Anda di halaman 1dari 31

CHAPTER 11

EARNINGS MANAGEMENT

11.1. Overview

Dari perspektif laporan keuangan, manajer dapat menggunakan


earnings management (EM) untuk memenuhi perkiraan pendapatan oleh
analis, sehingga dapat menghindari kerusakan reputasi dan reaksi harga
saham negatif yang kuat, yang dengan cepat mengikuti kegagalan untuk
memenuhi harapan investor. Mereka juga dapat melakukan write-off, atau
menggunakan konstruksi penghasilan selain pada penghasilan bersih, seperti
pro-forma laba. Hal ini menunjukkan bahwa manajer tidak sepenuhnya
menerima efisiensi pasar ekuitas. Namun ada pandangan lain tentang EM,
yaitu menggunakannya untuk melaporkan income smoothing. Apabila dilihat
dalam pasar sekuritas, hal ini mengharuskan manajemen untuk menarik
informasi-informasi yang ada didalamnya. Dengan begitu, EM dapat
dijadikan sarana untuk berkomunikasi kepada investor. Kesimpulannya
adalah, EM dapat digunakan sebagai perpektif laporan keuangan.

EM tentu saja memperngaruhi beberapa investor, karena apabila


terlalu banyak, akan mengurangi manfaatnya bagi investor. Contohnya
apabila EM dilakukan pada laba inti atau tidak sepenuhnya diungkapkan. EM
juga berpengaruh terhadap motivasi manajer untuk mengerahkan usaha,
manajer mempunyai peluang melakukan EM untuk kelancaran
kompensasinya, dan cenderung tidak bekerja keras. Hal ini dikarenakan
manajer dapat memilih kebijakan akuntansi sendiri. Pemilihan tersebut
untuk membantu mereka agar mencapai tujuan mereka. Mereka juga dapat
mengambil tindakan nyata memperngaruhi pendapatan, seperti pemotongan
R&D. EM adalah pilihan manajer dalam kebijakan akuntansi, atau tindakan
yang akan memperngaruhi laba, melaporkan laba untuk mencapai tujuan
tertentu.

Pilihan kebijakan akuntansi dapat dikatakan cukup luas, sementara


garis pemisah tidak jelas, akan lebih mudah untuk membagi pilihan kebijakan
akuntansi menjadi dua kategori. Salah satunya yaitu pilihan kebijakan
akuntansi seperti garis lurus dibandingkan amortisasi, atau kebijakan
pengakuan pendapatan, kemudian juga dengan akrual diskresioner, seperti
ketentuan untuk kerugian kredit, biaya garansi, nilai persediaan, dan waktu
atau item yang tidak berulang seperti write-off dan ketentuan untuk
reorganisasi. Seharusnya perlu menyadari bahwa adanya iron law pada EM
dengan basis akrual, karena dengan demikian manajer yang mengelola laba
untuk jumlah yang lebih besar dapat dipertahankan akan menemukan
adanya pembalikan akrual pada periode berikutnya, dan memaksa agar laba
dibesarkan pula. EM juga dapat digunakan jika pelaporan kerugian harus
lebih ditunda. Apabila perusahaan berkinerja buruk, maka EM tidak
selamanya akan efektif, dan dengan ini EM tidak baik untuk merasionalisasi
pelaporan yang menyesatkan atau palsu. Kemudian ditentukannya garis
lurus yaitu pada tata kelola perusahaan yang diperkuat oleh sekuritas dan
pasar tenaga kerja, standar, komisi sekuritas, dan pengadilan.

Iron Law merupakan aspek penting dari EM. Secara teori EM bisa
bermanfaat namun kita perlu memikirkannya untuk beberapa periode. Cara
lain untuk mengelola pendapatan dengan variabel riil, seperti iklan, R&D,
pemeliharaan, waktu pembelian dan pelepasan aset, dan lain-lain.
Dimungkinkan hal tersebut mahal, maka langsung memperngaruhi
kepentingan jangka panjang perusahaan, namun manajer dpt menggunakan
mereka karena biaya pengelolaan laba menggunakan variabel-variabel
akuntansi. Dalam survey dengan perusahaan-perussahaan publik di US oleh
Graham, Harver, dan Ragjopal (2005), melaporkan bahwa sebagian besar
responden menunjukkan kesediaan untuk mengelola variabel-variabel riil
dalam rangka memenuhi target pendapatan. Penggunaan variabel kebijakan
akuntansi relatif lebih sedikit mendapat dukungan dari responden. EM dalam
hal ini mengelola arus kas dan laba, namun berkonsentrasi pada pengelolaan
variabel akuntansi bukan pada variabel riil.

11.2. Patterns of Earnings Management

Berbagai pola dari EM adalah sebagai berikut :

Taking a bath. Biasanya terjadi pada periode reorganisasi. Jika


suatu perusahaan melaporkan kerugian, manajemen mungkin
adanya kehilangan pada saat ini, kemudian manajer akan
melakukan write-off pada aset, menyediakan untuk biaya masa
depan, lalu akan terjadi pembalikan akrual, dan hal ini akan
memungkinkan untuk meningkatkan laba.
Income minimization. Pola ini hampir sama dengan taking a
bath, namun tidak begitu ekstrim. Hal ini dapat digunakan
selama periode prfotabilitasnya tinggi. Kebijakan ini dilakukan
untuk mengecilkan laba yaitu dengan write-off aset,
membebankan iklan dan pengeluaran R&D dan sebagainya. Hal
ini lebih kepada pajak penghasilan, misalkan dalam
menggunakan metode LIFO pada persediaan.
Income maximization. Dimungkinkan manajer melakukan ini
untuk tujuan bonus, dengan memaksimalkan laba.
Income smoothing. Disini manajer lebih menghindari resiko
pada pola memaksimalkan income, tetapi lebih ke memuluskan
laporan laba rugi dan waktu ke waktu sehingga dapat
menerima kompensasi secara konstan. Semakin stabil aliran
pendapatan bersih yang dilaporkan, semakin tinggi
kemungkinan bahwa pelanggaran perjanjian akan terjadi.
Biasanya hal ini digunakan untuk pelaporan eksternal.
1.3. Evidence of Earnings Management for Bonus Purposes

Paper yang ditulis oleh Healy (1985) yang berjudul Pengaruh Skema
Bonus pada Keputusan Akuntansi, adalah investigasi yang terkait dengan
kontrak motivasi untuk EM. Ia mengamati bahwa manajer memiliki informasi
mengenai laba bersih perusahaan sebelum EM, pimpinan perusahaan pun
tidak mengetahui laba tersebut, yang mereka tau hanyalah manajer akan
mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka berdasarkan
perencanaan kompensasi. Healy mencoba untuk menjelaskan dan
memprediksi pilihan manajer mengenai kebijakan akuntansi, dan
berhipotesis bahwa dengan rencana bonus manajer akan memaksimalkan
laba pada saat ini.

Penelitian Healy terbatas pada perusahaan-perusahaan yang rencana


kompensasinya dilaporkan berdasarkan laba bersih saat ini, hal ini akan
disebut sebagai skema bonus. Pertimbangan insentif untuk mengelola laba
bersih yang dilaporkan perlu dihadapi oleh manajer. Jika laba bersih rendah,
manajer memiliki insentif untuk menurunkan lebih jauh (take a bath). Jika
tidak ada bonus yang akan diterima pula, manajer akan mengurangi laba
bersih yang dilaporkan. Dengan demikian, kemungkinan menerima bonus di
tahun berikutnya akan meningkat. Jika laba bersih tinggi, ada motivasi untuk
meminimalisasi pendapatan, karena bonus secara permanen hilang pada laba
bersih yang dilaporkan.

Healy mengasumsikan bahwa manajer menggunakan akrual. Untuk


menggambarkan bagaimana akrual dapat digunakan untuk mengelola
pendapatan, kita mulai dengan mengulangi lagi rumus :

Net income = cash flow from opration net accruals

Hal ini dapat dipecah menjadi :


Net income = cash flow from operation net non dicretionary
accruals net discretionary accruals.

Dalam mempermudah, telah diasumsikan bahwa tidak ada item


laporan laba rugi luar biasa dan tidak ada beban pajak penghasilan.
Asumsikan penjelasan untuk empat item akrual adalah sebagai berikut :

1. Beban amortisasi. Beban ini ditetapkan oleh perusahaan dengan


menggunakan estimasi mengenasi masa manfaat aset dan merupakan
non-discretionary accrual. Perusahaan mungkin merubah kebijakan,
misalnya dengan mengubah pikiran masa pakainya, dimana beban
amortisasi akan berisi biaya diskresioner.
2. Kenaikan piutang bersih. Hal ini berasal dari penurunan penyisihan
piutang tak tertagih, yang dihasilkan dari perkiraan kurang
konservatif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Akrual ini
merupakan kebijaksanaan, karena manajemen memiliki fleksibilitas
untuk mengontrol jumlah tersebut. Maka kita dapat melihat bahwa
ada beberapa alasan untuk peningkatan piutang.
3. Peningkatan persediaan. Hal ini berada di perusahaan manufaktur
untuk persediaan selama periode kelebihan kapasitas produksi.
Hasilnya adalah untuk menyertakan biaya overhead tetap dalam
persediaan. Kemudian dengan adanya hal ini dapat menjadi
penumpukan persediaan dan terlihat bahwa permintaan meningkat.
4. Penuruan rekening kewajiban utang dan akrual. Hal ini berada pada
perusahaan yang lebih optimis pada klaim garansi pada produk-
produknya, penurunan bisa terjadi karena adanya kontinjensi.

Titik utama yang perlu diperhatikan adalah bahwa manajer memiliki


kewenangan yang cukup untuk mengelola laba bersih yang dilaporkan.
Meskipun mudah untuk menentukan perubahan dalam saldo rekening,
alasan untuk perubahan biasanya tidak diketahui oleh investor dan peneliti.
Juga, untuk jumlah dari discretionary accruals, akan sulit bagi auditor
perusahaan untuk menemukan earning management atau, jika mereka
menemukannya, untuk objek, karena semua teknik yang disebutkan. Satu set
serupa discretionary accruals untuk penurunan melaporkan laba bersih yang
tersedia kepada manajer, hanya dengan membalikkan yang dijelaskan di atas.

Healy tidak memiliki akses ke buku-buku dan catatan dari sample


perusahaannya, dan tidak dapat menentukan discretionary accruals tertentu
yang dibuat oleh manajer perusahaan-perusahaan. Akibatnya, ia
menggunakan pendekatan lain, yaitu untuk mengambil total akrual sebagai
proxy untuk discretionary accruals. Dengan demikian, dalam contoh kita, dia
akan memperkirakan discretionary accruals sebagai +$120, bukan +$170
yang akan digunakan jika ia memiliki informasi yang lengkap . +$170
discretionary accruals akan meningkatkan total akrual sebesar $170, terlepas
dari apa discretionary accruals lain mungkin hadir, yaitu toal akrual tinggi
mengandung discretionary accruals yang lebih tinggi, dan sebaliknya.

Healy memperoleh sampel dari 94 perusahaan industri AS terbesar.


Dia mengikuti masing-masing perusahaan selama periode 1930-1980 dan
memperoleh total 1,527 pengamatan digunakan, yaitu 1.527 tahun
perusahaan dimana bogey dan (jika berlaku) cap untuk skema bonus
perusahaan dapat dihitung. Dari jumlah tersebut, 447 pengamatan termasuk
kedua bogey dan cap.

Setiap pengamatan kemudian diklasifikasikan ke dalam salah satu


dari tiga kategori atau "portofolio," seperti Healy menyebut mereka.
Portofolio UPP terdiri dari pengamatan di mana pendapatan berada di atas
cap, portofolio LOW pengamatan di mana laba berada di bawah bogey, dan
portofolio MID di mana mereka berada di antara bogey dan cap. Jika rencana
hipotesis bonus berlaku, total akrual harus lebih besar untuk portofolio MID
daripada UPP dan LOW.
Untuk pengamatan 447 dari bogey dan cap, hasilnya dirangkum dalam
tabel 11,2. Kami menggunakan 46% dari pengamatan yang sebesar 281
dalam portofolio MID yang memiliki total akrual positif, yang dapat
meningkatkan pendapatan. Rata-rata akrual pengamatan 281 ini adalah + o,
0021 dari total aset (akrual yang kempes oleh total aset sehingga mereka
dapat dibandingkan dengan melintasi perusahaan dari berbagai ukuran).
Untuk pengamatan dalam portofolio rendah dan UPP, proporsi dengan total
akrual positif yang lebih rendah hanya 9% dan 10%, masing-masing. Bahkan,
akrual rata-rata untuk pengamatan yang negatif ini (penurunan pendapatan).
Hasil ini konsisten dengan Kealy's argumen bahwa manajer perusahaan
dimana pendapatan bersih yang berada di bawah bogey dan di atas cap akan
cenderung mengadopsi pendapatan dengan mengurangi akrual dan manajer
hanya meningkatkan laba bersih akrual. Dengan demikian, Healy "s
memprediksi penghasilan manajemen oleh manajer tergantung pada skema
bonus didukung dengan hasil empiris.
Table 11.2 Observations With Both a Bogey and a Cap
Proportion of firm Years Number of Average
with Income Increasing & observations Accruals
Income Decreasing
Income Income
Increasing Decreasing
LOW 0,90 0,91 22 -0,0671
MID 0,46 0,54 281 +0,0021
UPP 0,10 0,90 144 -0,0536
447

Harus ditekankan bahwa studi manajemen empiris atas penghasilan


menghadapi masalah metodologis yang parah. Seperti disebutkan
sebelumnya, kesulitan besar adalah bahwa discretionary akrual tidak dapat
diamati secara langsung. Akibatnya, beberapa proxy harus digunakan.
Menggunakan total akrual, seperti Healy, memperkenalkan kesalahan
pengukuran ke variabel discretionary akrual, sehingga lebih sulit untuk
mendeteksi penghasilan manajemen. Sebagai contoh, jumlah bebas
discretionary akrual mungkin berkorelasi dengan pendapatan bersih. Seperti
yang ditunjukkan Kaplan (1985), sebuah perusahaan dengan pendapatan
bersih yang dilaporkan di atas rencana bonus cap mungkin memiliki akrual
discretionary bebas yang rendah jika pendapatannya tinggi adalah karena
peningkatan permintaan yang berjalan sesuai dengan persediaan yang tak
terduga. Kemudian, total akrual yang rendah digunakan untuk
menyimpulkan penghasilan manajemen yang benar-benar karena tingkat
aktivitas ekonomi riil perusahaan dan akrual discretionary yang rendah.
Healy menyadari masalah ini dan dilakukan tes tambahan untuk kontrol
mereka, yang ia ditafsirkan sebagai mengkonfirmasi temuan.

Selanjutnya, prosedur yang lebih canggih untuk memperkirakan


akrual diskresioner dikembangkan oleh Jones (1991), yang mempelajari
perilaku perusahaan untuk menurunkan laba bersih yang dilaporkan selama
penyelidikan bantuan impor. Komisi perdagangan internasional (ITC)
bertanggung jawab untuk menyelidiki apakah ada keasalahan. Investigasi ini
akan mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi seperti penjualan dan
keuntungan perusahaan. Namun, ada juga dimensi politik yang cukup dengan
pemberian bantuan, karena konsumen akan membayar harga yang lebih
tinggi, dan mungkin ada pembalasan oleh negara-negara asing.

Oleh karena itu, tidak jelas bahwa penurunan profitabilitas yang tidak
dimanaged cukup untuk bantuan yang akan diberikan. Akibatnya,
perusahaan yang terkena dampak memiliki insentif untuk memilih kebijakan
akuntansi untuk menurunkan laba bersih yang mereka laporkan bahkan
lebih, sehingga dapat meningkatkan kasus mereka. Misalnya, efek dari harga
yang lebih tinggi yang akan mengikuti pemberian bantuan untuk industri
mungkin tidak cukup besar untuk itu untuk biaya efektif bagi comsumers
dalam melobi perlawanan. Bahkan ITC mungkin tidak sepenuhnya
termotivasi untuk menyesuaikan manipulasi produktif jika itu bersimpati
kepada perusahaan yang mengajukan permohonan.

Jones mengumpulkan sampel dari 23 perusahaan dari lima industri


yang terlibat dalam enam penyelidikan bantuan impor oleh ITC selama
periode 1980-1985 inklusif. Seperti disebutkan, mudah untuk menentukan
total akrual perusahaan untuk tahun ini, seperti perbedaan antara arus kas
operasi dan laba bersih. Jones menggunakan pendekatan alternatif,
mengambil perubahan modal kerja non-expense untuk tahun ini dari neraca
perbandingan, ditambah beban amortisasi, sebagai ukuran total akrual.

Jones menemukan bukti perilaku diprediksi. Untuk hampir semua


perusahaan dalam sampel, akrual diskresioner yang diukur di atas secara
signifikan negatif dalam penyelidikan tahun ITC. Akrual negatif yang
signifikan tidak ditemukan pada tahun-tahun sebelum dan sesudahnya
penyelidikan. Ada hasil, sementara mungkin tidak sekuat seperti yang
diharapkan, menunjukkan bahwa perusahaan dilakukan secara sistematis
memilih kebijakan akrual sehingga dapat meningkatkan kasus mereka untuk
perlindungan impor

Metodologi yang digunakan oleh Jones (1991), menyediakan cara


yang lebih halus untuk memperkirakan non-discretionary accruals (studi
pengembangan Healy didahului dari pendekatan ini).Dalam hal ini,
Holthausen, Larcker, dan Sloan (1995) (HLS) juga mempelajari perilaku
managers 'accruals untuk tujuan bonus. Mereka dapat memperoleh data
tentang bonus berbasis pendapatan managers' annual pada kenyataannya
nol, lebih besar dari nol tetapi kurang dari maksimum bonus, atau
maksimum. Ini adalah data yang secara substansial lebih baik daripada
Healy, yang harus memperkirakan laba sebelum discretionary accruals
berada di bawah bogey, antara bogey dan cap, atau di atas cap berdasarkan
deskripsi yang tersedia kontrak bonus, dan menganggap bahwa jika
penghasilan berada di bawah bogey manajer yang tidak akan menerima
bonus, dll

Menggunakan versi dari model Jones (1991) untuk memperkirankan


discretionary accruals untuk pengamatan dengan sampel 433 perusahaan
pada tahun 1982-1990, HLS menemukan bahwa manager yang menerima
bonus nol tidak menggunakan akrual untuk mengelola penurunan laba, yang
berbeda dari prosedur Healy untuk memperkirakan discretionary accruals
yang menjelaskan mengapa muncul akrual negatif untuk portfolio yang
rendah. Namun, HLS menemukan bahwa manager yang berada pada tingkat
bonus maksimal akrual sehingga menurunkan laba yang dilaporkan. Ini
konsisten dengan hasil Healy lihat baris 3 dari tabel 11.2.

Kami dapat menyimpulkan bahwa, meskipun tantangan metodologis


untuk studi Healy, ada bukti signifikan bahwa rata-rata manajer
menggunakan akrual untuk mengelola laba sehingga mempengaruhi bonus
mereka, terutama ketika laba tinggi. Bukti ini konsisten dengan hipotesis
rencana bonus teori akuntansi positif.

11.4 OTHER MOTIVATIONS FOR EARNINGS MANAGEMENT

Penelitian Healy menggunakan kontrak bonus. Biarpun, manajemen


mungkin terlibat dalam manajemen laba untuk variasi alasan lainnya. Di
bawah ini merupakan alasan lainnya mengenai alasan melakukan
manajemen laba:

11.4.1 Motivasi Pihak Lain (Other Contracting Motivations)

Kontrak utang biasanya tergantung pada variabel akuntansi,


yang timbul dari masalah moral hazard antara manajer dan peminjam.
Mengontrol masalah ini, kontrak jangka panjang pinjaman biasanya
mencakup persyaratan untuk melindungi terhadap tindakan oleh
manajer yang menentang kepentingan lenders. Mengingat bahwa
pelanggaran perjanjian dapat membebankan biaya yang berat,
manajer perusahaan diharapkan untuk menghindarinya. Memang,
manajer bahkan akan mencoba untuk menghindari berada dekat
dengan pelanggaran, karena ini akan membatasi kebebasan mereka
dari tindakan dalam operasi perusahaan. Dengan demikian,
manajemen laba dapat muncul sebagai perangkat untuk mengurangi
kemungkinan pelanggaran perjanjian kontrak utang.

Manajemen laba dalam konteks perjanjian utang diselidiki oleh


Sweeney (1994). Sampel perusahaan yang mengalami kegagalan
kontrak utang, menemukan besar signifikan menggunakan kenaikan
pendapatan perubahan akuntansi relatif terhadap sampel kontrol, dan
juga menemukan bahwa perusahaan gagal cenderung untuk
melakukan adopsi awal standar akuntansi baru ketika melaporkan
laba bersih meningkat , dan sebaliknya.

DeFond dan Jiambalvo (1994) juga menginvestigasi


pelanggaran perjanjian utang selama tahun 1985-1988. Mereka
menemukan bukti penggunaan discretionary accruals untuk
meningkatkan pendapatan yang dilaporkan pada tahun sebelum dan,
pada tingkat lebih rendah, pada tahun pelanggaran perjanjian.

Perbedaan hasil ditunjukkan dari penelitian DeAngelo, dan


Skinner (1994). Mereka mempelajari sampel dari 76 besar,
perusahaan bermasalah yang memiliki tiga atau lebih tahun kerugian
berturut-turut selama 1980-1985 dan itu telah mengurangi dividen
selama periode kerugian. Untuk 29 perusahaan-perusahaan,
pemotongan dividen dipaksa oleh kendala perjanjian utang yang
mengikat.

Setelah mengendalikan pengaruh penurunan akrual penjualan


dan arus kas, gagal untuk menemukan bukti bahwa 29 perusahaan
menggunakan akrual untuk mengelola laba atas dalam beberapa
tahun sebelum pemotongan dividen, relatif terhadap perusahaan
sampel sisa yang tidak menghadapi kendala utang perjanjian.
Sebaliknya, semua 29 perusahaan besar menunjukkan negatif (yaitu,
mengurangi-laba) akrual memperpanjang selama setidaknya tiga
tahun di luar tahun dari pemotongan dividen. DeAngelo et al. sifat
perilaku konservatif seperti karena sebagian besar, discretionary non-
cash write-off. Rupanya, ini adalah untuk sinyal kepada peminjam,
pemegang saham, serikat pekerja, dan lain-lain bahwa perusahaan itu
menghadap ke masalah, dan untuk mempersiapkan tanah untuk
renegosiasi kontrak berikutnya yang sering terjadi.

11.4.2 To Meet Investors Earning Expectation

Pemegang saham hanya diasumsikan tertarik pada hasil


keuangan atau investasi mereka dalam sebuah perusahaan. Bartov,
Givoly and Hayn (2002) dalam penelitian selama tahun 1983 - 1997,
didokumentasikan kembali saham yang abnormal secara signifikan
lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang melebihi perkiraan
terbaru laba analis. Skinner Dan Sloan (2002), dalam studi lebih 1984-
1996, didokumentasikan pengembalian saham negatif bagi
perusahaan-perusahaan yang gagal untuk memenuhi harapan laba.

Sebagai hasilnya, manajer memiliki insentif yang kuat untuk


mrmastikan bahwa harapan pencapatan terpenuhi. Terutama jika
manajer memegang ESOs atau saham terkait kompensasi. Salah satu
cara untuk melakukan hal ini adalah untuk mengelolah laba
keseluruhan.

Selain itu menurut, Keung, Lin dan Shih (2010) dalam sampel
besar laba kuartalan mengejutkan selama periode 1992-2006,
menemukan bahwa reaksi pasar terhadap suatu laba positif kecil dan
bahkan berbalik negatif selama 2002 -2006, dibandingkan dengan
respon positif selama tahun-tahun sebelumnya sampel mereka.

Jackson dan Liu (JL; 2010) mempelajari tentang bagaimana


peran earning management dalam prinsip konvertasisme. Mereka
memilih sampel dari sebuah perusahaan yang memiliki piutang yang
tinggi pada tahun 1980 -2004. Pada setiap sampel perusahaan di akhir
tahun, mereka menggunakan piutang yang lanhsung dihapuskan pada
tahun berikutyna seperti pengukuran benchmark dengan nilai AFDA
pada akhir tahun neraca harus ada.

JL juga melaporkan perusahaan dengan menggunakan


kelebihan cadangan sebagai pembawa earning management. Jika laba
sebelum piutang tak tertagih dekat dengan bertemunya analisis
ekspetasi laba, perusahaan akan menghabiskan beberapa kelebihan
untuk mengurangi piutang tak tertagih tahun ini. Secara keseluruhan,
pengarang menyimpulkan bahwa konservatisme piutang tak tertagih
adalah sebuah proses strategi, secara general perusahaan
mendapatkan hasil yang berlebihan untuk membangun cadangan
yang besar.

Namun, manajer terkadang gagal menemukan ekspetasi laba


dan seringkali adanya penawaran penjelasan. Borton dan Mercer
(2005) adanya bukti eksperimen untuk untuk menganalisa reaksi
penjelasan manajer dalam kinerja yang buruk. Mereka menemukan
bahwa, jika penjelasan kemungkinan besar benar. Analis akan
meningkatkan kedua prediksi laba dan opini dari manajer tersebut.

Kegagalan dalam memenuhi harapan laba investor


mengakibatkan konsekuensi yang serius. Adanya efek secara langsung
pada harga saham perusahaan dan biaya modal sebagai peninjauan
kembali oleh investor yang menurun sehingga probabilitas mereka
mempunyai kinerja yang baik di masa yang akan datang.

11.4.3 Stock Offering

Ketika perusahaan berencana untuk menerbitkan tambahan


isu kepada publik, managemen dapat menghadapi godaan untuk
mengelolah kenaikan laba,

Cohen dan Zarowin (2010) mempelajari kemungkinan ini


dengan sampek perusahaan membuat seasoned equity offerings
(SEOs) selama periode 1987-2006. Konsisten dengan beberapa studi
sebelumnya, mereka menemukan dengan menggunakan Jones Model,
SEO perusahaan dicatat sebagai discretionary accruals pada tahun
SEO.

Cohen dan Zarowin menemukkan bahwa pada perusahaan


tersebut juga menggunakan teknik real earning management untuk
meningkatkan laporan laba. Selain itu, mereka juga menemukan
bahwa perusahaan secara sistematis menggantikan antara dua
pendekatan. Contohnya, ketika biaya akrual managemen relatif tinggi
maka real earning management teknik akan ditarik menjadi lebih
relatif

Cohen dan Zaroin menguji sampel mereka yaitu kinerja


perusahaan yang melebihi 3 tahun yang mengikuti SEOs. Mereka
menemukan bahwa adanya penurunan dalam tingkat pengembalian
aset. Penurunan ini disebabkan oleh kedua hal yaitu untuk pemutaran
pendapatan akrual yang meningkat pada tahun SEO dan perkiraan,
untuk menguarangi bisnis di masa depan dengan mengurangi
discretionary expenditures, dengan kemungkinan menjadi lebih kuat di
dua hal.
Bagaimanapun, sebagai alternative, efesien pasar kemungkinan
bahwa pasar tidak dibodohi. Dan SEO perusahaan menerima proses
yang akan mengurangi rasional investor yang mengharapkan
berlangsungnya earning management. Maka manajer mungkin juga
terus maju dan mengelola pendapatan, karena pasar mengharapkan
itu.

Jadi, seharusnya ada abnormal negatif dari pengembalian


saham pada periode berikutnya. Shivakumar (2000) terdapat teori
dan bukti nyata yang konsisten dengan argument ini. Kemudian Fan
(2007) berdasarkan sampel dari Initial Public Offering (IPO)
perusahaan selama 1987 1997, menemukan, bahwa manajer
menggunakan discretionary accruals untuk megelolah kenaikan laba
saat periode IPO dan subsequent accrual mengungkapkan mengurangi
laba masa depan.

Seperti yang disarankan diatas, bahwa hal ini konsisten dengan


rasional investor untuk berpatisipasi dalam luasnya sebuah
perusahaan IPO akrual berbasis manajemen laba dan membangun
antisipasi ini ke jumlah yang mereka bayar untuk saham IPO.

11.5 The Good Side of Earning Management

Pada seksi 11.1, kita menyarankan bahwa earning management dapat


menjadi lebih baik. Disini, kita meriview argument, dan teori dan bukti nyata
.

11.5.1 Blocked Communication

Argumen yang mendukung earning management yang baik


didasarkan pada konsep blocked communication oleh Demski dan
Sappington (1987) (DSA). Agen sering memporeleh informasi khusus
sebagai bagian dari keahlian mereka, dan informasi khusus sebagai
bagian dari kealihan mereka, dan informasi ini bisa menjadi sangat
mahal sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan atasan.

Ada beberapa cara untuk mengurangi blocked information


tersebut. Gu dan Li (2007) melaporkan bahwa peningkatan reaksi
pasar untuk melaporkan strategi bisnis dengan perusahaan
berteknologi tinggi ketika pengungkapan tersebut dilaporkan oleh
perusahaan yang mempunyai kredibilitas tingi dan mempunyai nama
di bursa saham. Dalam konteks ini, earning management juga bisa
menjadi perangkat untuk mengurangi blocked communication.

11.5.2 Theory and Empirical Evidence of Good Earning

Management

Model teori yang lain menunjukkan earnings management


dapat menjadi baik dengan bukti nyata dibawah ini.

Stocken dan Verrechia (2004) menyatakan ketika earnings


management dapat digunakan untuk mengungkapkan informasi
internal kepada investor, tetapi juga ada biaya yang harus ditanggung
atas perilaku earnings management ini. Apabila investor percaya dan
menginvestasikan modalnya maka kualitas investasinya akan
berkurang karena kemampuan laba bersih saat ini sulit untuk
memprediksi kinerja masa depan. Dengan rendahnya tingkat
kehandalan laporan keuangan maka keputusan investor dalam
menanamkan modal akan terhambat, menyebabkan biaya modal
perusahaan akan menjadi lebih tinggi dan keuntungan akan
berkurang.

Sisi baik dari earning management juga didukung oleh efficient


contracting theory. Disini Evans dan Sridhar (1996) (ES)
menunjukkan kontrak dua periode dimana manajemen memiliki
keunggulan informasi. Terutama pihak manajemen tahu laba yang
sebenarnya sebelum dilakukan manajemen laba, tetapi pemilik hanya
mengetahui tentang laba bersih dari laporan yang disediakan manajer
(yang sudah diatur)

Potensi earnings management dalam analisis ES ditentukan


oleh GAAP, yang berubah dari waktu ke waktu. Probabilitas bahwa
GAAP sepenuhnya menentukan akuntansi perusahaan dan kebijakan
akrual periode selanjutnya disebut fleksibilitas sistem akuntansi. Jika
probabilitas tinggi maka sistem memiliki fleksibilitas yang rendah,
begitu pula sebaliknya.

Sejauh mana perusahaan memanfaatkan kebijakan yang


berkaitan dengan earnings management akan ditentukan dari detail
akuntansi dan kebijakan akrual yang digunakan perusahaan.
Komunikasi dengan pemilik terhalang sehingga ini menimbulkan
celah bagi manajer untuk menyembunyikan usahanya di dalam
earnings management.

Model ES meliputi dua periode dimana earning yang


overstatement pada periode pertama akan dialihkan ke periode kedua
dan sebaliknya. ES menunjukkan manajer akan mengatur earnings,
dalam dua kondisi ini. Pertama, kemungkinan earnings management
tertangkan akan dikenai hukuman rendah. Kedua, sistem akuntansi
perusahaan harus memiliki fleksibilitas yang rendah (GAAP yang
kuat).

Pengurangan risiko melalui earnings management ini


memungkinakan mendapat keuntungan. Kontrak yang menunjukkan
untuk melakukan earnings management dapat menjadi lebih efisien
daripada yang tidak. Tetapi earnings management yang overdoses
akan menghasilkan kontrak yang tidak efisien.
Dye (1988) juga menginvestigasi kemungkinan earnings
management. Dalam analisis multiperiode yang memungkinakan
permbalikan akrual, Dye menunjukkan kondisi dimana pemegang
saham saat ini akan lebih memilik kontrak kompensasi yang
memotivasi manajer untuk meratakan pendapatan yang dilaporkan.
Kontrak ini menguntungkan pemegang saham saat ini karena
memaksimalkan hasil penerimaan pemegang saham saat ini ketika
menjual sahamnya kepada investor baru.

Saat pasasr memiliki ekspansi yang rasional, amanjer mungkin


akan bergerak maju dan mengelola pendapatan karena pasar
mengantisipasi earnings yang berlebihan atau terlalu rendah. Jika
manjer tidak melakukan perataan pendapatan maka investor akan
berpikir bahwa laba diratakan dan penawaran harga saham akan
menurun. Hasil yang diterima pemegang saham saat ini tidak akan
maksimal, berakibat buruk pada kompensasi manajer serta
kesejahteraan pemegang saham. dengan demikian, ketika pasar
memiliki ekspetasi yang rasional. Earnings management akan menjadi
lebih baik dalam artian menghindari pinalti pasar.

Chen, Hemmer, dan Zhang (2007) (CHZ) menganalisis terkait


model dimana pemilik perusahaan merencanakan penjualan
perusahaan di masa depan kepada investor luar perusahaan.

CHZ kemudian memperkenalkan akuntansi konservatif


(bentuk earnings management) yang mengurangi efisiensi kontrak
dengan melaporkan net income dan kompensasi yang rendah. Padahal
di waktu yang sama, konservatif akuntansi mengurangi kebutuhan
untuk meningkatkan earnings managemet. Keuntungan dari earnings
management yang berkurang maka akan mengurangi insentif untuk
manajer.
Subramanyam (1996) menunjukkan beberapa kali bukti dari
isu ini dengan membedakan akrual menjadi komponen discretionary
dan non discretionary dengan model Jones. Subramanyam
menemukannya setelah mengendalikan dampak arus kas operasi dan
non discretionary accrual pada pengembalian saham. pasar saham
memberi tanggapan yang positif dengan discretionary accruals
periode ini, hal ini konsisten dengan manajer, dimana rata rata secara
bertanggung jawab manajer menggunakan earnnings management
untuk mengunkap informasi internal mengenai kekuatan pendapatan
di masa depan.

Namun, penelitian yang dilakukan Xic (2001) dengan model


Jones mengestimasi discretionary dan non discretionary accruals
untuk setiap perusahaan pada tahun observasi, menemukan bahwa
persistensi discretionary accruals menjadi lebih rendah daripada
nondiscretionary accrual. Sebagai hasilnya, pasar yang efisien harus
menetapkan ERC lebih rendah untuk satu dolar discretionary
daripada non-discretionary accurals. Hal ini konsisten dengan
penelitian Sloan (1996) yang memberikan hasil yang sama.

Tucker dan Zarowin (2000) menyatakan peningkatan income


smoothing akan meningkatkan kemampuan investor untuk
memprediksi pendapatan masa depan, dengan asumsi pasar sekuritas
efisien. Namun, bila smoothing membuat investor sulit untuk
memprediksi pendapatan masa depan maka responnya akan
berkurang.

Dari penelitian Tucker dan Zarowin dengan sampel


perusahaan tahun 1993 2000 menemukan bahwa smoothing yang
tepat disertai dengan meningkatnya respon pasar, konsisten dengan
argumen kebaikan earnings management.
Semua temuan dengan menggunakan model Jones untuk
memisahkan accruals menjadi dicrestionary dan non-discretionary
accruals konsisten dengan bagaimana pasasr
menginterpretasikannya. Sebagai tambahan untuk menyediakan bukti
bagaimana earnings management dapat menyampaikan informasi
internal, hasil penelitian Liu, Ryan dan Whalen menunjukkan
kerumitan dalam respon pasar sekuritas, dimana mendukung temuan
interpretasi pasar yang efisien dari Subramanyam, dan Tucker dan
Zarowin.

Bukti tambahan yang konsisten, yaitu dari penelitian Barth,


Elliott, dan Finn (1999) menunjukkan pola peningkatan pendapatan
yang stabil melalui earnings management dimana tidak melebihkan
mengenai kekuatan pendapatan di masa depan.

Callen dan Segal (2004) juga meneliti respon pasar terhadap


akrual. Mereka menemukan bahwa peningkatan pengembalian saham
yang diperkirakan di masa depan akan menurunkan pengembalian
saham sekarang, seperti peningkatan tingkat bunga yang diperkirakan
di masa depan akan menurunkan harga obligasi. Mereka menemukan
hubungan positif antara akrual dan pengembalian saham tahunan.
Francis, Lafond, Olso dan Schipper (2005) (FLOS) melaporkan reaksi
pasar positif terhadap komponen discretionary accruals walaupun
kurang positif dibandingkan komponen asli.

Dapat disimpulkan bahwa substansi teoru dan bukti mengenai


manajemen laba menginformasikan investor dan memungkinkan
kontrak yang lebih efisien. Namun, kemungkinan bahwa peluang
manajemen laba memiliki sisi baik tidak dapat dikesampingkan.

11.6. THE BAD SIDE OF EARNINGS MANAGEMENT


11.6.1. Opportunistic Earnings Management

Meskipun terdapat teori dan bukti dari penggunaaan earnings


management yang bertanggung jawab, terdapat pula bukti dari
penggunaan earnings management yang buruk. Dari perspektif
kontraktor, hal ini dapat diakibatkan karena adanya perilaku
oportunis manajer. Kecenderungannya adalah manajer menggunakan
earnings management ini untuk memaksimalkan bonus mereka.

Dechow, Ge, Larson dan Sloan (2011) menguji sampel


perusahaan yang diawasi oleh SEC selama periode tahun 1982-2005
dengan salah saji dalam laporan keuangan. Mereka melaporkan
bahwa perusahaan-perusahaan dalam sampel tersebut secara aktif
meningkatkan tambahan modal dan memiliki return saham yang tidak
biasa dalam periode terjadinya salah saji. Beban salah saji SEC
menyatakan bahwa terdapat earnings management yang buruk
selama periode tersebut, dimana terdapat tindakan oportunis dalam
mempertahankan harga saham yang overvalued dan pemaksimalan
keuntungan perusahaan dari saham baru yang diterbitkan.

Mclnnis dan Collins (MC, 2011) menekankan pada peningkatan


kecenderungan analis untuk memberikan prediksi operating cash flow
sama seperti prediksi laba. Hasil dari penelitian MC adalah
peningkatkan transparansi atas earnings management dengan dasar
accrual diusahakan manajer untuk memenuhi prediksi laba analis
dengan cara peningkatan pendapatan accrual lebih jelas terlihat
ketika prediksi atas accrual tersedia untuk dapat dibandingkan.

Dalam penelitian MC dengan sampel perusahaan di Amerika


yang arus kas dan prediksi labanya tersedia selama periode 1993-
2004, mereka menemukan bahwa peningkatan kualitas accrual
mengikuti ketersediaan prediksi arus kas, menyatakan semakin
sedikit earnings management yang oportunis. Sebaliknya, mereka juga
menemukan suatu peningkatan pada earnings management yang
sebenarnya dan percobaan usaha untuk melakukan talk down pada
analis yang prediksi labanya melebihi besarnya laba yang diharapkan
oleh manajemen, dimana keduanya akan membuat lebih mudah dalam
memenuhi prediksi analis.

Penemuan-penemuan tersebut signifikan karena mereka


menyatakan terdapat earnings management yang buruk (misalnya
seperti kualitas akrual yang rendah) dalam ketersediaan atas prediksi
arus kas dan juga bahwa ketersediaan prediksi arus kas dan laba oleh
analis meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Jadi dapat
dikatakan, manajemen tampaknya tidak terlalu mampu dalam
mengelola laba untuk memenuhi prediksi analis. Ketersediaan dari
prediksi arus kas dan laba adalah cara yang paling sederhana dan
biayanya paling efektif dalam mengurangi earnings management yang
buruk dan meningkatkan tata kelola perusahaan.

Hanna (1999) mencatat bahwa bonus manajer berdasarkan


laba sebelum adanya item-item khusus. Jika demikian, maka provisi
tidak mempengaruhi bonus manajer dan kemampuan untuk
memenuhi prediksi laba. Tetapi, provisi yang terlalu banyak akan
meningkatkan laba di masa depan, dengan menaruhnya di bank untuk
mengurangi beban amortisasi dan penyerapan biaya di masa depan
yang akan dibebankan pada beban operasional ketika timbul.
Kemudian, manajer akan mendapat keuntungan dari kedua hal itu.
Persistensi item-item khusus yang rendah tidak mempengaruhi bonus
atau kemampuan untuk memenuhi prediksi laba, dan pengurangan
beban di masa depan akan meningkatan laba operasional di masa
depan dimana manajer telah dievaluasi.
Cready, Lopez, dan Sisneros (2012) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa porsi substansial atas peningkatan laba
mengikuti beban khusus yang negatif karena adanya keuntungan
efisiensi, konsisten dengan earnings management yang baik.

Pasar timbul atau muncul untuk mencerminkan pandangan


earnings management yang buruk. Elliot dan Hanna (1996)
menemukan penurunan ERC yang signifikan dalam kuarter yang
mengikuti pelaporan item-item khusus yang besar (biasanya, terdapat
kerugian daripada keuntungan). Lebih jauh, ERC akan mengalami
penurunan lebih besar jika perusahaan melaporkan item-item khusus
dalam jumlah besar secara terus menerus.

Pengatur standar juga muncul untuk mencerminkan


pandangan earnings management yang buruk. Di Amerika, dalam SFAS
146 (2002) (sekarang ASC 420-10-25) melarang pencatatan
kewajiban untuk restrukturisasi hingga kewajiban itu terjadi. Secara
internasional, IAS 37 (1999) mendefinisikan provisi sebagai sebuah
kewajiban dimana waktu atau jumlah pembayaran di masa depan
tidak pasti. Untuk pencatatan, kewajiban harus bersifat probable dan
dapat diestimasi dengan handal. Menurut IAS 1, beban
restruksturisasi dan kerugian harus ditampilkan terpisah dalam
laporan laba rugi. Untuk pengukuran nilai wajar dari kewajiban
restrukturisasi, diperlukan adanya estimasi.

Leuz, Nanda, dan Wysocki (LNW; 2003) dalam peneitiannya


menggunakan tiga dasar pengukuran. Pengukuran pertama
berdasarkan perubahan pendapatan operasional, dimana semakin
rendah terjadinya perubahan mengindikasikan adanya income
smoothing. Pengukuran kedua berdasarkan korelasi antara akrual dan
arus kas, dimana semakin rendah korelasi mengindikasikan
perusahaan melakukan pengakuan pendapatan sebelum pendapatan
itu bena-benar diterima. Pengukuran ketiga berdasarkan besarnya
total akrual, dimana total akrual yang tinggi mengandung
discretionary accruals. Akhirnya, hasil penelitian ini menemukan
bahwa kerugian kecil sifatnya lebih serius daripada keuntungan kecil.
Rasio yang rendah menggambarkan adanya earnings management
untuk menghindari kerugian kecil. Selain itu, dari penelitian ini juga
menemukan bahwa negara dengan perlindungan terhadap investor
yang rendah, earnings management yang oportunis menjadi hal yang
lazim.

Dari semua hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa


memang terdapat earnings management yang baik dan buruk dalam
prsktek yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk mendeteksi adanya
earnings management yang oportunis, akuntan harus memeriksa
dengan teliti apa motivasi dari manajer.

11.6.2 Do Managers Accept Securities Market Efficiency ?

Teknik earning mangement hanya diuraikan, tetapi tidak selalu


konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas. Mereka mengandalkan
pengungkapan yang lemah dan terbatasnya perhatian investor untuk
menjaga tingkat earning management sebagai informasi orang dalam.
Sekalipun begitu, hasil lain pertanyaan penerimaan manajemen dari
efiseiensi mereka sendiri.

Schrand dan Walther (2000) melaporkan bentuk-bentuk lain


dari earning management. Mereka menganalisa contoh perusahaan
yang melaporkan keuntungan atau kerugian special yang material atas
disposal asset tetap di kuarter tahun sebelumnya tetapi tidak seperti
keuntungan atau kerugian tersebut pada kuarter yang sama pada
tahun berjalan. Hal ini konsisten dengan hasil suveri Graham, Harvey
dan Rajgopal (2005) yang melaporkan laba pada kuarter yang sama
pada tahun lalu sangat penting karena dapat menajdi benchmark bagi
manager.

Schrand and Walter mengemukakan bahwa kemungkinan


pengingat tersebut lebih signifikan jika special item pada kuarter
sebelumnya gain daripada untung dan memotivasi investor untuk
menolak laba tersebut. Serendah mungkin patokan yang ditentukan
pada periode sebelumnya, sehingga menunjukkan bahwa perubahan
laba dari kuarter sebelumnya pada keadaan yang paling
menguntungkan.

Proforma laba mewakili bentuk lain earning management atas


pertanyaan penerimaan manajer dari efisiensi pasar. Manajer
menekankan proforma laba menyatakan bahwa pengukuran tersebut
lebih baik dalam menggambarkan kinerja perusahaan dari pada laba
bersih (GAAP). Bagaimanapun ketika tidak ada standar yang
menentukan proforma laba manajer mungkin tergoda untuk keluar
dan meninggalkan beban yang mengandung informasi yang handal
agar target laba terpenuhi, memaksimalkan kompensasi dan
meningkatkan reputasinya. Sejak laporan laba rugi yang didasarkan
pada GAAP, sebuah pasar efisien akan dengan cepat menyesuaikan
item-item yang dihilangkan. Oleh karena itu proforma laba
menyarankan mereka untuk tidak menerima efisiensi.

Reaksi investor terhadap proforma laba dipelajari oleh Doyle,


Lundholm dan Soliman (2003) dan menemukan bahwa ada hal yang
bertentangan dengan pernyataan manager bahwa banyak beban yang
tidak termasuk di laba bersih GAAP memang memiliki efek yang
signifikan di masa depan pada arus kas operasi akan bertahan selama
lebih dari 3 tahun dari tanggal pengumuman laba triwulan. Maka dari
itu, investor yang hanya melihat pada proforma laba mengabaikan
informasi yang berguna. DSL juga memeriksa tentang pengambalian
saham yang tidak normal dari ccontoh perusahaan mereka selama tiga
hari di sekitar tanggal pemumuman triwulanan. Setelah
mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembalian
saham, mereka menemukan bahwa semakin besar perbedaan antar
proforma laba dengan laba bersih perusahaan semakin rendah
abnormal return selama 3 hari.

Pada 2002, Sarbanex Oxley Act menyuruh SEC untuk mengatur


pelaporan proforma. Dan pada 2003 ada peraturan baru SEC yang
berisi tenrang persyaratan untuk merekonsiliasi proforma dan laba
GAAP dan menjelaskan mengapa laba proforma berguna bagi
pengambilan keputusan.

Brown, Christensen, Elliot dan Maegenthaler (BCEM,2012)


memeriksa pelaporan proforma perusahaan dari tahun 1998-2005.
Mereka melaporkan peningkatan yang terus menerus pada jumlah
perusahaan yang melaporkan proforma laba, dengan hanya sedikit
yang menurun.

Penelitian perilaku menemukan bahwa ketika seseorang


optimis, mereka memeriksa informasi dengan kurang hati-hati
daripada ketika mereka pesimis. Investor yang optimis dapat
membangun dan kurang berhati-hati saat memeriksa pengumuman
laba dan mudah yakin bahwa laba proforma merupakan pengukuran
yang lebih baik dari pada laba GAAP.

Poin penting dari studi Schrand dan Walters; DLSdan BCEM


adalah bahwa kebijkan earning managment ini tidak masuk jika pasar
sekuritas efisien. Penolakan bahwa pasar efisien menyiratkan bahwa
variable-variable kontrak tidak sepenuhnya menyesuaikan
konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar. Dengan kata lain, kebijakan
yang tidak berdampak pada arus kas dapat menjadi masalah bagi
manajer karena mereka percaya bahwa pasar tidak akan melihat
melalui hal-hal tersebut.

11.6.3. Analyzing Managers Speech to Detect Bad Earning


Management

Barton dan Mercer (2005) menganalisa reaksi alasan manager


untuk hasil kinerja finansial yang buruk. Dewasa ini ada sistem
komputer yang dapat digunakan untuk menganalisa kata-kata
manager yang dapat mengisyaratkan kepercayaan tentang kinerja
masa depan perusahaan dan apakah menyampaikannya dengan
benar.

Li (2010) dalam studinya menganalisa tone dalam MD&As


dan menemukan bahwa tone tersbut berguna untuk memprediksi
laba pada kuarter berikutnya.

Brown dan Tucker memeriksa setiap perubahan kata-kata


yang ada di laporan MD&As dari tahun ke tahun. Dan melaporkan
bahwa ada hubunga positif antara luasnya perubahan kata-kata dan
kegiatan ekonomi perusahaan (EPS) dan antara perubahan kata-kata
dengan company share performance.

Hobson, Mayew dan Vekatachalam (2012) berorientasi untuk


mendeteksi salah saji manajer pada laporan keuangan selama
conference call yang selalu menemani pengumuman laba. HMV
berfokus pada teori perilaku cognitive dissonance. Disonansi ini
timbul ketika seseorang berperilaku yang kontras dengan persepsi
dirinya sendiri. Contohnya, manager mungkin dapat berpikir bahwa
diriya jujur dan bertanggung jawab. Dan manager menekankan saat
konferensi bahwa ada peningkatan penjualan kuartalan yang
diekspektasikan untuk terus berlanjut ketika nyatanya penjualan
menurun dan meningkatkannya untuk memaksa agent dan distributor
untuk menerima produk lebih dari yang mereka minta, dan manager
akan merasa resah, inilah cognitive dissonance.

HMV menggunakan program untuk menganalisa pidato


manger selama 5 menit pertama saat tanya jawab pada 1572
pengumuman laba kuartalan selama 2007dan menemukan skor
cognitive dissonance pada setiap manager. Lalu HMV mengecek
laporan keuangan untuk setiap perusahaan untuk bukti penurunan
income. Mereka melaporakan bahwa disonance tersebut membantu
untuk memprediksi adjustment yang dilakukan.

Sehingga analisis pidato manajer dapat digunakan untuk


memegang janji dan untuk prediksi manajemen laba yang buruk.
Bagaimanapun juga bahwa manajer menyadari pidato mereka sedang
dianalisis maka mereka akan mempelajari strategi untuk menghindari
mengungkapkan apa yang mereka coba untuk sembunyikan. Dan
kemungkinan hasilnya adalah berkembangnya perangkat lunak yang
semakin canggih untuk merespon strategi manager tersebut.

11.6.4. Implication for Accountant

Implikasi bagi akuntan yang berharap untuk mengurangi


earning management yang buruk, bagaimana pun, bukan untuk
menolak efisiensi pasar tapi untuk meningkatkan pengungkapan.
Pengungkapan penuh membantu investor untuk mengevaluasi
laporan keuangan sehingga mengurangi kerentanan mereka terhadap
perilaku bias dan mengurangi kemapuan manager untuk
memanfaatkan struktur tata kelola yang lemah dan ketidakefisiensian
pasar. Sebagai contoh, pelaporan yang jelas atas kebijakan pengakuan
pendapatan, dan gambaran secara rinci mengenai pengakuan akrual
utama seperti penulisan dan ketentuan untuk reorganisasi, akan
membawa earning management yang buruk menuju kedepan,
mengurangi kemampuan manajer untuk memanipulasi dan membuat
laporan keuangan berat sebelah untuk keuntungan pribadi mereka.
Cara lain untuk meningkatkan pengungkapan meliputi pelaporan efek
pendapatan inti dari penghapusan sebelumnya, dan membantu
investor dan komite kompensasi untuk mengenal item-item dengan
keteguhan yang rendah. Manajer akan kemudian menanggung
konsekuensi penuh dari tindakan mereka dan earning managment
yang buruk akan berkurang.

11.6.7 Conclusions on earning management

Earning management dimungkinkan oleh fakta bahwa, tidak


ada laba yang benar-benar bersih. Selain itu, GAAP tidak sepenuhnya
membatasi manajer mengenai pemilihan prosedur dan kebijakan
akuntansi, beberapa pilihan kebanyakan rumit dan menantang tidak
sesederhana memilih mana informasi yang terbaik bagi investor.
Sebaliknya, pilihan kebijakan akuntansi manajer sering dimotivasi
oleh pertimbangan strategi, seperti pemenuhan laba yang diharapkan,
perjanjian yang bergantung pada variabel akuntansi keuangan,
penerbitan saham baru, mengecilkan persaingan potensial dan tidak
menutupi informasi orang dalam. Efeknya pihan kebijakan akuntansi
memiliki karakteristik permainan. Konsekuensi ekonomi diciptakan
ketika perubahan dalam GAAP secara buruk mempengaruhi
kemampuan manajer untuk memainkan permainan. Dengna kata lain,
manajer akan bereaksi melawan perubahan peraturan yang
mengurangi fleksibilitas pemilihan kebijkan akuntansinya.

Sebagai hasilnya, akuntan perlu berhati-hati kepada kebutuhan


yang sah oleh manajemen sebaik dengan investor. Pelaporan
keuangan actual mewakili sebuah kompromi antara kebutuhan dari 2
konstitusi utama. Meskipun pengurangan kehandalan dan sensitivitas
yang sering menemani earning management, pendapat yang kuat
dapat dibuat bahwa itu berguna jika dilakukan tidak melebihi batasan:

- Pertama, ini memberi manajer fleksibiltas untuk bereaksi


terhadap realisasi yang tidak terduga ketika kontrak kaku.
- Kedua earnings management dapt berfungsi sebagai
sebuah kendaraan yang berfungsi untuk komunikasi oleh
orang dalam kepada investor.

Kedua pendapat tersebut konsisten dengan pasar sekuritas


yang efisien dan efisiensi bentuk teori akuntansi positif, meskipun
demikian beberapa manajer mungkin menyalahgunkan komunikasi
potensian GAAP dengan mendorong earnings management terlalu
jauh, dengan hasil berupa kekuatan laba yaneg dinyatakan berlebihan
paling tidak dinyatakan sementara.

Perilaku ini merupakan hasil dari kegagalan untuk menerima


efiseiensi pasar sekuritas atau dari kemampuan untuk
menyembunyikan earnings management yang buruk di belakang
pengungkapan yang lemah, ataupun keduanya. Karena banyaknya
manajer yang tidak menerima efisiensi pasar sekuritas, sebaliknya
percaya bahwa mereka dapat membodohi pasar dengan keputusan
pengungkapan mereka, teori akuntansi positif sepenuhnya
menyesuaikan efisiensi pasar dan konsekuensi ekonomi.

Jadi, apakah earning management itu baik atau buruk ?


tergantung pada bagaimana itu digunakan. Akuntan dapat
mengurangi banyaknya earnings management yang buruk dengan
mengungkapkannya. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan
pengungkapan item-item dengan keteguhan yang rendah dam
melaporkan efek dari penghapusan sebelumnya pada penempatan
inti.
Sebagai tambahan untuk membantu harga saham secara lebih
mencerminkan nilai pokok perusahaan, meningkatkan pengungkapan
membantu tata kelola, ketika komite kompensasi dan pasar tenaga
kerja manajerial dapat dengan lebih baik menghargai kinerja manajer
yang baik dan manajer yang disiplin yang biasanya diabaikan,
hasilnya adalah peningkatan dalam pengalokasikan modal investasi
yang langka dan produktivitas perusahaan yang meningkatkan
kesejahteraan sosial.

Anda mungkin juga menyukai