DESEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
SELULITIS ORBITAL
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
Mengetahui
Pembimbing
PENDAHULUAN
Infeksi pada orbital termasuk kasus yang jarang terjadi, namun infeksi pada orbital
berpotensi dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kebutaan. 1,2 Selulitis orbital adalah
salah satu infeksi yang menyerang jaringan orbital. Selulitis orbital adalah infeksi pada
jaringan lunak dari orbital yang berada pada bagian posterior septum orbital.2,3
Selulitis orbital dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan biasanya berhubungan
dengan komplikasi yang serius. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan selulitis orbital
diantaranya adalah akibat infeksi dari sinus paranasal, Inokulasi langsung kuman kedalam
orbital saat trauma atau pembedahan atau adanya penyebaran secara hematogen dari
bakteremia.3 Peningkatan kejadian selulitis orbital terjadi di musim dingin yang dipengaruhi
oleh peningkatan kejadian sinusitis dalam cuaca dingin dikarenakan biasanya disebabkan
oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoidalis. Pada kasus ini,
riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas sebelum mengalami selulitis orbital sangat
umum terjadi.2 Ada beberapa bakteri yang paling sering ditemukan yaitu, Haemophillus
influenza, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumoniae, dan Streptococcus pyogenes.2
Di Amerika Serikat, telah dicatat peningkatan frekuensi selulitis orbital oleh karena infeksi
Staphilokokus aureus resisten terhadap pengobatan terhamethicillin yang didapat oleh
masyarakat.3
Sebanyak 11% kasus selulitis orbital mengakibatkan kehilangan penglihatan. Diagnosis
dan penanganan yang tepat sangat penting untuk menyembuhkan pasien dengan selulitis
orbital.3Diagnosis dan penanganan yang cepat dan akurat diperlukan agar tidak terjadi
komplikasi yang serius pada mata seperti kebutaan. 1,2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Selulitis orbital adalah salah satu infeksi yang menyerang jaringan orbital yaitu jaringan
lunak dari orbital yang berada pada bagian posterior septum orbital.2,3,4
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata terhadap trauma,
paparan sinar, dan pengeringan bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan kornea.5 Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada
bagian depan sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal.
- Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang
berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
- Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
facies orbitais
os frontalis
facies orbitalis
os sphenoidale
os lakrimale os zygomaticum
pars frontalis
pars orbitais
os maksilaris os maksilaris
Dinding Orbita :
Atap : - facies orbitalis ossis frontalis
- Ala parva ossis sphenoidalis (bgn posterior) mengandung kanalis optikus
Dasar : - pars orbitalis ossis maksilaris (bgn sentral yang luas)
- pars frontalis ossis maksilaris (medial)
- os zygomaticum (lateral)
- processus orbitais ossis palatini (daerah segitiga kecil di posterior)
Lateral : - anterior : facies orbitais ossis zygomatici (malar)
Medial : - os ethmoidale, os lakrimale, korpus sphenoidale, crista lacrimalis anterior dan
posterior dan diantara keduanya terdapat sulkus lakrimalis dan berisi sakus
lakrimalis.
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter antero
posterior sekitar 24,5 mm.
Pupil
iris
Kamera posterior
Canalis
Schlemm
Zonula
Korpus siliaris
lensa
Ora serata
koroid
vitreus
retina
Nervus opticus
Makula, fovea sentralis
Otot-otot ekstraokular
Otot Kerja Primer Kerja Sekunder Saraf Vaskularisasi
2.3 Rektus Lateralis Abduksi Tidak Ada N. VI Diperdarahi oleh
cabang-cabang
Rektus Medialis Aduksi Tidak Ada N. III
muskular arteri
Rektus Superior Elevasi Aduksi, intorsi N. III oftalmika.
Rektus Inferior Depresi Aduksi, ekstorsi N. III
Oblikus Superior Intorsi Depresi, abduksi N. IV
Oblikus Inferior Ekstorsi Elevasi, abduksi N. III
Etiologi2,3
2.4 Epidemiologi
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional maupun
internasional, karena peningkatan insiden sinusitis berhubungan dengan cuaca yang mana
disebutkan bahwa sebanyak 11% kasus selulitis orbital mengakibatkan kehilangan
penglihatan.2,3
Pada anak-anak, selulitis orbital dilaporkan dua kali lebih banyak pada pria
dibandingkan wanita. Namun, pada orang dewasa, tidak ada perbedaan frekuensi selulitis
orbital di antara jenis kelamin, kecuali kasus S. aureus yang resisten methicillin ditemukan
lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria dengan rasio 4: 1. 2 Selulitis orbital lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada pada orang dewasa dimana dilaporkan rentang usia
rata-rata anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan selulitis orbital adalah 7-12 tahun. 2
2.7 Penatalaksanaan2,3,7,10
Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah
10 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Sebagian kasus berespon dengan cepat terhadap pemberian antibiotik. Kasus yang
tidak berespon mungkin memerlukan drainase sinus paranasal melalui pembedahan.
MRI bermanfaat untuk memutuskan kapan dan dimana drainase abses orbita
dilakukan.7 Selama proses pengobatan berlangsung, dilakukan monitoring fungsi
nervus optikus setiap 4 jam dengan penilaian reaksi pupil, visus dan collour vision.10
2. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk membuang
nanahnya.
3. Obatan algesik dan anti-inflamasi yang membantu dalam mengontrol rasa sakit dan
demam.
4. Intervensi bedah. Indikasi meliputi unresponsivenes terhadap antibiotik, penurunan
visus dan adanya abses orbital atau subperiosteal. Intervensi bedah berupa drainase
abses dan sinus terkait, FESS (Functional endoscopic sinus surgery). Infeksi ini
perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara ketat. Jika segera
diobati, akan terjadi pemulihan sempurna.
11 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
pada gerakan mata dan chemosis tidak ada tidak ada proptosis, gerakan mata normal,
konjungtiva normal, fungsi saraf optik normal.2
2. Rhabdomiosarkoma
Rhabdomiosarkoma adalah tumor yang sangat ganas orbita yang berasal dari otot-
otot ekstraokular. Rhabdomiosarkoma adalah tumor orbital primer yang paling umum di
antara anak-anak, biasanya terjadi di bawah usia 15 tahun. 7 Tumor dapat menghancurkan
tulang orbital di dekatnya dan dapat menyebar ke otak.8
Gejala klinis berupa adanya proptosis yang berkembang secara cepat dan progresif
dengan onset mendadak pada anak 7-8 tahun. Proptosis besar karena rhabdomyosarcoma
terletak dikuadran superonasal.7 Presentasi klinis mirip suatu proses inflamasi. Tumor
12 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
biasanya melibatkan kuadran superionasal, namun dapat menyerang setiap bagian dari
orbita.7
Gambar rhabdomiosarkoma7
Pseudotumor
Penyebab pseudo tumor orbital tidak diketahui. Salah satu penyebab proptosis pada
dewasa dan anak. Istilah pseudotumor dibuat untuk menandakan suatu proses non neoplastik
yang menimbulkan tanda neoplasma orbital yakni proptosis. Lokasi peradangan biasanya
difus atau setempat, secara khusus mengenai struktur bola mata. Mungkin juga terdapat
perluasan ke dalam sinus kavernosus atau menings intrakranial. Awitanya biasanya cepat
dan sering disertai nyeri. Lokasinya biasanya unilateral, bila mengenai kedua bola mata,
kelainan ini sering disebut vaskulitis.8
Gejala klinis berupa nyeri, reaksi inflamasi cukup parah dengan pembengkakan
kelopak mata, chemosis, dan exophthalmos unilateral atau bilateral. Keterlibatan otot okular
menghasilkan motilitas terbatas dengan diplopia.9 Pasien datang dengan onset sub akut nyeri
dengan gerakan mata, diplopia, sakit kepala, dan tanda-tanda sistemik.
Pseudotumor bisa terjadi sepanjang lintasan dari kelenjar lakrimal hingga ke apeks
orbital dan dengan demikian menghasilkan presentasi klinis yang bervariasi. Gejala yang
paling sering didapat yaitu:2
Bengkak pada kelopak mata, proptosis, nyeriorbital, gerakan mata terbatas,
diplopia,chemosis dan kemerahan.
Kebanyakan kasus bersifat unilateral, meskipun kedua bola mata dapat terjadi.
Kondisi ini biasanya terjadi pada usia antara 40 dan 50 tahun. Namun dapat terjadi pada
semua usia
Dapat Rekuren. Pada beberapa pasien inflamasi berkepanjangan yang parah dapat
menyebabkan fibrosis yang progresif dari jaringan orbital
13 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Gambar Pseudotumor7
2.9 Komplikasi
Selain itu, Selulitis orbital dapat menyebabkan komplikasi orbital dan intrakranial
dengan adanya pembentukan abses subperiosteal (7-9%), kehilangan penglihatan permanen
karena kerusakan kornea, penghancuran jaringan intraokular, glaukoma sekunder dan neuritis
optik. Kebutaan juga mungkin terjadi akibat meningkatnya tekanan intraorbital atau
perluasan langsung infeksi ke saraf optik dari sinus sphenoidalis. Keterlibatan langsung saraf
motorik okular atau otot ekstraokular dapat menyebabkan motilitas okular menurun.
Komplikasi intrakranial meliputi meningitis (2%), trombosis sinus kavernosus (1%),
dan pembentukan abses intrakranial, epidural, atau subdural. Trombosis sinus kavernosa
memiliki tingkat kematian 50% atau lebih tinggi, namun sudah relatif jarang di negara-negara
industri dengan adanya sistem penanganan yang tepat. Trombosis sinus kavernosa harus
dipertimbangkan pada setiap pasien dengan selulitis orbital dan harus dicurigai dengan
adanya perkembangan tanda klinis yang cepat (misalnya peningkatan proptosis, mydriasis,
pelebaran vena retina dan penurunan ketajaman penglihatan) .
Pembentukan abses intrakranial ditandai oleh kesadaran yang berubah, adanya tanda
defisit sistem saraf pusat dan demam terus-menerus meski terapi antibiotiknya cukup
memadai.2
14 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Gambar Komplikasi Selulitis Orbital
2.10 Prognosis
Sebelum tersedianya antibiotik, pasien dengan selulitis orbital memiliki tingkat
kematian 17%, dan 20% pasien yang sembuh memiliki komplikasi kebutaan pada mata yang
terkena. Setelah dilakukan penanganan yang tepat berupa diagnosis segera dan penggunaan
antibiotik yang tepat, angka mematian dan kebutaan mengalami penurunan yang signifikan,
walaupun kebutaan masih mencapai 11% kasus yang disebabkan oleh adanya resisten
terhadap antibiotik.2,3
2.11 Pencegahan
Pentingnya menjaga kebersihan mata adalah faktor yang terpenting agar tidak terinfeksi
secara langsung. Selanjutnya pencegahan dilakukan dengan menghindari faktor-faktor lain
yang menyebabkan infeksi orbital diantaranya adalah melakukan penanganan terhadap
sinusitis sedini mungkin, meghindari mata dari trauma dan tindakan operasi yang steril.2,3
Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk mencegah
terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini
pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.2,3,7
15 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DO
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Alor / Indonesia
Alamat : Kalabahi - Alor
Agama : Islam
No MR : 461052
Tanggal Pemeriksaan : 16 Desember 2017
2. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Bengkak dan pada mata kiri
Riwayat penyaki sekarang:
Pasien datang bersama keluarga dirujuk dari RSUD Alor dengan keluhan bengkak
pada mata kiri yang telah berlangsung sejak ± 2 minggu yang lalu sebelum masuk
rumah sakit hingga pasien tidak dapat membuka mata kiri dan tidak dapat melihat
dengan mata kiri. Keluhan ini disertai dengan keluhan sangat nyeri pada mata dan
keluarnya sekret berwarna bening yang banyak dari mata. Nyeri yang dirasakan
terus menerus bersifat tertusuk-tusuk, terasa berdenyut dan terkadang dirasakan
seperti tertarik-tarik. Awalnya pasien merasakan rasa gatal pada mata kiri dan
pasien dikucak-kucakkan mata kiri dengan menggunakan tangannya. Pasien merasa
adanya bintik kencil yang mengganjal pada matanya. Sehari setelah timbul gatal,
mata pasien mulai bengkak dan perlahan tidak dapat ddibuka. Riwayat Demam (+),
Nyeri Kepala (+), Riwayat Batuk Pilek saat sebelum sakit (-). Tidak ada orang
disekitar yang menderita sakit mata (+), Trauma (-).
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat Batuk pilek
tidak sering.
16 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengeluh seperti ini.
Riwayat pengobatan
Pasien sempat dirawat jalan di RSUD Alor seminggu sebelum dirujuk dan
mendapatkan pengobatan injeksi ceftriaxone 1gr/ 24 jam, metronidazole 3 x 500
mg, injeksi ketororolac 30 mg, metilprednisolone tablet.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanandarah : 120/80 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Temperature : 36.7OC
Status Oftalmologis
Okulus Dextra Okulus Sinistra
Visus 5/5 1/~ (LP: -)
Tekanan
Tidak dievaluasi Sulit Dievaluasi
Intraokuler
Segmen Anterior
17 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (16 Desember 2017)
Hemoglobin 10,8 g/dL (L)
Eritrosit 4,12 106/uL (L)
Hematokrit 33,8 % (L)
Leukosit 15,85 103/uL (H)
Trombosit 509 103/uL (H)
GDS 97 mg/dL (N)
Ureum 36,38 mg/dL (N)
Kreatinin 0,69 mg/dL (N)
Natrium 135 Mmol/L (N)
Kalium 3,9 Mmol/L (N)
5. Resume
Pasien wanita usia 21 tahundatang dengan keluhan mata kiri bengkak sejak ± 2 minggu
yang lalu. Keluhan bengkak disertai rasa gatal, nyeri, berair dan tidak dapat melihat
menggunakan mata kiri. Pada keadaan umum didapatkan pasien tampak sakit sedang. Dari
status oftalmologi, pada mata kiri pasien didapatkan visus 1/~ (LP:-). Pada mata kiri juga
didapatkan palpebra edema dan konjungtiva palpebra tampak hiperemis. Keadaan kornea,
COA, pupil, iris sulit dievaluasi karena pasien sulit membuka mata kiri.
6. Diagnosis
Selulitis Orbital dd Selulitis praseptal
7. Terapi
- Bersihkan Luka dengan pengeluaran pus OS 2 x / hari
- IVFD NaCl 500 cc/24 jam
- Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gr/hari
- Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg selama masih ada keluhan nyeri yang berat
- Ofloxacin 6 tetes /hari OS
- Salep Antibiotik (kloramfenikol) 3 x /hari OS
18 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Foto Hari 1, Hari ke 2 dan hari ke 5 perawatan
19 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Selulitis orbital adalah salah satu infeksi yang menyerang jaringan orbital. Selulitis
orbital adalah infeksi pada jaringan lunak dari orbital yang berada pada bagian posterior
septum orbital
Diagnosis selulitis orbital sinistra ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
berupa pemeriksaan oftalmoskopi, serta ditunjang oleh pemeriksaan penunjang laboratorium
dan radiologik berupa Rontgen atau CT-scan. Dari anamnesis ditemukan adanya keluhan
mata kiri bengkak dan nyeri. Mata kiri bengkak dan nyeri akibat pembengkakan jaringan
lunak sekeliling orbita karena peradangan. Peradangan pada selulitis orbita dapat berasal dari
infeksi pada sinus terutama pada sinus etmoidalis karena batas antara sinus ini dengan orbita
sangat tipis sekali, gigi, saluran pernafasan bagian atas, telinga bagian tengah, ataupun karena
trauma serta termasuk juga jika disebabkan oleh penyebaran secara hematogen. Pada
penderita ini sumber infeksi dicurigai merupakan invasi langsung kuman ke dalam mata dan
jaringan disekitarnya karena faktor yang mendukung penyebab selulitis orbital lainnya seperti
riwayat sinusitis, infeksi saluran napas atas, infeksi mata sebelumnya dan trauma atau infeksi
pada gigi tidak ditemukan. Gejala sistemik juga diperlihatkan penderita berupa demam.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD penderita normal sedangkan VOD
1/~ (LP: -). Palpebra okuli sinistra edema, hiperemis, nyeri. Hal ini diakibatkan oleh karena
terjadi peradangan pada jaringan ikat sekitar bola mata yaitu di rongga orbita sehingga
pergerakan bola mata sangat terganggu. Pergerakan bola mata yang terganggu ini yang
20 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
membedakannya dari selulitis preseptal diman pada selulitis preseptal tidak terjadi gangguan
pergerakan bola mata.
Infeksi pada penderita ini perlu penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang
serius nantinya seperti abses periosteal, trombosis sinus kavernosus dan paling ditakuti adalah
kebutaan. Oleh karena itu, penderita di rawat di rumah sakit agar dapat dipantau kondisinya.
Pemberian antibiotik melalui jalur intra vena dan lokal diindikasikan agar cepat mengenai
organ target infeksi. Pemilihan antibiotik spektrum luas seperti cefixime ditambah dapat
mengeradikasi kuman baik gram negatif maupun gram positif karena saat masuk rumah sakit
hasil kultur kuman dan tes sensitivitas antibiotik tidak dilakukan. Sedangkan obat tetes mata
ofloxasin ataupun kloramfenikol salep dimaksudkan untuk mengeradikasikan kuman pada
organ lokal yaitu mata bagian luar dan dalam.
Kontrol cairan juga penting pada penderita karena dengan adanya peradangan yang sifatnya
sudah sistemik sehingga keluhan penderita juga termasuk demam, maka nutrisi dapat juga
diberikan melalui intravena. Pemberian obat penurun demam seperti parasetamol untuk
meredam terjadinya efek dari peradangan.
Prognosa pada penderita ad vitam adalah bonam dimana tanda vital penderita baik
dan semakin hari keadaan penderita membaik. Ad Fungtionam baik karena adanya keadaan
bengkak yang mulai turun, nyeri yang berkurang, sekret yang berkurang, dari hari perawatan
1 sampai 5 dan ditandai juga dengan sedikit membuka mata secara spontan serta sudah dapat
mecapai penglihatan 3/60 pada hari ke 5 perawatan dan pergerakan bola mata mulai
membaik. Komplikasi diharapkan tida terjadi, karena telah dilakukan pemberian obat yang
efektif.
21 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
Penglihatan menurun
Mata menonjol
Gerakan mata menjadi terbatas
terdapat discharge nasal Purulen
Pemeriksaan Inspeksi: • Visus 1/~ (LP:-)
Fisik Kemosis pada konjungtiva, • palpebra edema
Tekanan intraokular meningkat • warna merah
Perubahan warna merah gelap keunguan
pada kelopak mata, hiperemia
konjungtiva
Visus menurun
Edema palpebra
TIO meningkat
22 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
BAB V
PENUTUP
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari
septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena
sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain demam (lebih dari 75%
kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan pergerakan bola mata dan nyeri
pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari
infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi
yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat
terjadi kematian.
23 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l
DAFTAR PUSTAKA
24 | L a p o r a n K a s u s S e l u l i t i s O r b i t a l