PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Epilepsi dikenal sebagai salah satu penyakit tertua didunia dan menepati urutan
kedua dari penyakit saraf setelah ganguan peredaran otak. Dengan tatalaksana yang baik
sebagian bsar penderita dapat terbebas dari penyakitnya. Walaupun penyakit epilepsi
sudah dikenal lama dalam masyarakat, terbukti dengan adanya istilah-istilah bahasa
daerah untuk penyakit epilepsi seperti ayan, sawan, sekalor, dan celengan, tetapi
penyakit-penyakit ini masih kurang bahkan salah sehingga penderita tergolongkan dalam
penyakit jiwa ( gila ), ketakutan, keturunan sehingga penderita tidak diobati atau
disembunyikan. Akibanya banyak penderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan mendapat
pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan psikososial yang
merugikan baik penderita maupun keluarga.
Rangsangan dapat berupa rangsangan listrik, kimia, mrkanik. Implus akan diantar
melalui akson dan diteruskan diujung saraf yang kemudian akan terjadi perubahan
potensial yang khas, yaitu akan terjadi perubahan potensial listrik dalam saraf bila
menghantarkan implus.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Epilepsi adalah serangan kejang yang hilang timbul dimana kejang kejang
merupakan sifat abnormal yang berkaitan dengan aktivitas listrik otak yang berlebihan
( Hendarto. 1988 ).
Anak dianggap menderita epilepsi jika ia telah lebih dari 1 kali menderita bangkitan
kejang spontan / epilepsi atau gangguan yang ringan ( Ngastiyah. 2000 )
Eplepsi merupakan gangguan saraf pusat ( SSP ) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan
( seizure, fit, attack, spell ) yang bersifat spontan ( unprovoked ) dan berkala
( Harsono.2007 ).
B. Klasifikasi
Bangkitan epilepsi parsial disebabkan oleh lesi atau kelainan lokal pada otak. Bangkitan
epilepsi parsial dibagi menjadi :
Bangkitan sensorik sering kali muncul halusinasi atau ilusi yang melibatkan rasa
sentuh ( parestesi atau baal ), penghiduan ( menangkap bau yang aneh ),
pengecapan lidah ( rasa yang aneh atau abnormal ), penglihatan ( halusinasi
visual berbentuk atau tidak berbentuk ) dan pendengaran ( suara gemuruh,
mendering, musik, atau aneka suara )
Bangkitan psikis timbul dari sistem limbik dan area neokorteks pada lobus frontalis
dan temporalis.
Bangkitan epilepsi berlangsung sekitar 30 detik atau kurang, tidak ada gejala pasca
bangkitan walaupun penderita dengan bangkitan parsial motorik mengalami baal
atau kelemahan pada bangkitan tubuh tertentu ( Todds paralysis )
EEG memberi gambaran cetusan kontralateral lokal, mulai di korteks yang sesuai
dengan gejala yang tampak.
bangkitan epilepsi umum sekunder terjadi melalui beberapa tahapan yang merupakan
refleksi dari penyebaran cetusan ke berbagai area otak yang berbeda.
garnd mal merupakan sejenis epilepsi yang paling sering dijumpai pada
anak
Bangkitan dapat terjadi pad umur beberapa saja, namun paling sering
terjadi pada umur 0 20 tahun.
petit mal disebut juga sebagai ekjang murni ( typical absence ) atau simple absence.
Bangkitan berlangsung singkat hanya beberapa detik ( 5 15 detik ).
Awitan pada umur 4 14 tahun dan sering kali menghilang pada umur 18
tahun.
Penderita mengalami bangkitan klonik ringan pada sudut mulut mata atau
anggota gerak.
EEG menunjukkan poal yang khas, ialah 3 Hz per second spike and
waves.
Prognosis jangka panjang adalah baik terutama untuk penderita yang tidak
mengalami bangkitan tonik klonik umum.
d. Bangkitan Atonik
e. Bangkitan Mioklonik
Bangkitan bersifat mendadak, singkat, berupa kedutan otot atau sekelompok otot.
Bangkitan seperti ini sering muncul pada saat penderita jauth tertidur. Mioklonus
epileptik biasanya menyebabkan sentakan sinkron dan bilateral pada leher, bahu, lengan
atas, tubuh dan tungkai atas. Bangkitan mioklonik terjadi pada berbagai jenis sindrom
epilepsi
f. Bangkitan Tonik
Dicirikan oleh pengkakuan bilateral secara mendadak pada tubuh, lengan atau
tungkai. Bangkitan berlangsung kurang dari 20 detik dan muncul lebih sering pada saat
penderita tidur. Dijumpai terutama pada anak berusia muda biasanya berhubungan
dengan gangguan metabolik atu defisit neurologik. Sering kali muncul bersama-sama
dengan jenis bangkitan lainnya maupun berbagai sindrom epilepsi. Bangkitan
berlangsung selama 10 60 detik, singkat dan dapat diikuti oleh gejala pasca bangkitan.
C. Etiologi
c. kelainan metabolik
Ketidakseimbangan elektrolit
Defisiensi nutrisi
d. trauma kepala
f. Gangguan kardiovaskular
Terjadi karena stroke dan pada lanjut usia yang terkena infeksi.
g. Infeksi
Komplikasi AIDS
h. Penyakit degeneratif
Demensia Alzheimer.
kelainan intra-uterin, dapat disebabkan oleh ganguan migrasi dan deferensiasi sel
neuron
Epilepsi pada usia ini dapat disebabkan oleh kejang demam yang biasanya dimulai
pada usia 6 bulan, terutama pada golongan demam komplikasi. Cidera kepala merupakan
faktor penyebab lain, walaupun kejadian lebih ringan kemungkinan terjadi epilepsi lebih
tinggi dari pada dewasa. Ganguan metabolik sama dengan kelompok usia sebelumnya.
Keracunan timah hitam dan logam berat lainnya misalnya thalium,arsen dan air raksa,
dapat menimbulkan epilepsi.
Degenerasi serebral primer dapat terjadi oleh gangguan enzim yang di turunkan
secara genital misal gangguan enzim lipodosis, berhubungan dengan proses infeksi
misalnya panensefilitis sklerosa subakut. Keadaan ini biasanya berupa mioklonik
Dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit dan abses otak yang fekuensinya
sampai 32%, yang meningkat setelah tindakan operasi.
Cidera kepala merupakan penyebab tersering, sesuai oleh tumor otak dan infeksi.
D. Status epileptikus
Jika serangan-sarangan terjada begitu sering sehingga pasien belum keluar dari satu
serangan telah mendapat serangan yang lain, maka pasien berada dalam status
epileptikus.
Serangan berulang-ulang bisa tiap tipe walaupun biasanya pada serangan umum
tonik-klonik. Hal ini merupakan hal yang medis emergensi karena bisa menyebabkan
kerusakan otak untuk permanen.
Penyebab status epileptikus yang paling sering adalah suhu yang tinggi atau obat
antileptiknya diberhentikan. Penyebab lain adalah karena ganguan-ganguan
metabolik,kurang tidur, meningitis, trauma otak, intoksikasi obat, menghentikan obat-
obat sedativ, alkohol, dll.
E. patofisiologi
Bangkitan epilepsi terjadi apabila proses eksitas didalam otak lebih dominan
daripada proses inhibisi. Perubahan- perubahan didalam eksitasi aferen,disinhibisi
pergeseran konsentrasi ion ekstra sesuler, voltage-gatet ion-channel open-ing, dan
menguatnya sinkroni neuran sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan perambatan
aktivitas bangkitan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion didalam
ekstraseluler dan intraseluler, dan oleh gerakan keluar masuknya ion-ion menerobos
membran neuron.
Sampai dengan pertengahan tahun 2001 para peneliti epilepsi masih berupaya keras
untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi berkenaan dengan cetusan listrik
disekelompok neuron yang mendasari fenomenologi epilepsi ( sebagaimana dicurigai
oleh Hippocrates sejak dahulu kala ). Perkembangan terbaru menunjukan telah
diketahuinya kelainan yang bertanggung jawab atasepilepsi yang diwariskan termasuk
masalah-masalah ligand-gated ( subunit reseptor asetikolin nikotinat ) dan voltage-gated (
subunit saluran kalium dan natrium ). Sebagai contoh adalah autosomal-dominant
nocturnal frontal lobe epilepsi telah diketahui sebabnya, ialah mutasi subunit alfa 4 yang
terdapat direseptor nikotinat, benign neonatal familial convulsions disebabkan oleh
mutasi saluran kalium, dan epilepsi umum dengan febrile convulsion plus yang
disebabkan oleh kelainan pada saluran natrium. Mekanisme lain yang mungkin
bertanggung jawabatasepileptogenesis antara lain perubahan neurotransmisi pemicudan
penghambat serta kelainan aruskalium.
Lesi pada otak tengan, talamus dan kortek serebri kemungkinan bersifat epilepogenik.
Sedangkan lesi pada sereblum dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan
epilepsi.
Bangkita epilepsi yang terjadi karena adanya lepasnya muatan listrik yang
berlebihan dari sekelompok neuron tersebut atau meluas keseluruh himesfer dan batang
otak. Lepas muatan listrik yang abnormal ini terjadi karena adanya ganguan
keseimbangan antara proses eksistasi dan inhibisi pada intraksi neuron. Hal ini dapat
disebabkan oleh ganguan pada sel neuronya sendiri maupuntransmisi sinaptik.
Transmisi sinaptik oleh neuron transmiter yang dapat bersfat eksitasi atau inhibisi
dalam keadaan ganguan keseimbangannya akan mempengaruhi polarisasi membran sel.
Neurontransmiter yang bersifat inhibisi diman akan menimbulkan hypolarisasi membran
diantaranya GABA dan glisin, sedangkan yang bersifat fasilitasi atau eksitasi akan
menimbulkan keadaan depolarisasi yang akan melepaskan muatan listrik secara
berlebihan diantaranya aseltilkolin noradrenalin, dopamin, 5 hidroksitriptamin.
Karena hal tersebut diatas beberapa keadaan dapat mencetuskan bangkitan epilepsi
diantaranya faktor genetik dimana sel neuron mempunyai faktor intrinsikuntuk
terjadinyalepas muatan listrikyang abnormal, perubahan pada sel yang ditimbulkan oleh
ganguan keseimbangan elektrolit misalnya anoksia, hipoksia, hipokopnia, hipoglikemia,
hipokalsemia, dehidrasi, ganguan hormon adernal dan progesteron, gangguan pelepasan
neuronstranmister misalnya pada kerusakan serebral atau adanya toksin.
Penyebaran fokus epileptik dari sekelompok neuron ke bagian otak lain dapat
terjadi oleh gangguan pada kelompok neuron inhibitor yang berfungsi menahan pengaruh
sel neuron lain sehingga terjadi sinkronisasi dan aktifasi yang berulang-ulang, sirkuit
kortiko kortikal dimana perluasan terjadi melalui serabut asosiasi ataukekonralateral
melalui kospos kallosum, projeksi talamo-kortikaldifus dimana penyebaran keseluruh
ARAS sehingga penderita kehilangan kesadarannya atau gangguan pada formatoin
retikularis sehingga sistemmotoris kehilangan kontrol normalnya, menimbulkan kontraksi
otot polos.
F. Phatway
g. Faktor Pencetus
a. Cahaya tertentu
Cahaya tertentu dapat merangsang terjadinya bangkitan, epilepsi demikian ini disebut
epilepsi fotosensitif atau fotogenik. Cahaya yang mampu merangsang terjadinya
bangkitan adalah cahaya yang berkedip-kedip dan atau yang menyilaukan. Epilepsi ini
sering terjadi pada anak usia 6-12 tahun.
b. Kurang tidur
kurang tidur maupun pola tidur yang tidak teratur dapat merangsang terjadinya bangkitan.
Kurang tidur dapat menurunkan ambang bangkitan yang kemudian memudahkan
terjadinya bangkitan.kurang tidur dapat memperberat dan memperlama bangkitan.
faktor makan dan minum sehari-hari dapat menjadi masalah pada penderita epilepsi.
Makan dan minum harus teratur, jangan sampai terlalu lapar, terlalu haus, dan sebaliknya:
jangan terlalu kenyang, terutama terlalu banyak minum.keteraturan dapat terjaga pada
saat menjalani ibadah puasa.hipoglikemi dapat memicu terjadinya bangkitan, keadaan ini
dapat terjadi pada program diet yang ketat atau akibat dari obat antidiabetes.
d. Suara tertentu
Epilepsi jenis ini disebut epilepsi audiogenik atau epilepsi musikogenik. Suara dengan
nada tinggi atau berkualitas keras dapat menimbulkan bangkitan.
Reading epilepsi berarti bangkitan yang dirangsang oleh kegiatan membaca. Bahan yang
dapat berupa bacaan biasa ( berita, cerita ) maupun yang memberi persoalan sehingga
penderita harus berfikir. Eating epilepsy menunjukkan bahwa bangkitan terjadi pada saat
penderita menguyah makanan. Faktor pencetusnya bukan kegiatan mengunyah tetapi
bahan makanan yang dikunyah.
g. Drug abuse
h. Menstruasi
Penderita epilepsi akan mengalami peningkatan bangkitan pada menjelan, selama dan
setelah menstruasi yang berkaitan dengan kadar hormon estrogen yang tinggi dan
rendahnya kadar progesteron. Merupakan refleksi exitatory effects dari estrogen dan
inhibitory effect dari progesteron terhadap ambang bangkitan. Hormon steroid dapat
menembus blood brain barrier dengan mudah. Sel-sel otak dapat mempengaruhi estrogen
dan progesteron secara langsung. Estrogen dapat memudahkan terjadinya bangkitan
dengan cara menurunkan ambang bangkitan, sementara progesteron bertindak
sebagaimana OAE dengan cara menaikkan ambang bangkitan.estrogen mampu
mempengaruhi aksis stres dan juga berpengaruh secara langsung terhadap hipokampus
dan amigdala.sehingga estrogen mempunyai 2 jalur untuk memudahkan terjadinya
bangkitan.
i. Stres
Stres berkaitan dengan jenis emosi yang tidak mengenakkan perasaan. Stres dapat
mengganggu pola tidur. Penderita epilepsi dapat lupa minum obat ketika stres, selain itu
stres dapat mengubah konstelasi hormon misalnya meningkatkan kadar kortisol,
peningkatan ini berpengaruh terhadap ambang bangkitan.
Kejang
i. Penatalaksanaan
Menghindari faktor pencetus diantaranya stres dan emosi yang tidak stabil,
cepat marah, cemas, kegembiraan yang berlebihan, kelelahan fisik.
2. Pengobatan
a. pengobatan kausal
pada penderita epilepsi harus diselidiki apakah ia menderita penyakit yang masih aktif
misalnya tumor serebri, hematoma subdural kronik. Bila demekian kelainan ini harus
segera diobati. Kadang-kadang ditemukan lesi aktif / progresif yang belum ada obatnya
misalnya penyakit degeneratif. Pada sebagian besar penderita epilepsi , tidak dapat
menentukan adanya lesi ( idiopatik, kriptogenik ) atau lesi sudah inaktif ( sekuel ), misal
sekuel karena trauma lahir, meningoensefalits. Dalam hal ini pengobatan ditujukan
terhadap gejala epilepsinya.
b. Pengobatan Rumat
Penderita epilepsi umumnya cenderung untuk mengalami serangan kejang secara spontan
tanpa faktor provokasi yang kuat / yang nyata. Timbulnya kejang ini harus dicegah
karena dapat menimbulkan cedera / kecelakaan . disamping kejang itu sewndiri dapat
menimbulkan kerusakan pada otak. Pada penderita epilepsi diberikan obat anti epelepsi
( OAT ) konvulsan secara rumat
Kejang yang terajdi saat kambuh harus ditangani secepat mungkin. Diberikan
antikonvulsan misalnya : diazepam. Masa kerja diazepam singkat sehingga pemberiannya
perlu diikuti oleh obat antikonvulsan yang lain ( fenobarbital intramuskular ). Bila tidak
ada diazepam, dapat diberikan fenobarbital ( lumina )
Pengobatan sebaiknya dimulai dengan satu macam antikonvulsan dengan dosis rendah,
bila dosis kurang memuaskan dosis dapat ditingkatkan. Bila perlu antikonvulsan dapat
diganti / ditambah dengan anti konvulsan yang lain.
Mg/KgBB/hari
j. Pemeriksaan penunjang
k. Prognosis
Penderita sindrom epileptik yang berobat teratur,0,5 akan bebas serangan paling
sedikit 2 tahun, dan bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir, obat di hentikan,
penderita tidak mengalami sawan lagi, dikatakan telah mengalami remisi adalah lamanya
sawan, etiologi, tipe sawan, umur awal terjadi sawan, sawan tonik-klonik,sawan lena dan
sawan persial kompleks akan mengalami remisi pada hampir lebih dari 50% penderita.
Makin muda usia awal terjadi sawan remisi lebih sering terjadi. Sesudah terjadi remisi,
kemungkinan terjadinya serangan ulang paling sering didapat pada sawan tonik-klonik
dan sawan persial komplek. Demikian pula usai lebih mudah mengalami relaps sesudah
remisi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Doagnosa
1. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas
c. Asuhan keperawatan
dx:1
intervensi:
- jaga agar saluran nafas klien lancar dengan memiringkan kepala klien
Dx:2
Intervensi:
- longgarkan pakaian
dx:3
intervensi:
- Dorong pasien dapat mempergunakan kekuatan atau hal-hal yang positif pada
dirinya sehingga sehingga dapat mengurangi stress.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Epilepsi adalah serangan kejang yang hilang timbul dimana kejang kejang merupakan
sifat abnormal yang berkaitan dengan aktivitas listrik otak yang berlebihan ( Hendarto.
1988 ).
Anak dianggap menderita epilepsi jika ia telah lebih dari 1 kali menderita bangkitan
kejang spontan / epilepsi atau gangguan yang ringan ( Ngastiyah. 2000 )
Eplepsi merupakan gangguan saraf pusat ( SSP ) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan
( seizure, fit, attack, spell ) yang bersifat spontan ( unprovoked ) dan berkala
( Harsono.2007 ).
Klasifikasi epilepsi bangkitan epilepsi parsial, bangkitan epilepsi umum. Penyebab
epilepsi dapt dibedakan berdasarkan umur penderita yaitu pada usia 0-6 bulan bisa
disebabkan kelainan selama persalinan berhubungan dengan asfiksia dan perdarahan
intrakranial,kelainan kogenital, ganguan metabolik, infeksi susunan saraf pusat.pada usia
6 bulan3 tahun yaitu disebabkan karena kejang demam yang dimulai dari usia 6 bulan,
trauma pada golongan kejang demam komplikasi
b. Saran
- bagi para orang tua kenali secara dini tanda dan gejala epilepsi
- jangan biarkan anak kejang demam terlalu lama dan terus menerus karena akan
merusak susunan saraf pusat.
Daftar pustaka
Asih,N, luh gede yasmin. 1994. asuhan keperawatan pada pasien dengan ganguan
sistem pernafasan. Jakrta : EGC
www.sumeks.co.id
Whaly l.f. and D. L. Wong. 1995. nursing care of infants and children. St. Louis: mosby
year book