Anda di halaman 1dari 30

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPSUS RAWAT INAP

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2017


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

DIARE AKUT

Disusun Oleh :

Willy Oematan (1208017045)

Pembimbing Klinik I

dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp.A

Pembimbing Klinik II

dr. Debora Shinta Liana Raya, Sp.A

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES

KUPANG

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini diajukan oleh :


Nama : Willy Oematan, S.ked
NIM : 1208017045
Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan di hadapan para pembimbing klinik sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Pembimbing Klinik

1. dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp.A 1. .


Pembimbing Klinik I
2. dr. Debora Shinta Liana, Sp.A 2. .
Pembimbing Klinik II

Ditetapkan di : Kupang

Tanggal : Oktober 2017

1
LAPORAN KASUS RAWAT INAP
DIARE AKUT
Willy oematan, S.Ked
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp.A dan Dr. Debora Shinta Liana Raya, Sp.A

BAB 1
PENDAHULUAN

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi


atau buang air besar lebih dari biasanya yaitu lebih dari 3 kali dalam 24 jam disertai
perubahan konsistensi tinja(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir.(1)
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari 14 hari pada bayi yang minum ASI sering frekuensi
buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi
masih bersifat fisiologis atau normal(1).
Diare masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada anak di negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia. Beberapa upaya menurunkan angka kematian
selama beberapa dekade terakhir, diare dan kurang gizi yang saling berhubungan sebab
akibat masih merupakan penyebab tersering disability adjusted life years (DALYs).
Diare menyebabkan 1-2,5 milyar kesakitan dan 1,5-2,5 juta kematian per-tahun pada
anak kurang dari lima tahun di negara yang sedang berkembang. Berdasarkan data
survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 penyebab secara umum kematian
bayi dan anak di bawah usia lima tahun (balita) adalah diare, secara berturut-turut
41,4% dan 25,2%. Diare persisten dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan,
defisiensi mikronutrien, gangguan tumbuh kembang, dan meningkatan angka kesakitan
dan kematian dari penyakit lain. Saat ini data epidemiologi diare persisten di Indonesia

2
belum ada, namun data prevalensi diare persisten di rumah sakit, antara lain RSCM,
dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2010 sebesar 19% (47/253).(2)
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
tidak memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan atau MCK (Mandi, Cuci, Kakus), kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan
yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat
meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung dan menurunnya motilitas usus.(1)

Berikut ini akan dibahas refleksi kasus mengenai diarea akut pada anak usia 1
tahun 2 bulan yang dirawat di ruang rawat inap anak kelas 3 Rumah Sakit Umum
Daerah Prof.Dr.W.Z Johannes Kupang.

3
BAB 2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : An. S.T
Tanggal lahir/Umur : 17 Juli 2016 /1 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Alamat : Semau

ANAMNESIS (Heteroanamnesis dengan Ibu pasien) 04-10-2017


Keluhan Utama : Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD rumah sakit karena mencret sejak
1 hari SMRS mencret 5 kali berwarna kuning, tinja cair, darah (-), lendir (-) kira-kira
sebanyak 1 gelas air mineral, pasien juga muntah sebanyak 10 kali isi cairan dan
makanan yang dimakan, kira-kira gelas air mineral, demam (+) sudah 2 hari dan
hilang timbul terutama pada sore, batuk (-) , sesak napas (-), nafsu makan baik, pasien
rewel, buang air kecil baik berwarna jernih kekuningan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sering batuk pilek sejak usia 5 bulan, belum pernah
mengalami mencret sebelum nya.
Riwayat pengobatan : dapat oralit dan pil anti muntah di PKM 1 hari SMRS dari IGD
di berikan IVFD RL, ondancentron amp, oralit, zinc 1x1, dan paracetamol 3x cth
Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada keluarga yang mengalami hal serupa
Riwayat Imunisasi: HB O (-), BCG (-), polio 2x, DPT 2x, campak (-)

Anamnesis makanan :
- ASI : usia 0-6 bulan
- Susu formula : usia 6 bulan
- Bubur : usia 6 bulan sampai sekarang

4
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 7 kg BB/U = < -2SD
Tinggi badan : 72 cm TB/U= > -2 SD
Lingkar Kepala : 43 cm
Status Gizi : BB/TB - 3SD (gizi kurang)

Tanda vital :
Nadi = 96 x/menit, reguler, kuat
Respirasi = 30 x/menit
Suhu badan = 38,3 0C
Kulit : Ruam (-), petekie (-), turgor kulit baik (-), sianosis (-), pucat (-)
Kepala : Bentuk normocephal (+), LK 43cm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata cekung (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-), deformitas (-).
Telinga : Otorrhea (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), Tonsil T1T1 non hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada perbesaran
kelenjar tiroid
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan sama dengan kiri, tidak teraba massa, tidak
teraba krepitasi, tidak ada nyeri tekan
Perkusi paru : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri.
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V linea midclavicular sinistra
Perkusi : Batas jantung normal

5
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Undulasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), supel, turgor < 2 detik
Anggota gerak : - Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT < 3 detik
- Ekstremitas bawah : Akral hangat, CRT < 3 detik
Genital : Edema (-) Scrotum dan penis
Punggung : Tidak ada kelainan, lordosis (-), kifosis (-), scoliosis (-).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (04-10-2017)
DARAH LENGKAP Hitung jenis:
Hb :11,9 g/dl Basofil : 1 %
Leukosit : 29,3 rb/ul Eosinofil : 0 %
Eritrosit : 4,80 jt/ul Neutrofil : 79,1 %
Hematokrit : 36,9% Limfosit :14.53 %
Trombosit: 451 Monosit :5%
MCV :76,9
MCH :24,8
MCHC :32,2

RESUME :
Pasien mencret sejak 1 hari SMRS mencret 5 kali berwarna kuning, tinja cair,
darah (-), lendir (-) kira-kira sebanyak 1 gelas air mineral, pasien juga muntah sebanyak
10x isi cairan dan makanan yang dimakan, kira-kira gelas air mineral, demam (+)
sudah 2 hari dan hilang timbul terutama pada sore, batuk (-), sesak napas (-), nafsu

6
makan baik, pasien masih mau minum, buang air kecil baik berwarna jernih
kekuningan, pasien sudah mendapat resusitasi cairan di IGD, Pada pemeriksaan fisik
didapatkan :, N=96x/menit S=38,3 0C, R=30x/menit. Pemeriksaan fisik lain dalam batas
normal.
Hasil laboratorium :
DARAH LENGKAP Hitung jenis:
Hb :11,9 g/dl Basofil : 1 %
Leukosit : 29,3 rb/ul Eosinofil : 0 %
Eritrosit : 4,80 jt/ul Neutrofil : 79,1 %
Hematokrit : 36,9% Limfosit :14.53 %
Trombosit: 451 Monosit :5%
MCV :76,9
MCH :24,8
MCHC :32,2

DIAGNOSIS KERJA :Diare akut dehidrasi ringan sedang


TERAPI

1. IVFD RL + ondancentron amp/24jam


2. Ampicilin 4x 175mg
3. Zinc 1x 20mg
4. Oralit
5. Paracetamol syr 3x cth

7
FOLLOW UP

05 oktober 2017 06 oktober 2017

S Mencret 5x dari malam sampai pagi, darah Mencret 4x malam dan 1x pagi, darah (-),
(-), warna kuning, darah (-), muntah 1 kali warna kuning, darah(-), demam (+) muntah (-)
isi air dan makanan yang dimakan

O T =36,80C TD = 110/80
RR= 30 x/menit T=36,40C
Nadi= 104x/menit, regular, kuat angkat RR= 26 x/menit
Mata : konjunctiva pucat -/-, sclera ikterik Nadi= 96x/menit, regular, kuat angkat
-/-, cekung (-) Mata : konjunctiva pucat -/-, sclera ikterik -
Hidung : Rhinorea -/-, pernapasan cuping /-, cekung (-)
hidung -/- Hidung : Rhinorea -/-, pernapasan cuping
Mulut : mukosa bibir lembab, pucat (-) hidung -/-
Leher : KGB membesar (-). Mulut : mukosa bibir lembab, pucat (-)
Thorax : simetris, retraksi (-) Leher : KGB membesar (-).
Jantung (asukultasi): S1 S2 tunggal Thorax : simetris, retraksi (-)
reguler , murmur (-) gallop (-) Jantung (asukultasi): S1 S2 tunggal reguler ,
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), murmur (-) gallop (-)
Wheezing (-/-) Pulmo: Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Abdomen : tampak cembung, BU (+) Wheezing (-/-)
kesan normal, hepar dan lien tidak teraba. Abdomen : tampak cembung, BU (+) kesan
Ekstermitas : akral hangat, CRT < 3 normal, hepar dan lien tidak teraba.
detik Ekstermitas : akral hangat, CRT < 3 detik
A Diare akut tanpa dehidrasi Diare akut tanpa dehidrasi

P IVFD Rl 700cc + ondancentron 0,5ml/ IVFD Rl 700cc/ 24jam


24jam ondancentron 0,5ml stop
Zinc 1x 20mg Zinc 1x 20mg
Paracetamol 3x cth Paracetamol 3x cth P.R.N
Ampicilin 4x 175 Ampicilin 4x 175
oralit Oralit

8
07 oktober 2017 08 oktober 2017

S Mencret 2x dari malam sampai pagi, darah Mencret 1x dari malam sampai pagi, darah (-),
(-), warna kuning, darah (-), muntah (-), warna kuning, darah (-), muntah (-), demam
demam (+) (+)

O T =38,20C T=38,90C
RR= 32 x/menit RR= 36 x/menit
Nadi= 110x/menit, regular, kuat angkat Nadi= 110x/menit, regular, kuat angkat
Mata : konjunctiva pucat -/-, sclera ikterik Mata : konjunctiva pucat -/-, sclera ikterik -
-/-, cekung (-) /-, cekung (-)
Hidung : Rhinorea -/-, pernapasan cuping Hidung : Rhinorea -/-, pernapasan cuping
hidung -/- hidung -/-
Mulut : mukosa bibir lembab, pucat (-) Mulut : mukosa bibir lembab, pucat (-)
Leher : KGB membesar (-). Leher : KGB membesar (-).
Thorax : simetris, retraksi (-) Thorax : simetris, retraksi (-)
Jantung (asukultasi): S1 S2 tunggal Jantung (asukultasi): S1 S2 tunggal reguler ,
reguler , murmur (-) gallop (-) murmur (-) gallop (-)
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Pulmo: Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-) Wheezing (-/-)
Abdomen : tampak cembung, BU (+) Abdomen : tampak cembung, BU (+) kesan
kesan normal, hepar dan lien tidak teraba. normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat, CRT < 3 Ekstermitas : akral hangat, CRT < 3 detik
detik
Elektrolit
Na : 141 mmol/L, Kalium : 3,1mmol/L,
klorida : 107 mmol/L
A Diare akut tanpa dehidrasi + hipokalemia Diare akut tanpa dehidrasi
ringan
P IVFD D5 NS 1400cc/24 jam IVFD D5 NS 1000cc/24 jam
Zinc 1x 20mg Zinc 1x 20mg
Paracetamol 3x cth Paracetamol 3x cth
Ampicilin 4x 200 Ampicilin 4x 200
oralit Oralit

9
BAB 3
DISKUSI

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari 14 hari Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi
buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi
masih bersifat fisiologis atau normal(1).
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebanya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin nutrisi untuk mencegah virus mengganggu
pertumbuhan akibat diare.(1)

Pada kasus pasien anak berusia 1 tahun 2 bulan dengan keluhan mencret sudah 5
kali sejak 1hari SMRS konsistensi tinja cair berwarna kuning tidak ada darah dan lendir
disertai muntah >10 kali berisi makan dan cairan yang di makan, pasien di diagnosa
dengan diare akut dehidrasi ringan sedang, Disebut diare akut karena frekuensi
BAB>3x sehari, bentuk cair dengan disertai lendir, <7 hari. Kriteria dehidrasi ringan
sedang karena memenuhi kriteria B : dengan keadaan umum : Gelisah, rewel, mata
cekung, mulut dan lidah kering, pada saat diperiksa pasien sudah di berikan resusitasi
cairan dari IGD sehingga pada pemeriksaan fisik tidak di temukan kelainan.

3.1 Cara penularan dan faktor resiko diare

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat. (4F= field, flies, fingers, fluid).(1)

10
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
tidak memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan atau MCK (Mandi, Cuci, Kakus), kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan
yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat
meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung dan menurunnya motilitas usus.(2)

Bermacam enteropatogen dapat menyebabkan diare pada anak, dan hal ini
dipengaruhi oleh faktor usia, imunokompeten, mendapatkan ASI atau tidak, dan
tergantung pada musim. Enteropatogen penyebab diare persisten tidak selalu sama pada
saat episode diare akut, yang berarti infeksi sekunder merupakan penyebab terpenting
terjadinya diare persisten. Infeksi dengan beberapa patogen juga merupakan faktor
risiko terjadinya diare persisten.(3)
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan
makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan
kadar antibody ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan
yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja
manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan
enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi
atau penyakit yang berulang yang membantu menjelaskan menurunnya insiden
penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.(1)
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik
ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.
pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu,
tinja penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius.

11
Orang dengan infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam penyebaran
banyak eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi,
tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang
lain.(1)
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di daerah
tropis, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan
diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin.
didaerah tropic (termasuk Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat
terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri terus meningkat pada musim hujan.(1)
4. Epidemi dan pendemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemic
dan pandemic dan mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada
semua golongan usia. sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera
0.1 biotipe eltor telah menyebar ke negara-negara di afrika, amerika latin, asia,
timur tengah, dan beberapa daerah di amerika utara dan eropa. dalam kurun
waktu yang sama Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab wabah yang besar di
amerika tengah dan terakhir di afrika tengah dan asia selatan. Pada tahun 1992
dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemic di Asia
dan lebih dari 11 negara mengalami wabah.(1)

Pada kasus pasien mendapat ASI ekslusif sampai 6 bulan, faktor resiko yang
mungkin berpengaruh adalah kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan
dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik,
faktor umur pasien dan faktor musim di daerah tropic.

3.2 Patofisiologi

Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.
Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering

12
ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat
terjadi bersamaan pada satu anak.(1),(4)

1. Diare osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir
ke arah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan
mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal
yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali,
akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat
diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi
kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan
jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan
memberikan dampak yang sama.(1)

2. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus
yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan
sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan
elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin
E.coli atau V. Cholera(.1)

Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda osmotik


dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan
kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan

13
mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan
osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 290-2
(Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan
beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare
mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari 20
mOsm/L.(3)

Tabel 1. Diare osmotik & diare sekretorik

Osmotik Sekretorik
Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari
Puasa Diare berhenti Diare berlanjut
Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L
Reduksi (+) (-)
pH tinja <5 >6

Pada kasus pasien tidak dipuasakan dan tidak dilakukan pemeriksaan tinja
sehingga data yang ada hanya volume tinja kira-kira sebanyak 1 gelas air mineral
(240ml). Dari volume tinja pasien termasuk diare sekretorik.

3.3 manifestasi klinik


Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik (
hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bias tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.(1)

14
Tabel 2. Tanda dan gejala klinis dehidrasi

Gejala & tanda A B C


Keadaan umum Baik, sadar Gelisah rewel Letargik, kesadaran
menurun
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Basah Kering Sangat kering
Mulu/lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum normal Tampak kehausan Sulit/tidak dapat
tidak haus minum
Kulit Turgor kembali Trugor kembali Turgor kembali
cepat lambat sangat lambat
Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
sedang

Pada kasus pasien tampak rewel, namun pemeriksaan fisik dalam batas normal
karena pasien sudah mendapat resusitasi cairan di IGD sehingga pasien didiagnosa
dengan diare akut tanpa dehidrasi, kemudian setelah dirawat diruangan dilakukan
pemeriksaan elektrolit hasilnya Natrium : 141 mmol/L, Kalium : 3,1mmol/L, klorida :
107 mmol/L, pasien mengalami hipokalemia ringan, dan tidak dilakukan pemeriksaan
analisis gas darah karena tidak tersedianya sarana.

Demam umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare sering terjadi
pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya demam akan timbul jika
penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi
karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan
akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Nyeri perut yang lebih hebat dan
tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rectum menunjukan terkenanya usus
besar. Mual dan muntah adalah symptom yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin

15
disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas
seprti:enteric virus, bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan
cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Muntah dapat
disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang menyebabkan gangguan fungsi
usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat (1).

Pada kasus pasien juga di keluhkan mengalami demam 2 hari namun hilang
timbul. Demam yang dialami pasien bukan akibat dehidrasi kerena terjadi 1 hari
sebelum keluhan mencret dan berlangsung hilang timbul hingga hari ke 4 dirawat dan
telah diberikan antibiotik ampicilin 4 x175mg selama 4 hari perawatan. Pasien juga
mengalami muntah yang sudah 10 kali berisi makan dan cairan 1 hari SMRS dan
membaik setalah 1 hari dirawat dan direhidrasi

3.4 Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak


diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita
dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, AGD, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan antibiotik, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit.(1)

3.5 Penatalaksanaan

Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi dengan oralit
baru, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap diteruskan,
antibiotik selektif dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:

1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada

16
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah
diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc(1,5)

Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:(4)

1. Rencana terapi A : pengobatan diare tanpa dehidrasi

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:


a. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan pada ibu:

- pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan


yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
- jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang sebagai
tambahan
- jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut
ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur) atau air matang
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:

- anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan


- anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat

Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit
(200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan
termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya
sehari-hari:

- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

17
- >2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu


- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/
cangkir/gelas
- jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudian lanjutkan lagi dengan
lebih lambat.
- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

b. Beri tablet Zinc

Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan
dosis :
- umur <6 bulan : tablet (10 mg) perhari
- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

c. Lanjutkan pemeberian makanan sedikit- sedikit tetapi sering (6 kali sehari)


serta rendah serat hindari makanan yang meransang saluran cerna ( pedis,
asam, terlalu banyak lemak) buah- buahan dapat diberikan terutama
pisang(1,5).

2. Rencana terapi B : diare dehidrasi ringan-sedang

Penanganan dehidrasi ringan-sedang dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai


yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Usia <4 bulan 4-11 bulan 12-23 bulan 5-4 tahun 5-14tahun >15 tahun
Berat badan <5 kg 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg >30 kg
Jumlah (ml) 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi


penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi

18
yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum
pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak
larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri
bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai
yang dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak
dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml
air matang selama periode ini. Mulailah member makan segera setelah anak ingin
amkan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit.
berikan tablet zinc selama 10 hari(1,5).

3. Rencana terapi C : penanganan dehidrasi berat

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer
asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai berikut.

Umur Pemberian pertama Pemebrian berikut 70ml/kgBB


30ml/kgBB selama selama
Bayi (bibawah umur12 bulan) 1 jam* 5 jam
Anak (12 bulan sampai 5 30 menit* 2 jam
tahun)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri
tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah
anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak
tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam
atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk
melanjutkan penggunaan(2).

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk
memberikan pada penderita:

19
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung(1).

Pada kasus pasien sudah mendapat resusitasi cairan di IGD sehingga di ruang perawatan
hanya di berikan cairan untuk kebutuhan cairan nya dan oralit sesaui rencana terapi A.

3.5.1 Pemberian Makanan

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah


sembuh. Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak anak mampu
menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya timbul kembali
setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat
kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan
mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau
paling tidak dikurangi. Pada kasus orang tua pasien juga sudah diedukasi untuk tetap
melanjutkan ASI dan makanan (1).

3.5.2 Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare
akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran
cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc
pada diare dapat meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan
meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen di usus.
Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seprti
Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh
karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang memadai.

20
Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc
untuk anak-anak:

- anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari


- anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh
dari diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk
anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit,
Pasien kasus pasien sudah diberikan tablet zinc 1x 20mg. (1).

3.5.3 Antibiotik

Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua daire akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh
bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella,
Campilobacter, dan sebagainya (1).

Tabel 3. Antibiotik pada diare

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif


Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB Erythromycin 12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Pivmecillinam 20 mg/kg BB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10 hari
pada kasus berat)
Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Pada kasus pasien diberikan antibitoik ampicilin dengan dosis 4x 175mg kemudian
dinaikan menjadi 4x 200mg.

21
3.5.4 Obat antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini
berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah: (1)

Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine). Obat-
obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk
mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang menyebabkan
diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus.
Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat
ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak(1).
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii,
paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang
dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu
dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat
memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme
penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari
obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare(1).
Bismuth subsalicylate

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan(1).

22
obat-obat lain:

Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral.
Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare,
muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi(1).

Pada kasus pasien diberikan anti muntah yaitu ondancentron ampul (2mg) yang di
drip dalam 24 jam.

3.6 Pencegahan

1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare

Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.


Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

a. Pemberian ASI yang benar


b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan
dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:

a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

23
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.

c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare berhunbungan dengan


campak, dan diare yang terjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah
diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus.
Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11
bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan
6-25% kematian karena diare pada balita.(1,4)

Pada kasus orang tua pasien harus diedukasi mengenai pencegahan diare yaitu
dengan memutus rantai penularan dengan cara hidup bersih dan sehat, dan pentingnya
imunisasi untuk mencegah atau meminimalisir resiko tertularnya penyakit-penyakit
infeksi.

3.6 Komplikasi

1. Gangguan elektrolit

- Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan


pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi
dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-
5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan
tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan
dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali
natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5%
dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap
500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet

24
normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap
BAB, sampai diare berhenti.1

- Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).
Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum yang
diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8
jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh
melebihi 2 mEq/L/jam.(1)

- Hipokalemia

Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut


kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3
dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2
mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat
menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia
jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi
dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah
diare berhenti(1)

2. Edema/overhidrasi

Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang
tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak.

25
Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan garan
faali. Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan,
kortikosteroid jika kejang(3).

3. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa


cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai
dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup
mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis(3).

4. Ileus paralitik

Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung, muntah,
peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan,
beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.(3)

5. Kejang

o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita dalam
keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB,
diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh
hipoglikemia dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih
kembali.
o kejang demam
o Hipernatremia dan hiponatremia
o penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare,
seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.

6. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa

Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula


selama diare dapat menyebabkan:(3)

26
- Volume tinja bertambah
- berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
- dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Tindakan:

a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa


dan menghidari efek bolus
b. Mengencerkan susu jadi -1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi
kekeurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
c. Pemberian yogurt atau susu ynag telah mengalami fermentasi untuk
mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.
d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti
dengan susu kedelai.

7. Malabsorbsi glukosa

Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan
intravena(3)

8. Akut kidney injury

Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam
setelah hidrasi cukup(3).

Pada kasus komplikasi yang dikethui terjadi adalah dan hipokalemia ringan dari
hasil laboratorium pemeriksaan elektrolit Natrium: 141 mmol/L, Kalium : 3,1mmol/L,
klorida : 107 mmol/L.

27
3.8 Prognosis

Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
akan menjadi diare persisten. Prognosis pada pasien ini ad vitam : bonam, ad
functionam : bonam ad sanationam : bonam.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Idai. 2009;294.


2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan Medis. 1st ed. Pudjiadi AH,
Hegar B, Handryastuti S, editors. Palembang: IDAI; 2009. 58-62 p.
3. UI F. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders.
2012. 156 p.

4. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
5. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition. United
Stated of Amrica, Lippincot wiliams

29

Anda mungkin juga menyukai