Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan aktifitas khusus yang dilakukan manusia dalam rangka
mengoptimalkan fungsi akal. Dengan optimalnya fungsi akal, maka sedikit demi
sedikit perilaku dan pola pikir seseorang akan mengarah kepada yang lebih baik.
Perubahan inilah yang menyebabkan belajar menjadi sangat urgen dalam proses
memajukan peradaban suatu bangsa. Karena pentingnya fungsi belajar, maka
banyak sekali teori belajar dan pembelajaran yang di rumuskan oleh para ilmuan.
Khususnya dalam dunia islam, para tokohnya banyak yang memiliki teori-teori
yang baik untuk di terapkan. Penerapan teori-teoi ini sangat membantu terciptanya
kesempurnaan dalam proses belajar dan pembelajaraan.
Diantara para tokoh Islam yang banyak memberikan kontribusi pemikiran
dalam bidang pendidikan adalah Al-Ghozali. Beliau memiliki perhatian yang
sangat besar terhadap penyebaran ilmu dan pengajaran. Hal ini karena, menurut
beliau ilmu dan pengajaran merupakan sarana bagi penyebaran sifat-sifat yang
utama, memperhalus jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Teori-teori
Al-Ghozali tentang pendidikan sangat komperehensif. Yaitu meliputi cara-cara
memperoleh ilmu, tentang kurikulum, pengajaran dan murid. Ciri khas dari
pemikirannya tentang pendidikan adalah, penekanan terhadap tujuan pendidikan
itu sendiri. Al-Ghazali menjadikan Agama Islam dan Tasawuf sebagai pondasi dari
segala pemikiran-pemikirannya.

1.2 Rumusan masalah.


1. Bagaimana Biografi Imam al-ghazali ?
2. Bagaimana riwayat pendidikan Imam al-ghazali ?
3. Apa saja Karya-karya imam Al-Ghazali ?
4. Bagaimana Pemikiran-pemikiran Imam al-ghazali ?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Imam al-ghazali.
2. Untuk mengetahui riwayat pendidikan Imam al-ghazali.
3. Untuk Mengetahui Karya-karya imam Al-Ghazali.
4. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Imam al-ghazali.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi imam al-ghazali

Al-Ghazali

adalah

ahli

pikir

ulung

yang

riwayat

hidup

dan

pendapat-pendapatnya telah banyak diungkap dan di kaji oleh para pengarang baik
dalam bahasa Arab, Inggris, maupun bahasa dunia lainnya termasuk bahasa
Indonesia. Hal itu sudah selayaknya bagi para pemikir generasi sesudahnya, karena
dengan mengkaji hasil pemikiran orang-oarang terdahululah dapat ditemukan dan
dikembangkan pemikiran-pemikiran baru.
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi An-Naysaburi. Ia dilahirkan di Thus, sebuah
Kota di Khurasan Persia pada tahun 450 H atau 1058 M. Di dalam dirinya
terkumpul keahlian sebagai seorang filosof, sufi, dan pendidik. Al-Ghazali
menyusun beberapa buku tebal untuk menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama.
Al-Ghazali adalah anak seorang sufi yang wara yang bekerja sebagai pemintal wol
dan hasilnya dijual sendiri di tokohnya di Thus.
Pada masa kecilnya, imam Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih di negerinya
sendiri pada syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Razikani. Kemudian beliau pergi ke
daerah Jurjan dan belajar pada Imam Abi Nasar Al Ismaili. Setelah mempelajari
beberapa ilmu di negeri tersebut, Al-Ghozali kemudian berangkat ke Naisaburi dan
belajar pada Imam Haramain. Di sanalah mulai terlihat tanda-tanda ketajaman
otaknya yang luar biasa. Beliau dapat menguasai ilmu pengetahuan pokok pada
masa itu, seperti ilmu Mantik, Falsafah dan Fiqih Madzhab Syafi'i. Imam Haramain
amat berbesar hati memiliki murid seperti Al-Ghozali. Sehingga pada suatu saat
beliau berkata: "Al-Ghozali adalah lautan yang tak bertepi serta memberikan
predikat sebagai orang yang memiliki ilmu sangat luas bagaikan laut dalam nan
menenggelamkan. Disinilah imam al-Ghazali memulai karirnya sebagai penulis
dan disini pulalah ia belajar teori dan praktik sufisme kepada Abu Ali al Fadhl ibn
Muhammad ibn Ali al-Farmadhi.

Keikutsertaan Al-Ghazali dalam suatu diskusi bersama sekelompok ulama


dan intelektual di hadapan Nidzam Al-Mulk membawa keuntungan besar baginya.
Nidzam Al-Mulk berjanji akan mengangkat Al-Ghazali sebagai guru besar di
Universitas yang didirikannya di Baghdad pada tahun 484 atau 1091 M. Setelah
empat tahun di universitas tersebut, ia memutuskan untuk berhenti mengajar dan
meninggalkan Baghdad. Setelah itu ia pergi ke Syam, hidup dalam Jami Umawi
dengan kehidupan total dipenuhi ibadah, dilanjutkan ke padang pasir untuk
meninggalkan kemewahan hidup dan mendalami agama.
Dari sana, beliau kembali ke Baghdad untuk kembali mengajar. Selain
mengajar, ia juga rajin menulis buku atau kitab. Kitab pertama yang dikarangnya
adalah Al-Munqidz min al-Dhalal. Setelah sepuluh tahun di Baghdad, beliau
pergi ke Naysaburi dan sibuk mengajar di sana. Dalam waktu yang tidak lama
setelah itu beliau meninggal di Thus kota kelahiranya pada hari Senin tanggal 14
Jumadil Akhir 505 H. atau 1111 M.

2.2 Riwayat pendidikan Imam Al-Ghazali


Imam Al-Ghazali sudah mulai belajar ilmu fiqih sejak masih kecil, beliau
belajar ilmu fiqih di Negara kelahirannya kepada syeh Ahmad bin Muhammad
Arrasikani, kemudian belajar pada Imam Abi Nasar Al ismaili di Negara Jurjan.
Setelah mempelajari beberapa ilmu di negerinya, maka beliau berangkat ke
Nishabur dan belajar pada Imam Al Haromain. Sejak belajar bersama Imam Al
Haromain, kecerdasan Imam Al-Ghazali sudah mulai terlihat, sehingga dengan
mudah dapat menguasai ilmu-ilmu yang menjadi ilmu pokok pada saat itu, seperti
mantiq (logika), filsafat dan fiqih madzhab Syafii. Sehingga Al Haromainnjuluki
beliau dengan sebutan lautan tak bertepi. Setelah wafatnya Imam Al Haromain,
Imam Al-Ghazali pergi ke Al Azhar untuk bersilaturohmi kepada menteri Nizam
Al Muluk, seorang menteri dari pemerintahan Dinasti Saljuk.
Disana beliau di sambut dengan penuh penghormatan sebagai ulama dan
ilmuan besar. Ketika berkumpul dengan ulama dan cendekiawan, mereka semua
mengakui ketinggian ilmu yang dimiliki oleh Al- Ghazali. Al-Ghazali di lantik
menjadi seorang guru besar di sebuah perguruan tinggi Nizamiah yang terletak di
kota Bagdad, pelantikan ini di lakukan oleh mentri Nizham Al Muluk pada tahun
4

484 H/ 1091 M. Al-Ghazali mengajar di perguruan tinggi selaa empat puluh tahun.
Pengangkatan ini terjadi saat Al-Ghazali berusia tiga puluh tahun, didasarkan atas
reputasi ilmiahnya yang begitu hebat.
Di kota Bagdad, nama imam Al-Ghazali semakin populer. Ia banyak
dikunjungi orang untuk di timba ilmunya, dan mereka mengagumi kuliah dan
dialog-dialog nya, sehingga reputasi dan kharismanya mengalahkan para gubernur,
para menteri, dan istana khalifah sendiri. Di sini pula beliau mulai berpolemik
dengan golongan talimiyah / bathiniyah ismailiyah dan kaum filosof. Setelah
meneliti filsafat dan menyusun kitab-kitab hasil penelitiannya ini, ia mengalihkan
perhatiannya pada Talimiyah untuk menemukan ilmu yaqini sekaligus
menjalankan tugas dari khalifah untuk menyusun buku tentang hakikat madzhab
mereka. Kinerja dalam melikuidasi pemikiran kaum Bathini ini memperkokoh
gelar Hujjat al-islam, beliau membela dan menolak orang-orang nasrani, juga
serangannya terhadap kaum bathini dan kaum filosofi, ia membentengi madzhab
al-asyariyah meskipun ia mengeritik kajian teoritik yang di lakukan oleh kaum
mutakallimin dan sikap mereka yang berlebih-lebihan dalam berdebat dan
bermusuhan.
Pada tahun 288 H, Al-Ghazali pergi ke Syam setelah terlebih dahulu
menunaikan rukun iman yang ke lima, Al-Ghazali kemudian melanjutkan
perjalanannya ke Damaskus di sinilah beliau menetap selama beberapa lama. Di
Demaskus beliau sering beribadah di masjid Al umawi sehingga pada saat ini,
masjid tersebut di ubah namanya menjadi masjid Al-Ghazali. Di sini juga beliau
menulis buku yng sangat pamilier di kalangan umat islam Indonesia, yaitu ihya
ulumu Addin. Setelah tinggal di Demaskus selama 10 tahun beliau menyelesaikan
tulisannya dan kemudian kembali ke Bagdad, Muhammad penguasa pada saat itu
meminta imam Al-Ghazali untuk kemali ke Naisabur dan mengajar di perguruan
Nizamiyah.
Beliau mengajar di sana selama dua tahu, setelah itu beliau kembali ke
kampong halamannya di Thus. Beliau kemudian mendirikan sebuah sekolah untuk
mendidik para Pukaha dan Mutahawwifin (orang yang ahli dalam bidang tasawuf).
Di kampong halamannya inilah Imam Al-Ghazali meninggal dunia 505 H / 1111 M
pada usia 55 tahun..
5

2.3 Karya-karya imam Al-Ghazali.


1. Di Bidang filsafat ; Maqasid al-Falasifah, Tafahut al-Falasifah,
Al-Marif al-Aqliyah.
2. Di Bidang Agama ; Ihya Ulumuddin, Al-Munqidz min al-Dhalal,
Minhaj al-Abidin.
3. Di Bidang Akhlak Tasawuf ; Mizan al-Amal, Kitab al-Arbain, Mishkat
al-anwar, Al-Adab fi al-Din, Ar-Risalah al-Laduniyah.
4. Di Bidang Kenegaraan ; Mustazhiri, Sirr al-Alamin, Nasihat al-Muluk,
Suluk al-Sulthanah.
Selain karya-karya di atas, sebenarnya masih banyak lagi karya lain, seperti
miyar al-Ilm, Fatihat al-Kitab, Jawahir al-quran, al-Qisthas dan al-Mustaqim,.
Karena banyaknya karya intelektual Imam al-Ghazali, ia kemudian dijuluki
sebagai Hujjah Al-islam (bukti kebenaran Islam), Zayn ad-Din (hiasan agama).
Dan ada juga yang menjuluki beliau dengan Syaikh al Suffiyin dan Imam
al-Murabin. Mereka yang menyanjung setinggi langit memberikan komentar,
Tanpa kehadirannya, ilmu-ilmu agama, akhlak dan tasauf pada abad belakangan
ini telah lama pudar cahayanya.

2.4 Pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali


Secara sistematis pemikiran al-Ghazali memiliki corak tersendiri. Ia secara
jelas dan tuntas mengungkapkan pendidikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen. Totalitas pandangannya meliputi hakekat tujuan pendidikan,
pendidik, peserta didik, materi, kurikulum, dan metode pendidikan.
Sebenarnya pemikiran-pemikiran imam al-Ghazali tentang pendidikan dan
pembelajaran setidaknya dapat dilihat dari tiga buku karangannya, yaitu Fatihat
al-Kitab, Ayyuha al-Walad dan Ihya Ulum ad-Din. Al-Ghazali adalah sosok
ulama yang sangat menaruh perhatian besar terhadap proses penyebaran ilmu dan
pendidikann. Ia berpendapat bahwa penyebaran ilmu dan pendidikan merupakan
sarana utama untuk menyiarkan keutamaan, memelihara jiwa, dan taqarrub kepada
Allah.

Penulis Mengambil Pelajaran


Semangat dalam menuntuut ilmu dan punya tekak untuk melestarikan dan
mengembangkan agama islam karena dengan ilmu membedakan ciri antara
manusia dengan hewan, manusia adalah manusia mulia yang mana ia akan menjadi
mulia karena ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan. Ilmu itu kebutuhan hati dari
pada kebutuhan, sinar pengelihatan dari pada kedzaliman dan sebagai tenaga badan
dari kelemahan. Menuntut ilmu adalah taqwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah ,
mengulang-ualang ilmu adalah dzikir dan mencari ilmu adalah jihad. Maka dari itu
bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu, jahuilah kebosanan dan kemalasan
jika tidak demikian maka dalam bahaya kesesatan.Dan sebagai penuntut ilmu harus
memerangi hawa nafsu dan kehendak yang berlebih-lebihan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Nama lengkap imam al-ghagazi adalah Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi An-Naysaburi. Ia
dilahirkan di Thus, sebuah Kota di Khurasan Persia pada tahun 450 H atau
1058 M. Di dalam dirinya terkumpul keahlian sebagai seorang filosof,
sufi, dan pendidik. Al-Ghazali menyusun beberapa buku tebal untuk
menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama. Al-Ghazali adalah anak seorang
sufi yang wara yang bekerja sebagai pemintal wol dan hasilnya dijual
sendiri di tokohnya di Thus.
2. Imam Al-Ghazali sudah mulai belajar ilmu fiqih sejak masih kecil, beliau
belajar ilmu fiqih di Negara kelahirannya kepada syeh Ahmad bin
Muhammad Arrasikani, kemudian belajar pada Imam Abi Nasar Al ismaili
di Negara Jurjan. Setelah mempelajari beberapa ilmu di negerinya, maka
beliau berangkat ke Nishabur dan belajar pada Imam Al Haromain. Sejak
belajar bersama Imam Al Haromain, kecerdasan Imam Al-Ghazali sudah
mulai terlihat, sehingga dengan mudah dapat menguasai ilmu-ilmu yang
menjadi ilmu pokok pada saat itu, seperti mantiq (logika), filsafat dan fiqih
madzhab Syafii. Sehingga Al Haromainnjuluki beliau dengan sebutan
lautan tak bertepi.
3. Adapun karya-karya dari imam al-ghazali yaitu miyar al-Ilm, Fatihat
al-Kitab, Jawahir al-quran, al-Qisthas dan al-Mustaqim,. Karena
banyaknya karya intelektual Imam al-Ghazali, ia kemudian dijuluki
sebagai Hujjah Al-islam (bukti kebenaran Islam), Zayn ad-Din (hiasan
agama). Dan ada juga yang menjuluki beliau dengan Syaikh al Suffiyin
8

dan Imam al-Murabin. Mereka yang menyanjung setinggi langit


memberikan komentar, Tanpa kehadirannya, ilmu-ilmu agama, akhlak
dan tasauf pada abad belakangan ini telah lama pudar cahayanya.
4. Pemikiran-pemikiran

imam

al-Ghazali

tentang

pendidikan

dan

pembelajaran setidaknya dapat dilihat dari tiga buku karangannya, yaitu


Fatihat al-Kitab, Ayyuha al-Walad dan Ihya Ulum ad-Din. Al-Ghazali
adalah sosok ulama yang sangat menaruh perhatian besar terhadap proses
penyebaran ilmu dan pendidikann. Ia berpendapat bahwa penyebaran
ilmu dan pendidikan merupakan sarana utama untuk menyiarkan
keutamaan, memelihara jiwa, dan taqarrub kepada Allah.

3.2 Kritik dan Saran


Dari makalah saya yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi kita semua umumnya saya pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang
buruk datangnya dari saya. Dan saya sedar bahwa makalah saya ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi saya harapkan saran
dan kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali. Mutiara Ihya` Ulumuddin, terj oleh Irwan Kurniawan, Bandung: Mizan,
2001.
Al-Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan,
Perdana Publishing, 2011.
Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, terj oleh Ahmad Hakim
dan M. Imam Aziz, Jakarta: Guna Aksara, 1986.
Al-Rasyidin dan H. samsul Nizar, Filasat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis, Praktis , Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Zainuddin Dkk, Seluk-beluk pendidikan Al-Ghazali.penerbit Bumi Aksara Jakarta
1991.
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal: 158

10

Anda mungkin juga menyukai