Anda di halaman 1dari 20

Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.

230, Makassar 90173


Telp. (0411) 3619745

A. PENDAHULUAN
Infeksi di rumah sakit merupakan masalah serius bagi semua institusi
pelayanan kesehatan saat ini, maka dalam upaya meningkatka bn mutu
pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi di
rumah sakit.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah
sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
dengan standar yang sudah ditentukan.
Agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di RSIA Prof . dr.
H. M. Farid dapat terlaksana dengan baik, maka perlu diadakan pelatihan
serta sosialisasi untuk meningkatan mutu pelayanan dan pengetahuan sumber
daya manusia RSIA Prof. dr. H. M. Farid terutama dibidang pencegahan dan
pengendalian infeksi.
InHouse Training PPi dirancang untuk mempersiapkan petugas RSIA
Prof. dr. H. M. . Farid agar mampu melakukan langkah-langkah pencegahan
dan pengendalian infeksi serta senantiasa dalam keadaan siap untuk
menghadapi munculnya penyakit menular sewaktu-waktu.

B. LATAR BELAKANG
InHouse Training PPi dirancang untuk mempersiapkan petugas RSIA
Prof. dr. H. M. . Farid agar mampu melakukan langkah-langkah pencegahan
dan pengendalian infeksi serta senantiasa dalam keadaan siap untuk
menghadapi munculnya penyakit menular sewaktu-waktu.
Program PPI sangat penting dilaksanakan di RSIA sebagai tolak ukur
pelayananjuga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga
dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas dan berkunjung di
RSIA Prof. dr. H. M. Farid.
Perlu diketahui bahwa keberhasilan program PPI di RSIA Prof. dr. H. M.
Farid perlu keterlibatan lintas professional, perawat, laboratorium, farmasi,
gizi, sanitasi, haouse keeping dll, dan harus saling bekerjasama dengan
adanya dukungan menejerial untuk terlaksananya program PPI dengan baik
sehingga semua petugas dapat melaksanakan dengan baik sesuai standar.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan RSIA Prof. dr. H. M. Farid melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua unit
pelayanan RSIA Prof. dr. H. M. Farid
2. Tujuan Khusus
Memahami dan mampu menerapkan kewaspadaan isolasi PPI
Memahami dan mampu menerapkan/melaksanakan hand hygiene
Memahami dan mampu menerapkan/melaksanakan penggunaan APD
sesuai indikasi
Memahami dan mampu melaksanakan pemrosesan alat kesehatan
Memahami dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah sesuai
jenisnya.

D. SASARAN
Semua petugas RSIA Prof. dr. H. M. Farid.

E. CARA PELAKSANAAN
Menggunakan metode ceramah dan diskusi serta tanya jawab dengan
menggunakan LCD dan slide power point tentang program PPI.

F. BAHAN-BAHAN AJARAN
Kebijakan PPI RSIA Prof. dr. H. M. Farid
Kewaspadaan Isolasi
Hand Hygiene
Penggunaan APD
Pengelolaan Sampah
Pemrosesan alat medis

G. PEMATERI/NARASUMBER
Sherly Damayanti, AMK

H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Pelaksanaan In House Training diadakan di Aula RSIA Prof. dr. H. M. Farid

Hari : Kamis s/d Sabtu
Tanggal : 14 s/d 16 September 2017
Pukul : 13.00 s/d selesai

I. BIAYA
Pelaksanaan In House Training ditanggung sepenuhnya oleh pihak RSIA
Prof. dr. H. M. Farid
NO URAIAN JUMLAH KERTERANGAN
DANA
1. ATK 300.000
2. KOMSUMSI PELATIHAN 2.000.000
3. SPANDUK 60.000

JUMLAH 2.360.000

J. SASARAN AKHIR PELATIHAN


Agar semua petugas baik medis dan non medis mampu menerapkan program
PPI dalam melakukan kegiatan sesuai di unit kerja masing-masing.
K. PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Evaluasi kegiatan dilaksanakan setelah acara selesai dan dibuatkan laporan
untuk dilaporkan kepada direktur RSIA Prof. dr. H. M. Farid.

Mengetahui

Direktur RSIA Prof. dr. H. M. Farid Ketua Panitia

dr. Retno Budiati Farid Sp.OG(K) Sherly Damayanti, AMK


KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PROF. DR. H. M. FARID
Nomor :
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANA IN HOUSE TRAINING
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT

Menimbang : a. bahwa rumah sakit dipandang perlu melaksanakan kegiatan


pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b. bahwa rumah sakit perlu melaksanakan pencegahan dan


pengendalian infeksi untuk melindungi pasien, keluarga,
pengunjung, dan petugas dari resiko kejangkitan infeksi,
karena dirawat, bertugas atau mengunjungi rumah sakit.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam point a dan b, perlu ditetapkan keputusan Direktur
tentang pembentukan panitia pelaksana kegiatan In House
Training pencegahan dan pengendalian infeksi.

Mengingat : 1. Undang undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan.

2. Undang undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang


pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
kesehatan lainnya
MEMUTUSKAN

Menetapkan : keputusan direktur RSIA Prof. dr. H. M. Farid tentang


pembentukan panitia pelaksana In house training pencegahan
dan pengendalian infeksi rumah sakit.

KESATU : menetapkan panitia pelaksana sebagaimana terlampir dalam


surat keputusan ini. .

KEDUA : yang ditunjuk dan tercantum namanya dalam surat keputusan ini
dianggap mampu untuk melaksanakan tugas sesuai beban tugas
dan tanggung jawab masing-masing diharapkan membuat
laporan pelaksanaannnya

KETIGA : biaya atas pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada RSIA Prof.
dr. H. M. Farid.

KEEMPAT : apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan akan ditinjau


kembali sebagaimana mestinya.

Di tetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 5 September 2017

Direktur,

dr.Retno Budiarti Farid, Sp.OG(K)


PANITIA PELAKSANA IN HOUSE TRAINING PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT

Pembina / penaggung Jawab : dr.Retno Budiati Farid, Sp.OG (K)


Ketua : Sherly Damayanti, AMK
Sekretaris : Amatul Firdauzy, Amd.Keb
Bendahara : Iriyanti Djumadi
Perlengkapan : Lisna Abdal, AMd. RMIK
Operator computer : Farah Fadhillah Syam

Di tetapkan di : Makassar
Pada Tanggal :

Direktur,

dr.Retno Budiarti Farid, Sp.OG(K)


Jadwal In House Training RSIA Prof. dr. H. M. Farid 2017
Hari / Jam Uraian kegiatan Metode Narasumber
Tanggal
Kamis 14 13.00 Regitrasi Panitia
september
14.00-14.15 Pembukaan dr.Retno Budiati
Farid, Sp.OG (K)
14.15-14.45 Pre test Panitia
14.45-15.30 Kebijakan kemenkes Materi/power Sherly Damayanti,
dalam PPI point, tanya AMK
jawab
15.30-15.45 COFFE BREAK
15.45-16.30 PPI dalam akreditasi Materi/power Sherly Damayanti,
versi KARS 2012 point, tanya AMK
jawab
Jumat, 15 07.30-08.00 Agenda/pemanasan Panitia
September
2017
08.00-08.30 Perlindungan Materi/power dr.Retno Budiati
kesehatan karyawan point, tanya Farid, Sp.OG (K)
jawab
08.30-09.15 Konser dasar HAIs Materi/power Sherly Damayanti,
dan program PPI point, tanya AMK
jawab
09.15-10.00 Kebersihan Tangan Materi/power dr.Monika Fitria
dan penggunaan APD point, tanya Farid, Sp.OG
jawab,
simulasi/praktek
10.00-10.15 COFFE BREAK
10.15-11.00 Pemrosesan Alat Materi/power dr.Monika Fitria
point, tanya Farid, Sp.OG
jawab,
simulasi/praktek
11.00-12.30 PPI IDO Materi/power dr.Retno Budiati
PPI IADP point, tanya Farid, Sp.OG (K)
PPI VAP jawab
PPI ISK
Penggunaan
Antibiotik secara
Rasional
12.30-13.30 ISHOMA
13.30-14.15 PPI di unit Gizi Materi/power Sherly Damayanti,
point, tanya AMK
jawab
14.15-15.00 Manajemen Limbah Materi/power dr.Retno Budiati
point, tanya Farid, Sp.OG (K)
jawab
15.00-15.15 COFFE BREAK
15.15-15.45 Manajemen Linen Materi/power dr.Retno Budiati
point, tanya Farid, Sp.OG (K)
jawab
Manajemen Materi/power Sherly Damayanti,
Lingkungan point, tanya AMK
jawab
08.00-08.15 Simulasi/praktek
16 Agenda / pemanasan
September
2017
08.15-09.00 Peran dan fungsi Materi/power Sherly Damayanti,
IPCN point, tanya AMK
jawab
09.00-09.15 Coffe Break
09.15-12.00 Diskusi Kelompok
1. penyusunan Diskusi
Program PPI
2. Persiapan
PPI dalam
standar
akreditasi
versi 2012
3. Kerja Tim
dan
koordinasi
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-15.00 Presentasi masing-
masing kelompok
15.00-15.15 COFFE BREAK
15.00-15.30 Rangkuman dr.Retno Budiati
Post test Farid, Sp.OG (K)
15.30 Penutupan dr.Retno Budiati
Farid, Sp.OG (K)
Pre Test

Nama :

Unit Kerja :

Petunjuk : pada kolom yang tersedia, tulis huruf B bila pernyataan benar, atau S
bila pernyataan salah

Pernyataan Benar/Salah
1. Tujuan utama upaya pencegahan infeksi adalah untuk
mencegah terjadinya infeksi, termasuk transmisi
penyakit menular terhadap petugas kesehatan, klien
dan masyarakat
2. Salah satu resiko bagi petugas kesehatan untuk
terinfeksi virus berbahaya adalah transmisi melalui
luka tusuk jarum suntik
3. Pembatas fisik meliputi kacamata pelindung, masker
dan celemek untuk perlindungan terhadap percikan
darah dan cairan tubuh lainnya.
4. Cuci tangan sebaiknya hanya dilakukan sebelum
melakukan tindakan dan bersentuhan dengan pasien
5. Penggunaan larutan antiseptic berbasis alkohol tanpa
air untuk diusapkan pada tangan dan cuci tangan
sebelum tindakan operatif menunjukkan pengurangan
jumlah mikroorganisme pada tangan.
6. Memakai sarung tangan dapat menggantikan prosedur
cuci tangan
7. Jenis jenis sarung tangan adalah sarung tangan bedah
(steril), sarung tangan biasa (bersih) dan sarung tangan
rumah tangga
8. Supaya tidak mencederai pasien, maka petugas
kesehatan yang berkuku panjang, sangat dianjutkan
menggunakan sarung tangan apabila akan melakukan
tindakan medik
9. Karena telah dirancang dengan baik maka
kelengkapan pelindung diri tidak mempunyai
kelemahan apapun
10. Kamar operasi adalah salah satu area yang paling
berbahaya dalam sistem pelayanan kesehatan
11. Sebagian besar luka yang disebabkan oleh benda
tajam dilingkungan rumah sakit, terjadi dikamar
operasi
12. Limbah atau sampah rumah sakit harus dikelola
secara benar, untuk mencegah infeksi atau penularan
penyakit terhadap petugas kesehatan dan masyarakat
13. Samapah terkontaminasi dan tak terkontaminasi
dapat ditempatkan dalam wadah yang sama
14. Dekontaminasi harus dilakukan dengan
menggunakan wadah yang terbuat dari logam
15. Proses desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat
membunuh semua atau 100% mikroorganisme.
16. Resiko terjadinya kontaminasi silang dalam
memproses linen kotor infeksius sangat tinggi
17. Pembersihan dinding, lantai peralatan serta meja
dirumah sakit dapat mengurangi jumlah
mikroorganisme
18. Pembersihan ruangan-ruangan umum(resiko rendah)
dirumah sakit, cukup dibersihkan dengan
menggunakan air dan sabun
19. Setiap petugas laboratorium yang menangani darah
atau cairan tubuh akan menghadapi resiko terpapar
atau cedera perlukaan
20. Dekontaminasi permukaan kerja dilakukan dengan
klorin 0,5% pada saat terkontaminasi saja dan tidak
perlu dilakukan setiap hari

Nilai :
KOMITE PPI

RSIA PROF. DR. H. M. FARID

Nomor :

Lampiran :

Perihal :

Kepada yth.

Bapak / Ibu ..

Panitia in house training PPI

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Sehubungan dengan rencana dilaksanakan in haouse training PPIRS bagi RSIA


Prof. dr. H. M. Farid maka dimohon kesediaan saudara/i untuk dapat menghadiri
petemuan yang insha Allah akan diadakan pada :

Hari :

Waktu :

Tempat :

Acara :

Demikian kami sampaikan atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan terima
kasih.

Makassar ,

Komite PPI

Ketua , Sekretaris ,
SAMBUTAN DIREKTUR RSIA PROF. DR. H. M. FARID
Pada acara pembukaan kegiatan in house training
pencegahan dan pengendalian infeksi
RSIA Prof. dr. H. M. Farid
Tanggal 14 september 2017
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT oleh karena atas rahmat-
Nya jualah kita diberikan kesehatan dan kesempatan untuk bersama-sama hadir
ditempat ini dalam acara pembukaan in house training pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit bagi tenaga kesehatan RSIA Prof. dr. H.
M. Farid yang akan dilaksanakan mulai pada hari ini, .
Sdr (i) sekalian yang saya banggakan,
Program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) harus dilaksanakan
dirumah sakit ini karena merupakan salah satu tolak ukur mutu pelayanan untuk
melindungi pasien, petugas, juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya
infeksi karena dirawat, bertugas, atau berkunjung di RS ini.
Perlu diketahui bahwa keberhasilan program PPI di RSIA Prof. dr. H. M.
Farid perlu keterlibatan semua pihak termasuk dokter, perawat, bidan,
laboratorium, K3, farmasi, gizi, sampai sanitasi, laundry, dan cleaning service,
sehingga harus ada wadah yang dapat mengatur untuk terlaksananya program PPI.
Agar supaya kegiatan PPI ini dapat berjalan dengan baik dirumah sakit ini
harus ditunjang dengan pengetahuan dan kemampuanseluruh petugas dalam
menjalankan pekerjaannya harus selalu mengacu kepada prinsip-prinsip PPI.
Untuk itu perlu diadakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi petugas
melalui pelatihan PPI seperti ini.
Berharap semoga para peserta dapat mengikuti dengan seksama pelatihan
ini sehingga apa yang menjadi tujuan diadakan pelatihan dapat kita capai.
Pada akhirnya dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim in house
training PPI rumah sakit saya buka dengan resmi.
Direktur ,

RSIA Prof. dr. H. M. Farid

dr.Retno Budiarti Farid, Sp.OG(K)


A. Latar Belakang
Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya merupakan
saran kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
memiliki peran dan tanggung jawab dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit dan Pelayanan Kesehatan lainnya
dituntut dapat memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, dan
transparan kepada masyarakat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pasien yang menerima pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan
sebagai pemberi pelayanan kesehatan serta masyarakat sekitar Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya dihadapkan dengan risiko
terjadinya infeksi akibat tindakan pelayanan kesehatan. Diperkirakan 1,4
juta setiap saat terjadi infeksi diseluruh dunia, yang dapat meningkatkan
mortalitas dan morbiditas.
Untuk mencegah terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan maka
perlu diterapkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya, yang diselenggarakan oleh
tim ataupun komite PPI yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
PPI meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
serta pembinaan.
Dalam menyelenggarakan program PPI, para anggota PPI dituntut
untuk memahami dengan baik hal-hal yang terkait dengan PPI sehingga
dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, untuk itu perlu adanya pelatihan PPI untuk tenaga
kesehatan di Rumah Sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya.

B. Tujuan Kegiatan Pelatihan


Tujuan dari mengikuti pelatihan PPI ini adalah menambah wawasan
dan keterampilan tenaga kesehatan dalam memahami PPI agar dapat
diimplementasikan di Rumah Sakit yang pada akhirnya diharapkan dapat
mencegah atau meminimalkan insiden rate infeksi terkait pelayanan
kesehatan pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar Rumah Sakit
sehingga mutu layanan kesehatan meningkat.

C. Laporan Hasil Kegiatan


1. Hari Pertama Tanggal 14 September 2017
a. Konsep Dasar PPI
Resume Materi:
PPI dibentuk untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
atau yang sejak tahun 2007 telah diubah oleh WHO menjadi
Healthcare-Associated Infection (HAIs) yaitu infeksi yang terjadi
selama amasa perawatan di Rumah Sakit atau di fasilitas kesehatan
lain, dimana pasien pada saat masuk tidak ada infeksi atau tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi muncul setelah pasien
pulang dari perawatan, juga infeksi pada petugas kesehatan yang
terjadi dipelayanan kesehatan. Diharapkan dengan pencegahan dan
pengendalian infeksi mutu pelayanan dan keselamatan pasien
meningkat.
Kegiatan yang dilakukan PPI menurut JCI 2014 adalah
pembuatan program, surveillance, monitoring, isolation
precaution,dan education. Standar kewaspadaan utama menurut JCI
terdiri dari:
Kebersihan tangan
Alat Pelindung diri
Pengelolaan sampah dan benda tajam
Prosedur isolasi
Pengendalian lingkungan
Pengelolaan linen/laundry
Desinfeksi dan sterilisasi
Keselamatan petugas kesehatan
Prosedur Pungsi lumbal
Etika Batuk
Penyuntikan yang aman
b. Infection Control Risk Assesment (ICRA)
Merupakan bagian dari proses penyusunan rencana strategis
(Renstra) program pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit.
Tiap organisasi harus melakukan pengkajian risiko infeksi
yang spesifik. Penilaian ini disusun untuk merancang prioritas
program PPIRS, proses penilaian risiko dilakukan terus menerus
dengan perubahan focus setiap tahun, laporan perkembangannya
dapat melacak keberhasilan program PPIRS.
c. Peran dan Fungsi Infection Prevention Control Nurse (IPCN) &
IPCN Link
IPCN adalah perawat bagian dari komite atau tip PPI yang
bekerja purna waktu untuk bekerjasama dalam mencegah dan
mengendalikan infeksi, dengan perbandingan 1 IPCN dengan 100
tempat tidur.
Peran dan fungsi IPCN:
Mengunjungi area klinik
Surveilor
Investigator
Manajer
Edukator
Konsultan
Auditor
Advokator
Koordinator
Komunikator
Motivator
Evaluator
Tugas dan Fungsi IPCLN:
Melengkapi pengisian dan mengumpulkan formulir surveilans
di unit masing-masing
Memberi motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
terhadap pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan.
Memberitahu kepada IPCN apabila ada kecurigaan infeksi
pada pasien.
Memberitahu hal-hal baru tentang PPI ke unit masing-masing
d. Hand Hygiene
Hand hygiene atau kebersihan tangan merupakan suatu
prosedur utama dan sangat dan sangat penting mencegah HAIs,
yang wajib dilakukan oleh semua petugas di Rumah Sakit.
Untuk mengetahui derajat kepatuhan petugas kesehatan
terhadap hand hygien harus dilakukan audit secara terjadwal, dan
untuk meningkatkan kepatuhan hand hygiene diperlukan fasilitas,
edukasi dan pemantauan serta hasil audit kepatuhan di feedbackkan
ke unit kerja.

2. Hari Kedua Tanggal 15 September 2017


a. Program Pengendalian Resistensi Antimikroba & Penggunaan
antibiotik secara rasional
Dilakukan oleh komite farmasi dan terapi: Pengendalian
Pedoman penggunaan antibiotik & surveilance penggunaan
antibiotik.
Dilakukan oleh komite PPI: Pengendalian penyebaran mikroba
resisten.
Dilakukan oleh pelayanan Mikrobiologi klinik: Laboratorium
mikrobiologi, Konsultasi/visitasi/ Patient Care, Informasi Pola
kuman
Dilakukan oleh Pelayanan farmasi klinik: Pengelolaan dan
penggunaan antibiotik, konsultasi dan konseling obat antibiotik.

Penggunaan antibiotik secara rasional dilakukan dengan:

Apakah pasien benar-benar membutuhkan antibiotik


Membuat daftar antibiotik yang potensial
Cocokkan dengan antibiotik yang sebelumnya digunakan,
apakah pathogen sudah resisten dengan antibiotik sebelumnya.
Memastikan antibiotik benar-benar masuk tepat pada lokasi
infeksi.
Memastikan ada tidaknya kontraindikasi antibiotik
Menentukan dosis dan cara pemberian antibiotik yang tepat.
Memilih antibiotik yang paling efektif biaya
b. Dekontaminasi(Pembersihan, Desinfeksi, dan Sterilisasi)
Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan
atau memusnahkan mikroorganisme dan kotoran yang melekat
pada peralatan medis bekas pakai sehingga aman untuk pemakaian
berikutnya.
Proses dekontaminasi terdiri dari:
Pembersihan (Menggunakan sabun atau detergen enzymatic,
bilas, tiriskan, dan keringkan)
Desinfeksi:
o Desinfeksi tingkat rendah untuk peralatan non kritikal
o Desinfeksi tingkat tinggi untuk peralatan semi kritikal
Sterilisasi untuk peralatan semi kritikal (masuk jaringan tubuh
atau system vasculer), dalam sterilisasi perlu adanya SPO,
pemeliharaan atau kalibrasi alat serta adanya dokumentasi,
monitoring serta evaluasi.
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
APD adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya phisikal, konsep utama
penggunaan APD yaitu :
Alat pelindung diri merupakan bagian dari kewaspadaan
standar
Penggunaan APD bertujuan untuk memutus mata rantai infeksi
Penggunaan APD harus sesuai indikasi dan segera dilepas jika
telah selesai digunakan/tindakan
d. PPI Daerah Operasi
Infeksi Daerah Oprasi (IDO) adalah infeksi yang terjadi akibat
prosedur pembedahan.
Dalam pencegahan IDO perlu diterapkan sistem BUNDLES yaitu
kumpulan intervensi konsep ilmiah yang dapat dipercaya dan
implementatif mencegah HAIs. Beberapa langkah terobosan
perubahan untuk pencegahan mencegah IDO :
o Tingkatkan disiplin tim bedah
o Tingkatkan tekhnik asepsis
o Perbaikan perawatan luka oprasi di bangsal
o Stop pencukuran, gunakan clipper
o Berikan antimikroba profilaksis
o Control kadar gula darah
o Kolaborasi multi disiplin
e. PPI Infeksi Aliran Darah Primer (IAPD)
Tujuannya adalah mengurangi / meminimalkan tingkat
kejadian infeksi aliran darah primer di semua ruangan perawatan
pasien dengan penerapan BUNDLES.
BUNDLES dalam pencegahan IADP terdiri dari :
Kebersihan tangan
Pencegahan dan perlindungan secara maksimal (sterilitas)
Pemakaian antiseptic Chlorhexidin
Pemilihan lokasi insersi secara optimal
Review harian
Dengan implementasi bundles diyakini dapat menurunkan
angka kesakitan, kematian, lama rawat di ICU maupun RS dan
menghemat biaya.
f. Kesehatan dan keselamatan petugas
Program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit yaitu :
Perencanaan yang dibuat oleh pimpinan RS
Program ini mengacuh pada kebutuhan staff
Terkait dengan program mutu dan keselamatan RS
Kebijakan pencegahan penularan infeksi terhadap petugas
kesehatan, misalnya pemberian imunisasi.
Kebijakan tentang evaluasi, konseling dan tindak lanjut
terhadap staf yang terpapar penyakit infeksius.

3. Hari Ketiga Tanggal 28 Juni 2017


a. Manajemen lingkungan Rumah Sakit
Ruang lingkup manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit
yaitu:
Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
Penyehatan air
Pengelolaan limbah
Pengelolaan tempat pencucian linen
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi
Persyaratan pengamanan radiasi
Upaya promosi kesehatan lingkungan

Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat


diminimalkan dengan:

Melakukan pembersihan rutin sesuai SPO secara rutin dan


memilih bahan pembersih yang tepat serta berkualitas baik .
Melakukan pemeliharaan peralatan medis dengan tepat.
Mutu air bersih selalu terkontrol serta mempertahankan ventilasi
udara dalam keadaan baik.
b. PPI dalam Pengelolaan Laundry
Unti laundry harus mempunyai SPO yang jelas dan dipahami
oleh semua petugas.
Tersedia APD yang sesuai.
Petugas unit laundry harus mendapat pelatihan dan secara rutin
dilakukan pengawasan.
Petugas laundry wajib menggunakan APD pada saat bekerja
Petugas laundry harus mendapatkan vaksinasi
Pengelolaan linen yang benar, baik diruangan maupun di unit
laundry dapat memutus mata rantai transmisi kuman dan
menghasilkan linen yang higienis dan siap pakai.
Linen yang bersih dapat memuaskan dan memberi rasa aman
kepada petugas, pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
c. Dasar-dasar desain dan ventilasi rumah sakit
Yang dibutuhkan untuk memperbaiki sistem ventilasi:
Mempertahankan kualitas udara dalam ruangan/IAQ (Indoor air
quality)
Memastikan pelaksanaaan PPI untuk melindungi pasien dari
kemungkinan terkena infeksi lain selama di RS.
Mengatur temperatur, kelembaban, arah dan kecepatan aliran
udara.
Mencegah polusi.
Memanfaatkan udara dan cahaya alamiah semaksimal mungkin.
Mengupayakan pasien segera pulih dan bisa dipulangkan.
d. Dasar surveilans HAIs
Surveilans adalah pengumpulan data kesehatan yang penting
secara terus menerus sistematis, analisis dan interpretasi serta
didesiminasikan kepada pihak yang berkepntingan secara berkala
untuk digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau
tindakan pelayanan kesehatan.
Tujuan dilakukan surveilans adalah:
Memperoleh data dasar
Kewaspadaan dini KLB
Menilai standar mutu pelayanan
Sebagai sarana mengidentifikasi malpraktek
Menilai suatu keberhasilan program PPI
Meyakinkan para klinisi.
Sebagai suatu tolak ukur akreditasi.
e. Manajemen Limbah Medis dan benda tajam
Pengelolaan limbah medis dan benda tajam merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan layanan
kesehatan lainya dalam pencegahan dan penularan infeksi.
Limbah benda tajam dapat mengakibatkan luka tusuk yang akan
mengakibatkan penularan penyakit dan harus menjadi perhatian
khsus dari manajemen.
Pengelolaan limbah yang baik harus sesuai SPO
Training untuk pengelola limbah secara berkesinambungan
merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan limbah.
f. Hygiene sanitasi makanan di rumah sakit
Merupakan upaya agar makanan yang dikonsumsi aman untuk
dimakan.
Lima prinsip hygiene sanitasi:
Cara penyimpanan bahan makanan
Cara pengelolaan: tempat , tenaga, dan proses
Transportasi
Cara penyajian
Kebersihan peralatan.

D. Saran Untuk Rumah Sakit


1. Perlu adanya sosilasi tentang PPI pada seluruh tenaga keshatan, pasien
dan pengunjung yang ada di RSIA Prof. dr. H. M. Farid
2. Perlu dilakukan sosialisasi tentang hand hygien disetiap unit di RSIA
Prof. dr. H. M. Farid.

Anda mungkin juga menyukai