ABSTRAK
Beberapa kasus korupsi telah terjadi di beberapa universitas di Indonesia. Untuk mencegah
dan menangani kasus, auditor internal memainkan peran penting dalam mendeteksi dan
mencegah kecurangan. Oleh karena itu, metode yang efektif untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan sangat dibutuhkan. Metode tersebut diharapkan dapat mengatur langkah-langkah
yang tepat untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan secara efektif. Penelitian ini
mengajukan pertanyaan bagaimana auditor internal mengetahui efektivitas metode deteksi dan
pencegahan kecurangan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis deskriptif terhadap
pengetahuan terkait kecurangan auditor dan menguji persepsi auditor internal terhadap
efektivitas metode deteksi dan pencegahan kecurangan. Objek penelitian ini adalah auditor
internal yang bekerja di universitas di Indonesia dimana responden dipilih secara acak.
Penelitian ini menggunakan serangkaian kuesioner untuk mengumpulkan informasi dari
responden yang sebelumnya disurvei. Kuesioner dalam penelitian ini mengacu pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Bierstaker et al. (2006). Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa prosedur deteksi dan pencegahan kecurangan yang paling efektif adalah audit
operasional, tinjauan dan perbaikan pengendalian internal, review tunai, kode sanksi terhadap
pemasok / kontraktor dan petugas etika. Sementara itu, lima paling tidak efektifnya prosedur
pencegahan dan deteksi kecurangan adalah perlindungan virus, rasio keuangan, firewall,
penyaringan perangkat lunak, dan penggunaan organisator forensik. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bierstaker et al. (2006), yang
menunjukkan bahwa prosedur paling efektif untuk deteksi dan pencegahan kecurangan adalah
penggunaan teknologi informasi.
Pengantar
Pada bulan Agustus 2012, Badan Pertanggungjawaban Keuangan Negara dan Dewan
Perwakilan Rakyat secara resmi menerima laporan hasil audit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan mengenai kasus korupsi yang menimpa 16 universitas negeri di Indonesia. Badan
tersebut menemukan beberapa indikasi kecurangan dalam penyusunan anggaran yang
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, perusahaan Nazaruddin dan beberapa
legislator. Beberapa kasus korupsi lainnya kemudian diungkapkan ke publik. Untuk
menyebutkan beberapa kasus, mantan rektor Universitas Soedirman (Unsoed), Purwokerto
dijatuhi hukuman penjara 2,6 tahun dengan denda Rp 50 juta atau penjara 2 bulan karena
diduga terlibat dalam proyek yang rusak yang melibatkan Unsoed dan PT. Aneka Tambang
(Antam) sebesar Rp 2,1 miliar. Kasus tersebut juga melibatkan Wakil Rektor IV Unsoed dan
kepala unit percetakan universitas. Korupsi juga melanda Universitas Indonesia. Ada indikasi
adanya korupsi dalam proses penganggaran, pengadaan barang dan jasa dalam proyek
pemasangan teknologi informasi (TI) untuk Perpustakaan Pusat di Universitas Indonesia pada
2010-2011. Ada juga kasus korupsi di Universitas Jambi yang melibatkan pejabat tinggi
universitas terkait pengadaan peralatan medis yang rusak pada tahun 2013. Universitas
Tadulako juga terkena kasus korupsi yang melibatkan Hibah Persiapan Otonomi Universitas
pada tahun 2003 -2005 yang sebesar Rp 7,5 miliar. Demikian pula, korupsi juga terjadi dalam
pengadaan peralatan farmasi di fakultas farmasi dan peralatan etnomusikologi di fakultas
sastra pada tahun 2010 pekerjaan konstruksi Rumah Sakit Pendidikan untuk Penyakit Menular
dan Pariwisata Universitas Udayana pada tahun 2009-2011 yang Saat ini sedang diselidiki
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Belajar dari kasus di atas, peran auditor internal pada
PT Universitas wajib memastikan akuntabilitas keuangan.
Pelaporan terjaga dengan baik dan untuk memperkuat pengendalian internal sebagai
Cara untuk mencegah kecurangan dan untuk melindungi aset universitas. Di
Syarat untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan, peran audit internal. Oleh karena itu,
sangat penting, metode yang efektif dianggap perlu untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dan mengatur langkah-langkah yang solid untuk menindak tegas penipuan.
Metode ini menjadi dasar yang kuat untuk dideteksi dan mencegah praktik penipuan Profesi
auditor internal telah berkembang dengan baik. Ini sesuai dengan apa Zamzami (2015)
menegaskan bahwa bagaimana Profesi auditor internal berkembang dari waktu ke waktu
menggambarkan Peran dan fungsi penting audit internal dalam suatu organisasi. Awalnya
menjabat sebagai petugas administrasi, auditor internal berkembang menjadi mitra strategis
untuk manajemen puncak sebuah organisasi. Ada peran beralih dari pengawas untuk menjadi
konsultan dan katalisator.
Penelitian ini berfokus pada isu utama tentang seberapa efektifnya metode untuk deteksi dan
pencegahan kecurangan. Oleh karena itu menimbulkan a Pertanyaan: Bagaimana auditor
internal memahami keefektifannya metode untuk deteksi dan pencegahan kecurangan?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara deskriptif pemahaman Dari auditor terkait
dengan praktek kecurangan dan untuk memeriksa Persepsi auditor internal terhadap
keefektifan metode untuk deteksi dan pencegahan kecurangan.
Methodology
Penelitian ini menargetkan staf auditor internal yang bekerja di PT Universitas di indonesia.
Sebelum disurvei, responden dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan kuesioner, yang
serupa dengan yang digunakan oleh Bierstaker dkk. (2006) untuk mengumpulkan informasi
dari responden. Validitas penelitian diperiksa dengan teliti pada kuesioner Untuk memastikan
bahwa jawaban responden sah dan tidak Bias. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu
responden. Profil dan efektivitas pencegahan dan deteksi kecurangan. Setiap responden
diwajibkan menyampaikan pendapat terhadap Efektivitas masing-masing teknik atau strategi
dasar berdasarkan empat Poin bersama dalam skala Likert mulai dari "sangat tidak efektif"
(Mencetak satu) dan "sangat efektif" (mencetak empat). Survei ini adalah Dilakukan dari
bulan Mei sampai Agustus 2015 melalui surat, pengiriman langsung dan Penyelesaian online
Di antara 100 kuesioner yang disebarkan ke Kantor audit internal universitas di seluruh
Indonesia.
2. Penilaian Efektivitas
CRITICAL REVIEW
Secara keseluruhan jurnal ini sudah cukup baik, dan ada beberapa kelebihan dan kekurangan
dalam penulisan jurnal penelitian ini, antara lain:
1. Masalah
Masalah yang ada pada jurnal ini adalah data yang kurang luas lagi. Seharusnya penulis
menyebutkan semua universitas yang diambil datanya. Tidak hanya menyebutkan beberapa
universitas saja, tapi harus menjelaskan universitas mana yang telah diambil datanya.
Penulis seharusnya juga mengambil universitas yang lebih terkemuka, karena ruang
lingkup yang lebih luas. Penelitian ini berfokus pada isu utama tentang seberapa efektifnya
metode untuk deteksi dan pencegahan kecurangan. Oleh karena itu, bagaimana auditor
internal memahami keefektifannya metode untuk deteksi dan pencegahan kecurangan.
Penulis tidak menjelaskan secara spesifik arti tentang keefektifan metode untuk
pendeteksian dan pencegahan kecurangan.
2. Kontribusi
Dari hasil penelitian yang telah diteliti oleh penulis, hasilnya dapat digunakan sebagai
acuan untuk memprediksi kondisi universitas yang diteliti. Dengan ini maka jurnal ini
berkontribusi terhadap universitas dalam memprediksi kondisi pencegahan dan
pendeteksian berkontribusi terhadap penelitian lain karena dapat menjadi rujukan untuk
penelitian selanjutnya. Selain itu juga bisa bermanfaat untuk lembaga anti korupsi, bahwa
korupsi masih terjadi pada beberapa sektor universitas.
3. Metodologi
Penelitian ini menggunakan kuesioner, yang serupa untuk mengumpulkan informasi dari
responden. Validitas penelitian diperiksa dengan teliti pada kuesioner Untuk memastikan
bahwa jawaban responden sah dan tidak Bias. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu
responden. Profil dan efektivitas pencegahan dan deteksi kecurangan. Setiap responden
diwajibkan menyampaikan pendapat terhadap Efektivitas masing-masing teknik atau
strategi dasar berdasarkan empat Poin bersama dalam skala Likert mulai dari "sangat tidak
efektif" (Mencetak satu) dan "sangat efektif" (mencetak empat).
Pada jurnal ini, penulis seharusnya membuat kuesioner kepada universitas yang lebih
besar. Hal ini bertujuan untuk objektivitas hasil penelitian. Karena di universitas yang lebih
besar membuat ruang lingkup yang lebih luas. Selain itu, penulis juga mengabaikan faktor-
faktor diluar dari rasio-rasio keuangan seperti kondisi ekonomi dan parameter politik.
Padahal dengan itu kemampuan mencegah dan mendeteksi kondisi pada suatu universitas
akan lebih akurat.
Analisis data penelitian menunjukkan bahwa kelima prosedur paling efektif untuk deteksi
dan pencegahan kecurangan adalah Audit operasional, review dan perbaikan pengendalian
internal, review tunai, dan kode sanksi terhadap pemasok / kontraktor. Di sisi lain, lima
paling tidak efektif dalam pencegahan kecurangan dan prosedur deteksi mengacu pada
perlindungan virus, rasio keuangan, Firewall, penyaringan perangkat lunak, dan
penggunaan forensik organisasi akuntan Hasil penelitian ini berbeda dari sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Bierstaker dkk. (2006), yang menunjukkan hal itu
prosedur yang paling efektif untuk deteksi dan pencegahan kecurangan adalah penggunaan
TI. Fakta ini berkaitan dengan penggunaan IT yang kurang memadai untuk deteksi dan
pencegahan kecurangan di Indonesia khususnya di universitas. Hasilnya akan berbeda jika
responden adalah auditor internal perusahaan multinasional yang TI paham. Fenomena ini
harus mendorong para administrator universitas untuk manfaatkan sebaik-baiknya TI untuk
deteksi dan pencegahan kecurangan. Penelitian selanjutnya diharapkan mencakup
responden yang berbeda latar belakang seperti perusahaan swasta atau instansi pemerintah
untuk mencari untuk mencari di antara berbagai institusi.