Anda di halaman 1dari 43

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan sekitar kita banya sekali mengandung mikroorganisme.
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup mikroskopik, tidak kasat mata dan
hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme
adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan
cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Kehadiran
mikroba dapat menguntungkan karena ada beberapa hasil metabolism terterntu
dari beberapa jenis mikroba yang diperlukan dan di gemari oleh manusia.
Mikroba juga dapat merugikan karenaada beberapa spesies mikroba yang dapat
menghasilkan toksin yang berbahaya untuk manusia.
Tanah, air dan udara merupakan tempat atau sarang mikroba. Jumlah sel
mikroba tidak dapat diketahui dengan mudah sehingga perlu dilakukan
perhitngan dengan cara analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisis
kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan dilakukan untuk mengetahui mutu
bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut.
Beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikroba yaitu dengan
perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan
massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan
3 metode yaitu dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number),
dan hitungan cawan. Dari ketiga metode tersebut metode hitungan cawan paling
banyak dan mudah digunakan. Sedangkan hitungan massa sel juga dapat
dilakukan dengan 3 metode yaitu metode volumetric, gravimetric, dan
turbidimetri. Hitungan cawan dan hitungan MPN memerlukan adanya media
tumbuh yang dapat dibuat dengan cara pour plat/tuang dan spread/sebar. Media
yang digunakan dapat berupa PDA untuk penentuan jumlah kapang, OMEA
untuk penentuan jumlah yeast/khamir dan PCA untuk penentuan jumlah total
mikroba. Pada pembuatan media biakan mikroba alat-alat dan lingkungan
pembuatan media harus dalam kondisi yang steril dan aseptis guna menghindari
terjadinya kontaminasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini untuk:
a. Mengetahui cara menyiapkan peralatan dan media tumbuh yang steril
pada penentuan jumlah sel mikroba
b. Mengetahui cara menghitung jumlah atau massa sel mikroba dari
berbagai golongan
c. Mengetahui cara menentukan jenis sel mikroba
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan yang Digunakan

2.1.1 Tempe

Tempe merupakan salah satu hasil fermentasi kedelai yang sudah cukup
dikenal masyarakat. Tempe mengandung vitamin B12, protein, kalori, vitamin,
ddan mineral. Fermentsi tempe membutuhkan adanya Inokulum atau starter tempe
atau ragi tempe. Inoculum tempe merupakan kumpulan spora kapang dan jamur
yang digunakan sebagai bahan pembibitan dalam pembuatan tempe. Inoculum
tempe yang telah dikenal masyarakat adalah usar yang mana biasanya ditemukan
menempel pada daun waru dan inoculum bubuk buatan LIPI. Usarr biasanya
banyak mengndung kontaminan karena pada pembuatannya kurang diperhatikan
kondisi aseptisnya. Jenis kapang pada usar bervariasi seperti Rhizopus sp dan
mikroorganisme lainnya. Sedangkan Inoculum bubuk dibuat dari Rhizopus
oligosporus yang dibiakkan pada media beras yang telah masak kemudian
dikeringkan dan digiing (Sukardi, 2008).

Menurut Pagarra (2009) selain dari kedelai tempe juga dapat dibuat
menggunakan bahan alternative berupa kacang hijau. Kacang hijau (Phaseolus
radiatus L.) termasuk tanaman polong-polongan. Alternatif terbaik untuk
memperoleh protein selain dari ikan adalah kacang-kacangan. Kacang hijau
memiliki kandungan protein tinggi, sebanyak 24% dan merupakan sumber mineral
penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan lemaknya
merupakan asam lemak tak jenuh sebanyak 73%. Tempe dapat dibuat dengan
menggunakan Inoculum berupa Rhizopus sp. Rhizopus oligosporus yang
menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakan senyawa kompleks protein
menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana adalah penting dalam fermentasi tempe,
dan merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas tempe, yaitu sebagai
sumber protein nabati yang memiliki nilai cerna amat tinggi. Kandungan protein
yang dinyatakan sebagai kadar total nitrogen memang tidak berubah selama
fermentasi. Perubahan terjadi atas kadar protein terlarut dan kadar asam amino
bebas.

Fermentasi tempe merupakan fermentasi dua tahap yaitu fermentasi oleh


aktivitas bakteri yang berlangsung selama proses perendaman kedelai, dan
fermentasi oleh kapang yang berlangsung setelah diinokulasi dengan kapang.
Komposisi dan pertumbuhan mikroflora tempe selama fermentasi sangat menarik
untuk dicermati karena ternyata tidak hanya Rhizopus oligosporus yang berperan.
Walaupun Rhizopus oligosporus berperan utama dalam pembuatan tempe, yeast
kemungkinan juga dapat tumbuh selama fermentasi tempe. Yeast dapat tumbuh
bersama bakteri indigenus dan Rhizopus oligosporus selama fermentasi tempe.
Yeast tertentu mempengaruhi kandungan komponen bioaktifdaidzein, asam folat
maupun vitamin B12. Yeast yang dapat tumbuh pada tempe yaitu Saccharomyces
boulardii, Yarrowia lipolytica, Aerobasidium pullulans dan yeast yang menyerupai
kapang Geotrichum candidum. Ke empat yeast tersebut merupakan penghasil
enzim ekstraseluler lipolitik dan proteolitik yang sangat tinggi (Kustyawati, 2009)

2.1.2 Tape Ketan

Tape merupakan salah satu produk hasil fermentasi. Beras, ketan, jagung dan
ketela pohon, dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tape. Bahan-bahan
tersebut dikukus hingga matang, dihamparkan ditampah dan setelah dingin
dibubuhi ragi, kemudian campuran itu ditaruh dalam belangga, ditutup dengan daun
pisang dan disimpan dalam tempat yang sejuk. Tak lama kemudian bmenjadi
berkhamir karena daya kerja organisme-organisme yang terdapat dalam ragi
(Rustringsih, T. 2007).

Beras ketan hampir seluruhnya terdiri dari pati. Pati merupakan zat tepung
dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua
komponen utama yaitu amilosa dan amilopektin. Tape ketan merupakan salah satu
makan yang dibuat melalui prose fermentasi dengan menggunakan ragi tape. Pada
proses pembuatan tape, masyarakat biasanya menggunakan daun pisang sebagai
pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun terutama di daerah
perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau wadah alternatif yang
lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tape seperti plastik, gelas dan
wadah yang lain (Yulianti, 2014).

Komposisi mikroorganisme pada ragi tape ketan yang memiliki jumlah


mikroorganisme tertinggi adalah kapang. Sementara yang memiliki jumlah
mikroorganisme terendah adalah Enterobacteriaceae. Pada tape ketan ada beberapa
mikroorganisme penting yang dapat menghasilkan tape ketan yang baik yaitu
Amylomyces rouxii (Chlamydomucor oryzae), Endomycopsis (Saccharomycopsis)
fibuliger, dan Hansenula anomala. Sehingga dapat diketahui bahwa
mikroorganisme dominan yang terdapat pada ragi tape ketan berupa kapang,
khamir, dan bakteri asam laktat (Gultom, 2017).

2.1.3 Tape Singkong

Tape adalah suatu produk fermentasi dari bahan-bahan sumber pati seperti
ketela pohon, ketan dan sebagainya dengan melibatkan ragi di dalam proses
pembuatannya. Tape ubi kayu merupakan produk pangan olahan tradisional yang
sudah menjadi makanan khas Indonesia. Tape ubi kayu sudah banyak diproduksi
di beberapa tempat di Indonesia, di Jawa Barat dikenal dengan nama peuyeum
dengan karakteristiknya yang tidak berair dan lebih manis, di Jawa Tengah dan
Jawa Timur dikenal dengan nama tape dengan karakteristiknya yang berair serta
lebih alkoholik dan agak asam. kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf,
sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena
mengandung berbagai macam bakteri baik yang aman dikonsumsi, tape dapat
digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tape diketahui
mengandung bakteri asam laktat sebanyak 1 juta per mililiter atau gramnya.
Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh,
terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri baik dalam
tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari tape adalah
kemampuannya mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh (Asnawi.
2013).
Menurut Dwijoseputro dalam Hasanah (2012) ragi tape merupakan populasi
campuran yang tediri dari spesies-spesies genus Aspergilius, Saccharomyces,
Candida, Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup bersama-
sama secara sinergis. Aspergillus menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta
memproduksi enzim glukoamilase yang akan memecah pati dengan
mengeluarkan unit-unit glukosa, sedangkan Saccharomyces, Candida dan
Hansenulla dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat
organik lain sementara itu Acetobacter dapat merombak alkohol menjadi asam.
Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tape, antara lain Chlamydomucor
oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp.

2.1.4 Ayam

Daging memiliki kandungan gizi yang tinggi, lengkap, dan seimbang.


Namun, kandungan gizi yang tinggi pada daging merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroba, sehingga daging merupakan salah satu bahan pangan yang
mudah rusak atau perishable. Kerusakan pada daging dapat disebabkan karena
adanya benturan fisik, perubahan kimia, dan aktivitas mikroba (Afrianti, 2013).

Daging ayam mengambil peran cukup besar dalam penyediaan dan


pemenuhan gizi masyarakat khususnya protein hewani. Keunggulan daging ayam
yaitu, kandungan gizi yang tinggi dan dapat dikonsumsi oleh segala lapisan
konsumen. Daging ayam termasuk produk pangan hewani yang sensitive terhadap
mikroba. Selain itu daging ayam beresiko menyebabkan penyakit dan keracunan
karena mudah terkontaminasi mikroorganisme pathogen serta mudah rusak
karena komponen penyusunnya sangat baik digunakan sebagai media
pertumbuhan mikrroorganisme. Mikroba yang memungkinkan menjadi penyebab
kontaminasi pada daging ayam yaitu E. coli dan Salmonella. sp (Attahmid, 2009).
2.1.5 Sosis Ayam

Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang digemari oleh
masyarakat. Penyimpanan produk olahan daging akan mempengaruhi kualitas
mutu produk yang akan dikonsumsi masyarakat. Sosis masak hanya dapat
bertahan 1 sampai 2 hari pada suhu ruang. Sosis biasanya dikemas dalam wadah
yang tertutup rapat. Sosis terbuat dari campuran daging halus (mengandung
daging lebih dari 75%) dan tepung, dengan atau tanpa penambahan bumbu serta
bahan tambahan makanan lain yang diizinkan.

Sosis ayam mengandung bakteri asam laktat berupa Lactobacilli spp,


Leuconostoc spp, Pediococcus spp dan Streptococci. Bakteri asam laktat ini
membutuhkan banyak nutrisi untuk tumbuh dan daging dapat menyediakan
kebutuhan tersebut. Bakteri asam laktat termasuk kelompok bakteri Gram positif,
tidak termasuk spora, berbentuk batang dan bulat, katalase negatif dan oksidase
negatif serta bersifat anaerob fakultatif. Selain bakteri asam laktat sosis ayam juga
memiliki resiko mengandung bakteri pathogen seperti Salmonella,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Clostridium botulinum. Bakteri
patogen dapat dibedakan atas penyebab intoksikasi dan infeksi. Intoksikasi adalah
keracunan yang disebabkan oleh tertelannya toksin hasil metabolisme bakteri
yang terdapat pada makanan, sedangkan infeksi adalah keracunan yang
disebabkan oleh masuknya bakteri yang tertelan bersama makanan kedalam
saluran pencernaan dan menghasilkan racun didalamnya (Susilawati, 2012).

2.1.6 Petis

Sebagian masyarakat menganggap bahwa petis merupakan makanan yang kotor,


hal ini dikarenakan bahan yang digunakan dari pembuatan petis adalah limbah
dari hasil samping rebusan ikan atau udang. Petis biasanya digunakan sebagai
bahan tambahan atau bumbu rujak, baik itu rujak lontong, rujak buah, maupun
rujak dengan menggunakan krupuk saja. dan sifat biologinya. Sifat fisik petis
yang baik adalah berwarna cerah (tidak kusam), umumnya coklat kehitaman
karena ada penambahan gula merah, pewarna buatan, ataupun cairan tinta cumi,
berbau sedap, kental tetapi sedikit lebih encer dari margarin. Sedangkan sifat
biologi dapat dilihat melalui adanya kontaminasi mikroorganisme, salah satunya
bakteri Salmonella sp dan bakteri Eschericia coli (Wahdiniati, 2016).

2.2 Media yang Digunakan

2.2.1 PDA

PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan


kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu
sampel atau produk makanan. PDA cocok untuk pertumbuhan jamur. PDA
mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20%
ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan
khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Karbohidrat dan senyawa
yang diambil dari kentang mendukung pertumbuhan khamir dan kapang dan pada
kondosi pH yang diturunkan dapat menghambat pertumbuhan kontaminan
(bakteri yang ikut). Jika medium ini dipakai untuk perhitungan jamur, pH medium
harus diturunkan hingga 3,5 karena jamur akan tumbuh pada medium ini untuk
mengembangkan morfologinya (Waluyo, 2008).

2.2.2 PCA

PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi


di atas permukaan. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua
jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic
hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek
lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks. PCA termasuk ke
dalam medium semisintetik, yaitu medium yang komponen dan takarannya
sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. PCA berwarna
putih keabuan, berbentuk granula dan merek yang digunakan adalah Merck.
Sebelum dipanaskan tidak larut sepenuhnya dalam air, tetapi masih terlihat
serbuk-serbuknya, berwarna kuning dan terlihat keruh. Setelah dipanaskan serbuk
media larut seluruhnya dalam air, berwarna kuning (Waluyo, 2008).
2.2.3 OMEA

Karakteristik fisik dari media ini antara lain yaitu memiliki warna coklat
pucat saat sebelum dilakukan pemanasan dan berwarna coklat tua setelah
mengalami pemanasan. Media ini mengandung aquades 50 ml, malt ekstrak 30
g/l, pepton 3 g/l dan agar 15 g/l. MEA pada umumnya digunakan sebagai media
pertumbuhan khamir. Didalam media tersebut mengandung unsur O yang
merupakan salah satu mineral yang dapat menunjang pertumbuhan khamir
(Waluyo, 2008).

2.2.4 Na-Ca

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk pangan.
Medium Nutrien Agar berdasarkan susunan kimianya merupakan medium non-
sintetik/semi alamiah, berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat.
Medium ini dibuat dalam dua jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring
digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk
menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen. NA
digolongkan pada medium umum sebab dapat digunakan untuk menumbuhkan
beberapa jenis bakteri (Waluyo, 2007). NA juga digunakan untuk pertumbuhan
mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef,
pepton, dan agar sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan
mengandung karbohidrat yang berupa galaktan sehingga tidak mudah diuraikan
oleh mikroorganisme. Ekstrak daging dan pepton digunakan sebagai bahan dasar
karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang
sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium
NA ini sebelum pemanasan adalah berbentuk larutan berwarna kuning keruh
sebelum dipanaskan, dan berwarna kuning bening saat setelah dipanaskan.
Namun, setelah pemanasan didapatkan warna dari medium NA lebih jernih bila
dibandingkan dengan sebelum pemanasan. NA merupakan salah satu media yang
digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan,
untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme
dalam kultur murni. Komposisi kimia nutrien agar adalah eksrak beef 10 g, pepton
10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan
komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121C selama 15 menit.
Mineral merupakan bagian dari sel, unsur penyusun sel yaitu C, O, N, H dan P.
Unsur mineral lain yang diperlukan oleh sel yaitu K, Ca, Mg, Ma, S, dan Cl. Unsur
mineral yang digunakan dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu Fe, Mn, Co, Cu,
Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad
(Waluyo, 2008).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Cawan petri
b. Inkubator
c. Pipet ukur 1 ml
d. Pipet ukur 5-10 ml
e. Pipet volume 1,5,10,dan 25 ml
f. Labu takar 25 atau 50 ml
g. Tabung reaksi dan raknya
h. Kertas perkamen
i. Kuvet spektrofotometer
j. Lampu bunset dan UV
k. Botol semprot
l. Plastik klip
m. Colony counter
n. Neraca analitik
o. spektrofotometer

3.1.2 Bahan
a. Tempe
b. Tape ketan
c. Tape singkong
d. Ayam
e. Sosis ayam
f. Petis
g. Aquades
h. OMEA
i. PDA
j. PCA
k. NA-Ca
l. Spirtus
m. Alkohol
n. Biakan khamir dalam agar miring

3.2 Skema Kerja


3.2.1 Pembuatan Kurva Standard

4 biakan khamir

Pengenceran 50 ml

Cawan petri Pengambilan


pengenceran 50 ml 1.2.3.4.5.6.7.ml

Pengovenan 30 Pengenceran
sampai 10 ml
Eksikator 15

Perhitungan
Penimbangan Pengenceran 20 ml absorbansi ( 600
nm)
(a gram)
Pengovenan 70oC
4-5 jam

Eksikator 15

Penimbangan
(b gram)

Pada praktikum ini langkah awal yang dilakukan yaitu 4 biakan khamir
masing-masing diambil dan ditambah dengan sedikit aquadest tujuannya untuk
mengencerkan biakan khamir dan mempermudah pengambilan biakan. Selanjutnya
diambil 1 ose biakan dan diencerkan dengan 50 ml aquades. Kemudian dilakukan
preparasi awal dengan pengovenan cawan petri selama 30 untuk sterilisasi alat dan
dieksikator untuk membunuh dan menghilangkan mikroba kemudian ditimbang
sebagai a gram. Dari pengenceran sampel 50 ml disiapkan 7 tabung reaksi yang
diisi dengan biakan yang telah diencerkan sebesar 1 ml, 2 ml, 3ml, 4ml, 5 ml, 6 ml,
dan 7 ml yang kemudian diencerkan hingga 10 ml. apabila yang 1 ml ditambah
aquades 9 ml, yang 2 ml ditambah aquades 8 ml dan seterusnya. Kemudian dihitung
absorbansinya. Dari pengenceran ini juga diambil sebanyak 20 ml sampel dioven
pada suhu 70oC selama 4-5 jam kemudian dieksikator dan ditimbang sebagai b.
Kemudian di buat kurva standar.
3.2.2 Penyiapan Sampel dalam MEB

2 ose isolat + gula 1,25


S.cerevisiae gram/ 25 ml
MEB 25 ml

Shaker ruang
48 jam

Sentrifuse
(@12,5 ml)

Endapan

Cuci Aquades

Sentrifuse

Endapan

+ Aquades

Vortex

Tera labu takar 25 ml

Homogenisasi

Absorbansi
( 600 nm)
Pada praktikum ini lagkah awal yang dilakukan yaitu memastikan bahwa kondisi
lingkungan aseptis dengan cara menyemprotkan alcohol 70% pada tangan dan pada
meja praktikum. Proses pengambilan isolate dilakukan dengan cara aseptis di dekat
api. Selanjutnya Erlenmeyer yang berisi MEB 25 ml disiapkan dan dimasukkan 2
ose isolate Saccharomysess cerevisiae ke dalam Erlenmeyer serta ditambahkan 25
ml gula. Tabung Erlenmeyer kemudian dishaker selama 48 jam supaya sampel lebih
homogen. Setelah di shaker sampel kemudian diambil @12,5 ml dan dimasukkan
pada tabung reaksi yang selanjutnya dilakukan proses sentrifuse. Sentrifuse
dilakukan untuk memisahkan filtrat dan endapannya. Setelah di sentrifuse endapan
yang tersisa dicuci dengan aquadest dan dilakukan sentrifuse kembali. Hal ini
dilakukan supaya hasil perhitungn mikroba dapat ebih optimal karena mikroba
berada pada endapan sampel. Endapan yang terbentuk kemudian ditambah dengan
aquadest dan divortex kemudian ditera pada labu takar 25 ml untuk dihomogenisasi
dan diukur nilai absorbansinya.

3.2.3 Perhitungan Jumlah Koloni

0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

1g

9 ml 9,9 ml 9,9 ml 9 ml 9 ml 9 ml
101 103 105 106 107 108
1 ml

PDA
PDA PDA
PCA

OMEA
PCA PCA
Na-Ca

OMEA OMEA
Pada praktikum ini langkah awal yang dilakukan yaitu menuang 9 ml aquadest
ke dalam 1 gr sampel yang selanjutnya di campur agar lebih homogen. Langkah
selanjutnya diambil menggunakan pipet sebanyak 0,1 ml sampel kemudian
dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 9,9 (10^-3) ml aquadest. Dari tabung
reaksi 9,9 (10^-3) ml pertama diambil 0,1 ml menggunakan pipet yang berbeda
kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi 9,9 (10^-5) ml yang kedua.
Penggunaan pipet yang berbeda ini dilakukan untuk menhindari terjadinya
kontaminasi. Dari tabung reaksi 9,9 (10^-5) ml yang kedua diambil 1 ml dengan
menggunakan pipet yang sama dan dituangkan ke dalam cawan petri yang akan
ditambah dengan media PDA dan OMEA yang mana masing-masing dibuat 2 kali
ulangan supaya hasil yang diperoleh dapat lebih akurat. Selain itu dari tabung 9,9
(10^-5) ml yang kedua diambil 1 ml menggunakan pipet yang berbeda kemudian
ditungkan pada tabung reaksi yang berisi 9(10^-6) ml aquadest. Kemudian dari
tabung 9 (10^-6) ml diambil 1 ml mengunakan pipet yang sama dan ditungkan pada
cawan petri yang akan ditambh dengan media PDA, PCA, dan OMEA masing-
masing dilakukan 2 kali ulangan. Dari tabung 9 (10^-6) ml diambil 1 ml
menggunakan pipet ukur yang berbeda dan dituangkan pada tabung reaksi 9 (10^-
7) ml selanjutnya. Dari tabung reaksi 9 (10^-7) ml ini diambil lagi 1 ml dengan
pipet yang sama kemudian dituangkan pada cawan petri yang akan di tambah
dengan media PCA, PDA, dan OMEA yang masing-masing dilakukan 2 kali
pengulangan. Dari tabung 9 (10^-7) ml diambil 1 ml menggunakan pipet ukur yang
berbeda dan dituangkan pada tabung reaksi 9 (10^-8) ml selanjutnya. Dari tabung
reaksi 9 (10^-8) ml ini diambil lagi 1 ml dengan pipet yang sama kemudian
dituangkan pada cawan petri yang akan di tambah dengan media PCA dan Na-Ca
yang masing-masing dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Setelah semua cawan di
isi sampel selanjutnya di tambahkan dengan media dan diikubasi selama 48 jam
pada suhu kamar supaya mikroba dapat tumbuh dengan optimal. Setiap proses pada
praktikum ini dilakukan pada kondisi aseptis untuk menghindari terjadinya
kontaminasi.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Pembuatan Kurva Standar
Berat cawan petri kosong Berat cawan petri+biakan kering
Ulangan (gr) (gr)
(a) (b)
1 32,7665 32,8078
2 30,8193 30,8618

Ulanga Nilai Absorbansi (A)


n 1 mL 2 mL 3 mL 4 mL 5 mL 6 mL 7 mL
1 0,318 0,678 0,899 1,089 1,186 1,394 1,616
2 0,300 0,475 0,663 0,920 1,158 1,186 1,319

Ulangan 1
2
Nilai Absorbansi (A)

y = 0.0971x + 0.2239
1.5 R = 0.9771

0.5

0
0 5 10 15 20
Konsentrasi Sel (mg)
Ulangan 2
1.5 y = 0.0836x + 0.1496

Nilai Absorbansi (A)


R = 0.971
1

0.5

0
0 5 10 15 20
Konsentrasi Sel (mg)

4.1.2 Penyiapan Sampel dalam MEB


Sampel Absorbansi (A)
Kelompok 1 (Petis) 1,514
Kelompok 2 (Ayam) 1,482
Kelompok 3 (Tape Ketan) 1,116
Kelompok 4 (Tempe) 1,408
Kelompok 5 (Sosis) 1,321
Kelompok 6 (Tape Singkong) 1,406
4.1.3 Jumlah Koloni dalam Berbagai Sampel Bahan Pangan Terfermentasi
4.1.3.1 Tempe
Bakteri
Tingkat
Media Ulangan Bakteri Kapang Khamir Asam
Pengenceran
Laktat
1 5 92 34 0
10-6
2 8 89 31 0
1 12 71 22 0
PCA 10-7
2 14 67 26 0
1 0 25 3 0
10-8
2 14 3 0 0
1 89 30 21 0
10-5
2 105 35 19 0
1 40 50 3 0
PDA 10-6
2 48 156 18 0
1 10 6 1 0
10-7
2 3 23 1 0
1 13 46 17 0
10-5
2 14 121 4 0
1 6 18 1 0
OMEA 10-6
2 8 19 5 0
1 1 0 0 0
10-7
2 0 0 0 0
1 0 7 0 0
NA-Ca 10-8
2 0 4 0 0
4.1.3.2 Tapai Ketan
Bakteri
Tingkat
Media Ulangan Bakteri Kapang Khamir Asam
Pengenceran
Laktat
1 5 5 2 0
10-6
2 0 8 4 0
1 0 3 2 0
PCA 10-7
2 0 1 2 0
1 0 1 2 0
10-8
2 0 1 2 0
1 0 10 7 0
10-5
2 13 16 18 0
1 0 6 2 0
PDA 10-6
2 0 0 2 0
1 0 0 0 0
10-7
2 0 0 0 0
1 22 6 8 0
10-5
2 6 1 1 0
1 0 0 2 0
OMEA 10-6
2 0 0 2 0
1 0 0 0 0
10-7
2 0 0 0 0
1 0 0 3 0
NA-Ca 10-8
2 0 0 2 0
4.1.3.3 Tapai Singkong
Bakteri
Tingkat
Media Ulangan Bakteri Kapang Khamir Asam
Pengenceran
Laktat
1 30 1 17 0
10-6
2 51 1 3 0
1 0 10 0 0
PCA 10-7
2 4 7 1 0
1 2 2 4 0
10-8
2 3 1 4 0
1 205 44 11 0
10-5
2 202 35 5 0
1 70 12 4 0
PDA 10-6
2 90 22 14 0
1 12 0 5 0
10-7
2 13 7 0 0
1 195 24 17 0
10-5
2 262 6 30 0
1 38 2 6 0
OMEA 10-6
2 40 1 19 0
1 14 0 1 0
10-7
2 13 0 3 0
1 2 1 16 1
NA-Ca 10-8
2 6 1 7 0
4.1.3.4Ayam
Bakteri
Tingkat
Media Ulangan Bakteri Kapang Khamir Asam
Pengenceran
Laktat
1 60 3 45 0
10-6
2 97 6 17 0
1 7 0 1 0
PCA 10-7
2 7 1 3 0
1 0 3 4 0
10-8
2 1 0 2 0
1 108 0 15 0
10-5
2 147 0 13 0
1 4 0 0 0
PDA 10-6
2 6 0 1 0
1 0 0 0 0
10-7
2 0 0 0 0
1 0 0 15 0
10-5
2 4 0 2 0
1 0 0 0 0
OMEA 10-6
2 0 0 0 0
1 0 0 0 0
10-7
2 0 0 0 0
1 0 0 7 0
NA-Ca 10-8
2 1 0 13 0
4.1.3.5 Sosis Ayam
Bakteri
Tingkat
Media Ulangan Bakteri Kapang Khamir Asam
Pengenceran
Laktat
1 3 0 2 0
10-6
2 0 1 8 0
1 645 44 39 0
PCA 10-7
2 513 13 6 0
1 161 5 69 0
10-8
2 273 46 15 0
1 31 13 2 0
10-5
2 23 8 11 0
1 0 5 3 0
PDA 10-6
2 3 2 0 0
1 0 3 1 0
10-7
2 0 1 0 0
1 12 15 12 0
10-5
2 13 29 6 0
1 1 3 0 0
OMEA 10-6
2 2 3 0 0
1 0 0 0 0
10-7
2 0 0 0 0
1 87 3 32 1
NA-Ca 10-8
2 71 0 36 0
4.1.3.6 Petis
Bakteri
Tingkat
Media Ulangan Bakteri Kapang Khamir Asam
Pengenceran
Laktat
1 0 10 60 0
10-6
2 7 8 142 0
1 0 6 58 0
PCA 10-7
2 0 8 43 0
1 0 9 75 0
10-8
2 0 0 12 0
1 0 0 3 0
10-5
2 0 0 1 0
1 0 14 57 0
PDA 10-6
2 0 22 82 0
1 0 0 4 0
10-7
2 0 0 1 0
1 0 0 0 0
10-5
2 0 0 0 0
1 0 0 0 0
OMEA 10-6
2 0 0 2 0
1 0 0 3 0
10-7
2 0 0 1 0
1 0 6 1 0
NA-Ca 10-8
2 0 66 40 0
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Pembu atan Kurva Standar
Kons. sel masing-masing
Kons.
Berat sel cuplikan
Sampel Ulangan sel/ml
(mg) Vol. Cuplikan Kons. Sel
(mg/ml)
(ml) (mg/ml)
1 2,065
2 4,13
3 6,195
1 41,3 2,065 4 8,26
5 10,325
6 12,39
Biakan S. 7 14,455
cerevisiae 1 2,125
2 4,25
3 6,375
2 42,5 2,125 4 8,5
5 10,625
6 12,75
7 14,875

4.2.2Penyiapan Sampel dalam MEB


Sampel Absorbansi Massa sel/ ml
Petis 1,514 13.2863
Ayam 1,482 12.95675
Tape ketan 1,116 9.187436
Tempe 1,408 12.19464
Sosis ayam 1,321 11.29866
Tape singkong 1,406 12.17405
4.2.3Penghitungan Jumlah Koloni dalam Berbagai Sampel Bahan Pangan
Terfermentasi
No Sampel Mikroba PCA PDA OMEA Na-Ca
1. Tempe Kapang 1, 865x10-5 20 x 105 10,5x 0
107

Khamir 4,995 x 10-5 32,5x105 83,5 x 5,5 x 108


106
Bakteri 6,5 x 106 5,07 x 0,5 x 105 0
10-4
2. Tape Kapang 6,5 x 106 1,3x106 4 x 105 0
Ketan
Khamir 3 x 106 1,25x106 4,5x 105 2,5 x 108

Bakteri 2,5 x 106 7 x 105 1,4 x 106 0

3. Tape Kapang 1 x 106 39,5 x 15 x 105 1 x 108


Singkong 105
Khamir 1 x 107 8 x 105 23,5 x 11,5 x
105 108
Bakteri 40,5 x 106 1,058 x 1,16 x 4 x 108
10-3 10-3
4. Daging Kapang 4,5 x 106 0 0 0
Ayam
Khamir 14 x 105 14 x 105 3,1 x 105 1,0 x 109

Bakteri 108,5 x 106 181,5x 2 x 105 0,5 x 108


105

5. Sosis Kapang 1,8 x 107 1,05 x 2,2 x 106 1,5 x 108


Ayam 106
Khamir 4,2 x 109 6,5 x 105 0,9 x 106 3,4 x 109

Bakteri 2,17 x 109 2,7 x 106 1,25 x 7,9 x 109


106
6. Petis Kapang 1,0 x 106 0 0 20,5 x
108
Khamir 5,343 x 10-5 69,5 x 0 36 x 108
106

Bakteri 1,0 x 106 0 0 0


BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa:

a. Cara penyajian sampel, peralatan, dan media tumbuh mikroba dilakukan


dengan kondisi aseptis.
b. Perhitungan mikroba dilakukan dengan colony counter dengan menghitung
jumlah mikroba secara langsung
c. Penentuan jumlah mikroba dapat diketahui dengan colony counter sehingga
dapat terlihat jelas perbedaan antara antara bakteri, kapang, khamir, dan
bakteri asam laktat.

6.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum ini yaitu praktikan diharapkan lebih teliti dan
memehami materi yang akan dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti. 2013. Total Bakteri, Ph, Dan Kadar Air Daging Ayam Broiler Setelah
Direndam Dengan Ekstrak Daun Senduduk (Melastoma Malabathricum L.)
Selama Masa Simpan. Fakultas Pertanian dan Peternakan. Semarang:
Universitas Diponegoro

Asnawi. 2013. Karakteristik Tape Ubi Kayu (Manihot utilissima) Melalui Proses
Pematangan Dengan Penggunaan Pengontrol Suhu. Jurusan Keteknikan
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya

Attahmid. 2009. Strategi Managemen Proses Produksi Karkas Ayam Pedaging.


Bogor: IPB

Gultom. 2017. Komposisi Mikroorganisme dan Kimia Tape Singkong dan Tape
Ketan yang Di Produksi Di Daerah Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian.
IPB

Hasanah. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol Tape


Singkong (Manihot Utilissima Pohl). Jurusan Kimia. Fakultas Sains dan
Teknologi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim

Kustyawati. 2009. Kajian Yeast dalam Pembuatan Tempe. Teknologi Hasil


Pertanian. Fakultas Pertanian. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Pagarra. 2009. Laju Pertumbuhan Jamur Rhizopus sp. Pada Tempe Kacang Hijau.
Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas Negeri Makassar

Rustringsih, T. 2007. Pengaruh Penambahan Ammonium Sulfat Terhadap


Produksi Etanol pada Fermentasi Beras Ketan Putih (Oryza sativa L. Var
glutinosa) dengan Inokulum Saccharomyces cerevisiae. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.

Sukardi, 2008. Uji Coba Penggunaan Inokulum Tempe dari Kapang Rhizopus
oryzae dengan Substar Tepung Beras dan Ubi Kayu. Fakultas Teknologi
Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya
Suriansyah. 2010. Perbandingan Metoda Kurva Kalibrasi Dan Metoda Adisi
Standar Pada Pengukuran Merkuri Dalam Air Yang Memiliki Kandungan
Senyawa Organik Tinggi Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.
Program Studi Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Tanjungpura.

Susilawati, 2012. Kualitas Mikrobiologis Sosis Fermentasi Yang Diberi Probiotik


Lactobacillus Plantarum 2C12 atau Lactobacillus Acidophilus. Fakultas
Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Wahdiniati. 2016. Pemeriksaan Kandungan Bakteri Salmonella Sp. dan Bakteri


Escherichia Coli Pada Petis Ikan Di Pasar Klampis Bangkalan Madura
Sebagai Sumber Belajar Biologi. Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP.
Malang: UMM

Wahyuni. 2013. Validasi Dan Verifikasi Metode Analisis Bakteri Asam Laktat Pada
Produk Susu. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Waluyo, L., 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang:
UMM-Press.

Yulianti, C. H. 2014. Uji Beda Kadar Alkohol pada Tape Beras, Ketan Hitam dan
Singkong. Jurnal Teknika. Vol. 6. No. 1

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Pembuatan Kurva Standar (acara 1)


Berat c (biakan kering) gr = berat b (cawan petri+biakan kering) gr berat a
(cawan petri) gr
a. Ulangan 1 b. Ulangan 2
Berat c gr = 32,8078 - 32,7665 Berat c gr = 30,8618 - 30,8193
= 0,0413 gr = 0,0425 gr
= 41,3 mg = 42,5 mg

berat c gram
Kadar sel kering =
a. Ulangan 1 b. Ulangan 2
41,3 mg 42,5 mg
Kadar sel = = 2,065 mg/ml Kadar sel = = 2,125
20 20
mg/ml

kadar sel kering volume pengenceran


Kadar sel standar = 1
a. Ulangan 1 b. Ulangan 2
mg mg
2,065 1 ml 2,125 1 ml
ml ml
1 ml = = 2,065 mg/ml 1 ml = = 2,125 mg/ml
1 1

mg mg
2,065 2 ml 2,125 2 ml
ml ml
2 ml = = 4,13 mg/ml 2 ml = = 4,25 mg/ml
1 1

mg mg
2,065 3 ml 2,125 3 ml
ml ml
3 ml = = 6,195 mg/ml 3 ml = = 6,375 mg/ml
1 1

mg mg
2,065 4 ml 2,125 4 ml
ml ml
4 ml = = 8,26 mg/ml 4 ml = = 8,5 mg/ml
1 1

mg mg
2,065 5 ml 2,125 5 ml
ml ml
5 ml= 10,325 mg/ml 5 ml = = 10,625 mg/ml
1 1

mg mg
2,065 6 ml 2,125 6 ml
ml ml
6 ml= = 12,39 mg/ml 6 ml= = 12,75 mg/ml
1 1

mg mg
2,065 7 ml 2,125 7 ml
ml ml
7 ml= = 14,455 mg/ml 7 ml= = 14,875 mg/ml
1 1

Perhitungan penyiapan sampel meb (acara 2)


Kelompok 1 1,514
Kelompok 2 1,482
Kelompok 3 1,116
Kelompok 4 1,408
Kelompok 5 1,321
Kelompok 6 1,406
Persamaan regresi : Y= 0,0971 x + 0,2239
Massa sel/ ml :
Kelompok 1
1,514 = 0,0971 x + 0,2239
1,5140,2239
X = 0,0971

= 13.2863 sel/ ml
Kelompok 2
1,482 = 0,0971 x + 0,2239
1,4820,2239
X = 0,0971

= 12.95675 sel/ ml
Kelompok 3
1,116 = 0,0971 x + 0,2239
1,1160,2239
X = 0,0971

= 9.187436 sel/ ml
Kelompok 4
1,408 = 0,0971 x + 0,2239
1,4080,2239
X = 0,0971

= 12.19464 sel/ ml
Kelompok 5
1,321 = 0,0971 x + 0,2239
1,3210,2239
X = 0,0971

= 11.29866 sel/ ml
Kelompok 6
1,406 = 0,0971 x + 0,2239
1,4060,2239
X = 0,0971

= 12.17405 sel/ ml
Perhitungan Acara 3

1. Tempe
PCA

Pengenceran Rata-rata koloni


Bakteri Kapang Khamir
10-6 6,5 32,5 93
10-7 13 48 69
10-8 7 1.5 14,5
- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 6,5 x 106 = 6,5 x 106

- Khamir
69
R = 93 = 0,74 2
(69 107 )+(93 106 )
= 4,995 x 10-5
2

- Kapang
48
R = 32,5 = 1,48 2

(48 107 ) + (32,5 106 )


= 1,865 105
2
PDA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 97 20 32,5
10-6 44 10.5 103
10-7 6.5 1 14,5
- Bakteri
44
R = 97 = 0,45 2

(44 106 ) + (97 105 )


= 5,07 104
2

- Khamir
103
R = 32,5 = 3,17 2,


Jumlah koloni mikroba = 32,5 x 105
- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 20 x 105 = 20 x 105

OMEA

Pengenceran Rata-rata koloni


Bakteri Kapang Khamir

10-5 13,5 10,5 83,5


10-6 7 3 18,5
10-7 0,5 - -
- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 13,5 x 105 = 13,5 x 105

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 83,5 x 106 = 83,5 x 106

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 10,5 x 107 = 10,5 x 107

Na-Ca

Pengenceran Rata-rata koloni


Bakteri Kapang Khamir
10-8 - - 5,5
- Bakteri
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah bakteri kurang dari 1 x 108
- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 5,5 x 108 = 5,5 x 108

- Kapang
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah kapang kurang dari 1 x 108

2. Tape Ketan Hitam

PCA
- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 2,5 x 106 = 2,5 x 106

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 6,5 x 106 = 6,5 x 106

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 3,0 x 106 = x 106

PDA
- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 7 x 105 = 7 x 105

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 13 x 105 = = 13 x 105 = 1,3x106

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 12,5x 105 = 12,5x 105= 1,25x106

OMEA
- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 14x 105 = 14 x105 = 1,4 x 106

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 4 x 105 = 4 x 105

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 4,5 x 105 = 4,5x 105

Na-Ca
- Bakteri
Jumlah koloni mikroba = <1 x 10-8
- Kapang
Jumlah koloni mikroba = <1 x 10-8
- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 2,5 x 108 = 2,5 x 108

3. Tape singkong
PCA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-6 40,5 1 10
10-7 2 2,5 0,5
10-8 2,5 1,5 4

- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 40,5 x = 40,5 x 106
106

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 1 x = 1 x 106
106

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 10 x = 1 x 107
106

PDA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 203,5 39,5 8
10-6 80 17 9
10-7 12,5 3,5 2,5
- Bakteri
80
R= = 0,39 2
203,5
(203,5 105 )+(80 106 )
Jumlah koloni mikroba = = 1,058 x 10-3
2

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 39,5 x = 39,5 x 105
105

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 8 x = 8 x 105
105

OMEA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 228,5 15 23,5
10-6 39 1,5 12,5
10-7 12,5 - 2

- Bakteri
39
R = = 0,17 2
228,5

(228,5 105 )+(39 106 )


Jumlah koloni mikroba = = 1,16 x 10-3
2

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 15 x = 15 x 105
105

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 23,5 x = 23,5 x 105
105

Na-Ca
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-8 4 1 11,5

- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 4 x = 4 x 108
108

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 1 x =1 x 108
108

- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 11,5 x = 11,5 x 108
108

4. Ayam

PCA

Pengenceran Rata-rata koloni


Bakteri Kapang Khamir
10-6 108,5 4,5 31
10-7 7 0,5 2
10-8 0,5 0,5 3

1
- koloni Bakteri : 108,5 x 106

: 108,5 x 106
1
- koloni Kapang: 4,5 x 106

: 4,5 x 106
1
- koloni Khamir : 14 x 105

: 14 x 105

PDA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 181,5 0 14
10-6 5 0 0,5
10-7 0 0 0

1
-
koloni Bakteri : 181,5 x 105

: 181,5 x 105
- koloni Kapang: 0, jumlah kapang kurang dari 1 x 105
- koloni Khamir : < 30 koloni, sehingga digunakan total khamir pada
konsentrasi terendah
1
: 14 x 105

: 14 x 105

OMEA

Pengenceran Rata-rata koloni


Bakteri Kapang Khamir
10-5 2 - 8,5
10-6 0 - 0
10-7 0 - 0
- Bakteri
1
jumlah koloni mikroba =2 x 105 = 2 x 105

- Kapang
1
jumlah koloni mikroba =<1 x 105 = <1 x 105

- Khamir
1
jumlah koloni mikroba =8,5 x 105 = 3,1 x 105

NA Ca

Pengenceran Rata-rata koloni


Bakteri Kapang Khamir
10-8 0,5 - 10
- Bakteri
1
jumlah koloni mikroba =0,5 x 108 = 0,5 x 108

- Kapang
1
jumlah koloni mikroba =<1 x 108 = <1 x 108

- Khamir
1
jumlah koloni mikroba =10 x 108 = 1,0 x 109

5. Sosis Ayam

PCA

Pengenceran Rata-rata koloni


Bakteri Kapang Khamir
10-6 1,5 1,8 5
10-7 583,5 28,5 22,5
10-8 217 25,5 42

1
koloni Bakteri : 217 x 108

: 2,17 x 109
1
koloni Kapang: 1,8 x 106

: 1,8 x 107
1
koloni Khamir : 42 x 108

: 4,2 x 109

PDA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 27 10,5 6,5
10-6 1,5 3,5 1,5
10-7 - 2 0,5

koloni Bakteri : < 30 koloni, sehingga digunakan total bakteri


pada konsentrasi terendah
1
: 27 x 105

: 2,7 x 106

koloni Kapang: < 30 koloni, sehingga digunakan total kapang


pada konsentrasi terendah
1
: 10,5 x 105

: 1,05 x 106
koloni Khamir : < 30 koloni, sehingga digunakan total khamir
pada konsentrasi terendah
1
: 6,5 x 105

: 6,5 x 105

OMEA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 12,5 22 9
10-6 1,5 3 -
10-7 - - -

koloni Bakteri : < 30 koloni, sehingga digunakan total bakteri


pada konsentrasi terendah
1
: 12,5 x 105

: 1,25 x 106
koloni Kapang: < 30 koloni, sehingga digunakan total kapang
pada konsentrasi terendah
1
: 22 x 105

: 2,2 x 106

koloni Khamir : < 30 koloni, sehingga digunakan total khamir


pada konsentrasi terendah
1
: 9 x 105

: 0,9 x 106

NaCa
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-8 79 1,5 34

1
koloni Bakteri : 79 x 108

: 7,9 x 109
1
koloni Kapang: 1,5 x 108

: 1,5 x 108
1
koloni Khamir : 34 x 108

: 3,4 x 109

6. Petis

PCA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-6 1 9 101
10-7 0 7 58,5
10-8 0 4,5 43,5
- Bakteri
1
Jumlah koloni mikroba = 1 x 106 = 1,0 x 106

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 9 x 106 = 9,0 x 106

- Khamir
58,5
R1 = 101
= 0,58 2

(58,5 107 ) + (101 106 )


= 5,343 105
2

PDA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 - 0 2
10-6 0 20,5 69,5
10-7 0 0 2,5
- Bakteri
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah bakteri kurang dari 1 x 106
-
Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 69,5 x 106 = 69,5 x 106

- Kapang
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah kapang kurang dari 1 x 105
OMEA
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-5 0 0 0
10-6 0 0 1
10-7 0 0 2
- Bakteri
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah bakteri kurang dari 1 x 105
- Khamir
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah khamir kurang dari 1 x 105
- Kapang
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah kapang kurang dari 1 x 105

Na-Ca
Pengenceran Rata-rata koloni
Bakteri Kapang Khamir
10-8 0 36 20,5
- Bakteri
Jumlah koloni mikroba = 0, jumlah bakteri kurang dari 1 x 108
- Khamir
1
Jumlah koloni mikroba = 36 x 108 = 36 x 108

- Kapang
1
Jumlah koloni mikroba = 20,5 x 108 = 20,5 x 108

Anda mungkin juga menyukai