.

Plan Indonesia melalui Proyek “Water for Women” (WFW) yang didanai oleh Australian Aid berupaya memberikan respons
dan mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam pencegahan pandemik COVID-19, terutama pada masyarakat yang
paling sering termarginalisasi.

Oleh karena itu Plan Indonesia melalui kaum perempuan di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur melakukan
promosi kesehatan di tengah pandemi COVID-19.

Kaum perempuan di Manggarai menjadi relawan


dalam tim desa maupun kecamatan percontohan
proyek WfW untuk mengedukasi masyarakat agar
tidak tertular COVID-19 melalui promosi Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS), pembagian media
poster, dan juga promosi keliling menggunakan
toa (pengeras suara).

Dari perwakilan tiga orang tim STBM Desa yang diberi


peningkatan kapasitas penanganan COVID-19 di
masing-masing kecamatan, sebagian besar adalah
perempuan. Dalam kesibukan mereka melaksanakan
tanggung jawab mereka, para perempuan tim STBM
tidak patah semangat untuk memutus mata rantai
penularan COVID-19 di masyarakat. YPII/Tim Manggarai

Beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu: melakukan


promosi keliling desa dan kelurahan, melakukan
sosialisasi CTPS dengan air mengalir, penempelan
stiker CTPS, dan melakukan pendataan pilar satu
seperti stop buang air besar sembarangan serta pilar
dua cuci tangan pakai sabun.

Pemerintah Kecamatan mengapresiasi keterlibatan


aktif kaum perempuan di masa pandemik ini. Selama
ini, kaum perempuan dituntut untuk membagi tanggung
jawab dan peran mereka di keluarga, pekerjaan, dan
juga masyarakat. Perempuan menerima beban ganda
saat harus terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti
ini.

Plan Indonesia sendiri terus berusaha agar perempuan


memiliki peran dan kewajiban yang setara dengan
laki-laki di masyarakat. Salah satunya adalah dengan
terus mendorong keterlibatan perempuan yang aktif
dan bermakna dalam forum diskusi atau kegiatan di
wilayah mereka masing-masing. YPII/Juliani Talan
(Plan Indonesia/Lot Piter Palaipeni & Juliani Talan)

6
4 Geliat Perubahan Perilaku
di Tengah Pandemik Covid-19

P
lan Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk melindungi masyarakat
dari pandemik COVID-19, seperti yang dilakukan di Kabupaten Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat (NTB).

Lewat Proyek Water for Women (WfW) yang didukung Australian Aid, Plan Indonesia
membuat video penanganan COVID-19, video himbauan dari Gubernur dan Ketua
Tim Penggerak Pembinaan (PKK) NTB, banner tentang penanganan COVID-19, dan
spanduk himbauan dari Gubernur dan Wakil Gubernur NTB berkaitan pencegahan
penyebaran COVID-19,

Upaya lainnya, promosi kesehatan keliling melalui TOA dan pengeras suara masjid
yang ditangani tim kecamatan, distribusi stiker serta cara dan waktu cuci tangan,
dan penanganan COVID-19 ke seluruh rumah di desa dan kelurahan pilot Plan
Indonesia. Plan Indonesia juga menggelar lomba kampanye stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

Upaya-upaya tersebut diyakini sangat efektif memberikan informasi tentang


pencegahan penyebaran COVID-19 ke seluruh lapisan masyarakat termasuk anak- YPII/Jatmoko
anak dan orang tua, sekaligus mengubah perilaku masyarakat dalam hal sanitasi di
tengah situasi wabah.

“Saya mendapatkan informasi tentang cara dan waktu CTPS yang benar dari stiker yang diberikan
oleh Plan Indonesia. Stiker itu sangat bermanfaat agar saya tidak terkena virus COVID-19,” kata Ersya
Desfaniata (8 tahun) dari Sumbawa.

Vivi Novianti, anggota tim STBM Desa Rhee, Kecamatan Rhee bercerita mengenai upaya mereka mengedukasi seorang
nenek bernama Siti mengenai bahaya COVID-19. Tim menemui nenek Siti yang tinggal sendirian di rumahnya saat kegiatan
distribusi stiker Plan dan promosi kesehatan. Dia baru paham dan mengenai bahaya korona dan manfaat mencuci tangan
pakai sabun.

“Cara CTPS yang saya ajarkan ke nenek Siti melalui stiker Plan juga sangat membantu menuntun beliau untuk mempraktikkan
CTPS yang benar,” tutur Vivi Novianti.

Vivi menyebutkan hasil monitoring yang dilakukan tim desa dan kelurahan di lokasi pilot Plan di Sumbawa, masyarakat
setempat sudah melakukan praktik CTPS. Sukmadewi, Petugas Sanitarian di Puskesmas Kecamatan Lopok menyebutkan,
perubahan perilaku masyarakat di desa pilot Plan Indonesia, sangat luar biasa terutama berkaitan dengan penerapan pilar
1 (stop BAB sembarangan) dan pilar 2 (cuci tangan pakai sabun) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Menurutnya, data hasil monitoring dan evaluasi pilar 1 di Desa Pungkit dan Desa Langam, Kecamatan Lopok telah mencapai
100 persen. Begitu juga untuk pilar 2, di Desa Pungkit telah mencapai 100 persen, namun di Desa Langgam mencapai
93 persen. Saat ini, hampir setiap rumah penduduk di dua desa itu telah menyediakan sarana CTPS secara mandiri.
Masyarakat juga telah memahami cara dan waktu CTPS.

Sukmawati berharap perubahan perilaku tersebut terus dilakukan oleh masyarakat guna menciptakan masyarakat yang
bersih dan sehat serta melindungi mereka dari penyebaran COVID-19. (Plan Indonesia/Jatmoko).

YPII/Jatmoko

7
ARTIKEL

1 Pandemik Covid-19 Ajarkan Masyarakat


Sumbawa Hidup Bersih dan Sehat

S
elain mengakibatkan pengurangan jumlah aktivitas yang mengumpulkan banyak orang, munculnya pandemik
COVID-19 membuat orang banyak menyadari betapa pentingnya hidup sehat. Hal ini mulai dilakukan oleh masyakat di
seluruh Indonesia, khususnya di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Berbagai aktivitas yang memunculkan
banyak orang dibatasi.

Tak hanya itu, aktivitas rajin mencuci tangan dan penerapan gaya hidup bersih lainnya untuk mencegah penyebaran
COVID-19 yang sampai pada saat 16 Agustus 2020 sudah mencapai 137 ribu kasus positif di seluruh Indonesia itu.

Biasanya sering membeli makanan dan makan di luar, kini masyarakat Sumbawa justru menganggap
bahwa memasak makanan sendiri di rumah sebagai hal yang lumrah. Disamping itu juga menggunakan
masker saat keluar rumah menjadi umum bahkan mencuci tangan sebelum makan menjadi kebiasaan.

Orang-orang menjadi lebih sadar dan secara sukarela


menerapkan gaya hidup sehat. Seolah-olah dengan
adanya pandemik ini masyarakat justru menjadi
lebih mawas dengan istilah-istilah kesehatan yang
sebelumnya seringkali terabaikan bahkan dianggap
remeh.

Guna menjaga keberlanjutan kebiasaan tersebut,


semua pihak harus saling mendukung dan bekerja
bersama. Plan Indonesia melalui proyek WfW yang
didukung oleh Plan Australia melalui Australian Aid
mendukung keberlanjutan perilaku baik tersebut
dengan mengadakan lomba kampanye untuk SBS
dan CTPS di delapan kecamatan dampingan proyek
di Sumbawa.

Semua unsur masyarakat kini telah melakukan


adaptasi hidup bersih dan sehat dan mendukung
lomba tersebut dengan antusias dan semangat
yang tinggi, tidak terkecuali oleh tim Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) Kecamatan.

Menurut Syafruddin, tim STBM Desa Batu Bangka,


masyarakat desa sudah melakukan perubahan
perilaku hidup bersih dan sehat setelah dilakukan
pemicuan di tingkat dusun, sehingga pada saat
lomba masyarakat justru semakin kreativitas dalam
membuat tempat CTPS dari bahan yang ada di
wilayah masing-masing agar dapat digunakan
oleh anggota keluarga dan untuk menyukseskan
keberlanjutan kampanye perubahan perilaku STBM
selama pandemik COVID-19.
Tim STBM Kec. Batulanteh/Iskandar
(Plan Indonesia/Astri Wulandari Pratiwi)

8
2 Perjuangan Nenek Ne
di Tengah Keterbatasan

N
enek Ne, itulah panggilan akrab dari seorang Nenek lanjut
usia yang tinggal di Desa Wae Codi, Kecamatan Cibal Barat,
Kabupaten Manggarai. Tangan kiri Nenek Ne tidak dilengkapi jari-
jari, namun hal ini tidak menghalanginya untuk beraktifitas.

Berangkat dari keterbatasannya, Nenek Ne yang memiliki nama lengkap


Kornelia Dais ini tidak tinggal diam dan menunggu bantuan, namun
ia datang menghampirinya, ia terus menjalani hidup, terus berusaha
mencari nafkah dengan keterampilan yang ia miliki.

Berbekal ketrampilan yang ia miliki, Nenek Ne ini terus menghasilkan


anyaman tikar yang nantinya dijual untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Biasanya untuk menyelesaikan selembar tikar, ia harus
menghabiskan waktu selama satu bulan lebih.

Ketika musim kemarau tiba di bulan Juni hingga November setiap


tahunnya, berbekal dua buah jerigen berukuran lima liter, Nenek Ne YPII/Agus Haru
perlahan menyusuri lereng gunung di sebelah rumahnya yang cukup
terjal dan juga licin agar bisa mendapatkan air.

Untuk mencapai ke lokasi air Nenek Ne harus berjalan sepanjang 800 meter dengan menghabiskan waktu perjalanan
selama satu jam, karena memang dirinya perlu berhati-hati, lalu untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam sehari, ia
harus mengambil air sebanyak dua kali.
Saat ini Nenek Ne tinggal sendiri, ketiga anaknya sudah menikah dan menetap di desa lain. Namun, hal ini tidak membuat
ia patah semangat. Walaupun ia harus tinggal sendirian, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sanitasi dan kebersihan
dalam rumahnya ia tetap dengan tenang melakukannya.

Berdaya dalam diam adalah kata yang tepat untuk menggambarkan hidup Nenek Ne yang kuat dan berdaya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri selama ini.

Hal seperti ini tentu saja tidak hanya dialami oleh Nenek Ne. Tentu masih banyak Nenek Ne yang lain punya masalah
yang sama. Sebab selain perjuangan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang dengan kondisi
terbatas atau kaum disabilitas menjadi lebih rentan dari risiko dan dampak perubahan iklim, khususnya akses air bersih
dan akses sanitasi.

Desa Wae Codi merupakan salah satu desa di Kabupaten Manggarai yang secara rutin mengalami
bahaya perubahan iklim, seperti kekeringan hingga tanah longsor. Desa ini merupakah salah satu
wilayah dampingan Plan Indonesia melalui Water for Women (WFW) Project” atas dukungan dana dari
DFAT dan Plan International Australia (PIA) Water Sanitation and hygiene (WASH).

Plan Indonesia melalui proyek WfW ini berfokus pada kesetaraan gender dan inklusi sosial, berupaya meningkatkan
kesehatan, kesejahteraan, dan kesetaraan bagi 450.000 orang di Indonesia Timur, terutama yang paling terpinggirkan
termasuk anak-anak, perempuan, dan orang dengan disabilitas.

Dalam upaya memahami bagaimana perubahan iklim mempengaruhi kehidupan khususnya orang dengan disabilitas, serta
bagaimana proyek WfW dapat mendukung hal ini dengan lebih baik, maka Plan Indonesia bermitra dengan Institute for
Sustainable Future (ISF) di bawah WfW Fund melakukan penelitian untuk mengeksplorasi hal ini secara khusus.

Bagaimana perubahan iklim berdampak pada peningkatan akses dan kualitas air dan layanan sanitasi yang berfokus pada
gender dan inklusi sosial. Sebagai bagian dari penelitian ini, Nenek Ne adalah salah satu peserta dalam kegiatan audit
keselamatan untuk mengeksplorasi aksesibilitas layanan WASH, terutama dalam kaitannya dengan dampak perubahan
iklim.

“Saya sangat senang dengan kegiatan yang dilakukan oleh Plan Indonesia, mereka bertanya kepada saya tentang kesulitan
saya untuk mengambil air dan pergi ke toilet terutama saat hujan deras atau kekeringan, sebelumnya saya tidak pernah
dilibatkan dalam kegiatan semacam ini dan bertanya tentang kebutuhan saya,” cerita Nenek Ne.

9
Hal ini juga menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah dalam upaya menghadirkan kelompok dengan disabilitas di
setiap kegiatan perencanaan, mulai dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di tingkat dusun hingga
tingkat kabupaten.

Camat Cibal Barat, Karolus Mance menyampaikan bahwa selama ini mulai dari proses perencanaan hingga pelaksanaan
pembangunan, memang jarang melibatkan yang berkebutuhan khusus namun melalui kehadiran Plan Indonesia yang telah
melakukan advokasi yang begitu baik, pemerintah kecamatan menyadari bahwa sesungguhnya orang yang berkebutuhan
khusus itu penting untuk dihadirkan mulai dari Musrenbang dusun hingga kabupaten.

“Oleh karena itu kita berikhtiar ke depan harus melibatkan mereka karena yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya
adalah mereka sendiri, sebab selama ini kita yang menjustifikasi kebutuhan mereka padahal apa yang kita sampaikan atau
berikan belum tentu memenuhi harapan dan kebutuhan mereka,” kata Karolus Mance.

Semoga situasi ini lebih baik di masa depan, tidak hanya untuk Nenek Ne tetapi juga untuk orang-orang dengan disabilitas
lainnya. Lebih banyak perhatian dan dukungan untuk mengakses fasilitas air bersih dan toilet yang dapat diakses oleh
disabilitas. Lebih penting lagi, suara mereka perlu didengarkan khususnya dalam program-program WASH untuk memastikan
kaum yang termarjinalkan bisa beradaptasi terhadap perubahan iklim. (Plan Indonesia/Agus Haru)

3 Kelompok Disabilitas
Belajar Kesetaraan Gender

K
ampanye tentang kesetaraan gender sudah lama disuarakan, namun tampaknya masih banyak perempuan belum
mendapatkan hak-hak mereka.

Hak untuk memperoleh kesempatan yan sama dengan laki-laki, terutama penyandang disabilitas masih diabaikan.
Selain itu, pandangan negatif terhadap panyandang disabilitas juga menyebabkan mereka sulit memperoleh kedudukan,
hak, dan peran yang sama dengan laki-laki dalam masyarakat.

Untuk memberikan motivasi dan menguatkan kapasitas kelompok disabilitas, Plan Indonesia melalui proyek Water for
Women (WfW) yang didukung oleh Plan Australia melalui Australian Aid, menggelar kegiatan peningkatan pemahaman
kesetaraan gender dan inklusi sosial kepada kelompok disabilitas tersebut.

Pelatihan digelar secara online bekerja sama dengan tim penggerak Kesejahteraan Keluarga (TP-
PKK) Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Peserta pelatihan berasal dari kelompok penjahit
disabilitas dan PKK setempat.

YPII/Piter Palaipeni

Para peserta berharap pelatihan tersebut dapat menguatkan semangat mereka dalam menjalankan usaha jahit yang
berlangsung selama bertahun-tahun. (Plan Indonesia/ Andreas Wotan)

10
KALEIDOSKOP

Kegiatan Proyek WfW per April-Juli 2020 pada masa Pandemik Covid-19

1. Menciptakan Norma Sosial untuk Mempercepat Perubahan Perilaku

Spanduk
edukasi
dengan
Wajah
Tokoh
Agama di
Manggarai
Video
Motivasi dari
Gubernur
Nusa
Tenggara
YPII/Juliani Talan Barat

2. Perempuan Memimpin Kegiatan Promosi Perubahan Perilaku di Desa

YPII/Tim STBM Desa Lia YPII/ Tim Sumbawa YPII / Tim Manggarai

Sosialisasi Kampanye keliling di mesjid Pembelajaran CTPS

3. Kelompok Marginal sebagai agen perubahan berkontribusi membantu pencegahan penyebaran Covid-19 dengan
menyediakan media promosi dan advokasi

Melalui
Lagu &
Poster

11
4. Perlombaan STBM Pilar 1 (SBS) dan Pilar 2 (CTPS)

Penyerahan hadiah
dari Bupati Kabupaten
Manggarai dan Sarana
YPII/ Tim Manggarai YPII/Tim Sumbawa
CTPS dari pelampung

5. Kegiatan Distribusi, Monitoring dan Evaluasi STBM


Bagi yang belum berkesempatan bergabung dalam
Distribusi Alat webinar nasional kami,
Perlindungan silakan mengakses link video yang tersedia :
Diri (APD)
https://www.youtube.com/watch?v=eFFLr9iEHmQ

Capaian Proyek WfW per April-Juni 2020 dapat dilihat


pada factsheet Covid-19 di bawah ini:
TPK kec/Reni Atmi Pratiwi

Capaian Response COVID-19 selama April – Juni


2020

Promosi Kesehatan dari rumah ke rumah: 2 Kabupaten, 20


Kecamatan, 105 desa

50% laki - laki 610 Perempuan Disabilitas


50% Perempuan
YPII/Tim Manggarai
412 Laki – laki Disabilitas

198.663
penerima 52.015 KK terlayani
manfaat

92% KK melaksanakan CTPS

91 Desa siap deklarasi pilar 2 - CTPS

YPII/ Tim manggarai Melibatkan Dukungan


natural khusus
leaders kepada
(tokoh kelompok
masyarakat) marginal
Perempuan
memimpin
promosi
kesehatan
Specific
activities
with the
marginalized

Monev STBM
Pilar 1 (SBS) Main Activities COVID-19 response
STBM desa/Joni Furmawansyah dan Pilar 2
(CTPS)

12

Anda mungkin juga menyukai