Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

TEKNOLOGI KINERJA

Nama : Muhammad Ismail Shidik


NIM : 5520220004
Dosen : Prof. Dr. Ir. Iffah Budiningsih

Title:
Technology Training & Creativity for Strengthening Employees Innovative Behaviors
Identifier:
GATR Global Journal of Business and Social Science Review Journal homepage:
www.gatrenterprise.com/GATRJournals/index.html Global J. Bus. Soc. Sci. Review 8 (3)
162 – 169 (2020)
URL Article:
https://repository.uia.ac.id/wp-content/uploads/2021/03/3.-Technology-Training-Creativity-
for-Strengthening-Employees.pdf
Authors:
Iffah Budiningsih, Tjiptogoro Dinarjo, Rachmawati Nurul Hidayati

SUMMARIZE

Metodologi/Teknik - Penelitian ini menggunakan metode eksploratif kuantitatif dan metode


regresi berganda dengan perangkat lunak SPSS. Semua data berasal dari survei dengan
instrumen/kuesioner kepada sampel jenuh yang terdiri dari seluruh karyawan Balai Besar
Pengujian Perangkat Telekomunikasi yang berjumlah 116 orang. Lebih lanjut Variabel
kreativitas merupakan variabel yang paling berkontribusi terhadap perilaku inovatif, karena
nilai signifikansi variabel tersebut lebih besar dibandingkan dengan pelatihan teknologi.

ISSN 2180-0421, e-ISSN 2289-8506 2020 Global Academy of Training & Research
Enterprise. Dalam beberapa tahun ke depan, perlombaan menuju 5G sebagai generasi kelima
dari jaringan seluler telah memicu perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat,
terutama IPv6, komunikasi mesin ke mesin, internet of things, dan sistem transportasi cerdas.
Sebagai salah satu unit pelaksana pelayanan publik, BBPPT terus berupaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pada Tabel 1 berikut ini disajikan hasil wawancara
mendalam dengan total 30 responden mengenai faktor-faktor yang mendorong inovasi di
kalangan pegawai di BBPPT.

Inti dari lingkungan yang kompetitif saat ini adalah inovasi. Pertama, materi pelatihan harus
sesuai dengan kebutuhan karyawan. Kedua, materi pelatihan harus selaras dengan visi, misi,
dan nilai organisasi, termasuk karakteristik pekerjaan. Ketiga, program pelatihan harus
beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan masa depan organisasi.

Menurut Ekawati (2009), pelatihan, usia, kualifikasi pendidikan, dan pengalaman kerja
merupakan elemen-elemen sumber daya manusia yang berpengaruh signifikan terhadap
kinerja. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ekawati dan Soleha berpendapat bahwa semakin
profesional sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi, maka semakin besar
pula kemungkinan karyawan perusahaan atau organisasi tersebut untuk meningkatkan
perilaku inovatifnya. Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Jamaris mendefinisikan kreativitas sebagai aktivitas mental manusia yang menunjukkan
adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya secara terus menerus.

Sekolah Bahasa yang mengikuti sesi pelatihan memiliki kreativitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak. Terkait dengan kreativitas karyawan, Budiningsih et al.
mencatat bahwa kreativitas dan kepemimpinan wirausaha secara simultan berpengaruh
signifikan dalam membentuk perilaku penghasil inovasi sebesar 77,26%, dan 22,74% lainnya
mengacu pada aspek lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
pelatihan teknologi dan kreativitas memiliki kontribusi positif terhadap penguatan perilaku
inovatif pegawai di BBPPT.

Metode Penelitian

Sampel yang terdiri dari 116 responden dari total pegawai BBPPT dipilih dengan
menggunakan metode jenuh. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen non-tes dan
skala Likert.

Hasil uji ANOVA pada Tabel 4 merumuskan model regresi linier berganda yang
menggambarkan korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y. Secara sederhana,
konstanta-konstanta tersebut secara signifikan mempengaruhi proses penanaman perilaku
inovatif. Temuan ini menjelaskan bahwa variabel pelatihan teknologi dan menentukan
penanaman perilaku inovatif karyawan. Namun, variabel kreativitas merupakan variabel yang
paling berkontribusi terhadap perilaku inovatif, karena nilai signifikansi variabel tersebut
lebih besar daripada pelatihan teknologi.

Model matematis tersebut signifikan dan tidak dapat diabaikan dalam memprediksi perilaku
inovatif karyawan dengan memperhatikan data variabel X1 dan variabel X2 jika kedua
variabel independen tersebut diketahui. X1 + 0,662 X2 menunjukkan jika variabel pelatihan
teknologi dan kreativitas tidak ada, maka kategori variabel perilaku inovatif karyawan akan
turun menjadi -0,043 dalam skala 1 sampai 5. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya
program-program pelatihan teknologi dan pengembangan kreativitas bagi pegawai BBPPT.

MY OPINION
Kelebihan Jurnal:

Penelitian ini memiliki metodologi yang baik dan komprehensif. Metode kuantitatif yang
digunakan, yaitu survei dengan instrumen kuesioner, merupakan metode yang tepat untuk
penelitian ini. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data dari responden
dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang relatif singkat.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini juga memadai, yaitu 116 responden yang
mewakili seluruh karyawan BBPPT. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dapat
digeneralisasi ke seluruh karyawan BBPPT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan teknologi dan kreativitas berpengaruh positif
terhadap perilaku inovatif karyawan BBPPT. Namun, variabel kreativitas merupakan variabel
yang paling berkontribusi terhadap perilaku inovatif, karena nilai signifikansi variabel tersebut
lebih besar daripada pelatihan teknologi.

Temuan ini menunjukkan bahwa kreativitas merupakan faktor yang penting dalam mendorong
inovasi. Karyawan yang kreatif akan lebih mampu menghasilkan ide-ide baru dan inovatif.

Penelitian ini memiliki beberapa implikasi praktis. Pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa
perlu adanya program-program pelatihan teknologi dan pengembangan kreativitas bagi
karyawan BBPPT. Kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi perlu menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung kreativitas karyawan.
Kekurangan Jurnal:
Beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan, antara lain:

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan


instrumen yang relatif mudah digunakan dan murah, namun juga memiliki
kelemahan, yaitu dapat dipengaruhi oleh bias responden.

Hasil penelitian hanya menguji pengaruh pelatihan teknologi dan kreativitas


terhadap perilaku inovatif karyawan. Masih banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku inovatif karyawan, seperti motivasi, lingkungan kerja, dan
budaya organisasi.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut, berikut adalah beberapa saran untuk


penelitian selanjutnya:

 Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel non-jenuh untuk


mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang variabel-variabel yang
diteliti.

 Penelitian selanjutnya dapat menggunakan instrumen penelitian yang lebih


beragam, seperti wawancara dan observasi, untuk mengurangi bias
responden.

 Penelitian selanjutnya dapat menguji pengaruh faktor-faktor lain yang dapat


mempengaruhi perilaku inovatif karyawan.

Secara keseluruhan, jurnal ini merupakan penelitian yang baik dan memiliki
kontribusi yang signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik
manajemen.

Anda mungkin juga menyukai