BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
(Moenajat, 2001).
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui
konduksi atau radiasi elektromagnitik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Patofisologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema
yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock
(shock Hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi
sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah :
1. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran
kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan
yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah,
penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR
menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan
neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT
mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme
yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan
mikroorganisme masuk kedalam luka.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.
Usia (Tahun)
Lokasi
0-1 1-4 4-9 10-15 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada & Perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantat kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Genetalia 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan Bawah kanan 3 3 3 3 3
Lengan Bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai bawah kanan 5 5 5,5 6 7
Tungkai bawah kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
G. Penatalaksanaan
1. Penanggulangan terhadap shock
2. mengatasi gangguan keseimbangan cairan
Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah
dimodifikasi yaitu :
24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 4 cc/kg BB/% LB.
a. bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam
kecelakaan).
b. bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosa medis
2. pemeriksaan dignostik
laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum,
Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah
(bila diperlukan), dan lain lain.
Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
EKG
CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
Dan lain-lain.
BAB II
A. Pengkajian
Adapun pengkajian data dasar pada kasus ini adalah :
1. Aktivitas/istirahat
Tanda : Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok), Penurunan nadi perifer, pembentukan edema jaringan
3. Integritas Ego
Tanda : Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4. Eliminasi
Tanda : Urine menurun/tidak ada selama darurat, penurunan bising usus/tidak ada
5. Makanan/cairan
Tanda : Edema jaringan umum, Anoreksia, mual/muntah
6. Nerosensori
Gejala : Area bebas, kesemutan
Tanda : Perubahan orientasi, afek, perilaku, aktivitas kejang (syok listrik),
Paralisis (cedera listrik pada aliran syaraf)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri
8. Pernafasan
Tanda : Serak, batuk mengi, jalan nafas stidor/mengi, bunyi nafas stidor (edema
lari ngeal), sekret jalan nafas dalam
9. Keamanan
Tanda : Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat dengan pengisian
kepiler lambat
B. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus ini ada beberapa kemungkinan diagnosa yang akan muncul
diantaranya adalah :
1. Gangguan pertukaran gas b/d kerusakan jalan nafas
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d pengeluaran cairan yang
berlebihan
3. Nyeri b/d kerusakan kulit
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolik (BMR)
5. Gangguan mobilisasi b/d kerusakan jaringa dan kontraktur
6. Ansietas b/d Hospitalisasi
7. Gangguan body image b/d perubahan penampilan fisik
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi luka bakar, prognosis dan perawatan luka
bakar b/d kurang terpajannya informasi
9. Resti infeksi b/d kerusakan integritas kulit
endotracheal tube
atau tracheostomi
tube bila diperlukan.
kola bolarasi dengan
tim medis untuk
pemasangan
ventilator bila
diperlukan.
kolaborasi dengan tim
medis untuik
pemberian inhalasi
terapi bila diperlukan
2 Gangguan keseimbangan Pemulihan cairan optimal Berikan banyak
cairan dan elektrolit b/d dan keseimbangan minum kalau kondisi
pengeluaran cairan yang elektrolit serta perfusi lambung
berlebihan organ vital tercapai dengan memungkinkan baik
KH : secara langsung
BP 100-140/60 90 maupun melalui NGT
mmHg Monitor dan catat
Produksi urine >30 intake, output (urine
ml/jam (minimal 1 0,5 1 cc/kg.bb/jam)
ml/kg BB/jam) Beri cairan infus yang
Ht 37-43 % mengandung
Turgor elastis elektrolit (pada 24
Mucosa lembab jam ke I), sesuai
Akral hangat dengan rumus
Rasa haus tidak ada formula yang dipakai
Monitor vital sign
Monitor kadar Hb,
Ht, elektrolit, minimal
setiap 12 jam.
3 Nyeri b/d kerusakan kulit Nyeri berkurang dengan Kaji rasa nyeri
KH : Atur posisi tidur
Skala 1-2 senyaman mungkin
Expresi wajah tenang Anjurkan klien untuk
Nadi 60-100 x/mnt teknik rileksasi
Klien tidak gelisah Lakukan prosedur
pencucian luka
dengan hati-hati
Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa
nyeri yang dirasakan
Beri tahu klien
tentang penyebab rasa
sakit pada luka bakar
Kolaborasi dengan
tinm medis untuik
pemberian analgetik
4 Nutrisi kurang dari Intake nutrisi adekuat kaji sejauh mana
kebutuhan tubuh b/d dengan mempertahankan kurangnya nutrisi
peningkatan metabolik 85-90% BB lakukan penimbangan
(BMR) Dengan KH : berat badan klien
Intake kalori 1600 setiap hari (bila
-2000 kkal mungkin)
Intake protein +- 40 gr pertahankan
/hari keseimbangan intake
Makanan yang dan output
disajikan habis jelaskan kepada klien
dimakan tentang pentingnya
nutrisi sebagai
penghasil kalori yang
sangat dibutuhkan
kembali melakukan
aktifitras secara
normal
Anjurkan klien untuk
menentukan program
latihan dan waktu
untuk istirahat
Beri kesempatan pada
klien untuk bertanya
mengenai hal-hal
yang tidak
diketahuinya.
9 Resti infeksi b/d kerusakan Infeksi tidak terjadi Kaji sejauh mana
integritas kulit dengan KH : pengetahuan klien
Suhu 36 37 C tentang kondisi,
TD 100-140/60 90 prognosis dan
mmHg harapan masa depan
Leukosit 5000 Diskusikan harapan
-10.000.ul klien untuk kembali
Tidak ada kemerahan, kerumah, bekerja dan
pembengkakan, dan kembali melakukan
kelainan fungsi aktifitras secara
normal
Anjurkan klien untuk
menentukan program
latihan dan waktu
untuk istirahat
Beri kesempatan pada
klien untuk bertanya
mengenai hal-hal
yang tidak
diketahuinya.