Anda di halaman 1dari 17

Faktor Gender, Pengetahuan, dan Tekanan Stres

Pada Kinerja Auditor


BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Di masa perkembangan sekarang, perusahaan lebih dituntut untuk
transparan dalam menampilkan hasil kajian laporan keuangan. Menurut IAI
(2009), laporan keuangan yang berguna bagi pemakai informasi bahwa harus
terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu yang pertama adalah dapat
dipahami yang berarti laporan keuangan sebagaimana mestinya dapat memuat
informasi yang dapat dipahami oleh penggunanya. Diasumsikan. penggunanya
juga memiliki pengetahuan terkait dengan aktivitas ekonomi ataupun bisnis serta
dengan tekun memahami informasi yang ada. Yang kedua laporan keuangan harus
relevan dengan arti dimana informasi dari laporan keuangan harus saling
berkaitan untuk proses dalam mengambil sebuah keputusan oleh pengguna
laporan keuangan tersebut. Informasi tersebut dapat dikatakan relevan apabila
dapat mempengaruhi secara ekonomi dalam pengguna mengevaluasi laporan yang
terdapat pada masa lalu, masa kini, dan laporan yang akan disusun dimasa
mendatang. Yang ketiga adalah keandalan, dimana informasi dalam laporan
keuangan dapat menjamin bahwa informasi yang terkandung bebas dari
pengertian yang menyimpang atau tidak terdapat unsur yang diluar berkaitan
dengan laporan keuangan tersebut. Penyajian dari laporan keuangan tersebut
bersifat jujur dan lengkap sehingga dapat digunakan sebagai panduan dalam
mengambil sebuah keputusan. Yang terakhir laporan keuangan harus dapat
diperbandingkn yang berarti laporan keuangan dapat dibandingkan dengan
laporan periode sebelumnya untuk mengetahui bagaimana peningkatan atau
penurunan kinerja perusahaan. Selain itu, laporan keuangan dapat dibandingkan
dengan kejadian yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan. Hal ini dapat
mencegah tindakan kecurangan yang bias saja terjadi pada sebuah perusahaan.

1
Akuntan publik berperan dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas
informasi laporan keuangan. Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional
auditor sebagai pihak yang independent, profesi audit diharapkan memiliki
kompetensi yang memadai untuk dapat mepertahankan kepercayaan dari klien dan
dari para pemakai laporan keuangan lainnya, sehinga dapat meningkatkan kualitas
informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia (Ekawati , 2013).
Namun, terkadang hasil proses pemeriksaannya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Semakin berkembangnya jaman, kegagalan audit yang terjadi di dunia
semakin meningkat, bermula dari kasus kegagalan audit laporan keuangan yang
menimpa PT Indosat Tbk pada tahun 2011 yang dimana kegiatan auditing
dilakukan oleh mitra Ernst & Young. Selain itu, terdapat juga kasus kecurangan
laba yang baru terungkap di tahun 2015 terjadi di perusahaan besar di Jepang
yaitu Toshiba dan kembali melibatkan mitra Ernst & Young. Perusahaan tersebut
terbukti melakukan manipulasi laba sejak tahun 2008. Dalam kasus besar tersebut,
beberapa pihak tertinggi perusahaan ikut terlibat dan terjadi secara rapih sehingga
auditor eksternal Toshiba yaitu mitra Ernst & Young yang merupakan salah satu
KAP Big Four tidak dapat mendeteksi kecurangan tersebut.
Dari dua kasus kegagalan audit tersebut, menciptakan pertanyaan
mengenai apa yang mempengaruhi kinerja auditor selama ini dalam menentukan
audit judgment yang tepat. Ketetapan audit judgment mempengaruhi kualitas hasil
audit dan seluruh proses audit. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja atau judgement seorang auditor. Namun yang akan dibahas saat ini adalah
gender, pengetahuan dan tekanan stress.

2
Gender merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit judgment.
Gender adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan pria dan wanita dilihat dari sudut non-biologis, yaitu aspek social,
budaya, maupun psikologis (Mutmainah, 2007 dalam Tobing, 2012). Menurut
Tuanakotta (2013), antara pria dan wanita berbeda pada reaksi emosional dan
kemampuan membaca orang lain. Hal ini juga di dukung dengan hasil penelitian
Breesch dan Branson (2009) yang menyatakan bahwa auditor wanita lebih
potensial dalam menemukan salah saji dibandingkan auditor pria. Perbedaan
tesebut akan mempengaruhi auditor untuk mempertimbangkan tingkat materialitas
dalam memberikan opini atas laporan keuangan suatu perusahaan.
Faktor selanjutnya yang turut mempengaruhi kinerja seorang auditor
adalah pengetahuan yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan oleh Tan dan Alison
(1999) dalam Salsabila dan Prayudiawan (2011), membuktikan bahwa suatu
pengetahuan dapat mempengaruhi hubungan akuntanbilitas dengan kualitas hasil
kerja auditor jika kompleksitas pekerjaan yang akan dihadapi sedang atau
menengah. Mengutip penjelasan dari Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
2011 tentang standar umum, “Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor” dimana
yang berarti seorang auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan
yang cukup.
Faktor ketiga yang mempengaruhi kinerja auditor adalah tekanan stres.
Stres merupakan suatu proses psikologis yang tidak menyenangkan yang terjadi
sebagai tanggapan terhadap tekanan lingkungan (Robbins, 2015). Dengan kata
lain tekanan yang didapat dari dalam maupun luar dunia sosialisasi mampu
mempengaruhi psikologis seseorang. Jika dilihat dari sisi medis kesehatan, hal ini
cukup penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi tindakan ataupun
kegiatan yang akan dilakukan seseorang tersebut. Hal ini berkaitan dengan kinerja
seseorang auditor, dimana peran yang diambil memiliki posisi yang cukup berat
dan mempengaruhi kondisi psikis auditor tersebut.
Dapat dikatakan seperti ini “jika seseorang tanpa melakukan pekerjaan
saja dapat mengalami kemorosotan mental, tidak memungkiri indikasi bahwa

3
seseorang yang mengambil tanggung jawab dalam posisi yang berat dapat lebih
dalam merasakan kemorosotan mental.”
2. Rumusan Masalah
Ketetapan audit judgment mempengaruhi kualitas hasil audit dan seluruh proses
audit. Setiap judgment yang dikemukakan oleh auditor akan mempengaruhi
pengambilan keputusan auditor dalam memberikan opini pada kinerja perusahaan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja atau judgement seorang
auditor yaitu pengaruh gender , pengetahuan dan tekanan stress pada kinerja
auditor. Jika faktor yang yang menjadi kendala tidak cepat ditindak lanjuti maka
akan semakin banyak kegagalan auditing yang terjadi pada setiap akuntan publik.
Berdasarkan setiap penjelasan diatas, terdapat tiga pertanyaan yang akan menjadi
pokok penting untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor
yaitu :
1. Bagaimana dampak dari perbedaan Gender dapat mempengaruhi kinerja
auditor dalam memaparkan audit judgment ?
2. Seberapa tinggi tingkat pengetahuan pada auditor dapat mempengaruhi
kinerja auditor dalam memaparkan audit judgment ?
3. Seberapa besar tekanan stres dapat mempengaruhi kinerja auditor dalam
memaparkan audit judgment ?

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji dan memeperoleh bukti empiris tentang pengaruh gender,
pengetahuan dan tekanan stres terhadap kinerja auditor sekarang ini.
2. Penelitian ini dirasa penting untuk mengembalikan kepercayaan para pengguna
laporan keuangan terhadap akuntan publik dalam mengaudit kewajaran sebuah
laporan keuangan.

4
4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah :
1. Manfaat teoritik
Bagi para pihak auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi mengenai beberapa faktor penting bagi para auditor dalam
mengemukakan opini audit sehingga dalam memberikan penilaian dapat
seobjektif mungkin
Bagi peneliti, dapat memperluas pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja auditor dalam skala besar.
2. Manfaat Praktis
Agar masyarakat lebih memahami bagaimana kinerja auditor dalam melakukan
pemeriksaan terhadap kewajaran laporan keuangan dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat atas pekerjaan yang dilakukan oleh auditor.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.5 Teori Atribusi
Teori atribusi merupakan proses menyimpulkan motif, maksud dan
karakteristik orang lain dengan melihat perilakunya yang tampak (Baron dan
Byne, 1979 dalam Rakhmat 2012). Seseorang akan merubah perilakunya
sedemekian rupa karena terpengaruh oleh keadaan yang tanpa disengaja
mengubah karakter seseorang tersebut. Hal ini sering terjadi pada setiap individu
karena merasa perlu menjaga keseimbangan karakter pribadi dengan keadaan
ataupun dengan perilaku orang-orang yang berada disekitar pribadi tersebut agar
tecipta rasa aman dan menghindari perasaan tertekan. Teori ini pun menjelaskan
bagaimana setiap individu sering kali menilai mengapa orang lain ataupun diri
sendiri melakukan tindakan tertentu.
2.1.2 Teori Motivasi
Menurut Kreitner (2014), motivasi adalah proses-proses psikologis yang
menyebabkan stimulasi, arahan, dan kegigihan terhadap sebuah kegiatan yang
dilakukan secara sukarela yang diarahkan pada suatu tujuan. Dengan sebuah
motivasi seseorang akan lebih semangat untuk mencapai tujuan yang ingin
didapatkan secara maksimal. Cenderung seseorang yang memiliki sebuah
motivasi akan lebih giat melakukan segala proses demi mencapai tujuan
dibandingkan seseorang yang berjalan tanpa sebuah motivasi.
2.1.3 Kinerja Auditor
Seorang auditor harus memiliki kinerja yang tepat dalam membuat sebuah
laporan keuangan. Menurut Siswanto (dalam Muhammad Sandy, 2015:11),
kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Untuk menghasilkan kinerja yang
bagus, seorang auditor harus mempunyai tingkat profesional yang tinggi agar
hasil audit judgment yang dikeluarkan dapat diterima menjadi informasi dalam

6
membuat sebuah keputusan. Kualitas kinerja auditor dilihat dari segi efektivitas,
efisiensi, ekonomis.
2.1.4 Gender
Perbedaan kinerja auditor sering dikaitkan dengan unsur gender.
Pernyataan umum yang sering berkaitan dengan profesi auditor adalah wanita
lebih objektif dalam menghasilkan audit judgment dibandingkan dengan laki-laki.
Hal ini diperkuat dengan persepsi bahwa wanita cenderung dapat mengambil
sebuah keputusan yang material dibandingkan laki-laki.

2.1.5 Pengetahuan
Seorang auditor sudah seharusnya memiliki pengetahuan yang kuat di
bidang akuntansi. Pengetahuan dapat di peroleh secara akademik maupun non
akademik. Yang dapat dikatakan, Pendidikan yang dijalani oleh aditor belum
tentu dapat menentukan tingginya kemampuan auditor tersebut. Pengetahuan
harus terus diasa sehingga terus dapat dikembangkan dalam kinerja seorang
auditor.

2.1.6 Tekanan Stres


Seseorang dapat merasakan stres saat timbu tekanan dari intenal maupun
eksternal lingkungan orang tersebut. Auditor akan sangat sulit terhindar dari
tekanan stres keadaan pekerjaan yang sangat menuntut menimbulkan banyak
pemikiran-pemikiran yang menurunkan psikologis auditor tersebut. Maka dari itu,
perlu diketahui apakah tekanan stress ini akan mempengaruhi kinerja dari auditor
tersebut.

2.1.7 Penelitian Sebelumnya


Dikaji dari penelitian sebelumnya terkait dengan faktor gender,
pengetahuan dan tekanan stress yang mempengaruhi kinerja auditor. Penelitian
Pektra, et al, (2015) menghasilkan bahwa gender tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap audit judgment. Namun, sebaliknya pada penelitian Nasir, et
al (2014) pada studi empiris BPK-RI Perwakilan Riau menyatakan bahwa gender
memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja auditor dan juga dikatakan dalam

7
penelitian ini bahwa tekanan stress tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor. Dan penelitian oleh Komalasari (2015) pun menyatakan
bahwa Gender berpengaruh secara signifikan pada kinerja auditor. Penelitian
Ayudia (2015) yang melakukan studi empiris pada Studi Empiris pada KAP
Pekanbaru, Padang dan Medan menghasilkan bahwa pengetahuan berpengaruh
pada kinerja auditor. Selain itu, penelitian oleh Wandita, et al, (2014)
mengemukakan bahwa pengetahuan berpengaruh pada kualitas kinerja auditor.
Hal ini juga didukung oleh penelitian oleh Rahmatika Putri (2017) yang
melakukan Studi Kasus pada KAP di Pekanbaru, Batam, dan Padang juga
menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
auditor.

2.2 Tabel Penelitian tardahulu

NO. Peneliti Judul Hasil


1. Stacia Pektra, et Pengaruh Gender, Komplesitas gender tidak berpengaruh
al (2015) Tugas, Tekanan Ketaatan, secara signifikan terhadap
Pengalaman Auditor Terhadap audit judgment.
Audit Judgment.
2. Azwir Nasir Pengaruh Role Stress, Gender, gender memiliki pengaruh
dan Meilda Struktur Audit dan yang signifikan pada kinerja

Wiguna (2014) Profesionalisme Terhadap Kinerja auditor dan juga dikatakan


Auditor BPK-RI Perwakilan Riau.
dalam penelitian ini bahwa
tekanan stress tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor.
3. Rossa Pengaruh independensi, Gender berpengaruh secara
Komalasari kompleksitas tugas, dan gender signifikan pada kinerja auditor.
(2015) terhadap audit judgment
4. Syadella Pengaruh tekanan ketaatan, Pengetahuan berpengaruh pada
Ayudia (2015) pengetahuan dan pengalaman kinerja auditor.
auditor terhadap audit

8
judgment dengan kompleksitas
tugas sebagai variabel
moderating (Studi Empiris
pada KAP Pekanbaru, Padang
dan Medan)
5. Nih Luh Putu Pengaruh Pengetahuan, Pengetahuan berpengaruh pada
Tri Angga Pengalaman Kerja Audit, dan kualitas kinerja auditor.
Wandita, et al, Akuntambilitas Terhadap
(2014) Kualitas Hasil Kerja Auditor
Internal.
6. Andini Pengaruh Tekanan Anggaran Pengetahuan berpengaruh
Rahmatika Waktu, Kompleksitas Tugas, secara signifikan terhadap
Putri (2017) Pengetahuan Auditor, dan kinerja auditor.
Pengalaman Auditor Terhadap
Audit Judgment (Studi Kasus
pada KAP di Pekanbaru,
Batam, dan Padang)

2.3 Perumusan Hipotesis dan Kerangka Berfikir

Pengaruh Gender pada Kinerja Auditor


Gender adalah hal yang selalu menjadi pertimbangan penting untuk mengambil
sebuah keputusan. Menurut (Nasir dan Wiguna, Pengaruh Role Stress, Gender,
Struktur Audit dan Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor BPK-RI
Perwakilan Riau, 2014) dan (Komalasari, Pengaruh Independensi, Komplesitas,
Tugas dan Gender terhadap Audit Jugdment, 2015) gender memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja auditor. Namun, penelitian ini bertentangan
dengan penelitian (Pektra, et al, Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan
Ketaatan, Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment, 2015) yang menyatakan
bahwa gender tidak berpengarih signifikan terhadap kinerja auditor. Maka dapat
dirumuskan sebagai berikut :

9
H1 : Gender berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor

Pengaruh Pengetahuan pada kinerja auditor


Pengetahuan adalah unsur terpenting dalam seseorang meraih kesuksesan dari
setiap proses dan langkah-langkah yang dijalani. Pengetahuan tidak memandang
batasan umur ataupun keadaan. Menurut penelitian (Ayudia, Pengaruh Tekanan
Ketaatan, Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment dengan kompleksitas
Tugas Sebagai variable Moderating (Studi Empiris pada KAP Pekanbaru, Padang
dan Medan), 2015) pengetahuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja auditor. Didukung dengan penelitian oleh (Putri, Pengaruh Tekanan
Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan Auditor, dan Pengalaman
Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Kasus pada KAP di Pekanbaru, Batam,
dan Padang, 2017) bahwa pengetahuan mempengaruhi kinerja auditor.

Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


H2 : Pengetahuan berpengaruh secara signifikan pada kinerja auditor

Pengaruh tekanan stress pada kinerja auditor


Stress dapat dialami oleh siapapun. Keadaan ini pada umumnya dipicu oleh
tekanan dari dalam maupun dari luar lingkungan seseorang. Tekanan stress akan
mempengaruhi kinerja auditor tersebut yang dimana hasilnya berimbas pada audit
judgment yang di keluarkan. Menurut penelitian (Handayani, Pengaruh
Komitmen, Motivasi, Dan Role Stress Terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Publik,
2012) role stress berpengaruh terhadap kinerja akuntan publik. Namun hasil ini
bertentangan dnegan penelitian (Nasir dan Wiguna, Pengaruh Role Stress,
Gender, Struktur Audit dan Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor BPK-RI
Perwakilan Riau, 2014) menyatakan bahwa role stress tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kienerja auditor. Menurut penelitian diatas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :

10
H3 : Tekanan stress berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.

2.4 Kerangka Pemikiran

Gender
(X1)

Kinerja Auditor
Pengetahuan
(Y)
(X2)

Tekanan Stres
(X3)

11
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah auditor yang masih
aktif bekerja dibeberapa KAP wilayah Jakarta. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah menggunakan data primer, yaitu melalui pengisian kuesioner.
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu berbentuk
kumpulan angka-angka absolute dari hasil analisis kuesioner yang diisi oleh
responden yaitu para auditor.

3.2 Populasi dan Sampel Data


Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Indonesia
dengan pengambilan sampel dari beberapa KAP wilayah Jakarta. Teknik
pengambilan sampel menggunakan convenience sampling karena responden yang
dapat dilakukan penelitian adalah auditor yang bersedia dan berkenan untuk
menjadi sampel (Sekaran, 2006).

3.3 Model Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif data primer model regresi linier
berganda untuk menganalisis arah hubungan variable dependen dan variable
independent apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan.. Analisis regresi linier berganda
merupakan hubungan secara hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

12
Y’ = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

Keterangan :
Y = Kinerja Auditor
α = Konstanta ( nilai Y’ apabila X1, X2, X3….Xn = 0)
β1 = Koefesien regresi antara pengaruh gender, pengetahuan, dan tekanan
stress dengan kinerja auditor
X1 = pengaruh gender
X2 = pengaruh pengetahuan yang dimiliki auditor
X3 = pengaruh tekanan stress yang dihadapi auditor

3.4 Operasional Variable


a. Variable dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah kinerja auditor. Seorang
auditor harus memiliki ketepatan kinerja yang baik sehingga mampu
menghasilkan laporan audit yang aktual. Kinerja auditor profesional mengacu
pada prestasi kerja auditor yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang
telah ditetapkan perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja yang tinggi
terutama dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan
(Robert dalam Timpe, 2009).
b. Variable independent
Dalam penelitian ini, ada lima variable independent yang digunakan, yaitu:
a) Gender
Pernyataan yang sering terdengar adalah bahwa wanita lebih dapat
menilai secara objektif dibandingkan laki-laki. Menurut
Fitrianingsih (2011), gender adalah konsep kultural yang berupaya
membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalis, dan
karakteristik emosional laki-laki dan wanita yang berkembang
dalam masyarakat. Variabel ini akan dipertimbangkan dengan

13
bagaimana tingkat individualisasi dari wanita dan laki-laki, dan
berdasarkan penelitian sebelumnya apakah benar seorang wanita
lebih dapat menilai objektif dibandingkan laki-laki. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala likert lima poin (sangat
tidak setuju = 1 hingga sangat setuju = 5).
b) Pengetahuan
Variabel pengetahuan audit diukur dengan instrument yang terdiri
dari 6 item pertanyaaan yaitu pendidikan formal, standar
akuntansi, standar pemeriksaan, kode etik, penguasaan akuntansi
dan auditing, pelatihan, komunikasi, dan sertifikasi. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala likert lima poin (sangat
tidak setuju = 1 hingga sangat setuju = 5).
c) Role Stress
Tekanan stress disebabkan oleh keadaan yang tidak dapat
disesuaikan atau dikendalikan oleh mental pribadi seseorang.
Ambiguitas peran pada lingkungan kerja ketika seorang dari satu
variabel bebas (X). unsur yang akan dipertimbangkan adalah
bagaimana sebenarnya keadaan dalam sebuah kantor akuntan
publik menurut para auditor. Apakah terlau sering tercipta keadaan
yang menekan mental dalam bekerja baik dari internal maupun dari
eksternal. Hal ini akan di ukur dengan skala likert lima poin
(sangat tidak setuju = 1 hingga sangat setuju = 5)

14
3.5 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan 4 teknik dalam menganalisis data.
Teknik-teknik yang akan digunakan adalah :

3.6 Uji Kualitas Data


Untuk menguji kualitas data dalam penelitian ini digunakan dua prosedur
pengujian yakni: (1) Uji reliabilitas dengan melihat koefisien (Cronbach) Alpha
masing-masing instrument penelitian (≥ 0,6 tidak reliabel) menurut Ghozali
(2009:42), dan (2) Uji validitas dengan melihat nilai signifikansi. Jika nilai
signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka instrumen penelitian adalah valid. Semua
perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for
windows.

3.6.1 Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas. Bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,
2009:147). Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji
statistic non-parametrik Kolmogrov – Smirnov (K-S) yang tersedia
dalam program SPSS 17.00 for windows. Kriteria yang digunakan
dalam uji ini adalah dengan membandingkan antara tingkat
signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan,
dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha.
2. Uji Multikolinearitas.
Bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2009). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen.

15
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model
regresi dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya, dan (2)
variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance >
0.10 atau nilai VIF < 10.
3. Uji Heteroskedastisitas. Bertujuan untuk menguji apakah variabel
yang dioperasikan sudah mempunyai varian yang sama (homogen)
atau sebaliknya (heterogen). Model regresi yang baik adalah model
regresi yang Homokedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan uji Glejser yakni dengan cara meregresi nilai
absolut residual dari model yang di estemasi terhadap variabel
independen. Kriterianya apabila output koefisien parameter untuk
variabel bebas tidak ada yang signifikan secara statistik, maka
disimpulkan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas,
(Ghozali, 2009: 69).

3.6.2 Uji Kelayakan Model


Pengujian model fit (kelayakan model) dilakukan dengan uji F, yang
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk
mengetahui hasil uji F adalah dengan melihat hasil regresi yang dilakukan dengan
program SPSS, dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas dengan tingkat α atau Alpha 0.05. Apabila tingkat signifikansi F <
α = 0.05, mengindikasikan bahwa variabel bebas berpengaruh serempak pada
variabel terikat, maka model dianggap layak.

3.6.3 Uji Hipotesis.


Uji hipotesis melalui analisis regresi linier berganda (multiple), adalah
dengan tingkat keyakinan 5% dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS
17.00 for windows. Apabila tingkat signifikansi t < α = 0,05 atau thitung >
ttabel maka hipotesis diterima, atau sebaliknya.

16
17

Anda mungkin juga menyukai