Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis


1. Kehamilan
1.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu anugerah dari Tuhan yang perlu

mendapatkan perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga

(BKKBN, 2014)
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam

prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul

penuh perjuangan (Manuaba, 2010).


Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan

berakhir sampai permulaan persalinan. (Hanafiah, 2010).


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu

triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari

bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9

bulan (Prawiroharjo, 2010).


1.2. Tanda dan Gejala Kehamilan
1.2.1. Menurut Manuaba (2012), tanda tanda kehamilan adalah :
1.2.1.1. Amenorea (terlambat datang bulan).
Gejala ini penting karena wanita tidak dapat haid lagi. Dengan

diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir agar dapat ditaksir umur

6
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai

rumu Neagie: HT 3 (bulan + 7)


1.2.1.2. Mual dan muntah (emesis).
Mual muntah umumnya pada bulan bulan pertama kehamilan dan sering

terjadi pada pagi hari yang disebut morning sickness.


1.2.1.3. Payudara menjadi tegang
1.2.1.4. Mengidam, dimana ibu hamil sering menginginkan makanan tertentu dan

sering terjadi pada bulan bulan pertama tetapi menghilang dengan makin

tuanya kehamilan.
1.2.1.5. Anoreksia (tidak ada nafsu makan), terjadi pada bulan bulan pertama,

tetapi setelah itu nafsu makan akan timbul lagi, hendaknya pola makan

dijaga jangan sampai tidak sesuai tuanya kehamilan.


1.2.1.6. Sinkope (pingsan). Keadaan ini akan menghilang setelah usia kehamilan

16 minggu.
1.2.2. Menurut Manuaba (2012), tanda tanda dugaan atau kemungkinan hamil

adalah :
1.2.2.1. Rahim membesar, sasuai dengan tuanya kehamilan
1.2.2.2. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai :
a. Tanda Chadwicks (hipervaskularisasi pada vulva vagina, tampak lebih

merah dan kebiru-biruan),


b. Tanda Piscaseck (uterus membesar kesalah satu jurusan),
c. Tanda braktonhick (uterus dirangsang mudah kontraksi),
d. Teraba ballotement (lentingan dari bagian bawah janin).
1.2.2.3. PP test.
1.2.2.4. Menurut Manuaba (2012), tanda tanda pasti hamil adalah :
1.2.2.5. Ada gerakan janin dalam rahim (pada primigravida dapat dirasakan

ibunya usia kehamilan 18 minggu sedangkan multigravida umur 16

minggu),
1.2.2.6. Palpasi atau perabaan
Terlihat atau teraba gerakan janin dan bagian - bagian janin (20 minggu),
1.2.2.7. Rontgen (adanya gambaran kerangka janin),

7
1.2.2.8. Dengan memakai alat sistem Doppler dan Stetoskop Laennec terdengar

denyut jantung janin (DJJ).


1.3. Tanda Kemungkinan Kehamilan
1.3.1. Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat dari luar dan mulai

pembesaran perut.
1.3.2. Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim.

Pada pemeriksaan dalam diraba uterus membesar dan bentunya makin lama

makin bundar
1.3.3. Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,

terutama daerah imus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri

mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertropi ismus pada triwulan

pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.


1.3.4. Tanpa Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruaan atau keunguan pada vulva,

vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh

hormone estrogen.
1.3.5. Tanda Piscasek
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak

rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini

menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas

ke jurusan pembesaran.
1.3.6. Tanda Braxtonhicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontrasi. Tanda khas untuk uterus

dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada

8
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxtonhicks tidak

ditemukan.
1.3.7. Teraba Ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda

adanya janin di dalam uterus.


1.3.8. Reaksi Kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menetukan adanya human chorionic

gonatropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi

hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnose kehamilan

sedini mungkin.
1.4. Tanda Pasti Kehamilan
1.4.1. Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian

janin.
1.4.2. Denyut Jantung Janin
1.4.2.1. Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
1.4.2.2. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
1.4.2.3. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
1.4.2.4. Dilihat pada ultrasonograf
1.4.2.5. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen

1.5. Diagnosa Banding Kehamilan


Diagnosa banding kehamilan menurut Manuaba (2010), meliputi :
1.5.1. Hamil Palsu
Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat

canggih dan tes biologis tidak menunjukkan kehamilan.


1.5.2. Tumor kandungan atau mioma uteri
Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda hamil, bentuk

pembesaran tidak merata dan perdarahan banyak saat menstruasi.


1.5.3. Kista ovarium
Terjadi pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda hamil, dating

bulan terus berlangsung, lamanya pembesarn perut dapat melampaui umur

kehamilan, dan pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan tes negatif.


9
1.5.4. Hematometra
Terlambat datang bulan dapat melampaui umur kehamilan, perut terasa

sakit setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim, tanda dan

pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil positif.


1.5.5. Kandung Kemih Yang Penuh
Dengan melakukan keteterisasi, maka pembesaran perut akan menghilang.
1.6. Perawatan Ibu Hamil
Perawatan adalah proses menjaga kehamilan mulai dari diketahui

adanya tanda-tanda kehamilan, masa kehamilan sampai dengan menjelang

persalinan, agar ibu dan janin terjada keselamatannya dan sehat (Lamadhah,

2011).
Perawatan ibu hamil berdasarkan BKKBN (2012), meliputi :
1.6.1. Merawat diri selama hamil
1.6.2. Cuku istrirahat, tidur siang selama 1 jam dan 8 jam pada malam hari. Posisi

tidur yang baik bagi ibu hamil yaitu tidur dengan posisi miring ke kanan

dan ke kiri secara bergantian.


1.6.3. Makan makanan yang mengandung gizi seimbang.
1.6.4. Senam hamil yang bermanfaat untuk untuk kelancaran proses persalinan.
1.6.5. Ibu hamil tetap yang dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa

namun perlu berhati-hati pada kehamilan 1 3 bulan dan pada bulan-bulan

terakhir kehamilan.
1.6.6. Ibu hamil hendaknya menggunaka pakaian yang longgar dan memakai

kutang/BH yang sesuai dengan ukuran payudara.


2. Kehamilan Risiko
2.1. Defenisi
Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat

mempengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata laksana

secara umum seperti yang dilaksanakan pada kasus normal (Manuaba,

2010).

10
Risiko kehamilan adalah keadaan menyimpang dari normal, yang

secara lansung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi

(Meilani, 2012).
Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor

risiko dan risiko tinggi (Depkes, 2014).


Ibu hamil digolongkan dalam tiga golongan risiko berdasarkan

karakteristik ibu, risiko golongan ibu hamil menurut Muslihatun (2012)

meliputi :
2.1.1. Ibu hamil risiko rendah
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak

memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan klarifikasi risiko sedang dan

risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang diakndungnya. Misalnya, ibu

hamil primipara tanpa komplikasi, kepala masuk PAP minggu ke-36.


2.1.2. Ibu hamil risiko sedang
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat

sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lbih dari 35

tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain. Faktor ini dianggap

nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan

terjadinya penyulit pada waktu persalinan.

2.1.3. Ibu hamil risiko tinggi


Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko

tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor risiko ini dianggap

akan menimbulkan komolikasi dan mengancam keselamatan ibu dan janin

baik pada saat hamil maupun persalinan nanti.


2.2. Termasuk kehamilan risiko
Menurut Puji Rochyati faktor risiko ibu hamil adalah :
11
2.2.1. Kehamilan risiko rendah
2.2.1.1. Primipara tanpa komplikasi
Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang

telah mencapai tahap hidup (viable). Kehamilan dengan presentase

kepada, umur kehamilan 36 minggu dan kepada sudah masuk PAP.


2.2.1.2. Multipara
Adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viable atau lebih.

Persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup.

Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu,

tetapi berat badan lahir melibihi 2500 gram.


2.2.2. Kehamilan risiko sedang
2.2.2.1. Kehamilan yang masuk ke dalam ketegori 4 terlalu
a. Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan

baik dan relative masih kecil, biologis sudah siap tetapi psikologis

matang.
Sebaiknya tidak hamil pada usia di bawah 20 tahun. Apabila

telah menikah pada usia di bawah 20 tahun, gunakanlah salah satu

alat/obat kontrasepsi untuk menunda kehamilan anak pertama sampai

usia yang ideal untuk hamil (BKKBN, 2011).


Menurut Caldwell dan Moloy ada 4 bentuk pokok jenis penggul :
Ginekoid : Paling ideal, bentuk bulat : 45 %
Android : Panggul pria, bentuk segitiga : 15%
Anthropoid : Agak lonjong seperti telur : 35 %
Platipellod : Menyempit arah muka belakang : 5% (Prawiroharjo,

2010)
b. Umur ibu terlalu tua (> 35 tahun)
Pada usia kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti

hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat persalinan terjadi persalinan

lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan.


12
c. Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu

belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai

kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama, atau

perdarahan.
d. Jumlah anak terlalu banyak (<4 anak)
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil lagi,

perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, karena

semakin banyak anak, rahim ibu makin melemah.


2.2.3. Kehamilan risiko tinggi
2.2.3.1. Penyakit pada ibu hamil
a. Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat mengganggu kesehatan

ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2011). Kondisi ibu hamil

dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr% pada trimester 1 dan 3

dan < 10,5 gr% pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak

buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus,

abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawiroharjo, 2010).


b. Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman

(Plasmodium) dapat mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan

keguguran.

Gejala dan tanda


Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan malaria berat

lainnya.
Penanganan :

13
Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis

300 mg/minggu.
c. TBC paru
Tuberkolosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

infkesi mycobacterium tuberculosis sebagian besar kuman tuberkolosis

menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada system

pernafasan.
Gejala dan tanda :
Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering
Penanganan :
Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan

wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal.


Penderita dengan proses aktif, apabila dengan batuk darah, sebaiknya

dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah

penularan, untuk menjamin istrirahat dan makanan yang cukup, serta

pengobatan yang intensif dan teratur (Mansjoer, 2010).

d. Penyakit Jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus ekstra hati-

hati. Jangan sampai terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat badan

agar beban kerja jantung bisa berkurang.


Gejala dan tanda :
Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar, sesak nafas apabila

disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada

kehamilan muda, dan mengeluh tentang bertambah besarnya rahim

yang tidak sesuai.


e. Diabetes Mellitus
Diabetes Millitus merupakan suatu penyakit dimana tidak

menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh


14
kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah

hormone yang dihasilkan oleh pangkreas, yang berfungsi mensuplai

glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan

bakar tubuh.
Gejala dan tanda :
Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami

cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan

kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia, (kadar gula darah

kurang dari normal), dan sakit kuning.


Penanganan :
Menjaga agar kada glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus

memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani

pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita penyakit ini

(Prawiroharjo, 2010).
B. Tinjauan Umum Tentang Pre Eklampsia

1. Pengertian

Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan,

terjadi setelah minggu ke- 20 gestasi. Pre Eklampsia adalah kumpulan gejala

yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari:

hipertensi, protein urine dan oedema (Wiknosastro, 2010). Tanda-tanda gejala

yang timbul pada pre eklampsia yaitu :

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan sistolik dan diastolik

lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya

dilakukan 2 kali selang 4 jam pada keadaan istirahat (Wiknjosastro, 2010).

15
Protein urin adalah adanya dalam urin 0,3 gram atau lebih dengan

tingkat kualitatif (+) (Wiknjosastro, 2010).

Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam

jaringan tubuh dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta

pembekakan kaki, jari tangan dan muka (Wiknjosastro, 2010).

2. Etiologi

Teori yang dikemukakan sebagai penyebab pre eklampsia adalah

gangguan aliran darah ke plasenta namun teori ini belum dapat

menerangkan semua yang berhubungan dengan sebab tersebut.

Teori menurut Wiknjosastro (2010), yang dapat diterima harus dapat

menerangkan hal-hal berikut :

2.1. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion

dan molahidatidosa.

2.2. Bertambahnya frekuensi dengan bertambahanya usia kehamilan.

2.3. Terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam

kandungan.

2.4. Frekuensi kehamilan menjadi menurun pada kehamilan selanjutnya.

2.5. Penyebab terjadinya hipertensi, oedema, protein urin dan kejang sampai

koma.

3. Patofisilogi

16
Pada Pre Eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan

terjadi peningkatan volume sel darah merah. Perubahan ini menyebabkan

penurunan aliran darah ke organ, termasuk ke plasenta.

Penyempitan pembuluh darah merupakan dasar dari timbulnya proses

Pre Eklampsia, penyempitan pembuluh darah menyebabkan kenaikan aliran

darah dan timbulnya hipertensi arterial. Penyempitan pembuluh darah dapat

diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari peredaran darah. Pre

Eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.

Gangguan aliran darah ke plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan

pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya (IUGR) Intra Uterin

Growth Retardation (Ibnu, 2010).

4. Tingkatan Pre Eklampsia

4.1. Pre Eklampsia Ringan

4.1.1. Pengertian

Pre Eklampsia Ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein

urin dan oedema setelah umur kehamilan 20 minggu (Wiknjosastro, 2010).

Menurut Wiknjosastro (2010), tanda gejala Pre Eklampsia ringan :

4.1.1.1. Hipertensi dengan tekanan darah sistolik/ diastolik lebih dari 140/90

mmHg.

4.1.1.2. Kenaikan berat badan 1 kg / lebih dalam seminggu.

4.1.1.3. Protein urin 0,3 gram/ lebih dengan tingkat kualitatif + satu sampai dua

pada urin kareter atau urin aliran pertengahan.


17
4.1.2. Gambaran klinis Pre Eklampsia Ringan

4.1.2.1. Dimulai dengan kenaikan berat badan di ikuti oedema kaki/ tangan,

kenaikan tekanan darah dan terakhir terjadi protein urin (Manuaba,

2010).

4.1.2.2. Pada Pre Eklampsia ringan belum dijumpai gejala subjektifnya. Pada

Pre Eklampsia berat didapatkan sakit kepala di dahi, penglihatan kabur,

nyeri di daerah epigastrum, mual dan muntah, gangguan pernafasan

sampai sianosis dan terjadi gangguan kesadaran. Gejala-gejala ini sering

ditemukan pada Pre Eklampsia yang meningkat dan merupakan

petunjuk bahwa Pre Eklampsia akan timbul (Manuaba, 2010).

4.1.3. Pencegahan

Menurut Wiknjosastro (2010), untuk mencegah kejadian Pre

Eklampsia Ringan dapat dilakukan dengan nasehat yang berkaitan dengan :

4.1.3.1. Diet makanan

Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, rendah

lemak dan tidak perlu diet rendah garam.

4.1.3.2. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil tua sangat penting lebih banyak

duduk atau berbaring ke arah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta

tidak mengalami gangguan.

4.1.3.3. Pengawasan Antenatal (hamil)

18
Bila terjadi perubahan pada pergerakan janin segera datang ke

tempat pemeriksaan.

4.1.4. Penatalaksanaan

Menurut Wiknjosastro (2010), penatalaksanaan Pre Eklampsia

ringan dibagi menjadi :

4.1.4.1. Secara umum antara lain :

a. Memantau tekanan darah, protein urin dan kondisi janin.

b. Istirahat cukup yaitu siang 2 jam dan malam 8 jam.

c. Diet biasa makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin

dan rendah lemak.

4.1.4.2. Jika rawat jalan tidak memungkinkan dirawat dirumah sakit :

a. Jika umur kehamilan 37 minggu, tidak ada tanda perbaikan

lakukan penilaian 2X seminggu rawat jalan.

b. Diet biasa meliputi tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin

dan rendah lemak.

c. Memantau tekanan darah 2X sehari, protein urin 1 sehari.

d. Tidak perlu diuretik/ rujuk kecuali jika terdapat oedema paru/ gagal

ginjal.

e. Jika tidak ada perubahan maka dirawat dirumah sakit dengan

memperhatikan tekanan darah, protein urin dan oedema.


19
f. Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat pertimbangan terminasi

kehamilan dengan induksi/ sectio caesaria.

g. Jika protein urin meningkat tangani sebagai Pre Eklampsia Berat.

4.1.4.3. Jika kehamilan < 37 minggu pertimbangan terminasi :

a. Jika servik matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan

oxytosin/ prostaglandin.

b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan

prostaglandin/ kateter foley/ lakukan sectio caesaria.

4.1.4.4. Memberikan sedativa ringan yang diberikan secara oral :

a. Phenobarbital 3x 30 mg (anti kejang/epilpesi,obat penenang).

b. Valium 3x10mg (obat penenang, sakit kepala, kejang/ epilepsi,

eklampsia).

4.1.4.5. Obat penunjang

a. Vitamin B kompleks (pusing, mual, muntah, sakit kepala).

b. Vitamin C (daya tahan tubuh pada kehamilan).

c. Tablet Fe/ zat besi (penambah darah).

4.1.4.6. Nasehat

a. Lebih banyak istirahat

b. Segera datang memeriksakan diri bila sakit kepala, pandangan

kabur, oedema anasarka (seluruh tubuh), berat badan meningkat,

sesak nafas, nyeri epigastrum, kesadaran berkurang, gerakan janin

melemah, dan pengeluaran urin sedikit.


20
4.1.5. Pre Eklampsia Berat

4.1.5.1. Pengertian

Pre Eklampsia berat merupakan tingkatan dari Pre eklampsia

ringan. Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai

protein urin lebih 5 gram atau (++++) dan oedema (Wiknjosastro, 2010).

Menurut Wiknjosastro (2010), tanda gejala Pre Eklampsia berat :

a. Tekanan darah sistol lebih dari 160 mmHg / diastol 110 mmHg

b. Protein urin 5 g atau (++++)

c. Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam

d. Nyeri epigastrum atau nyeri atas abdomen

e. Oedema paru-paru dan sianosis

f. Adanya gangguan penglihatan, nyeri kepala, nyeri epigastrum.

C. Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian

tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.

Manajemen kebidanan pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari

pada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang


21
diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas mulai tahapan-

tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk

mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan

keputusan tindakan klien yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien

(Varney, 2010).
2. Standar Asuhan Kebidanan dengan Tujuh Langkah Varney
2.1 Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik

sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan

khusus dan pemeriksaan penunjang (Varney, 2010).


2.2 Merumuskan diagnosa/ masalah aktual
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interprestasi yang akurat atas data-data yang dikumpulkan. Data

dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan seperti diagnosa tetapi tetap

membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang

sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hal

pengkajian (Varney, 2010).

2.3 Mengantisipasi diagnosa/ masalah potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada

langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah

22
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi

juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial

tidak terjadi (Varney, 2010).


2.4 Menetapkan tindakan kebutuhan segera/ kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan

dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya

selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga

selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus (Varney, 2010).


Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan

tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/ kebutuhan yang dihadapi

kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan

juga harus merumuskan tindakan emergency/ segera untuk ditangani. Dalam

rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri,

kolaborasi atau yang bersifat rujukan (Varney, 2010).


2.5 Merencanakan asuhan secara menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan penatalakaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah

teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak

lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari

23
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah

psikologi (Varney, 2010).


Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua bela pihak, yaitu

oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga

akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan

dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid

berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date sesuai dengan asumsi

tentang apa yang akan dilakukan klien (Varney, 2010).

2.6 Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara aman dan efisien.

Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak

melakukan sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter

untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan

dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2010).


24
2.7 Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk membandingkan antara hasil yang telah

dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Penilaian merupakan alat

penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan

kebijakan maupun pada tingkat pelaksanaan program. Menurut WHO,

pengertian penilaian adalah suatu cara sistematis untuk mempelajari

berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang dipelajari untuk

memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan

perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan

masa mendatang. Perkumpulan ahli kesehatan masyarakat Amerika

mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses menentukan nilai atau besarnya

sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (Varney,

2010).
Proses ini paling sedikit mencakup langkah-langkah memformulasikan

tujuan mengidentifikasikan kriteria yang tepat yang akan dipakai mengukur

sukses, menentukan dan menjelaskan besarnya sukses dan rekomendasi untuk

program selanjutnya. Sedangkan secara operasional yang penting dalam

definisi ini adalah kriteria dan menentukan serta menjelaskan besarnya sukses

(Varney, 2010).
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di

25
dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang

efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2010)


3. Data perkembangan
Menurut (Muslihatun, dkk, 2010) pendokumentasian atau catatan

manajemen kebidanan sebagai data perkembangan dapat diterapkan dengan

metode SOAP, yaitu:

3.1. Data subjektif


Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah pertama adalah pengkajian data, terutama data

yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran

dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

akan berhubungan langsung dengan diagnosis.


3.2. Data objektif
Data obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney pertama adalah pengkajian data, terutama data yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan

medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam

data obyektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan

fakta yang berhubungan dengan diagnosis.


3.3. Assessment
Analisis atau assessment (A) merupakan pendokumentasian hasil

analysis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif dalam

pendokumentasian kebidanan. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa


26
mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data

subyektif maupun data obyektif, maka proses pengkajian data akan menjadi

sangat dinamis.
Analisis atau assessment merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat

sehingga mencakup hal-hal berikut ini diagnosis/ masalah kebidanan,

diagnosa/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan

tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi

tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.


3.4. Planning
Planing atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

interpretasi data.
Meskipun secara istilah, P adalah planning atau perencanaan saja,

namum P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran

pendokumentasian implementasian dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam

metode SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh. Pendokumentasian P dan

SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.


Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan

tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak

mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses impementasi ini. Bila kondisi

pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun

27
implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus

disesuaikan.
Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation/ evaluasi, yaitu

taksiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas

asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah

dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan/ asuhan. Jika kriteria

tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk

mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang

diharapkan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah

catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP (Sudarti,

dkk, 2010).
D. Kerangka Konseptual
a. Kerangka Pikir
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami pre eklamsia

sangat perlu dilakukan agar ibu yang sedang hamil dalam melahirkan bayinya

dengan selamat. Ibu dengan pre-eklamsia akan diberikan asuhan kebidanan sesuai

dengan langkah-langkah ashuna verney. Output yang diharapkan adalah masalah

ibu dapat teratasi dan melanjutkan kehamilan dengan selamat sampai proses

persalinan .
Berdasarkan hal tersebit, maka ditetapkan alur piker penelitian (kerangka

piker) sebagai berikut :

Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Masalah Pre-Eklamsia


Komprehensif Menurut Pada Kasus Pre- Teratasi
7 langkah Verney Eklamsia
IMPUT PROSES OUTPUT

28
b. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian akan menggunakan konsep

Asuhan Kebidanan lengkap Verney. hal ini akan sangat membantu dalam

menentukan kebutuhan ibu hamil dengan pre eklamsia. Adapun kerangka

konsep dalam studi kasus ini sesuai pada gambar di bawah.

Identifikasi data dasar


Identifikasi diagnosa/
masalah aktual

Identifikasi masalah potensial

Identifikasi tindakan segera/ Asuhan Kebidanan


kolaborasi Pre-Eklamsia

Rencana asuhan

Implementasi

evaluasi

29
Keterangan :

: Variable Independen (Variabel Bebas)

: Variable Dependen (Variabel Terikat)

: Hubungan variabel yang diteliti

Gambar : Kerangka Konseptual

30

Anda mungkin juga menyukai