Oleh
1. Aris Abdul Halim (13620011)
2. Dyta Kurniawatiningrum (14620003)
3. M. Riza Firdausi (14620079)
4. Arifatul Lutfia (14620095)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desakan kebutuhan lahan untuk pembangunan begitu kuat, sementara luas lahan
tidak bertambah. Selama ini lahan pertanian mempunyai nilai lahan yang rendah
dibanding peruntukan lahan lain (non pertanian), akibatnya lahan pertanian secara terus
menerus akan mengalami konversi lahan ke nonpertanian. Padahal lahan pertanian
selain mempunyai nilai ekonomi sebagai penyangga kebutuhan pangan, juga berfungsi
ekologi seperti mengatur tata air, penyerapan karbon di udara dan sebagainya
(Hariyanto, 2010).
Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke pertanian lahan kering atau tegalan,
memberikan keuntungan sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat, konversi
penggunaan lahan dari sawah ke industri memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih
besar dan harga tanah yang akan meningkat (Kodoatie, 2005). Disisi lain konversi
penggunaan lahan untuk tujuan budidaya tersebut, ikut berperan pula terhadap
terjadinya degradasi tanah dan air (USEPA, 2001). Roeslan, et.al (2007)
mengemukakan dua indikator penting dalam mengindikasikan kerusakan lahan adalah
dengan membandingkan bentuk penggunaan lahan dan kondisi hidrologi aliran
permukaan pada waktu yang berbeda.
Ranu merupakan sebuah danau. Perairan Ranu Pani merupakan salah satu Ranu
yang dijadikan tempat konservasi, tempat tinggal dan tempat pariwisata. Ranu Pani
termasuk Ranu yang indah, tetapi airnya tidak sejernih seperti dahulu dan telah terjadi
pendangkalan akibat pembuangan limbah rumah tangga masyarakat di sekitar Ranu
Pani. Menurut Setia (2012), hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang
sangat tinggi, dimana antara flora dan fauna saling berinteraksi satu sama lain. Diantara
hubungan interaksi yang ada adalah hubungan saling menguntungkan satu sama lain.
Hubungan saling menguntungkan ini akan membentuk ekosistem yang seimbang.
Keanekaragaman serangga tanah di hutan hujan tropis Ranu Pani belum banyak
dipublikasi atau dilaporkan, sehingga perlu untuk diteliti sebagai data awal pengelolaan
ekosistem. Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas. Ukuran keanekaragaman dan penyebabnya mencakup sebagian besar
pemikiran tentang ekologi. Hal itu terutama karena keanekaragaman dapat
menghasilkan kestabilan dan dengan demikian berhubungan dengan sentral ekologi
(Kartikasari, 2015).
Melihat keadaan Ranu Pani termasuk salah satu hutan hujan tropis yang
kelimpahannya dapat berperan dalam proses edukasi, dimana hutan ini berada di
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang merupakan kawasan yang
memiliki potensi sumber daya alam yang menonjol dan perubahan lahan di sekitarnya
menyebabakan alasan untuk mengetahui keanekaragaman serangga tanah di area
pertanian dan hutan di sekitar ranu pani.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serangga, mengetahui
keanekaragaman dan dominansi serangga pada lahan pertanian dan lahan di hutan
kawasan Ranupani, Desa Ranu Pani Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur yang masih menjadi bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (TNBTS).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansekap
Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang
memiliki kualitas visual bentukan lahan, formasi batuan, elemen air, dan pola
tanaman yang berbeda (Wibisono, 2008). Sebuah lansekap memiliki ciri atau
karakteristik yang mencerminkan sebuah lansekap. Beberapa karakter dalam
sebuah lansekap, di antaranya adalah adanya harmoni ataua kesatuan di antara
elemen-elemen alam, antara lain : ground forms, formasi batuan, vegetasi, dan
kehidupan satwa (animal life). Lansekap juga merupakan suatu bentang alam
yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya
melalui seluruh indera yang dimiliki oleh manusia.
2.2 Pengelolaan Lansekap
Pengelolaan adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan
semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah
ditetapkan, selanjutnya diungkapkan beberapa karakteristik pengelolaan yaitu
sebagai berikut
2.3 Agrowisata
Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris,
agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism berarti
pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke daerah pertanian.
Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan
dan perikanan.
Secara umum konsep agrowisata mengandung pengertian suatu kegiatan
perjalanan atau wisata yang dipadukan dengan aspek-aspek kegiatan pertanian.
Kegiatan agrowisata dilihat dari segi substansi lebih menitikberatkan pada upaya
menampilkan kegiatan pertanian dan suasana perdesaan sebagai daya tarik
utama wisatanya tanpa mengabaikan segi kenyamanan. Pada dasarnya
agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan sumberdaya
alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan
kawasan wisata. Daerah perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan
wilayah perdesaan berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang
terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis,
jenis produk, atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan
prasarananya. Pengembangan agrowisata pada hakikatnya merupakan upaya
terhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama antara Menteri Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-
89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 agrowisata sebagai bagian dari objek
wisata, di artikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro
sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata diberi
batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian. Secara
singkat mungkin dapat disebutkan bahwa agrowisata adalah suatu kegiatan yang
secara sadar ingin menempatkan sektor primer (pertanian) di kawasan sektor
tersier (pariwisata), agar perkembangan sektor primer itu dapat lebih di percepat,
dan petani mendapatkan peningkatan pendapatan dari kegiatan pariwisata yang
memanfaatkan sektor pertanian tersebut. (Wayan Windia, dkk. 2003)
2.4 Lahan
Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh
FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983) lahan
mempunyai pengertian: Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim,relief
tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan
mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan.
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim,
relief,tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan
manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan
vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi. (FAO dalam
Arsyad, 1989)
Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan
sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah:
Suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi
biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan
serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat
tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
(FAO dalam Sitorus, 2004)
a. Fungsi produksi
Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan , melalui
produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak,
serat,bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia,
baik secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk
budidaya kolam dan tambak ikan
b. Fungsi lingkungan biotik
Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrertrial) yang
menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan,
hewan dan jasad-mikro diatas dan dibawah permukaan tanah.
c. Fungsi pengatur iklim
Lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot
(sink) gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa
pantulan,serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan
daur hidrologi global.
d. Fungsi hidrologi
Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air
permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.
e. Fungsi penyimpanan
Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan
mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia.
f. Fungsi pengendali sampah dan polusi
Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyangga dan
pengubah senyawa-senyawa berbahaya.
g. Fungsi ruang kehidupan
Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia,
industri, dan aktivitas social seperti olahraga dan rekreasi.
h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan
Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi
bendabenda bersejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang
kondisi iklim dan penggunaan lahan masa lalu.
i. Fungsi penghubung spasial
Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan
produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antra
daerah terpencil dari suatu ekosisitem alami.