Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan

dibidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan penampilan

dentofacial yang menyenangkan secara estetika yaitu dengan

menghilangkan susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan

rotasional dan apical dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal

serta menciptakan hubungan oklusi yang baik.

Pergerakan gigi dapat terjadi secara fisiologis dan patologis, dan kedua

jenis pergerakan ini tidak diharapkan karena terjadinya pergerakan

tersebut dapat diketahui bahwa keadaan gigi dan struktur jaringan

pendukungnya mengalami perubahan, misalnya pada gigi yang terdapat

diantara daerah diastema maka gigi tersebut akan bergerak ke daerah yang

kosong. Oleh karena itu kita perlu mengetahui gerakan apa saja yang ada

didalam ortodonti dan jenis-jenis lengkungnya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja pergerakan dalam ortodonti?

b. Apa saja lengkung dalam ortodonti?

1.3 Tujuan

a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan baik mengenai pergerakan dan

jenis-jenis lengkung pada ortodonti.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pergerakan Dental dan Skeletal

a. Pergerakan Dental

Faktor-faktor yang terlibat dalam pergerakan gigi

Menurut Schwarz (1932), tekanan ideal adalah yang merangsang

timbulnya tekanan pada ligament periodonsium yang tidak melebihi

tekanan kapiler darah, misalnya tidak lebih dari 32 mmHG. Tekanan yang

diaplikasikan melalui cara buatan pada mahkota gigi guna menghasilkan

tekanan pada pembuluh-pembuluh ligament periodonsium masih belum

diteliti secara kuat. Tekanan ini tergantung pada ukuran dan bentuk gigi,

dan khususnya terhadap ukuran dan jumlah akar gigi. Juga dipengaruhi

factor-faktor lain, seperti tekanan alami yang mengenai gigi-gigi dan sifat

serta arah sesungguhnya dari tekanan yang diaplikasikan.

Tipe Pergerakan Gigi

Ada beberapa tipe pergerakan gigi yang terjadi selama perawatan

ortodonsi. Karena sifat perlekatan gigi-gigi terhadap tulang alveolar,

semua pergerakan ini cenderung bersifat kompleks, tetapi bisa

dikelompokan dalam bentuk yang disederhanakan, sbb :

1) Pergerakan Tipping

2
Ialah pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat ditegakan dan

gigi yang tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan hasil yang

baik juga oklas yang harmonis sesuai dengan bentuk lengkung gigi.

Tekanan ortodonti diaplikasikan pada satu titik di mahkota gigi

yang menyebabkan gigi miring menjauhi arah tekanan. Mahkota

gigi bergerak searah dengan gaya sedangkan apeks gigi bergerak

dalam arah yang berlawanan.

Bila gerakan tipping terjadi, ligament periodontal akan tertekan

tetapi tidak remuk. Pembuluh darah masih vital dalam 24-48 jam

setelah pemberian tekanan ortodonti, osteoklas terlihat sepanjanjg

permukaan tulang dan terjadi resorpsi tulang pada sisi tekanan dan

deposisi pada sisi tegangan.

2) Pergerakan Rotasi

Ialah gerakan gigi berputar disekeliling sumbu panjangnya. Rotasi

merupakan suatu penjangkaran gigi yang paling rumit dilakukan

dan sukar untuk dipertahankan. Rotasi gigi dalam soketnya

membutuhkan aplikasi tekanan ganda. Pergerakan rotasi ini dapat

3
diperoleh dengan memberikan kekuatan pada satu titik dari

mahkota dan stop untuk mencegah bergeraknya bagaian mahkota

yang lain.

Pada pergerakan rotasi kecenderungan untuk relaps lebih besar, ini

disebabkan karena serat-serat yang melekatkan gigi ke tulang

menjadi sangat mudah terorganisasi kembali selama dan sesudah

pergerakan gigi, serat-serat yang menyatukan gigi dengan jaringan

gingival masih utuh, hanya mengalami distorsi selama pergerakan

gigi dana kebanyakan serat-serat gingival tersebut merenggang.

3) Pergerakan Bodili

Ialah oergerakan trabskasu nebtekyryg daru sebuah gigi ke posisi

yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah

yang setara. Tekanan harus diaplikasikan pada daerah mahkota

yang lebar dan setiap pergerakan tilting harus dibatasi. Pergerakan

4
bodily mengakibatkan resorpsi tulang terjadi pada daerah tekanan

dan pembentukan tulang terjadi pada daerah tarikan.

Gambar 3 : pergerakan bodily, tekanan harus diaplikasikan pada derah mahkota gigi yang

lebar dan harus ada alat untuk mencegah miringnya gigi. Tekanan yang mengenai

jaringan periodontal akan didistribusikan secara merata.

4) Pergerakan Torque

Ialah pergerakan akar gigi dengan hanya sedikit pergerakan

mahkota. Pergerakan ini mengakibatkan pada daerah tekanan akan

terjadi resorpso jaringan dan pada derah tarikan terjadi aposisi yang

menyebabkan gigi miring disekitar apeksnya.

5) Pergerakan Vertikal

Pergerakan vertical ada 2 jenis yakni pergerakan ekstrusi dan

intrusi, dimana kedua pergerakan ini memperoleh kekuatan dengan

5
arah yang berlawanan. Ekstrusi adalah oergerakan gigi keluar dari

alveolus dimana akar mengikuti mahkota. Ekstrusi gigi dari

soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi tulang yang dibutuhkan untuk

pembentukan kembali dari mekanisme pendukung gigi. Pada

umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan tarikan pada seluruh

struktur pendukung.

Intusi adalah pergerakan gigi secara vertical kedalaman alveolus.

Intrusi gigi menyebabkan resopsi tulang, terutama disekitar apeks

gigi. Dalam pergerakan ini, terjadi daerah pada seluruh struktur

jaringan pendukung, tanpa adanya daerah tarikan.

6
Keterbatasan pergerakan gigi berasal dari ukuran basis gigi dan

tekanan dari otot-otot mulut

Retensi posisi gigi biasanya dibutuhkan sesudah pergerakan gigi,

khususnya sesudah gerak rotasi.

b. Pergerakan Skeletal

Hubungan rahang satu dengan yang lain juga bervariasi pada ketiga

bidang ruang, dan variasi pada setiap bidang bisa mempengaruhi

oklusi dan gigi-gigi.

Hubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas

dan bawah, satu sama lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan

oklusi, fisebut sebagai hubungan skeletal.Klasifikasi dari hubungan

skeletal sering digunakan yaitu :

1. Klas 1 skeletal dimana rahang berada pada hungan antero-

posterior yang ideal pada keadaan oklusi.

2. Klas 2 skeletal dimana rahang bawah pada keadaan oklusi,

terletak lebih kebelakang dalam hubungannya dengan rahang atas,

dibandingkan pada Klas 1 skeletal.

3. Klas 3 skeletal - dimana rahang bawah pada keadaan oklusi

terletak lebih kedepan daripada Klas 1 skeletal.

Variasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan oleh:

7
1. Variasi ukuran rahang

2. Variasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis cranium.

Jadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya

dengan rahang lainnya pada dimensi antero-posterior, akan dapat

terjadi perkembangan hubungan Klas 2 atau 3. Selanjutnya jika salah

satu rahang terletak lebih kebelakang atau kedepan daripada yang lain

dalam gubungannya dengan basis cranium, juga bisa terbentuk

hubungan Klas 2 atau 3.

Hubungan skeletal pada perawatn ortodonsia

Hubungan skeletal bukannya hanya factor penting dalam

perkembangan oklusal, tetapi juga berperan penting dalam perawatan

ortodonsi. Kelihatannya perawatan ortodonsi yang terbatas hanya pada

menggerakan gigi. Efeknya kecil terhadap ukuranm bentuk atau posisi

gigi dan pada posisi serta bentuk tulang alveolar. Oleh karena itu,

karena gigi-gigi harus ditempatkan pada tulang basal, hubungan

skeletal harus membatasi jumlah pergerakan gigi yang bisa dilakukan.

Khususnya, hubungan skeletal membatasi jumlah pergerakan antero-

posterior dari gigi-gigi insisivus, dan mungkin posisi insisivus pada

hubungan oklusan Klas 2 atau Klas 3 tidak bisa diperbaiku jika

berdasarkan pada penyimpangan skeletal Klas 2 atau 3 yang parah.

Dalam istilah praktisnya, adalah relating mufah untuk mnegubah

inklinasi gigi-gigi insisivus, dan menimbulkan sedikit atau tanpa

8
perubahan terhadap posisi apeks gigi-gigi. Ada berbagai macam teknik

perawatan yang bisa menghasilkan gerak apical, dan ini sampai batas

tertentum bisa memperbaiki penyimpangan skeletal. Meskipun

demikian, teknik inipun terbatas lingkuonya, dan penyimpangan

skeletal yang parah tetap merupakan factor pembatas pada perawatan

ortodonsi.

2. Lengkung Gigi, Lengkung Alveolar dan Lengkung Basal

A. Lengkung Gigi

Menurut Barber (1982 cit. Budiarjo 2003), lengkung gigi atau dental arch

merupakan suatu garis lengkung imaginer yang menghubungkan sederetan

rahang atas dan rahang bawah. Telah diteliti bahwa selama periode

tumbuh kembang geligi terjadi perubahan dan karakteristik dimensi

lengkung gigi. Hal ini mengikuti perubahan variable garis vector

pertumbuhan, perbedaan ukuran gigi sulung dan gigi permanen,

perkembangan oklusi, serta fungsi rongga mulut. Dimensi lengkung gigi

adalah lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang dan sekeliling

lengkung gigi.

9
Bentuk lengkung gigi

Hasil yang didapati dari penelitian memastikan bahwa tidaka da bentuk

lengkung rahang yang ideal dan universal tetapi terdapat lebih kurang lima

tipe bentuk yang sering dijumpai pada orang dewasa yang mempunyai

oklusi yang normal. Bentuk yang sering dijumpai adalah narrow (sempit),

wide (lebar), mid (sedang), pointed (tajam), flat (datar).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ukuran

lengkung gigi rahang atas dan bawah.

Menurut Dockrell (1952) dan Moyers (1988) menyatakan faktor yang

mempengaruhi perubahan lengkung gigi antara lain genetik dan lingkungan

seperti kebiasaan oral, malnutrisi, dan fisik. Menurut Van der Linden (1986),

faktor yang mempengaruhi perubahan dan karakteristik lengkung gigi .

B. Lengkung Alveolar dan Lengkung Basal

Lengkung alveolar dibentuk dari prosessus alveolar, dimana lengkung ini

yang menghubungkan lengkung gigi dengan lengkung basal. Sehingga

lengkung basal adalah lengkung mandibula.

10
11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pergerakan dalam ortodonsi mempunyai dua gerakan yakni pergerakan

dental dan pergerakan skeletal. Tipe-tipe pergerakan gigi ada 5 yakni

gerak tipping, gerak rotasi, gerak bodily, gerak torque dan gerak

vertical yang.

12
Daftar Pustaka

1. Foster T.D, 1997. Buku Ajar Ortodonsi Ed. 3. Jakarta. EGC

2. Bahirrah Siti. 2004. Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan

Alat Cekat. E-USU

3. https://id.scribd.com/doc/125761895/LENGKUNG-GIGI3

13

Anda mungkin juga menyukai