Isnah 1
Abstrak
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian dengan metode kuantitatif. Alat
analisis yang digunakan yaitu menggunakan metode analisis incremental cost
yaitu dengan menganalisis besarnya biaya tambahan yang dikeluarkan pada tiap-
tiap alternatif pola produksi oleh usaha sarung tenun. Berdasarkan hasil
perhitungan, analisis dan pembahasan adapun masing-masing besarnya biaya
tambahan yang dikeluarkan oleh setiap pola produksi yaitu untuk pola produksi
konstan dengan biaya tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 12.150.000,- untuk
pola produksi bergelombang dengan biaya produksi yaitu sebesar Rp. 3.670.000,-
sedangkan pola produksi moderat dengan biaya produksi sebesar Rp.
4.274.000,,-. Sehingga pola produksi yang paling efektif dan efesien yang dapat
meminimalisasi biaya produksi yaitu pola produksi bergelombang dengan biaya
produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.670.000,-.
Pendahuluan
Latar belakang
Kain tenun sebagai kain budaya menjadi sangat penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Beragam jenis kain tenun telah dikembangkan dan menjadi
ciri budaya lokal di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya tenun sumbah yang
dikembangkan di daerah nusa Tenggara, tenun ikat Kalimantan, tenun ikat Jawa
yang sering disebut kain lurik, tenun Sumatera dan seterusnya. Kain tradisional
tenun Samarinda, atau yang dikenal dengan Sarung Samarinda, termaksud salah
satu tenun yang menjadi ciri khas daerah dan warisan budaya yang masih
dipelihara hingga saat ini. Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Samarinda telah
mencanangkan Kampung Tenun Samarinda yang berlokasi di Samarinda seberang
sebagai daerah tujuan wisata nasional.
Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam kegiatannya para pengrajin tenun
memproduksi sarung khas kota Samarinda dengan jenis direct dan reaktif yang
berbahan baku benang untuk membuat beragam jenis corak dan motif sarung
tenun Samarinda diantaranya motif hatta, motif botting, motif rawa-rawa masa,
motif pulu bolong, motif bontang, motif kudara, motif pucu rebung, motif tabba
1
Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: isnah.ardiansyah@yahoo.com
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
golo dan motif catur. Sedangkan keunggulan sarung tenun Samarinda jenis reaktif
yaitu sarung tenun Samarinda ini tidak luntur dan harga lebih mahal dengan
kualitas yang lebih baik namun sama keasliannya karena diproses sama halnya
dengan sarung tenun Samarinda jenis direct.
Untuk dapat menentukan pola produksi yang tepat perlu adanya
perhitungan berdasarkan metode akutansi yang tepat dengan menggunakan
metode Incremental Cost Analysis. Metode Incremental Cost Analysis yaitu
tambahan biaya yang akan terjadi bila perusahaan memilih suatu alternatif
keputusan tertentu. Analisis ini akan dapat dipakai oleh perusahaan untuk
menentukan pola produksi yang tepat yaitu terpenuhinya target penjualan dengan
biaya minimal. Pola produksi yang akan dipilih di sini adalah merupakan pola
produksi yang akan mendapat penghematan biaya produksi dalam perusahaan
yang bersangkutan.
Dari uraian diatas dapat diketahui pentingnya penentuan pola produksi bagi
perusahaan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
mengambil judul “Analisis Penentuan Pola Produksi Untuk Meminimalisasi
Biaya Produksi Pada Usaha Sarung Tenun Samarinda”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dari penelitian ini yang dapat
dijadikan perumusan masalah penelitian yaitu : Manakah alternatif pola produksi
yang mampu meminimalisasikan biaya produksi pada usaha sarung tenu di Kota
Samarinda?
Tujuan penelitian
Dalam melaksanakan suatu kegiatan, perlu adanya suatu tujuan yang ingin
dicapai dari apa yang dilaksanakan, maka dari itu yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis besarnya biaya
tambahan yang akan dikeluarkan pada masing-masing alternatif pola produksi
pada usaha sarung tenun di Kota Samarinda.
1152
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
Metode Penelitian
Jenis penelitian
Jenis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif,
dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik, Sugiyono (2012 : 23). Dari angka yang diperoleh
akan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data.
1153
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung, sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada.
Adapun Sumber data penelitian, yakni asal perolehan data penelitian,
perlu dijelaskan, primer maupun sekunder :
1. Data primer diperoleh secara langsung dari pedagang pasar malam yang telah
ditetapkan sebagai responden dengan bantuan alat daftar pertanyaan kuisioner.
2. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, dari berbagai
sumber dan dari internet maupun penelitan-penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian ini.
Teknik pengumpulan data
Dalam suatu penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting
demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Berdasarkan
teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan cara,
Sugiyono (2012 : 137) :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan
kuesioner. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan
pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara tidak tersetruktur karena
hanya ingin mendapatkan informasi tambahan atau garis besar permasalahan
dari responden yang telah mengisi kuisioner.
c. Kuisioner
kuisioner merupakan teknik pemgumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
menjawabnya. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk
mengumpulakan data dari para responden yang telah ditentukan.
Teknik Analisis Data
Metode analisis incremental cost digunakan untuk mengetahui besarnya
biaya tambahan bila menggunakan pola produksi tertentu. Analisis biaya ini
meliputi :
a. Biaya tenaga kerja
b. Biaya subkontak
c. Biaya lembur
d. Biaya penyimpanan
Analisis biaya ini akan dilaksanakan pada tiga pola produksi, yaitu :
a. Pola produksi konstan
b. Pola produksi bergelombang
c. Pola produksi moderat
1154
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
Hasil dari ketiga pola produksi ini akan yang terpilih yang menimbulkan biaya
tambahan terendah.
Hasil Penelitian
Kapasitas Produksi
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengrajin ibu Saidah , produk
tenun Sarung Samarinda terbagi menjadi 2 jenis yaitu sarung wanita dan sarung
laki-laki. Berikut adalah informasi produksi optimum tenun Sarung Samarinda
tiap tahunnya.
Tingkat Produksi Optimum Sarung Samarinda
PRODUKSI SARUNG LAKI- SARUNG
OPTIMUN LAKI PEREMPUAN
Pertahun 300 120
Perbulan 25 10
Biaya Produksi
Rp 195.000 Rp 200.000
Perunit
Sumber : Pengrajin Sarung Ibu Saida
Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah produksi per tahun untuk sarung
laki-laki yaitu sebesar 300 unit per tahun, sedangkan untuk sarung perempuan
jumlah produksi sarung sebesar 120 unit per tahun, sedangkan untuk jumlah
produksi per bulan sarung laki-laki yaitu sebesar 25 unit per bulan, sedangkan
untuk sarung perempuan yaitu sebesar 10 unit per bulan.
a) Jumlah jam kerja normal per hari = 5 jam.
b) Jam kerja normal satu bulan per orang = 26 hari x 5 jam = 130 jam.
c) Jumlah karyawan produksi 5 orang.
d) Hasil produksi perbulan rata-rata 35 unit.
e) Hasil produksi per orang per bulan = 35 : 5 = 7 unit.
f) Hasil produksi per jam per orang = 7 : 130 = 0,053 unit per orang
g) Hasil produksi per bulan = 0,053 x 130 = 6,89 unit per orang
h) Hasil produksi per triwulan = 3 x 6,89 = 20,67 unit per orang
i) Jam kerja lembur 1½ jam per hari
j) Karyawan produksi rata-rata bekerja selama 1½ + 5 = 6 ½ jam.
k) Kapasitas maksimal per triwulan per orang = 6 ½ jam x 26 hari x 3 bulan x
0,053 = 26,871
l) Kapasitas maksimal produksi adalah 26,871 x 5 orang = 113,685 = 114
Produksi Sarung Tenun Samarinda
Untuk menentukan pola produksi yang tepat pada usaha sarung tenun
Samarinda terlebih dahulu kita melihat data-data hasil produksi pada tahun-tahun
sebelumnnya. Berikut data produksi sarung tenun Samarinda selama lima tahun
terakhir, yaitu mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
1155
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
1156
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
Dengan perhitungan yang ada maka dibuatlah tabel per triwulan tahun 2016 pada
tabel dibawah ini :
Penjualan Sarung Tenun Per Triwulan
Tahun 2016 (Unit)
Triwulan Jumlah
I 92
II 93
III 90
IV 95
Jumlah 370
Sumber : Data Primer Diolah(2016)
Analisis Data
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengrajin Ibu Saida maka
penulis dalam menentukan pola produksi sarung tenun Samarinda
menggunakan metode analisis incremental cost. Penentuan pola produksi
berkaitan dengan meminimalisasi biaya tambahaan yang terdiri dari biaya
simpan, biaya perputaran tenaga kerja, biaya lembur, dan biaya subkontrak.
Dalam penelitian ini penulis akan menghitung biaya-biaya tambahan pada
masing-masing pola produksi yaitu pola produksi konstan, pola produksi
bergelombang, dan pola produksi moderat serta akan membandingkan
manakah pola produksi yang mengeluarkan biaya terendah sehingga akan
akan diketahui manakah pola produksi yang dapat meminimalisasi biaya
produksi.
Pola Biaya
Adapun biaya-biaya yang diperhitungkan disini ialah tambahan biaya yang
harus dikeluarkan oleh usaha sarung tenun Samarinda sebagai akibat dari adanya
perubahan-perubahan dalam produksi. Biaya-biaya yang ada antara laain
meliputi:
1. Biaya Simpan
Biaya simpan dikeluarkan oleh usaha Sarung Tenun Samarinda untuk
menyimpan barang-barang yang belum laku atau tidak laku dijual. Biaya
simpan dalam hal ini terdiri dari :
a) Tingkat bunga simpanan 12% per tahun
b) Harga satu unit sarung Rp. 400.000,-
c) Biaya modal per tahun = 12% x Rp. 400.000,- = Rp. 48.000,-
d) Biaya simpan per unit per triwulan = Rp. 48.000,- : 4 = Rp. 12.000,-
2. Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Pada usaha sarung tenun Samarinda ditetapkan bahwa setiap kenaikan 20 unit
diperlukan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 10.000,- sedangkan penurunan hasil
produksi tidak diperluka biaya.
1157
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
3. Biaya Lembur
Tambahan biaya lembur adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh usaha
Sarung Samarinda disebabkan adanya kegiatan yang dilakukan melebihi waktu
atau jam kerja normal. Biaya lembur Rp. 7000,- per jam
4. Biaya Sub Kontrak
Biaya subkontrak adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengadakan sub kontrak dengan perusahaan lain apabila terjadi tingkat
produksi melebihi batas kapasitas maksimal yang dimiliki perusahaan.
a) Harga jual per unit adalah Rp. 300.000,-.
b) Keuntungan yang diambil 30% dari harga jual.
c) Pihak mitra kerja mengambil keuntungan 10% dari harga penjualan.
d) Biaya yang diambil oleh pihak mitra per unit = 10% dari harga jual =10% x
Rp. 300.000,- = Rp. 30.000,- per unit
e) Biaya sub kontrak per unit = Rp. 300.000 – Rp. 30.000 = Rp. 270.000,-
Analisis Incremental Cost
Pola Produksi Konstan
Penentuan Tingkat Persediaan Sarung Tenun
Pada Pola Produksi Konstan (unit)
Triwulan Triwulan
Keterangan Triwulan I Triwulan II Total
III IV
Persedian awal -1 -8 -16 -21 -46
Produksi 85 85 85 85 340
Jum. Persediaan 84 77 69 64 294
Penjualan 92 93 90 95 370
Persediaan akhir -8 -16 -21 -31 -76
Sumber : Data Primer Diolah(2016)
Untuk pola produksi konstan dapat dilihat pada tabel diatas dimana jumlah
produksi pertahun yaitu sebesar 340 unit pertahun, dengan jumlah produksi
pertriwulan yaitu sebesar 85 unit. Total volume penjualan yaitu sebesar 370 unit.
Dimana tingkat produksi pada tiap triwulan melebihi tingkat permintaan,
sehingga adanya sisa-sisa produk yang harus disimpan.
a. Biaya Simpan
Triwulan IV = 31 x Rp. 12.000,- = Rp. 372.000,-
b. Biaya Sub Kontrak
Pada pola produksi konstan triwulan I, II, dan III terjadi kekurangan sehingga
ada biaya sub kontrak.
Triwulan I = 6 x Rp. 270.000,- = Rp. 1.620.000,-
Triwulan II = 8 x Rp. 270.000,- = Rp. 2.160.000,-
Triwulan III = 10x Rp. 270.000,- = Rp. 2.700.000,- +
Jumlah biaya sub kontrak Rp. 6.480.000,-
1158
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
1159
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
1160
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
a. Biaya Simpan
Dari tabel 4.10 kita bisa mengetahui tingkat produksi dan tingkat persediaan
perusahaan, pada triwulan I, II, dan III ada sisa-sisa persediaan sebesar 13 unit,
pada triwulan IV ada sisa persediaan sebesar 16 unit. Jadi besarnya biaya
tambahan untuk biaya simpan adalah :
- Triwulan I = 13 x Rp. 12.000,- = Rp.156.000,-
- Triwulan II = 26 x Rp. 12.000,- = Rp.312.000,-
- Triwulan III = 21 x Rp. 12.000,- = Rp.252.000,-
- Triwulan IV = 16 x Rp. 12.000,- = Rp.192.000,- +
Jumlah biaya simpan = Rp.912.000,-
b. Biaya Lembur
diketahui bahwa tingkat produksi pada triwulan I, II, III, dan IV diatas
kapasitas normal perusahaan, sehingga dipenuhi dengan mengadakan kerja
lembur.
- Triwulan I = (80 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.70.000,-
- Triwulan II = (80 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.70.000,-
- Triwulan III = (85 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.105.000,-
- Triwulan IV = (85 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.105.000,- +
Jumlah biaya simpan = Rp. 350.000,-
c. Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Tidak ada biaya perputaran tenaga kerja jadi biaya diasumsikan sebesar Rp. 0,-
d. Biaya Sub Kontrak
Pada pola produksi moderat ada biaya sub kontrak karena pada triwulan I
sampai triwulan IV terjadi kekurangan produksi sehingga ada biaya sub
kontak.
- Triwulan I = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,-
- Triwulan II = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,-
- Triwulan III = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,-
- Triwulan IV = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,- +
Jumlah biaya sub kontrak = Rp. 3.240.000,-
Rekapitulasi biaya tambahan pada pola produksi moderat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Total Biaya Tambahan Pola Produksi Moderat
(dalam rupiah)
Biaya Tambahan Jumlah
Biaya Simpan Rp 684.000,-
Biaya Lembur Rp 350.000,-
Biaya Sub kontrak Rp 3.240.000,-
Biaya Perputaran Tenaga Kerja -
Total Biaya Tambahan Rp 4.274.000,-
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
1161
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
Pembahasan
Setelah dilakukan analisis akan diuraikan mengenai pembahasan
perhitungan analisis biaya tambahan pada pola produksi konstan, pola produksi
bergelombang, dan pola produksi moderat.
Untuk analisis pada pola produksi bergelombang berdasarkan data tabel 4.6
dengan biaya tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.670.000,- diasumsikan
bahwa tidak ada biaya simpan karena tingkat produksi yang terjadi mengikuti
permintaan yang ada. Pada triwulan I tingkat produksi yang terjadi yang terjadi
melebihi kapasitas yang dimiliki perusahaan yaitu sebesar 114 unit sehingga
dipenuhi dengan kerja lembur. Jumlah biaya lembur sebesar Rp.2.590.000,-.
Tidak ada biaya perputaran kerja karena kenaikan produksi dibawah 20 unit.
Biaya sub kontrak juga terjadi pada pola produksi bergelombang, karena pada
triwulan I sampai dengan triwulan IV mengalami kekuranga produksi, sehingga
biaya sub kontrak yang ditimbulkan sebesar Rp.1.080.000,-.
Pada pola produksi moderat, berdasarkan ada tabel 4.8 usaha sarung tenun
Samarinda mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp. 4.274.000,-, dimana tingkat
produksi triwulan I dan II mengikuti tingkat penjualan triwulan II, sedangkan
tingkat produksi triwulan III dan triwulan IV mengikuti tingkat penjualan
triwulan III. Pada pola produksi moderat terdapat biaya simpan pada triwulan I,
II, III, dan IV karena pada persediaan akhir tiap triwulannya akan dikalikan
dengan biaya simpan per unit sebesar Rp. 9.000,- jumlah tambahan biaya simpan
pada pola produksi moderat sebesar Rp. 684.000,- sedangkan biaya lembur
sebesar Rp. 350.000,-. Karena tingkat produksi pada triwulan I, II, III, dan IV
diatas kapasitas usaha sarung tenun sehingga dipenuhi dengan mengadakan kerja
lembur. Tidak ada biaya perputara tenaga kerja karena kenaikan produksi
dibawah 20 unit. Usaha saraung tenun menentukan biaya perputaran tenaga kerja
sebesar Rp. 10.000,- berlaku apabila kenaikan produksi setiap 20 unit. Adapun
biaya sub kontrak yang dikeluarkan oleh usaha sarung tenun pada pola produksi
moderat yaitu sebesar Rp. 3.240.000,-.
Sedangkan berdasarkan pada alternatif pola produksi konstan dengan biaya
tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.852.000,- berupa biaya simpan sebesar
Rp. 372.000,- ini diperoleh dari perkalian antara persediaan akhir pada triwulan
ke IV dengan biaya simpan sebesar Rp. 9000,-. Biaya tambahan lainnya adalah
biaya sub kontrak yany terjadi karena kekurangan produksi pada trtiwulan I, II,
dan III sehingga jumlah biaya subkontrak yaitu sebesar Rp. 6.480.000,-. Pada
pola produksi konstan tidak ada biaya perputaran tena kerja sebesar Rp. 10.000,-
berlaku apabila ada kenaikan produksi setiap 20 unit. Sedangkan jumlah produksi
pada pola produksi konstan jumlahnya sama dan tidak ada kenaikan produksi.
Pada tabel 4.10 kita bisa mengetahui perbandingan biaya tambahan pada
ketiga pola produksi tersebut. Dari data yang dianalisis dapat dipilih satu pola
produksi yang memiliki biaya tambahan yang paling rendah. Ternyata untuk pola
produksi bergelombang menurut analisis data mempunyai biaya tambahan paling
rendah apabila dibandingkan dengan pola produksi konstan dan pola produksi
1162
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
Penutup
Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya dengan menggunakan
analisi biaya tambahan, maka dapat diketahui biaya tambahan atau total
incremental cost masing-masing pola produksi pada tahun 2016 yaitu untuk pola
produksi konstan biaya tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.852.000,-, pola
produksi bergelombang biaya tambahan yaitu sebesar Rp. 3.670.000,-, sedangkan
biaya tambahan yang dikeluarkan untuk pola produksi moderat yaitu sebesar Rp.
4.274.000,-
Dapat disimpulkan bahwa alternatif pola produksi yang efisien untuk proses
produksi sarung tenun Samarinda adalah pola produksi bergelombang dengan
biaya tambahan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 3.670.000,- karena biaya yang
terkandung dalam pola produksi ini biayanya dapat diminimalkan dibandingkan
dengan pola produksi konstan dan pola produksi moderat.
Hendaknya para pengrajin sarung tenun Samarinda termaksud ibu Saidah
yang merupakan anggota pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Samarinda,
sebaiknya melakukan penghitungan biaya-biaya yang terkait dengan proses
produksi usaha sarung tenun secara rinci dalam menentukan pola produksi mana
yang dapat meminimalkan biaya produksi.
Perlu dipikirkan untuk menerapkan pola produksi bergelombang dalam
perencanaan produksi, pengrajin harus bisa membaca atau memprediksi
perubahaan permintaan pasar yang tepat, sehingga pada saat bulan-bulan tertentu
dimana permintaan pembeli meningkat, produksi akan ditambah. Dengan
menggunakan perhitungan metode analisis incremental cost yang digunakan oleh
peneliti sebagai alternatif untuk menentukan pola produksi yang dapat
meminimalkan biaya produksi, karena metode tersebut memberikan informasi
biaya produksi yang lebih merinci seluruh biaya produksi yang terkait dengan
proses produksi, sehingga hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil
yang akurat yang dikeluarkan selama proses produksi.
Daftar Pustaka
Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Edisi
Keempat, BPFE- Yogyakarta.
Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Edisi
Keempat, BPFE- Yogyakarta.
1163
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
Assauri Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. FE,
Universitas Indonesia.
Arikunto Suh arsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Ari Sudarman. 2004. Teori Ekonomi Mikro Edisi Keempat, Yogyakarta, BPFE-
Yogyakarta.
Buffa, E.S. 2002. (ahli bahasa dan Bakri Siregar), Manajemen Produksi Dan
Operasi, Erlangga. Jakarta
Gitosudarmo, Indriyo. 2007. Manajemen Operasi Edisi Tiga, BPFE-Yogyakarta
Handoko T. Hani. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi
Pertama, Cetakan Ke Dua Belas BPFE, Yogyakarta.
Horngren, Charle T, dkk. 2006. Akutansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial,
Erlangga, Jakarta.
Masyhuri. 2008. Penelitian Verifikatif Edisi Keempat, Andi : Yogyakarta.
Mulyadi. 2005a. Akuntansi Biaya, Cetakan ketujuh Edisi Kelima Edisi Kelima.
Unit Penerbit Dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
Yogyakarta.
Nafarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan Edisi Revisi, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta
Resohadiprojo, Sukanto. 2007. Manajemen Produksi Edisi Keempat, Yogyakarta,
BPFE-Yogyakarta
Rudianto. 2012. Pengantar Akutansi : Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan
Keuangan, Erlangga, Jakarta.
Sumarni Murti – John Suprihanto. 2003. Pengantar Bisnis Edisi Keempat, Liberty
Yogyakarta.
Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi
Kesatu, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh Belas. Alfabeta,
Bandung.
Sukirno, Sadono, 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, PT. Raja
Grafindo Persada,Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2013. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Kelima, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Skripsi :
Abdul, Ghofur. 2014. Analisis Penentuan Pola Produksi Guna meminimalisasi
Biaya Produksi Pada PT. TIKAR CLASSIC Sukodadi Lamongan.
Universitas Islam Lamongan : Lamongan.
Crissensia, Hartanti. 2007. Analisis Penentuan Pola Produksi Yang Optimal
Dalam Perencanaan Produksi Pada PT. MADU BARU Yogyakarta.
Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
Muchtar, Manik. 2002. Analisis Penentuan Pola Produksi Bulu Itik Pada PT.
RAWABENING AMBA. Universitas Diponegoro: Ponegoro.
1164