Anda di halaman 1dari 42

SKRIPSI

FAKTOR GENDER, PENGETAHUAN DAN BURNOUT PADA


KINERJA AUDITOR

Defliana Maria Mandang


(322016055)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA

2020
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang karena kasih dan kemurahanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik. Sehubungan dengan selesainya
skripsi ini maka penulis mengucapkan segenap rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Eng. Drs Erning Wihardjo, M.Eng., M.Eng.Sc , selaku Rektor Universitas
Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
2. Ibu Melitina Tecoalu, S.E., MM, CFP® , QFE, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
3. Dr. Oktavia, S.E., M.S.Ak. , selaku Kepala Program Studi Akuntansi
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
4. Ibu Krisnawati BR Tarigan, S.E., Ak., M.M., CA, selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu dan tenaga, serta pikiran untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan Skripsi ini
5. Untuk Ibu dan Adik saya tercinta, yang selalu sabar dan setia memotivasi saya
untuk segera menyelesaikan Skripsi ini
6. Untuk Clara, Gaby, Pida, dan Winda, selaku teman-teman saya yang terus
memberikan dorongan kepada saya untuk selalu semangat dalam
menyelesaikan Skripsi ini
7. Untuk Ci Regina Valensia Better, selalu Ibu Rohani saya yang selalu
memberikan semangat , pengertian dan doanya dalam saya menyelesaikan
Skripsi ini
8. Untuk David Calvin Siregar yang selalu memotivasi dan memberikan
semangat agar tidak mundur dan tidak menyerah dalam saya menyelesaikan
Skripsi ini
9. Bapak Ibu Dosen yang telah memberi pemahaman dan dorongan tak hentinya
demi terselesainya Skripsi ini
10. Semua Pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah
membantu proses penulisan Skripsi ini
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka
penulis mengharapkan saran dan masukan guna mendapatkan hasil yang lebih
baik lagi.
Jakarta, 13 Januari 2020
Penulis,

Defliana Maria Mandang


Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor dari gender,
pengetahuan dan burnout mampu mempengaruhi kinerja auditor masa kini.
Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja aktif di
beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta dan
Tangerang. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah motode convenience sampling. Untuk pengumpulan data peneliti
menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
menunjukkan bahwa gender dan burnout berpengaruh signifikan pada kinerja
auditor, sedangkan untuk pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
pemahaman lebih mendalam, dan diharapkan auditor dapat selalu meningkatkan
kinerjanya terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Karena jika ada suatu
usaha yang besar untuk mencapai hasil yang maksimal, mampu mengecilkan
hambatan yang mempengaruhi.
Kata kunci : gender, pengetahuan, kelelahan bekerja (burnout), kinerja auditor
Abstract

The purpose of this research is to figure out how gender, knowledge and burnout
are able to influence the work of current auditors. The sample taken in this study
is an auditor that works actively in several public accounting offices located in
the Jakarta area and Tangerang area. The method of sampling determination
used in this study is a type of motode sampling. For research collection using a
questionnaire. Based on results of analysis of multiple linear regressions show
that gender and burnout greatly influence auditor performance, while for
knowledge does not significantly affect auditor performance. It is hoped that the
auditors will provide more information and understanding, and it is hoped that
the auditors will always improve their performance regardless of the factors that
affect it. Because if there is a great effort to achieve maximum results, it can
lower the barriers that affect.
Keywords : Gender, knowledge, burnout, auditor performance
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di masa perkembangan sekarang, perusahaan lebih dituntut untuk
transparan dalam menampilkan hasil kajian laporan keuangan. Menurut IAI
(2009), laporan keuangan yang berguna bagi pemakai informasi bahwa harus
terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu yang pertama adalah dapat
dipahami yang berarti laporan keuangan sebagaimana mestinya dapat memuat
informasi yang dapat dipahami oleh penggunanya. Diasumsikan penggunanya
juga memiliki pengetahuan terkait dengan aktivitas ekonomi ataupun bisnis serta
dengan tekun memahami informasi yang ada. Yang kedua laporan keuangan harus
relevan dengan arti dimana informasi dari laporan keuangan harus saling
berkaitan untuk proses dalam mengambil sebuah keputusan oleh pengguna
laporan keuangan tersebut. Informasi tersebut dapat dikatakan relevan apabila
dapat mempengaruhi secara ekonomi dalam pengguna mengevaluasi laporan yang
terdapat pada masa lalu, masa kini, dan laporan yang akan disusun dimasa
mendatang. Yang ketiga adalah keandalan, dimana informasi dalam laporan
keuangan dapat menjamin bahwa informasi yang terkandung bebas dari
pengertian yang menyimpang atau tidak terdapat unsur yang diluar berkaitan
dengan laporan keuangan tersebut. Penyajian dari laporan keuangan tersebut
bersifat jujur dan lengkap sehingga dapat digunakan sebagai panduan dalam
mengambil sebuah keputusan. Yang terakhir laporan keuangan harus dapat
diperbandingkn yang berarti laporan keuangan dapat dibandingkan dengan
laporan periode sebelumnya untuk mengetahui bagaimana peningkatan atau
penurunan kinerja perusahaan. Selain itu, laporan keuangan dapat dibandingkan
dengan kejadian yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan. Hal ini dapat
mencegah tindakan kecurangan yang bias saja terjadi pada sebuah perusahaan.
Auditor memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan
kredibilitas informasi laporan keuangan. Maka dari itu, profesi auditor diharapkan
memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat mepertahankan kepercayaan
dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, sehinga dapat
meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
Namun, terkadang hasil proses pemeriksaannya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Semakin berkembangnya jaman, kegagalan audit yang terjadi di
dunia semakin meningkat, bermula dari kasus kegagalan audit laporan keuangan
yang menimpa PT Indosat Tbk pada tahun 2011 yang dimana kegiatan auditing
dilakukan oleh mitra Ernst & Young (https://nasional.kontan.co.id/news/mitra-
ernst-young-indonesia-didenda-us-1-juta). Selain itu, kegagalan audit juga
kembali terjadi pada dua anggota kantor akuntan publik terbesar di dunia Big
Four yaitu KPMG dan PwC. Dimana kedua akuntan publik yang bersangkutan
mengalami kegagalan dalam mengaudit perusahaan energi Miller Energy
Resources yang telah melakukan peningkatan nilai tercatatnya aset secara
signifikan sebesar 100 kali dari nilai rillnya di laporan tahun 2011
(https://beritaforex.co.id/kpmg-akan-membayar-denda-sebesar-62-juta-setelah-
gagal-audit/)
Dari dua kasus kegagalan audit tersebut, menciptakan pertanyaan
mengenai apa yang mempengaruhi kinerja auditor selama ini dalam menentukan
audit judgment yang tepat. Ketetapan audit judgment mempengaruhi kualitas hasil
audit dan seluruh proses audit. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja atau judgement seorang auditor.
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Faktor Gender, Pengetahuan, dan
Burnout pada Kinerja Auditor”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, pokok permasalahan dari penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana dampak dari perbedaan Gender dapat mempengaruhi kinerja
auditor dalam memaparkan opini audit ?
2. Seberapa tinggi tingkat pengetahuan pada auditor dapat mempengaruhi kinerja
auditor dalam memaparkan opini audit ?
3. Apakah burnout dapat mempengaruhi kinerja auditor dalam memaparkan opini
audit ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji dan menunjukkan bukti empiris
tentang :
1. Untuk mengetahui apakah perbedaan gender dapat mempengaruhi kinerja para
auditor
2. Untuk mengetahui apakah faktor pengetahuan yang dimiliki dapat
mempengaruhi kinerja para auditor
3. Untuk mengatahui apakah burnout yang dialami oleh para auditor dapat
mempengaruhi kinerja auditor
4. Untuk mengembalikan kepercayaan para pengguna laporan keuangan terhadap
akuntan publik dalam mengaudit kewajaran sebuah laporan keuangan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah :
1.4.1 Manfaat teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi
mahasiswa maupun khalayak umum untuk lebih memahami faktor
gender, pengetahuan dan burnout yang dialami oleh para auditor. Bagi
para pihak auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan informasi mengenai beberapa faktor penting bagi para
auditor dalam mengemukakan opini audit sehingga dalam memberikan
penilaian dapat seobjektif mungkin.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan untuk
penelitian selanjutnya

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pemahaman
tentang faktor-faktor yang memiliki dampak pada kinerja auditor
dalam skala besar.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan agar masyarakat lebih memahami
bagaimana kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan terhadap
kewajaran laporan keuangan dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat atas pekerjaan yang dilakukan oleh auditor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Auditor
Auditor adalah seseorang yang memiliki keahlian tertentu dalam
melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan serta kegiatan suatu perusahaan
atau organisasi. Selain itu auditor juga dapat dipahami sebagai seseorang yang
melakukan pemeriksaan secara objektif terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan yang bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut
telah disusun dengan menyajikan keuangan secara wajar dan dalam segala hal
yang tercantum bersifat material. Tanggung jawab seorang auditor adalah
menyatakan opininya atas kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Sukrisno
Agoes dalam bukunya yang berjudul “Auditing” (2017:06) , menjelaskan bahwa :
“Tugas yang harus dilakukan seorang auditor adalah untuk menentukan
apakah representasi sebuah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
keuangan perusahaan betul-betul wajar, maksudnya untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan.”
Untuk mengevaluasi kewajaran, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang
mendukung atau menyangkal isi dari laporan keuangan tersebut.

2.1.1 Kinerja Auditor


Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas. Diukur dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan telebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Seorang auditor dalam memberikan jasanya harus memiliki sikap yang
tepat, sehingga kinerja yang dihasilkan terukur baik yaitu :
1. Skeptisme Profesional
Merupakan suatu bentuk pemikiran yang bersifat kritis dan penilaian
yang detail atas bahan bukti audit. Auditor tidak harus menganggap
bahwa manajemen keuangan berlaku tidak jujur, namun kemungkinan
bahwa adanya ketidakjujuran yang harus dipertimbangkan.
2. Independensi dan objektivitas
Standar audit mengharuskan auditor untuk menjaga independensi.
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak
bias dalam melakulan pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu
entitas, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Seorang auditor harus memiliki kinerja yang tepat dalam membuat sebuah
laporan keuangan. Untuk menghasilkan kinerja yang bagus, seorang auditor harus
mempunyai tingkat profesional yang tinggi agar hasil audit judgment yang
dikeluarkan dapat diterima menjadi informasi dalam membuat sebuah keputusan.
Kinerja auditor dapat dikatakan tecapai dengan baik apabila telah sesuai dengan
standar dan kurun waktu tertentu, yaitu:
1. kualitas kerja yaitu mutu penyelesaian pekerjaan dengan berdasar
pada seluruh kemampuan dan keterampilan, serta pengetahuan yang
dimiliki oleh auditor
2. kuantitas kerja yaitu jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan
dengan target yang menjadi tanggung jawab pekerjaan auditor, serta
kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang
pekerjaan
3. ketepatan waktu yaitu mampu menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah di tetapkan

2.2 Gender
Gender adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan
budaya, nilai dan perilaku, mentalitas, dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis
lainnya. Secara terminologis, gender bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan
budaya terhadap laki-laki dan perempuan (Alfian Rokhmansyah 2016:1).
Ada beberapa istilah dalam memahami tentang gender, yaitu:
1. Pengarusutamaan gender
Adalah strategi yang dilakukan secara sistematis untuk mengurangi
kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam memberikan
kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan
dan permasalahan perempuan dan laki-laki dalam perencanaan di bidang
kehidupan dan pembangunan.
2. kesenjangan gender
Terjadi apabila salah satu jenis kelamin berada dalam keadaan tertinggal
dibandingkan jenis kelamin lainnya. (misalnya laki-laki lebih banyak dari
pada perempuan).
3. Kesetaraan gender
Adalah kondisi yang setara bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang diberlakukan secara umum.
Menurut teori nature, pembedaan antara laki-laki dan perempuan adalah
kodrat dimana perbedaan itu memberikan indikasi dan implikasi yang berbeda
sehingga ada peran dan tugas yang dapat ditukarkan namun ada juga yang tidak
bisa karena memang berbeda sifat alamiahnya. Namun paham ini berbanding
terbalik dengan teori Teori Equilibrium yang menekankan bahwa pada konsep
kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara wanita dan laki-laki, karena
keduanya harus berkerja sama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah perbedaan kinerja auditor sering
dikaitkan dengan unsur gender. Pernyataan umum yang sering berkaitan dengan
profesi auditor adalah wanita lebih objektif dalam menghasilkan audit judgment
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini diperkuat dengan persepsi bahwa wanita
cenderung dapat mengambil sebuah keputusan yang material dibandingkan laki-
laki. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat keseimbangan
terhadap kinerja auditor wanita dan kinerja auditor laki-laki.

2.3 Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan berarti
segala sesuatu yang diketahui; kepandaian; atau segala sesuatu yang diketahui
berkenan dengan hal (mata pelajaran). Secara umum pengetahuan dapat dipahami
sebagai informasi yang telah digabungkan dengan pemahaman dan potensi untuk
menindaklanjuti; yang lantas melekat di benak seseorang. Selain itu pengetahuan
juga dapat diartikan memiliki kemampuan prediksi terhadap sesuatu sebagai hasil
pengenalan atas suatu konsep. Pengetahuan bisa berasal dari ilmu dan pengalaman
yang didapat. Pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu:
1. Know (tahu)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya
termasuk dalam pengetahuan. Tingkat ini mengingat kembali terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Kata kerja dalam
pengukurannya adalah menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan.
2. Comprehension (memahami)
Sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara tepat tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplication (aplikasi)
Suatu kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada
suatu situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis
Suatu kemampuan untuk menguraikan materi atau suatu objek ke dalam suatu
komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih
berkaitan satu sama lain.
5. Evaluasi
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau suatu
objek. Dalam Standar Auditing yaitu Standar Umum pertama menyatakan
bahwa “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.” Pendidikan formal
auditor independen dan pengalaman profesional auditor saling melengkapi
satu sama lain. Pengetahuan sangat penting untuk diterapkan dalam kinerja
seorang auditor. Salah satu pengetahuan yang semestinya dimiliki seorang
auditor adalah pengetahuan di bidang akuntansi dan auditing. Namun dapat
dikatakan, pendidikan yang dijalani oleh aditor belum tentu dapat menentukan
tingginya kemampuan auditor tersebut. Pengetahuan harus terus diasa
sehingga terus dapat dikembangkan dalam kinerja seorang auditor.
2.4 Burnout
Burnout merupakan istilah yang pertama kali diutarakan oleh
Freudenbeger (1974) dalam pemahaman representasi dari sindrom stres secara
psikologis yang menunjukkan respon negatif sebagai hasil dari tekanan-tekanan
pekerjaan. Dengan kata lain burnout dapat dipahami sebagai sindrom psikologis
dari kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan prestasi kerja yang
tercipta diantara setiap individu yang bekerja dengan orang lain. Beberapa
indikator dalam burnout yang dapat dipahami , sebagai berikut :
a) Physical Exhaustion
Kekurangan energi pada diri seseorang dengan merasa kelelahan dalam
kurun waktu yang panjang dan menunjukkan keluhan fisik.
b) Emotional Exhaustion
Berwujud perasaan sebagai hasil dari excessive psychoemotional demands
ditandai dengan hilangnya perasaan dan perhatian, kepercayaan, minat dan
semangat.
c) Diminished personal accomplishment
Kurangnya aktualisasi diri, rendahnya motivasi kerja dan penurunan rasa
percaya diri.
d) Depersonalization
Sikap sinis terhadap karir dan kinerja sendiri. Cenderung tidak berperasaan
dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain.
Burnout menjadi isu penting dalam profesi auditor karena akan berdampak
buruk bagi para auditor maupun pada Kantor Akuntan Publik. Burnout dapat
memberikan pengaruh negatif dimana terjadi penurunan efektivitas kinerja para
auditor. Kondisi burnout dapat dilihat dari keadaan auditor yang mengalami
kelelahan secara emosional. Yang menjadi pernyataan umum menyangkut
burnout yang dialami oleh para auditor adalah pekerjaan yang under pressure.
Dapat dikatakan seperti ini “jika seseorang tanpa melakukan pekerjaan
saja dapat mengalami kemorosotan mental, tidak memungkiri indikasi bahwa
seseorang yang mengambil tanggung jawab dalam posisi yang berat dapat lebih
dalam merasakan kemerosotan mental.” Auditor akan sangat sulit terhindar dari
kelelahan bekerja dimana keadaan pekerjaan yang sangat menuntut menimbulkan
banyak pemikiran-pemikiran yang menurunkan mental auditor tersebut. Maka
dari itu, perlu diketahui apakah burnout akan mempengaruhi kinerja dari auditor
tersebut.

2.5 Penelitian Sebelumnya


Dikaji dari penelitian sebelumnya terkait dengan faktor gender,
pengetahuan dan burnout yang mempengaruhi kinerja auditor. Pada penelitian
Nasir, et al (2014) pada studi empiris BPK-RI Perwakilan Riau menyatakan
bahwa gender memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja auditor.
Berbanding terbalik dengan penelitian Pektra, et al, (2015) menghasilkan bahwa
gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. kembali
diteliti oleh penelitian Komalasari (2015) menyatakan bahwa gender berpengaruh
secara signifikan pada kinerja auditor. Penelitian oleh Gultom (2015)
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh pada kualitas kinerja
auditor. Namun sebaliknya, Penelitian Ayudia (2015) yang melakukan studi
empiris pada Studi Empiris pada KAP Pekanbaru, Padang dan Medan
menghasilkan bahwa pengetahuan berpengaruh pada kinerja auditor. Hal ini juga
didukung oleh penelitian oleh Rahmatika Putri (2017) yang melakukan Studi
Kasus pada KAP di Pekanbaru, Batam, dan Padang juga menyatakan bahwa
pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Penelitian
yang dilakukan oleh Wiryathi, et al (2014) yang menyatakan bahwa peningkatan
role conflict, role ambiguity, dan role overload dapat meningkatkan
kecenderungan auditor untuk mengalami burnout. Hal ini juga didukung
Penelitian yang dilakukan oleh Astri dan Rahmawati (2018) yang melakukan
Studi Kasus pada Kantor BPKP Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa
burnout berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas auditor internal.
Tabel 2.1
Penelitian- penelitian tardahulu

NO. Peneliti Judul Hasil


1. Azwir Nasir dan Pengaruh Role Stress, Gender, gender memiliki pengaruh
Meilda Wiguna Struktur Audit dan yang signifikan pada kinerja
(2014) Profesionalisme Terhadap auditor dan juga dikatakan
Kinerja Auditor BPK-RI dalam penelitian ini bahwa
Perwakilan Riau. tekanan stress tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor.
2. Stacia Pektra, et Pengaruh Gender, Komplesitas gender tidak berpengaruh
al (2015) Tugas, Tekanan Ketaatan, secara signifikan terhadap
Pengalaman Auditor Terhadap audit judgment.
Audit Judgment.

3. Rossa Pengaruh independensi, Gender berpengaruh secara


Komalasari kompleksitas tugas, dan gender signifikan pada kinerja auditor.
(2015) terhadap audit judgment

4. Yansen Gultom Pengaruh Pengetahuan, Pengetahuan tidak berpengaruh


(2015) Pengalaman Spesifik, Dan Self pada kinerja auditor.
Efficacy Terhadap Kinerja
Auditor Dengan Kompleksitas
Tugas Sebagai Variabel
Moderasi
5. Syadella Ayudia Pengaruh tekanan ketaatan, Pengetahuan berpengaruh pada
(2015) pengetahuan dan pengalaman kinerja auditor.
auditor terhadap audit judgment
dengan kompleksitas tugas
sebagai variabel moderating
(Studi Empiris pada KAP
Pekanbaru, Padang dan Medan)
6. Andini Pengaruh Tekanan Anggaran Pengetahuan berpengaruh
Rahmatika Putri Waktu, Kompleksitas Tugas, secara signifikan terhadap
(2017) Pengetahuan Auditor, dan kinerja auditor.
Pengalaman Auditor Terhadap
Audit Judgment (Studi Kasus
pada KAP di Pekanbaru, Batam,
dan Padang)
7. Ni Made Pengaruh Role Stressors Pada peningkatan role conflict, role
Burnout Auditor Dengan
Wiryathi, et al ambiguity, dan role overload
Kecerdasan Emosional Sebagai
(2014) Variabel Pemoderasi dapat meningkatkan
kecenderungan auditor untuk
mengalami burnout.

8. ML. Astri Pengaruh Independensi, Role burnout berpengaruh secara


Prehtin Noviana Stress, Dan Burnout Terhadap signifikan terhadap efektivitas
dan Rahmawati Efektivitas Auditor Internal auditor internal
(2018) (Studi Kasus Pada Kantor Badan
Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Provinsi
Jawa Tengah)

2.6 Pengembangan Hipotesis


Pengaruh Gender pada Kinerja Auditor
Gender adalah hal yang selalu menjadi pertimbangan penting untuk mengambil
sebuah keputusan. Menurut (Nasir dan Wiguna, Pengaruh Role Stress, Gender,
Struktur Audit dan Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor BPK-RI
Perwakilan Riau, 2014) dan (Komalasari, Pengaruh Independensi, Komplesitas,
Tugas dan Gender terhadap Audit Jugdment, 2015) gender memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja auditor. Namun, penelitian ini bertentangan
dengan penelitian (Pektra, et al, Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan
Ketaatan, Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment, 2015) yang menyatakan
bahwa gender tidak berpengarih signifikan terhadap kinerja auditor. Maka dapat
dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Gender berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor

Pengaruh Pengetahuan pada kinerja auditor


Pengetahuan adalah unsur terpenting dalam seseorang meraih kesuksesan dari
setiap proses dan langkah-langkah yang dijalani. Pengetahuan tidak memandang
batasan umur ataupun keadaan. Menurut penelitian (Gultom, Pengaruh
Pengetahuan, Pengalaman Spesifik, Dan Self Efficacy Terhadap Kinerja Auditor
Dengan Kompleksitas Tugas Sebagai Variabel Moderasi, 2015), pengetahuan
tidak berpengaruh pada kinerja auditor. Namun hal ini dipatahkan oleh hasil
penelitian (Ayudia, Pengaruh Tekanan Ketaatan, Pengalaman Auditor Terhadap
Audit Judgment dengan kompleksitas Tugas Sebagai variable Moderating (Studi
Empiris pada KAP Pekanbaru, Padang dan Medan), 2015) yang menyatakan
pengetahuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor.
Didukung dengan penelitian oleh (Putri, Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu,
Kompleksitas Tugas, Pengetahuan Auditor, dan Pengalaman Auditor Terhadap
Audit Judgment (Studi Kasus pada KAP di Pekanbaru, Batam, dan Padang, 2017)
bahwa pengetahuan mempengaruhi kinerja auditor.
Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Pengetahuan berpengaruh secara signifikan pada kinerja auditor

Pengaruh Burnout pada kinerja auditor


Stress dapat dialami oleh siapapun. Keadaan ini pada umumnya dipicu oleh
tekanan dari dalam maupun dari luar lingkungan seseorang. Tekanan stress akan
mempengaruhi kinerja auditor tersebut yang dimana hasilnya berimbas pada audit
judgment yang di keluarkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiryathi, et
al (2014) yang menyatakan bahwa peningkatan role conflict, role ambiguity, dan
role overload dapat meningkatkan kecenderungan auditor untuk mengalami
burnout. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Astri dan
Rahmawati (2018) yang melakukan Studi Kasus pada Kantor BPKP Provinsi
Jawa Tengah menyatakan bahwa burnout berpengaruh secara signifikan terhadap
efektivitas auditor internal.
Menurut penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Burnout berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.

2.7 Kerangka Pemikiran

Gender
(X1)

Kinerja
Auditor
Pengetahuan (Y)
(X2)

Burnout
(X3)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber data


Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah auditor yang masih
aktif bekerja dibeberapa KAP wilayah Jakarta dan Tangerang. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah melalui pengisian kuesioner.
Responden akan diberikan beberapa pernyataan sehingga informasi yang diterima
lebih detail dan jelas. Jawaban dari setiap kuesioner tersebut akan dimasukkan ke
dalam SPSS sehingga muncul hasil yang akurat berupa data-data yang
berhubungan dengan pengaruh terhadap kinerja auditor. Tujuan peneliti
menggunakan teknik kuesioner adalah untuk memahami bagaimana opini setiap
aduitor terhadap pengaruh gender, pengetahuan burnout pada kinerja auditor dan
juga untuk apakah teori dengan praktek dalam kinerja auditor benar-benar
terealisasikan dengan baik.
Dalam penelitian ini peneliti memilih data primer sebagai sumber data.
Pengambilan sumber data primer ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke
lapangan memberikan pernyataan kepada beberapa responden atau narasumber.

3.2 Populasi dan Sampel Data


Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Indonesia
dengan pengambilan sampel dari beberapa KAP wilayah Jakarta dan Tangerang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling dimana
responden yang dituju untuk melakukan penelitian adalah auditor yang bersedia
dan berkenan untuk menjadi sampel.
3.3 Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif data primer model regresi
linier berganda untuk menganalisis arah hubungan variable dependen dan variable
independen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Analisis regresi linier berganda
merupakan hubungan secara hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
KA’ = α + β1GD+ β2PA + β3BO + ε

Keterangan :
KA = Kinerja Auditor
α = Konstanta ( nilai Y’ apabila X1, X2, X3….Xn = 0)
β1 = Koefesien regresi antara pengaruh gender, pengetahuan, dan burnout
dengan kinerja auditor
GD = pengaruh gender
PA = pengaruh pengetahuan yang dimiliki auditor
BO = pengaruh burnout yang dihadapi auditor
ε = Standar Error
3.4 Operasional Variable
a. Variable dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah kinerja auditor. Seorang
auditor harus memiliki ketepatan kinerja yang baik sehingga mampu
menghasilkan laporan audit yang aktual. Kinerja auditor profesional mengacu
pada prestasi kerja auditor yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang
telah ditetapkan perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja yang tinggi
terutama dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan
(Robert dalam Timpe, 2009).
b. Variable independen
Dalam penelitian ini, ada tiga variable independen yang digunakan, yaitu:
a) Gender
Perbedaan gender terkadang mempengaruhi kinerja individual.
Variabel ini akan dipertimbangkan dengan bagaimana pengaruh
perbedaan gender dalam kinerja auditor menggunakan dummy.
b) Pengetahuan
Pengetahuan auditor diukur dengan instrument yang terdiri dari enam
item pertanyaaan yaitu pendidikan formal, standar akuntansi, standar
pemeriksaan, kode etik, penguasaan akuntansi dan auditing, pelatihan,
komunikasi, dan sertifikasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala likert lima poin (sangat tidak setuju = 1 hingga sangat setuju =
4).
c) Burnout
Kondisi dimana seorang auditor mengalami kelelahan secara
emosional karena pekerjaan yang terlalu under pressure dengan tanda
kehilangan motivasi dalam mencapai kinerja yang optimal dan tidak
mementingkan kepentingan orang lain. Keadaan ini menimbulkan stres
yang berlebihan pada setiap auditor.
Hal ini akan di ukur dengan skala likert lima poin (sangat tidak setuju
= 1 hingga sangat setuju = 4)
Tabel 3.1
No Variable Indikator Skala
1 Kinerja  Menyelesaikan pekerjaan dengan ordinal
Auditor efketif dan efisien
 Sikap independent
 Kualitas hasil pekerjaan

2 Gender Perbedaan gender mempengaruhi kinerja nominal


auditor.

3 Pengetahuan  Pengukuran pendidikan formal Ordinal


 standar akuntansi,
 standar pemeriksaan,
 kode etik
 penguasaan akuntansi dan auditing
 pelatihan, komunikasi, dan sertifikasi
4 Burnout  kelelahan emosional Ordinal
 berkurangnya motivasi
 keadaan depersonalization

3.5 Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini menggunakan 4 teknik dalam menganalisis data.
Teknik-teknik yang akan digunakan adalah :
3.5.1 Uji Kualitas Data
3.5.1.1 Uji validitas data
Menurut Husein Umar (2013:166), uji validitas berguna
untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada
kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak
relevan. Valid tidaknya suatu kuesioner dilihat dari pertanyaan
dalam kuesioner dapat mengungkapkan sesuatu diukur dalam
kuesioner (Ghozali, 2016). Kriteria valid dilihat melalui
Corrected-item. Total correlation > 0,3 item pertanyaan
dikatakan valid.

3.5.1.2 Uji reliabilitas


Digunakan untuk mengetahui konsistensi suatu kuesioner dalam
penggunanaan yang berulang. Dengan melihat koefisien (Cronbach)
Alpha masing-masing instrument dalam kriteria pengambilan
keputusan menurut Ghozali (2016:43) yaitu jika koefesien
(Cronbach) Alpha > 0,6 maka pertanyaan dinyatakan reliabel.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik


3.5.2.1 Uji Normalitas.

Dalam uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel


bebas dan variabel terikat memiliki distribusi yang normal atau
tidak. Dengan cara melihat hasil uji statistic non-parametrik
Kolmogrov – Smirnov (K-S) yang tersedia dalam program SPSS
24.00 for windows. Sehingga dalam uji ini terdapat keriteria yaitu
dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang diperoleh
dengan tingkat (α) yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan
berdistribusi normal bila sig > (α).

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2016:103) pengujian ini dilakukan untuk


menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara
variabel bebas. Dengan melihat model regresi dapat dilihat dari
(1) nilai tolerance dan lawannya, dan (2) variance inflation factor
(VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0.10 atau nilai
VIF < 10.

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas.

Dalam uji ini menguji apakah dalam model regresi ada


ketidaksamaan varian dari residual untuk satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varian dari satu pengamatan ke pengamatan
lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Gozhali, 2013 :
105). Cara yang dilakukan dalam uji ini yaitu meregresi nilai
absolut residual dari model yang diestimasi pada variabel
independen. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji
Glejser yakni dengan cara meregresi nilai absolut residual dari
model yang diestimasi terhadap variable independen.

3.5.3 Uji Hipotesis.


3.5.3.1 Uji F (Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui terdapat/tidaknya


pengaruh persamaan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Dengan keriteria dalam pengujian yang menggunakan
p value atau F hitung menurut Ghozali (2016: 99) adalah jika p
value < 0,05 atau F hitung ≥ F tabel maka Ha diterima.

3.5.3.2 Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen dengan variabel terkait memiliki pengaruh. Dalam
pengambilan keputusan terdapat keriteria dalam uji ini, yaitu
apabila p value < 0,05 maka Ha diterima. Sebaliknya, jika p value
≥ 0,05 maka Ha diterima. (Ghozali 2016: 99)
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Demografi Responden


Karakteristik responden dari penelitian ini meliputi jenjang pendidikan,
jabatan, dan lama bekerja sebagai auditor. Peneliti melakukan penelitian pada
auditor yang bekerja di beberapa KAP daerah Jakarta dan Tangerang sebanyak
100 kuesioner. Berikut ini adalah tabel 4.1 yang menunjukkan jumlah kuesioner
dan dapat digunakan untuk pengolahan data:
Tabel 4.1
Demografi Data
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang disebarkan 110
Kuesioner yang dikembalikan & diisi lengkap 100
Kuesioner yang pengisiannya tidak lengkap 0
Kuesioner yang tidak kembali 10
Sumber : olah data excel, 2020

Dilihat tabel 4.1 diatas bahwa total kuesioner yang disebarkan ke


responden berjumlah 110. Dari 110 kuesioner yang disebar, terdapat 10 yang
tidak kembali sampai batas waktu yang ditentukan.
Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
data kuesioner yang disebar kepada responden sebagai sumber data yang
utama kemudian data diolah dalam statistika (SPSS).
Pengumpulan data dilakukan dengan cara motode survey menggunakan
kuesioner yang sebagian disebarkan secara langsung dan sebagian dibagikan
melalui google form kepada auditor yang bekerja di beberapa KAP daerah
Jakarta dan Tangerang.
Tabel 4.2
Profil Responden

kategori keterangan Jumlah (orang) Presentase


Jenjang Diploma 0 0
Pendidikan S1 90 90%
S2 10 10%
S3 0 0
Jabatan Partner 38 38%
Senior Auditor 12 12%
Junior Auditor 30 30%
Lain-lain 20 20%
Lama Bekerja < 1 tahun 3 3%
Sebagai 1-3 tahun 63 63%
Auditor
3-5 tahun 13 13%
> 5 tahun 21 21%
Sumber : data yang diolah (2020)

4.2 Hasil Uji Validitas


Uji Validitas dilakukan untuk menentukan butir-butir pernyataan dapat
diterima atau dipahami oleh responden. Kuesioner dapat diterima apabila nilai R
lebih besar dari nilai sig. Pengambilan keputusan dapat diambil jika signifikan r >
tingkat signifikan 0,3, maka dapat dikatakan valid.

a. Pengetahuan (X2)
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Pengetahuan

Item Pernyataan Nilai R Nilai Sig


Pe_1 0,414 0,3
Pe_2 0,459 0,3
Pe_3 0,494 0,3
Pe_4 0,435 0,3
Pe_5 0,585 0,3
Pe_6 0,528 0,3
Pe_7 0,518 0,3
Sumber : Data yang diolah (2020)

Berdasarkan perhitungan uji validitas variable Pengetahuan (X2)


yang ditunjukkan pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 7 item pertanyaan
mempunyai nilai corrected item - Total Corelation yaitu nilainya lebih besar
dari 0,30 sehingga semua pertanyaan dinyatakan valid.
b. Burnout
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Burnout
Item Pernyataan Nilai R Nilai Sig
Bo_1 0,553 0,3
Bo_2 0,404 0,3
Bo_3 0,303 0,3
Bo_4 0,319 0,3
Bo_5 0,351 0,3
Sumber : data diolah (2020)

Berikut ini hasil uji validitas variabel ketiga adalah Burnout (Bo)
yang mempunyai 5 butir pernyataan. Dapat dilihat pada tabel 4.3
menjelaskan bahwa kelima item pernyataan memiliki nilai R diatas
nilai Sig. Hal ini membuktikan bahwa butir-butir pernyataan valid
sehingga dapat digunakan.

c. Kinerja Auditor

Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor
Item Pernyataan Nilai R Nilai Sig
Ka_1 0,358 0,3
Ka_2 0,498 0,3
Ka_3 0,389 0,3
Ka_4 0,398 0,3
Ka_5 0,398 0,3
Sumber : data diolah (2020)

Selanjutnya uji validitas variabel Y adalah Kinerja Auditor yang


memiliki 5 butir pernyataan dinyatakan valid, dapat dilihat pada tabel
4.4 dimana nilai R dari semua item pernyataan lebih besar atau diatas
dari nilai yang ditentukan yaitu nilai Sig (0,3).
4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan.
Dalam menentukan reliabel suatu variabel harus memberikan nilai cronbach
alpha (α ¿ ≥ 0,6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach Alpha
Pengetahuan (X2) 0,770
Burnout (X3) 0,612
Kinerja Auditor 0,653

Berdasarkan tabel diatas, pada variabel dependen yaitu kinerja auditor


memperoleh nilai cronbach alpha sebesar 0,653 lebih besar dari standar
reliabilitas 0,6 maka dapat dikatakan reliabel. Pada variabel independen yaitu
pengetahuan 0,770 dan burnout 0,612 lebih besar dari standar reliabilitas 0,6 ,
maka membuktikan bahwa setiap pernyataan dalam kuesioner dapat dinyatakan
reliabel.

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik


4.4.1 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji model regresi apakah
variabel dalam penelitian ini memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini uji normalitas menggunakan kolmogorov-Smirnov. Uji ini
dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig > 0,05 dan jika
Asymp. Sig < 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
Unstandartided Residual
Kolmogorov-Smirnov Z 0,047
Asymp. Sig.n (2-tailed) 0,200
Sumber : olah data SPSS, 2020

Berdasarkan tabel 4.7 berikut hasil pengujian asumsi klasik


menyatakan bahwa besarnya nilai kolmogorov-smirnov z yaitu 0,047 dan
nilai Aymp. Sig adalah 0,200. Nilai Aymp. Sig tersebut lebih besar dari
tingkat signifikan yang ditentukan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
terdistribusi secara normal.

4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas


Uji ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Dengan cara melihat nilai
tolerance dan nilai variace inflation factor (VIF). Jika nilai Tolerance
diatas 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Hasil
pengujian multikolonieritas ditunjukkan dalam tabel 4.7 :
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Gender 0,870 1,149

Pengetahuan 0,926 1,149

Burnout 0,893 1,080

Berdasarkan tabel diatas ini, setiap variabel mempunyai nilai


tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolinearitas antara variabel Gender (X1),
Pengetahuan (X2), Burnout (X3) terhadap variabel Kinerja Auditor
(Y)
4.4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas

Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar grafik Scatterplot yang ditampilkan untuk uji


heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-titik yang menyebar tidak beraturan
dan titik-titik tidak membentuk sebuah pola maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas terhadap model regresi sehingga model ini dapat digunakan
dalam menganalisis variabel Kinerja Auditor (Y).
4.6 Hasil Pengujian Hipotesis
Penelitian ini akan membuktikan pengaruh antara variabel dependen
terhadap variabel independen maka dengan itu dilakukannya uji hipotesis yang
bertujuan untuk menguji apakah pengaruh simultan variabel independen terhadap
variabel dependen, maka dilakukannya uji F, uji t dan koefisien determinasi (R2).

4.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.9
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Standard t Sig. Collinearity
Coefficients ized Statistics
Coefficie
nts
B Std. Beta Tolera VIF
Error nce
1 (Const 10.874 2.354 4.61 .000
ant) 9
total_b .202 .120 .174 1.67 .097 .893 1.120
o 6
Gende -.947 .415 -.241 - .025 .870 1.149
r 2.28
5
total_p .097 .084 .119 1.15 .249 .926 1.080
e 9
a. Dependent Variable: total_ka
Sumber : olah data SPSS, 2020
Y= 10,874 + (-0,947) X1 + 0.097 X2 + 0,202 X3
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta sebesar 10,874 artinya variabel independensi gender (X1),
pengetahuan (X2), dan burnout (X3) secara bersama-sama bernilai nol,
maka perubahan kinerja auditor (Y) menjadi 10,874 satuan.
b. Nilai koefisien sebesar (-0,947) bernilai negatif memiliki arti bahwa setiap
penurunan gender (X1) sebesar -1 satuan akan menurunkan kinerja
auditor.
c. Nilai koefisien sebesar 0,097 bernilai positif yang artinya setiap kenaikan
pengetahuan (X2) sebesar 1 satuan akan menaikkan kinerja auditor sebesar
0,097 satuan jika X3 dianggap tetap.
d. Nilai koefesien sebesar 0,202 bernilai positif yang artinya setiap kenaikan
burnout (X3) sebesar 1 satuan akan menurunkan kinerja auditor sebesar
0,202 satuan jika X1 dianggap tetap.

4.6.2 Hasil Uji F (Simultan)


Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel independen yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan tingkat
signifikansi 5%.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Uji statistik F

ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression 44.568 3 14.856 4.244 .007b
Residual 336.072 96 3.501
Total 380.640 99
a. Dependent Variable: total_ka
b. Predictors: (Constant), gender, total_pe, total_bo

Tabel diatas memperoleh nilai F hitung yaitu 4,244 dengan taraf


signifikansi 0,07. Ini menunjukkan bahwa taraf signifikansi F hitung >
nilai tingkat signifikan 0,05 (5%) maka dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak atau Ha diterima di yang berarti bahwa variabel Gender (X1),
Pengetahuan (X2) dan Burnout (X3) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap Penggunaan Kinerja Auditor (Y)

4.6.3 Hasil Uji t (Parsial)


Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel dependen yaitu
apakah gender, pengetahuan, dan burnout berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yaitu kinerja auditor.
Tabel 4.11
Hasil Uji T Hitung

Coefficientsa
Model Unstandardized Standar t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients dized
Coeffici
ents
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant 10.513 2.278 4.616 .000
)
total_pe .095 .081 .116 1.175 .243 .946 1.057
total_bo .236 .118 .204 2.005 .048 .886 1.129
Gender -1.372 .423 -.331 -3.247 .002 .886 1.129
a. Dependent Variable: total_ka

Sumber : data diolah SPSS (2020)


Dari hasil uji t pada tabel diatas dapat dilihat variabel gender (X1)
mempunyai t-hitung sebesar -3,247 dan nilai signifikansi sebesar 0,02 dan
memiliki koefesien -1,372. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak atau gender (X1) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor (Y).
Dari hasil uji t pada tabel diatas dapat dilihat variabel pengetahuan (X2)
mempunyai t-hitung sebesar 1,175 dan nilai signifikansi sebesar 0,243 serta
memiliki nilai koefisien 0,95. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau pengetahuan (X2) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor (Y).
Dari hasil uji t pada tabel diatas dapat dilihat variabel burnout (X3)
mempunyai t-hitung sebesar 2,005 dan nilai signifikansi sebesar 0,048 serta
memiliki nilai koefesien 0,236. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak atau burnout (X3) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor (Y).

4.6.4 Hasil Koefesien Determinasi


Tabel 4.12
Hasil Koefesien Determinasi

Model Summaryb
Mode R R Adjusted R Std. Error of
l Square Square the Estimate
1 .342 a
.117 .089 1.87103
a. Predictors: (Constant), gender, total_pe, total_bo
b. Dependent Variable: total_ka
Sumber : olah data SPSS, 2020

Hasil dari perhitungan regresi dapat diketahui bahwa nilai R yang


dihasilkan adalah sebesar 0,342 artinya mempunyai hubungan yang cukup
kuat antara variabel gender, pengetahuan dan burnout dengan penggunaan
kinerja auditor. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,117 atau 11,7% yang berarti
bahwa kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variabel gender, pengetahuan, dan
gender sebesar 11,7% sedangkan sisanya 88,3% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diketahui atau tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.7 Pembahasan
4.7.1 Pengaruh Gender pada Kinerja Auditor
Hipotesis pertama pada penelitian ini menyatakan bahwa gender
berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja auditor. Berdasarkan hasil
uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t-hitung sebesar -3,247 dengan nilai
signifikansi 0,02 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif
antara variabel gender dengan kinerja auditor yang berarti hipotesis
diterima.
Hasil ini mendukung penelitian mendukung penelitian Azwir Nasir
dan Meilda Wiguna (2014) yang membuktikan bahwa gender berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor. Sebaliknya hasil ini tidak mendukung
penelitian Pektra, et al (2015) yang menyatakan bahwa gender tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja dari seorang auditor dapat dinilai
dari jenis gendernya. Laki-laki lebih dapat meningkatkan kinerjanya
dibandingkan dengan wanita. Mungkin beberapa hal yang terkandung
adalah perbedaan sikap antara wanita dengan pria dalam menjalankan
kinerjanya. Akan tetapi lebih baik perbedaan gender ini menciptakan
masing-masing kapasitas dari auditor tersebut.

4.7.2 Pengaruh Pengetahuan Pada Kinerja Auditor


Hipotesis kedua pada penelitian ini menyatakan bahwa pengetahuan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dilihat dari hasil uji t
pada tabel 4.10, diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,159 dengan nilai
signifikansi 0,249 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
antara variabel pengetahuan dengan kinerja auditor yang berarti Hipotesis
ditolak. Hasil ini mendukung penelitian oleh Gultom (2015) yang
menjelaskan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor. Namun hasil ini tidak didukung oleh penelitian Putri
(2017), bahwa pengetahuan memiliki pengaruh pada kinerja auditor.

Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki auditor


tidak mempengaruhi kinerjanya dalam melaksanakan tugasnya. Mungkin
juga, dibandingkan dengan melihat pengetahuan lebih baik melihat kinerja
auditor melalui pemahaman secara langsung terhadap kinerja yang
dihasilkan. Dengan kata lain, belum tentu auditor yang memiliki
pengetahuan yang lebih tinggi, mampu menghasilkan kinerja yang lebih
baik.
4.7.3 Pengaruh Burnout Pada Kinerja Auditor
Hipotesis ketiga pada penelitian ini menyatakan bahwa burnout
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dilihat dari hasil uji
t pada tabel 4.10 diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,005 dengan nilai
signifikansi 0,048 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa burnout memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja auditor yang berarti Hipotesis diterima.
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wiyathi, et al
(2014) yang mengemukakan bahwa peningkatan role conflict, role
ambiguity, dan role overload dapat meningkatkan kecenderungan auditor
untuk mengalami burnout. Dan juga didukung oleh penelitian Astri dan
Rahmawati (2018) yang menyatakan bahwa burnout berpengaruh secara
signifikan terhadap efektivitas audit internal.
Dapat disimpulkan bahwa kelelahan bekerja atau yang biasa
dikenal dengan burnout yang dialami oleh para auditor dapat
mempengaruhi kinerja auditor tersebut. Maka dari itu hal ini cukup serius
untuk dipahami agar para auditor yang menghadapi tugas yang cukup
berat mampu mengendalikan tugas tersebut agar tidak mempengaruhi
emosional pribadi auditor itu sendiri. Saat mulai merasa pekerjaan
menekan, lebih baik para auditor mengambil waktu rehat beberapa saat
agar pekerjaan yang dihasilkan pun maksimal.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor gender,
pengetahuan, dan kelelahan bekerja (burnout) berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor yang bekerja di daerah Jakarta dan Tangerang. Berdasarkan
analisis data dan pembahasan yang dilakukan melalui 100 responden yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Hasil penelitian sebagai berikut :
1. Gender berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dibuktikan dengan
hasil uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t-hitung sebesar dengan nilai
signifikansi 0,025 < 0,05. Kemungkinan karena kinerja dari seorang auditor
dapat dinilai dari gendernya, akan tetapi lebih baik perbedaan gender ini
menciptakan masing-masing kapasitas dari auditor tersebut.
2. Pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Dibuktikan dengan hasil uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t-hitung sebesar
1,175 dengan nilai signifikansi 0,243 > 0,05. Hal ini menjelaskan bahwa
auditor yang memiliki pengetahuan yang memadai belum tentu dapat
meningkatkan kinerjanya agar hasil yang didapat mencapai target dan
berkualitas baik. Bisa ada kemungkinan auditor yang mempunyai pengetahuan
yang lebih rendah dari auditor yang memiliki pengetahuan yang lebih
memadai , mampu mempunyai tingkat kinerja yang lebih baik. Hal ini dapat
disebabkan karena melihat dari sisi pemahaman terhadap pekerjaan yang
diberikan.
3. Burnout berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. Dibuktikan
dnegan hasil uji t pada tabel 4.10 diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,005 dengan
nilai signifikansi 0,048 > 0,05. Menjelaskan bahwa kelelahan bekerja atau
yang biasa dikenal dengan burnout yang dialami oleh para auditor dapat
mempengaruhi kinerja auditor tersebut.
4. Berdasarkan hasil yang sudah dijelaskan, kinerja auditor hanya dipengaruhi
dua dari tiga variabel yang ada. Variabel yang mempengaruhi yaitu gender
(X1) dan kelelahan bekerja (burnout) (X3) hal ini dapat dibuktikan dengan
melihat dari uji t masing-masing yang diperoleh nilai sig-t 0,02 dan 0,048
dibawah 0,05. Sedangkan satu dari tiga variabel tidak dipengaruhi yaitu
pengetahuan (X2) yang menunjukkan bahwa hasil uji-t yang diperoleh nilai
sig-t 0,243 diatas nilai 0,05.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dijelaskan diatas, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti bagi kesempurnaan penelitian selanjutnya antara lain :
1. Bagi Auditor
a. Tidak begitu menghiraukan perbedaan gender walaupun ada perbedaan
antara kinerja laki-laki dan perempuan agar menghindari diskriminasi
pada perbedaan gender tersebut. Lebih baik menghasilkan kinerja yang
sesuai dengan kapasitas masing-masing.
b. Disarankan bagi para auditor, saat mulai merasa mulai merasa
pekerjaan menekan, lebih baik para auditor mengambil waktu rehat
beberapa saat agar pekerjaan yang dihasilkan pun maksimal. Hal ini
juga akan mengecilkan terciptanya kelelahan bekerja pada auditor.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
a. Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel lain
yang berbeda seperti kualitas pendapatan atau tekanan peran. Hal ini
kemungkinan dapat membuktikan lebih jauh mengenai apa saja faktor
yang mempengaruhi kinerja auditor.
b. Disarankan dapat menggunakan metode selain kuesioner seperti
wawancara atau pengamatan langsung agar informasi yang diterima
lebih objektif. Atau jika peneliti selanjutnya ingin tetap menggunakan
kuesioner, pernyataan yang disusun lebih menunjukkan ke arah yang
lebih mampu di mengerti oleh responden.
c. Dalam perihal menyebarkan kuesioner, menggunakan waktu yang lebih
awal agar pengolahan data lebih efisien dan cepat.

5.3 Keterbatasan
Keterbatasan yang dialami peneliti adalah :
a. Terbatasnya waktu penyebaran sehingga pengujian data tidak begitu efektif.
Karena penyebaran dilakukan pada akhir periode atau akhir tahun, sehingga
sulit untuk menemukan responden yang bersedia menjadi sampel penelitian.
b. Beberapa tempat untuk menemukan auditor, tidak akurat sehingga terlalu
banyak membuang waktu.
Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.


Ayudia, Syadella. 2015. “PENGARUH TEKANAN KETAATAN,
PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP
AUDIT JUDGMENT DENGAN KOMPLEKSITAS TUGAS SEBAGAI
VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada KAP Pekanbaru,
Padang dan Medan).” Jom FEKON Vol.2 No.2 5-6.
Freudenberger, Herbert. 19741. “"Staff Burnout" .” Journal of Social Issues Vol.
30, pp. 159-65.
Gultom, Yansen. 2015. “PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN
SPESIFIK, DAN SELF EFFICACY TERHADAP KINERJA AUDITOR
DENGAN KOMPLEKSITAS TUGAS SEBAGAI VARIABEL
MODERASI .” Jurnal TEKUN/Volume VI , No. 01 46-47.
Komalasari , Rossa, and Erna Hernawati. 2015. “Pengaruh Independensi,
Kompleksitas Tugas, dan Gender Terhadap Audit Judgment.” Neo-Bis 9
(2) 70-71.
Ni Made Wiryathi, Ni Ketut Rasmini, Made Gede Wirakusuma. 2014.
“PENGARUH ROLE STRESSORS PADA BURNOUT AUDITOR
DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI.” E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 3.5 236-237.
Noviana, ML Astri Prehtin , and Rahmawati. 2018. “Pengaruh Independensi, Role
Stress, dan Burnout Terhadap Efektivitas Auditor Internal (Studi Kasus
Pada Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Provinsi Jawa Tengah).” Indonesian Treasury Review Vol.3, No.2 163.
Pektra, Stacia, and Ratnawati Kurnia. 2015. “Pengaruh Gender, Kompleksitas
Tugas, Tekanan Ketaatan, Pengalaman Auditor Terhadap Audit
Judgment.” Ultima Accounting Vol 7. No.1 16-18.
Putri, Rahmatika Andini. 2017. “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu,
Kompleksitas Tugas, Pengetahuan Auditor, dan Pengalaman Auditor
Terhadap Audit Judgment (Studi Kasus pada KAP di Pekanbaru, Batam,
dan Padang) .” 4 (1) 1283-1284.
Ramadika , Adhitio Pratama, Azwir Nasir, and Meilda Wiguna. 2014. “Pengaruh
Role Stress, Gender, Struktur Audit dan Profesionalisme terhadap Kinerja
Auditor BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau.” JOM FEKON Vol 1 11-12.
Rokhmansyah, Alfian. 2016. Pengantar Gender, dan Feminisme : Pemahaman
Awal Kritis Sastra Feminis. Yogyakarta: Garudhawaca.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1
Januari 2009. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

https://nasional.kontan.co.id/news/mitra-ernst-young-indonesia-didenda-us-1-juta

https://beritaforex.co.id/kpmg-akan-membayar-denda-sebesar-62-juta-setelah-
gagal-audit/

Anda mungkin juga menyukai