Anda di halaman 1dari 24

SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN KASUS

DESEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

SELULITIS ORBITAL

Disusun Oleh :

Claudya Jenermi Susana Tas’au (1208017028)

Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANNES
KUPANG
2017

1|Laporan Kasus Selulitis Orbital


LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama / Stambuk : Claudya Jenermi Susana Tas’au /1208017028
LaporanKasus : Selulitis Orbital
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan klinis pada bagian SMF IlmuPenyakit
Mata RSUD Prof. DR. W.Z Johannes Kupang.

Kupang, Desember 2017

Mengetahui
Pembimbing

dr. EunikeCahyaningsih, Sp.M


PembimbingKlinik

2|Laporan Kasus Selulitis Orbital


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Infeksi pada orbital termasuk kasus yang jarang terjadi, namun infeksi pada orbital
berpotensi dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kebutaan. 1,2 Selulitis orbital adalah
salah satu infeksi yang menyerang jaringan orbital. Selulitis orbital adalah infeksi pada
jaringan lunak dari orbital yang berada pada bagian posterior septum orbital.2,3
Selulitis orbital dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan biasanya berhubungan
dengan komplikasi yang serius. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan selulitis orbital
diantaranya adalah akibat infeksi dari sinus paranasal, Inokulasi langsung kuman kedalam
orbital saat trauma atau pembedahan atau adanya penyebaran secara hematogen dari
bakteremia.3 Peningkatan kejadian selulitis orbital terjadi di musim dingin yang dipengaruhi
oleh peningkatan kejadian sinusitis dalam cuaca dingin dikarenakan biasanya disebabkan
oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoidalis. Pada kasus ini,
riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas sebelum mengalami selulitis orbital sangat
umum terjadi.2 Ada beberapa bakteri yang paling sering ditemukan yaitu, Haemophillus
influenza, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumoniae, dan Streptococcus pyogenes.2
Di Amerika Serikat, telah dicatat peningkatan frekuensi selulitis orbital oleh karena infeksi
Staphilokokus aureus resisten terhadap pengobatan terhamethicillin yang didapat oleh
masyarakat.3
Sebanyak 11% kasus selulitis orbital mengakibatkan kehilangan penglihatan. Diagnosis
dan penanganan yang tepat sangat penting untuk menyembuhkan pasien dengan selulitis
orbital.3Diagnosis dan penanganan yang cepat dan akurat diperlukan agar tidak terjadi
komplikasi yang serius pada mata seperti kebutaan. 1,2

3|Laporan Kasus Selulitis Orbital


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Selulitis orbital adalah salah satu infeksi yang menyerang jaringan orbital yaitu jaringan
lunak dari orbital yang berada pada bagian posterior septum orbital.2,3,4

2.2 Anatomi dan Fisiologi5,6


2.2.1 Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata terhadap trauma,
paparan sinar, dan pengeringan bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan kornea.5 Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada
bagian depan sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

- Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

- Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang
berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

4|Laporan Kasus Selulitis Orbital


- Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.

- Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

2.2.2 Anatomi Rongga Orbita

Orbita berhubungan dengan :


Atas : Sinus frontalis
Bawah : Sinus maksilaris
Medial : Sinus ethmoidalis dan sphenoidalis

facies orbitais
os frontalis

facies orbitalis
os sphenoidale

os ethmoidale facies orbitalis


os zygomaticum

os lakrimale os zygomaticum
pars frontalis
pars orbitais
os maksilaris os maksilaris

Dinding Orbita :
Atap : - facies orbitalis ossis frontalis
- Ala parva ossis sphenoidalis (bgn posterior)  mengandung kanalis optikus
Dasar : - pars orbitalis ossis maksilaris (bgn sentral yang luas)
- pars frontalis ossis maksilaris (medial)
- os zygomaticum (lateral)
- processus orbitais ossis palatini (daerah segitiga kecil di posterior)
Lateral : - anterior : facies orbitais ossis zygomatici (malar)
Medial : - os ethmoidale, os lakrimale, korpus sphenoidale, crista lacrimalis anterior dan
posterior dan diantara keduanya terdapat sulkus lakrimalis dan berisi sakus
lakrimalis.

5|Laporan Kasus Selulitis Orbital


2.2.3 Anatomi Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter antero
posterior sekitar 24,5 mm.

Kamera anterior kornea

Pupil
iris
Kamera posterior
Canalis
Schlemm
Zonula
Korpus siliaris
lensa
Ora serata

M rectus lateralis Sklera

koroid
vitreus
retina

Nervus opticus
Makula, fovea sentralis

Otot-otot ekstraokular
Otot Kerja Primer Kerja Sekunder Saraf Vaskularisasi
2.3 Rektus Lateralis Abduksi Tidak Ada N. VI Diperdarahi oleh
cabang-cabang
Rektus Medialis Aduksi Tidak Ada N. III
muskular arteri
Rektus Superior Elevasi Aduksi, intorsi N. III oftalmika.
Rektus Inferior Depresi Aduksi, ekstorsi N. III
Oblikus Superior Intorsi Depresi, abduksi N. IV
Oblikus Inferior Ekstorsi Elevasi, abduksi N. III
Etiologi2,3

6|Laporan Kasus Selulitis Orbital


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan selulitis orbital diantaranya adalah akibat
penyebaran infeksi dari sinus paranasal, Inokulasi langsung kuman kedalam orbital saat
trauma atau pembedahan atau adanya penyebaran secara hematogen dari bakteremia
1. Penyebaran Infeksi
Selulitis orbital dapat disebabkan oleh perluasan langsung infeksi dari daerah sekitar
orbital, kelopak mata, adneksa orbital , dan jaringan periokular lainnya, serta sinus. Selulitis
orbital dapat terjadi pada semua kelompok usia akibat sinusitis etmoid sekitar lebih dari 90%
dari semua kasus. Bakteri aerobik, bakteri non-spora adalah organisme yang paling sering
bertanggung jawab. Prosesnya dipengaruhi oleh edema mukosa sinus, yang menyebabkan
penyempitan ostium dan pengurangan atau penghentian drainase sinus normal. Mikroflora
yang berasal dari sinus dan saluran pernapasan bagian atas berkembang biak dan menyerang
mukosa edematous, sehingga terjadi supurasi. Organisme akan melalui tulang tipis dinding
orbital, saluran vena, dan foramina yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya abses
subperiorbital dan intraorbital. Kasus-kasus yang berasal dari dacryocystitis paling sering
disebabkan oleh S aureus, S pneumoniae, Streptococcus pyogenes, dan H influenzae. Infeksi
yang menyebar dari jaringan lunak kelopak mata dan wajah sebagian besar disebabkan oleh
stafilokokus dan S pyogenes.
2. Penyebab traumatis
Sumber infeksi dapat masuk ke dalam orbita secara langsung melalui trauma (misalnya
fraktur orbital) atau trauma bedah. Selulitis orbital juga dapat disebabkan oleh luka yang
berlubang pada septum orbital. Peradangan orbital dapat dialami dalam waktu 48-72 jam
setelah cedera. Prosedur operasi, termasuk dekompresi orbital, operasi kelopak mata, operasi
strabismus, Endopthalmitis pascaoperasi, operasi retina, dan operasi intraokular juga telah
dilaporkan menjadi penyebab selulitis orbital. Spesies bakteri penyebab diantaranya adalah
Streptococcus, Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae tipe B yang merupakan
penyebab paling umum dari selulitis orbital namun meskipun jarang tetapi dapat ditemukan
pula bakteri lainnya yang dapat menyebabkan selulitis orbital diantaranya adalah
Pseudomonas, Klebsiella, Eikenella, dan Enterococcus.
3. Infeksi Jamur
Penyebab selulitis orbital oleh jamur adalah Mucor dan Aspergillus yang mana
Selulitis orbital akibat infeksi jamur memiliki tingkat kematian yang tinggi pada pasien yang
mendapat imunosupresi. Zygomycosis (juga dikenal sebagai mucormycosis atau
phycomycosis) memiliki distribusi yang luas, sementara aspergillus lebih sering terlihat di
daerah beriklim hangat dan lembab. Mucormycosis dapat menyebabkan vaskulitis trombosis

7|Laporan Kasus Selulitis Orbital


dalam waktu yang singkat (1-7 hari), sementara aspergilus dapat kronis (berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun) dikarenakan menyebabkan proptosis kronis dan penurunan
penglihatan, sementara mucormycosis menimbulkan sindrom apeks orbital (melibatkan saraf
kranial II, III, IV, V-1, dan VI) disertai dengan rasa nyeri, edema, proptosis, dan kehilangan
penglihatan.
4. Jalur infeksi
Dinding orbital medial memiliki struktur tipis dan berongga oleh banyak pembuluh
darah dan nervus yang memungkinkan adanya jalur sumber infeksi yang mudah terjadi antara
sinus etmoidalis dan ruangan medial orbital. Lokasi yang paling umum dari abses adalah di
sepanjang dinding orbital medial.

2.4 Epidemiologi
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional maupun
internasional, karena peningkatan insiden sinusitis berhubungan dengan cuaca yang mana
disebutkan bahwa sebanyak 11% kasus selulitis orbital mengakibatkan kehilangan
penglihatan.2,3
Pada anak-anak, selulitis orbital dilaporkan dua kali lebih banyak pada pria
dibandingkan wanita. Namun, pada orang dewasa, tidak ada perbedaan frekuensi selulitis
orbital di antara jenis kelamin, kecuali kasus S. aureus yang resisten methicillin ditemukan
lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria dengan rasio 4: 1. 2 Selulitis orbital lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada pada orang dewasa dimana dilaporkan rentang usia
rata-rata anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan selulitis orbital adalah 7-12 tahun. 2

2.5 Manifestasi Klinik2,3


Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan
oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoidalis. Gejalanya
berupa Proptosis dan ophthalmoplegia disertai:
- Demam, biasanya sampai 38,9° C atau lebih
- Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri sampai tidak dapat membuka mata.
- Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu
- Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri
- Penglihatan menurun karena kelopak mata membengkak menutupi mata. Visus mungkin
normal , tetapi sulit untuk dievaluasi pada pasien terutama anak-anak yang sangat merasakan
nyeri dengan edema

8|Laporan Kasus Selulitis Orbital


- Mata menonjol
- Gerakan mata menjadi terbatas
- Kemosis pada konjungtiva
- Tekanan intraokular meningkat
- Perubahan warna merah gelap pada kelopak mata, chemosis, hiperemia konjungtiva, dan
terdapat discharge nasal Purulen

Gambar Mata pasien yang mengalami selulitis orbita


2.6 Penegakan diagnosis
Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejala- gejala pada
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan lainnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya gejala pada manifestasi klinis dan peningkatan TIOPemeriksaan yang
biasa dilakukan adalah :
 Pemeriksaan darah lengkap

9|Laporan Kasus Selulitis Orbital


 Pembiakan secret mata
 Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat)
 Rontgen sinus dan orbita
 CT scan atau MRI sinus dan orbita
 Pembiakan lendir hidung
 Pembiakan lendir tenggorokan.2,3,7

2.7 Penatalaksanaan2,3,7,10
Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah

1. Terapi antibiotik yang intensif untuk mengatasi infeksi.


Infeksi selulitis orbita adalah suatu kegawatdaruratan dan membutuhkan
penanganan segera antibiotik intravena. Pasien dengan selulitis orbita harus dirawat
inap. Terapi antibiotik ini harus diberikan pada kecurigaan klinis tanpa harus
menunggu hasil pemeriksaan kultur, sementara pemeriksaan penunjang seperti
pencitraan dapat dilakukan setelahnya.
Segera setelah didapatkan biakan hidung, konjungtiva dan darah, harus diberikan
antibiotik intravena sesuai bakteri penyebab. Selain itu, dalam rangka untuk
menyediakan cakupan yang lebih luas gram negatif dan organisme anaerob,
sefotaksim dan metronidazole atau clindamycin biasanya bersamaan diberikan.
Pilihan antibiotik lain seperti piperacillin-Tazobactam, tikarsilin-klavulanat,
danceftriaxone. Untuk pasien alergi penisilin, vankomisin dalam kombinasi dengan
fluorokuinolon dapat dipertimbangkan. Pengobatan harus dimodifikasi berdasarkan
hasil sensitivitas dan resistensi lokal dan konsultasi dengan bagian THT.10
Setelah mendapatkan kultur dari apusan hidung, konjungtiva dan sampel darah,
antibiotik intravena harus diberikan. Untuk infeksi staphylococcal dapat diberikan
penisilinase (misalnya, oksasilin) dikombinasikan dengan ampisilin harus diberikan.
Untuk menangani H.Influenzae terutama pada anak-anak, kloramfenikol atau asam
klavulanat juga harus ditambahkan. sefotaksim, ciprofloxacin atau vankomisin dapat
digunakan alternatif untuk menggantikan kombinasi oksasilin dan penisilin.
Antibiotik yang tepat harus berada didosis yang cocok dan aktif terhadap Organisme
dengan memberikan antibiotik spektrum luas: Cefuroxime1·5g setiap 8jam (yang
anak menerima dosis dikurangi), bersama dengan Metronidazole 500 mg setiap 8jam
atau Ceftazidime 1gr setiap 8 jam IM dan metronidazole 500 mg oral setiap 8 jam,

10 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Sebagian kasus berespon dengan cepat terhadap pemberian antibiotik. Kasus yang
tidak berespon mungkin memerlukan drainase sinus paranasal melalui pembedahan.
MRI bermanfaat untuk memutuskan kapan dan dimana drainase abses orbita
dilakukan.7 Selama proses pengobatan berlangsung, dilakukan monitoring fungsi
nervus optikus setiap 4 jam dengan penilaian reaksi pupil, visus dan collour vision.10
2. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk membuang
nanahnya.
3. Obatan algesik dan anti-inflamasi yang membantu dalam mengontrol rasa sakit dan
demam.
4. Intervensi bedah. Indikasi meliputi unresponsivenes terhadap antibiotik, penurunan
visus dan adanya abses orbital atau subperiosteal. Intervensi bedah berupa drainase
abses dan sinus terkait, FESS (Functional endoscopic sinus surgery). Infeksi ini
perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara ketat. Jika segera
diobati, akan terjadi pemulihan sempurna.

2.8 Diferensial Diagnosis


1. Selulitis Preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi jaringan subkutan dari anterior septum orbital.
Sebenarnya itu bukan penyakit orbital tetapi dimasukkan disini karena bisa menyebar
kebagian posterior dan menghasilkan selulitis orbital.7
Pada anak-anak, yang paling sering menyebabkan selulitis preseptal yang
mendasarinya adalah sinusitis. Selulitis preseptal pada anak di bawah usia 5 itu sering
dikaitkan dengan bakteremia, septikemia, dan meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus
influenzae, bagaimanapun, penyebab ini preseptal dan orbital selulitis telah hampir
dieliminasi dengan pengenalan vaksin HIB. Saat ini,sebagian besar kasus preseptal pada
anak-anaka dalah karena gram-positif cocci. Pada remaja dan orang dewasa preseptal selulitis
biasanya timbul dari sumber infeksi supersfisial seperti inokulasi traumatis, atau Chalazion.
Titik fokus yang terinfeksi seringkali sulit untuk menemukan karena jaringan kelopak mata
menjadi bengkak.7
Selulitis preseptal memberikan gejala edema pada kelopak mata dan kulit periorbital
tanpa keterlibatan dari orbita. Gambaran klinis penyakit akut berupa yang periorbital
bengkak, eritema dan hiperemi dari kelopak. Demam mungkin berhubungan dengan
leukositosis.9; Reaksi pupil, ketajaman visual, dan motilitas okular tidak terganggu; nyeri

11 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
pada gerakan mata dan chemosis tidak ada tidak ada proptosis, gerakan mata normal,
konjungtiva normal, fungsi saraf optik normal.2

Tabel . Perbedaan gejala klinis celulitis preseptal dan celulitis orbita. 2

Gambar Selulitis preseptal2

2. Rhabdomiosarkoma
Rhabdomiosarkoma adalah tumor yang sangat ganas orbita yang berasal dari otot-
otot ekstraokular. Rhabdomiosarkoma adalah tumor orbital primer yang paling umum di
antara anak-anak, biasanya terjadi di bawah usia 15 tahun. 7 Tumor dapat menghancurkan
tulang orbital di dekatnya dan dapat menyebar ke otak.8
Gejala klinis berupa adanya proptosis yang berkembang secara cepat dan progresif
dengan onset mendadak pada anak 7-8 tahun. Proptosis besar karena rhabdomyosarcoma
terletak dikuadran superonasal.7 Presentasi klinis mirip suatu proses inflamasi. Tumor

12 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
biasanya melibatkan kuadran superionasal, namun dapat menyerang setiap bagian dari
orbita.7

Gambar rhabdomiosarkoma7
Pseudotumor
Penyebab pseudo tumor orbital tidak diketahui. Salah satu penyebab proptosis pada
dewasa dan anak. Istilah pseudotumor dibuat untuk menandakan suatu proses non neoplastik
yang menimbulkan tanda neoplasma orbital yakni proptosis. Lokasi peradangan biasanya
difus atau setempat, secara khusus mengenai struktur bola mata. Mungkin juga terdapat
perluasan ke dalam sinus kavernosus atau menings intrakranial. Awitanya biasanya cepat
dan sering disertai nyeri. Lokasinya biasanya unilateral, bila mengenai kedua bola mata,
kelainan ini sering disebut vaskulitis.8
Gejala klinis berupa nyeri, reaksi inflamasi cukup parah dengan pembengkakan
kelopak mata, chemosis, dan exophthalmos unilateral atau bilateral. Keterlibatan otot okular
menghasilkan motilitas terbatas dengan diplopia.9 Pasien datang dengan onset sub akut nyeri
dengan gerakan mata, diplopia, sakit kepala, dan tanda-tanda sistemik.
Pseudotumor bisa terjadi sepanjang lintasan dari kelenjar lakrimal hingga ke apeks
orbital dan dengan demikian menghasilkan presentasi klinis yang bervariasi. Gejala yang
paling sering didapat yaitu:2
 Bengkak pada kelopak mata, proptosis, nyeriorbital, gerakan mata terbatas,
diplopia,chemosis dan kemerahan.
 Kebanyakan kasus bersifat unilateral, meskipun kedua bola mata dapat terjadi.
 Kondisi ini biasanya terjadi pada usia antara 40 dan 50 tahun. Namun dapat terjadi pada
semua usia
 Dapat Rekuren. Pada beberapa pasien inflamasi berkepanjangan yang parah dapat
menyebabkan fibrosis yang progresif dari jaringan orbital

13 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Gambar Pseudotumor7

2.9 Komplikasi
Selain itu, Selulitis orbital dapat menyebabkan komplikasi orbital dan intrakranial
dengan adanya pembentukan abses subperiosteal (7-9%), kehilangan penglihatan permanen
karena kerusakan kornea, penghancuran jaringan intraokular, glaukoma sekunder dan neuritis
optik. Kebutaan juga mungkin terjadi akibat meningkatnya tekanan intraorbital atau
perluasan langsung infeksi ke saraf optik dari sinus sphenoidalis. Keterlibatan langsung saraf
motorik okular atau otot ekstraokular dapat menyebabkan motilitas okular menurun.
Komplikasi intrakranial meliputi meningitis (2%), trombosis sinus kavernosus (1%),
dan pembentukan abses intrakranial, epidural, atau subdural. Trombosis sinus kavernosa
memiliki tingkat kematian 50% atau lebih tinggi, namun sudah relatif jarang di negara-negara
industri dengan adanya sistem penanganan yang tepat. Trombosis sinus kavernosa harus
dipertimbangkan pada setiap pasien dengan selulitis orbital dan harus dicurigai dengan
adanya perkembangan tanda klinis yang cepat (misalnya peningkatan proptosis, mydriasis,
pelebaran vena retina dan penurunan ketajaman penglihatan) .
Pembentukan abses intrakranial ditandai oleh kesadaran yang berubah, adanya tanda
defisit sistem saraf pusat dan demam terus-menerus meski terapi antibiotiknya cukup
memadai.2

14 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Gambar Komplikasi Selulitis Orbital

2.10 Prognosis
Sebelum tersedianya antibiotik, pasien dengan selulitis orbital memiliki tingkat
kematian 17%, dan 20% pasien yang sembuh memiliki komplikasi kebutaan pada mata yang
terkena. Setelah dilakukan penanganan yang tepat berupa diagnosis segera dan penggunaan
antibiotik yang tepat, angka mematian dan kebutaan mengalami penurunan yang signifikan,
walaupun kebutaan masih mencapai 11% kasus yang disebabkan oleh adanya resisten
terhadap antibiotik.2,3
2.11 Pencegahan
Pentingnya menjaga kebersihan mata adalah faktor yang terpenting agar tidak terinfeksi
secara langsung. Selanjutnya pencegahan dilakukan dengan menghindari faktor-faktor lain
yang menyebabkan infeksi orbital diantaranya adalah melakukan penanganan terhadap
sinusitis sedini mungkin, meghindari mata dari trauma dan tindakan operasi yang steril.2,3
Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk mencegah
terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini
pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.2,3,7

15 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
BAB III
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DO
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Alor / Indonesia
Alamat : Kalabahi - Alor
Agama : Islam
No MR : 461052
Tanggal Pemeriksaan : 16 Desember 2017

2. ANAMNESIS
 Keluhan utama:
Bengkak dan pada mata kiri
 Riwayat penyaki sekarang:
Pasien datang bersama keluarga dirujuk dari RSUD Alor dengan keluhan bengkak
pada mata kiri yang telah berlangsung sejak ± 2 minggu yang lalu sebelum masuk
rumah sakit hingga pasien tidak dapat membuka mata kiri dan tidak dapat melihat
dengan mata kiri. Keluhan ini disertai dengan keluhan sangat nyeri pada mata dan
keluarnya sekret berwarna bening yang banyak dari mata. Nyeri yang dirasakan
terus menerus bersifat tertusuk-tusuk, terasa berdenyut dan terkadang dirasakan
seperti tertarik-tarik. Awalnya pasien merasakan rasa gatal pada mata kiri dan
pasien dikucak-kucakkan mata kiri dengan menggunakan tangannya. Pasien merasa
adanya bintik kencil yang mengganjal pada matanya. Sehari setelah timbul gatal,
mata pasien mulai bengkak dan perlahan tidak dapat ddibuka. Riwayat Demam (+),
Nyeri Kepala (+), Riwayat Batuk Pilek saat sebelum sakit (-). Tidak ada orang
disekitar yang menderita sakit mata (+), Trauma (-).
 Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat Batuk pilek
tidak sering.

16 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
 Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengeluh seperti ini.
 Riwayat pengobatan
Pasien sempat dirawat jalan di RSUD Alor seminggu sebelum dirujuk dan
mendapatkan pengobatan injeksi ceftriaxone 1gr/ 24 jam, metronidazole 3 x 500
mg, injeksi ketororolac 30 mg, metilprednisolone tablet.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanandarah : 120/80 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Temperature : 36.7OC

Status Oftalmologis
Okulus Dextra Okulus Sinistra
Visus 5/5 1/~ (LP: -)
Tekanan
Tidak dievaluasi Sulit Dievaluasi
Intraokuler
Segmen Anterior

Palpebra Hematom (-), edema (-) Edema (+), Perubahan


warna (merah keunguan)
Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva SDE
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar SDE
Kornea Edema (-) Edema SDE
COA Normal Darah SDE
Pupil: bulat di tengah,
Pupil: SDE
Iris/Pupil refleks cahaya (+)
Iris: SDE
Iris: intak
Lensa Jernih Sulit dievaluasi

17 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (16 Desember 2017)
Hemoglobin 10,8 g/dL (L)
Eritrosit 4,12 106/uL (L)
Hematokrit 33,8 % (L)
Leukosit 15,85 103/uL (H)
Trombosit 509 103/uL (H)
GDS 97 mg/dL (N)
Ureum 36,38 mg/dL (N)
Kreatinin 0,69 mg/dL (N)
Natrium 135 Mmol/L (N)
Kalium 3,9 Mmol/L (N)

5. Resume
Pasien wanita usia 21 tahundatang dengan keluhan mata kiri bengkak sejak ± 2 minggu
yang lalu. Keluhan bengkak disertai rasa gatal, nyeri, berair dan tidak dapat melihat
menggunakan mata kiri. Pada keadaan umum didapatkan pasien tampak sakit sedang. Dari
status oftalmologi, pada mata kiri pasien didapatkan visus 1/~ (LP:-). Pada mata kiri juga
didapatkan palpebra edema dan konjungtiva palpebra tampak hiperemis. Keadaan kornea,
COA, pupil, iris sulit dievaluasi karena pasien sulit membuka mata kiri.

6. Diagnosis
Selulitis Orbital dd Selulitis praseptal
7. Terapi
- Bersihkan Luka dengan pengeluaran pus OS 2 x / hari
- IVFD NaCl 500 cc/24 jam
- Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gr/hari
- Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg selama masih ada keluhan nyeri yang berat
- Ofloxacin 6 tetes /hari OS
- Salep Antibiotik (kloramfenikol) 3 x /hari OS

18 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Foto Hari 1, Hari ke 2 dan hari ke 5 perawatan

19 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Selulitis orbital adalah salah satu infeksi yang menyerang jaringan orbital. Selulitis
orbital adalah infeksi pada jaringan lunak dari orbital yang berada pada bagian posterior
septum orbital
Diagnosis selulitis orbital sinistra ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
berupa pemeriksaan oftalmoskopi, serta ditunjang oleh pemeriksaan penunjang laboratorium
dan radiologik berupa Rontgen atau CT-scan. Dari anamnesis ditemukan adanya keluhan
mata kiri bengkak dan nyeri. Mata kiri bengkak dan nyeri akibat pembengkakan jaringan
lunak sekeliling orbita karena peradangan. Peradangan pada selulitis orbita dapat berasal dari
infeksi pada sinus terutama pada sinus etmoidalis karena batas antara sinus ini dengan orbita
sangat tipis sekali, gigi, saluran pernafasan bagian atas, telinga bagian tengah, ataupun karena
trauma serta termasuk juga jika disebabkan oleh penyebaran secara hematogen. Pada
penderita ini sumber infeksi dicurigai merupakan invasi langsung kuman ke dalam mata dan
jaringan disekitarnya karena faktor yang mendukung penyebab selulitis orbital lainnya seperti
riwayat sinusitis, infeksi saluran napas atas, infeksi mata sebelumnya dan trauma atau infeksi
pada gigi tidak ditemukan. Gejala sistemik juga diperlihatkan penderita berupa demam.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD penderita normal sedangkan VOD
1/~ (LP: -). Palpebra okuli sinistra edema, hiperemis, nyeri. Hal ini diakibatkan oleh karena
terjadi peradangan pada jaringan ikat sekitar bola mata yaitu di rongga orbita sehingga
pergerakan bola mata sangat terganggu. Pergerakan bola mata yang terganggu ini yang

20 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
membedakannya dari selulitis preseptal diman pada selulitis preseptal tidak terjadi gangguan
pergerakan bola mata.
Infeksi pada penderita ini perlu penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang
serius nantinya seperti abses periosteal, trombosis sinus kavernosus dan paling ditakuti adalah
kebutaan. Oleh karena itu, penderita di rawat di rumah sakit agar dapat dipantau kondisinya.
Pemberian antibiotik melalui jalur intra vena dan lokal diindikasikan agar cepat mengenai
organ target infeksi. Pemilihan antibiotik spektrum luas seperti cefixime ditambah dapat
mengeradikasi kuman baik gram negatif maupun gram positif karena saat masuk rumah sakit
hasil kultur kuman dan tes sensitivitas antibiotik tidak dilakukan. Sedangkan obat tetes mata
ofloxasin ataupun kloramfenikol salep dimaksudkan untuk mengeradikasikan kuman pada
organ lokal yaitu mata bagian luar dan dalam.
Kontrol cairan juga penting pada penderita karena dengan adanya peradangan yang sifatnya
sudah sistemik sehingga keluhan penderita juga termasuk demam, maka nutrisi dapat juga
diberikan melalui intravena. Pemberian obat penurun demam seperti parasetamol untuk
meredam terjadinya efek dari peradangan.
Prognosa pada penderita ad vitam adalah bonam dimana tanda vital penderita baik
dan semakin hari keadaan penderita membaik. Ad Fungtionam baik karena adanya keadaan
bengkak yang mulai turun, nyeri yang berkurang, sekret yang berkurang, dari hari perawatan
1 sampai 5 dan ditandai juga dengan sedikit membuka mata secara spontan serta sudah dapat
mecapai penglihatan 3/60 pada hari ke 5 perawatan dan pergerakan bola mata mulai
membaik. Komplikasi diharapkan tida terjadi, karena telah dilakukan pemberian obat yang
efektif.

Perbandingan Teori dan Kasus


Teori Kasus
Gejala Klinis  Kelopak mata tampak bengkak,  Bengkak
mengkilat dan berwarna merah  Nyeri
atau ungu  Merah keunguan
 Proptosis, ekimosis  Berair
 Demam, biasanya sampai 38,9° C  Tidak dapat
atau lebih membuka mata
 Kelopak mata atas dan bawah  Tidak bisa melihat
membengkak dan nyeri sampai  Riw. Demam
tidak dapat membuka mata.  Mata sulit
 Jika mata digerakkan, akan timbul digerakkan
nyeri

21 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
 Penglihatan menurun
 Mata menonjol
 Gerakan mata menjadi terbatas
 terdapat discharge nasal Purulen
Pemeriksaan Inspeksi: • Visus 1/~ (LP:-)
Fisik  Kemosis pada konjungtiva, • palpebra edema
Tekanan intraokular meningkat • warna merah
 Perubahan warna merah gelap keunguan
pada kelopak mata, hiperemia
konjungtiva
 Visus menurun
 Edema palpebra
 TIO meningkat

Pemeriksaan  Pemeriksaan darah lengkap Leukositosis


Penunjang Pembiakan secret mata, lendir di
hidung, rontgen Orbita, CT-
Scan/MRI
Penatalaksanaan  Perawatan di RS  Bersihkan Luka
 Pemberian antibiotik spektrum dengan pengeluaran
luas (Sistemik dan lokal) pus OS 2 x / hari
 Perawatan luka Rutin  IVFD NaCl 500 cc/24
 Atasi keluhan lainnya: jam
paracetamol, ketorolac  Injeksi Cefotaxime 2
x 1 gr/hari
 Injeksi Ketorolac 3 x
30 mg selama masih
ada keluhan nyeri
yang berat
 Ofloxacin 6 tetes
/hari OS
 Salep Antibiotik
(kloramfenikol) 3 x
/hari OS

22 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
BAB V
PENUTUP

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari
septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena
sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain demam (lebih dari 75%
kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan pergerakan bola mata dan nyeri
pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari
infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi
yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat
terjadi kematian.

23 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
DAFTAR PUSTAKA

1. Keith A Lafferty. Orbital Infections.www. Medscape.com. Updated: Jul 02, 2014


2. Middle East Afr J Ophthalmol. 2012 Jan-Mar; 19(1): 34–42. The Hot Orbit: Orbital
Cellulitis oleh Imtiaz A. Chaudhry, Waleed Al-Rashed,1 and Yonca O. Ara. Middle
east african journal of ophtalmologist. Chaudry IA, Rashed WA. The Hot Orbit:
Orbital Cellulitis.Middle East Afr J Ophthalmol. 2012 Jan-Mar; 19(1): 34–42.
Downloaded from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3277022/
3. (medscape Updated: Sep 13, 2017 Author: John N Harrington, MD, FACS; Chief
Editor: Edsel Ing, MD, MPH, FRCSC )
4. Wright K. Cellulitis Orbita. Textbook of Ophtalmology. 1997.
5. Sidarta, Ilyas. Anatomi dan fisiologi Mata. Ilmu Penyakit Mata FKUI. Edisi ke 4
Cetakan ke 3. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. 2006.
6. Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
7. Sullivan JA. Cellulitis Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007.p. 251-
256.
8. Maccheron LJ, dkk. Orbital Cellulitis, Panophthalmitis, and EcthymaGangrenosum
in an Immunocompromised Host with Pseudomonas Septicemia. Am J
Ophthalmol. 2014; 137: 176–8.
9. Hauser A, Fogarasi S. Periorbital and Orbital Cellulitis. Peds in Rev.
2010:31(6)242-9. Downloaded from: http://peds.stanford.edu/Rotations/blue_team/
documents/Periorbital_and_Orbital_Cellulitis_Summary.pdf
10. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th
ed.Elsevier, 2011.

24 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l

Anda mungkin juga menyukai