Anda di halaman 1dari 1

Nama: Fifi Yuliana

NIM: 155020301111003

Kelas: CC (Selasa, Jam ke-3)

Shallow Ecology atau Ekologi Dangkal dibentuk oleh pemikiran yang antroposentrik yang
menganggap manusia adalah yang menguasai alam. Sedangkan Deep Ecology atau Ekologi
Dalam, karena basisnya filsafat dan agama, maka kesatuan ekologis menjadi pandangan yang
paling utama namun tetap dengan menempatkan hak asasi manusia dan alam. Manusia diakui
hak asasinya atas alam, karena potensi dan kedudukannya sebagai pengelola alam.

Ekologi Dangkal lebih memusatkan pada manusia (antroposentrik), sehingga memunculkan


hubungan yang sepihak yang tidak saling menguntungkan, yaitu dengan dilakukannya
eksploitasi besar-besaran untuk kepentingan manusia. Manusia fokus untuk mengejar
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dalam Ekologi Dalam, model hubungan yang diciptakan
adalah keseimbangan antara manusia dan alam. Dalam hal ini, pemanfaatan alam tetap
dilakukan, namun harus berdasar pada prinsip keseimbangan ekologi.

Ekologi Dalam seolah memberikan kritik terhadap gaya hidup kebanyakan manusia saat ini.
Mereka yang menganut teori ini bercita-cita untuk menciptakan sebuah kesadaran. Ini
dikarenakan keyakinan bahwa setiap individu itu 'egois' yang dipandang dapat merusak
lingkungan karena gaya hidupnya yang mengejar kepentingan pribadi tanpa memperdulikan
alam.

Referensi:

- Subair. Agama dan Etika Lingkungan Hidup. Tasamuh, Volume 4 Nomor 1, Juni 2012 : 31-
43

(Didownload pada: e-jurnal.stain-sorong.ac.id)

-David Watson. The Distinction between Deep and Shallow Ecology; Does Deep Ecology
Have Anything to Offer?. Essex Graduate Journal of Sociology, Volume 10

(Didownload pada: www.school-portal.co.uk)

Anda mungkin juga menyukai