Anda di halaman 1dari 23

TUGAS IV

Mata Kuliah TKI 124 Pengantar Teknik Industri


Sie A
PERENCANAAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

DISUSUN OLEH:
Alfian (2008-043-170)
Anastasia Cindy Claudia (2013-043-050)
Regina Andriani (2013-043-087)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah karena atas rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis pun sangat berterima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung, memberi saran, dan masukanmasukannya
untuk kelancaran usaha ini. Khususnya kepada Bapak Hotma Antoni Hutahaean,
S.T., M.T., yang sangat berperan dalam pengarahan kegiatan usaha ini.
Tugas ini adalah tugas keempat dari matakuliah Pengantar Teknik Industri,
dimana penulis diwajibkan untuk menjelaskan Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Pada makalah ini akan dibahas materi mengenai cara merencanakan
produksi suatu barang secara tepat menurut pemikiran orang Teknik Industri mulai
dari perencanaan bahan, jumlah pekerja, sampai merencanakan berapa banyak
produk yang diproduksi dalam satu periode.
Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk ke
depannya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Akhir kata,
zpenulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca.

Jakarta, 12 Juni 2014

Tim Penulis

KEGIATAN PERENCANAAN & PENGAWASAN OPERASI


1. Peramalan
Ini merupakan tahap awal dalam perencanaan dan pengendalian produksi.
Didalam tahap ini akan mengestimasi permintaan yang akan daatang
berdasarkan data penjualan masa lampau yang dianalisis dengan cara
tertentu. Data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan adalah data
historis mengenai permintaan produk yang telah ada sebelumnya. Hasilnya
adalah sebuah pernyataan dari jumlah permintaan yang diharapkan untuk
beberapa produk selama periode perencanaan tertentu. Misalnya, kemarin
produksi mentega sebanyak 20 dus, hari ini juga 20 dus, maka diperkirakan
besok produksi 20 dus saja.
Peramalan Subyektif.
Menekankan pada keputusan-keputusan hasil diskusi, pendapat
pribadi dan institusi.
Metode Delphi
Metode Delphi adalah cara/teknik untuk meramalkan kejadian
yang akan datang dan bukan dipakai untuk merencanakannya.
Para pakar akan mencoba memberikan jawaban terhadap
kuisioner yang berkaitan dengan kondisi dan permasalahan
masa depan dalam forum panel diskusi. Tujuannya untuk
memberikan kesempatan bagi peserta forum untuk
mengutarakan pendapatnya tanpa merasa segan karena tidak ada
koleganya yang mengetahui isi pendapatnya seperti dalam
forum diskusi terbuka. Metode ini sangat efektif untuk
peramalah kebutuhan jangka panjang/ long term predictions/
forecasting) dimana tidak ada data masa lalu.
Metode Penelitian Pasar
Metode ini menganalisa fakta secara sistematis pada bidang
yang berhubungan dengan pemasaran. Biasanya dengan teknik

survei konsumen yaitu diminta untuk mengisi kuisioner.


Peramalan Obyektif.
Prosedur peramalan yang mengikuti aturan- aturan matematis dan
statistik.
Metode Intrinsik

Peramalan yang hanya berdasarkan proyeksi permintaan historis


(data masa lalu terkait berapa jumlah barang yang laku terjual)
tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan.
Digunakan untuk peramalan jangka pendek. Misalnya
menggunakan analisis deret waktu (time series)
Rata-rata Bergerak Tunggal (moving average)
Tujuan utama dari penggunaan metode rata-rata bergerak
adalah untuk menghilangkan atau mengurangi acakan
(randomness) dalam deret waktu. Cara menghitungnya rata-rata
bergerak tiga bulanan adalah dengan merata-ratakan tiga data
sebelumnya misalnya data kelima adalah hasil rata-rata dari data
pada bulan ketiga, keempat, dan kelima, sedangkan cara
menghitung rata-rata bergerak lima bulanan adalah dengan
merata-ratakan lima data sebelumnya.
Soal : Diketahui penjualan es buah di Kantin Unika Atmajaya
per periode selama periode satu sampai dua belas. Ramalkan
penjualan menggunakan metode rata-rata bergerak tunggal
(moving average).
Bula
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Data
700
710
720
710
720
700
700
720
690
680
700
702

Rata-rata bergerak
tiga bulanan
710
713
717
710
707
707
703
697
690

Rata-rata bergerak
lima bulanan
712
712
710
710
706
698
698

Jadi hasil
penghitungan
menggunakan metode
rata-rata bergerak tiga
bulan pada periode
empat sampai dua
belas berturut turut
sebesar 710, 713,
717, 710, 707, 707,

703, 697, dan 690. Sementara dengan metode rata-rata bergerak lima bulan pada
periode enam sampai dua belas sebesar 712, 712, 710, 710, 706, 698, dan 698.

Metode Ekstrinsik
Mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang
Digunakan untuk peramalan jangka panjang, karena dapat
menunjukkan hubungan sebab-akibat (disebut metode kausal).
Misalnya menggunakan metode regresi linier.
Dalam metode regresi linear, pola hubungan antara suatu
variabel yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan suatu
garis lurus. Persamaan regresi linear dapat dinyatakan sbb:
Y =a+bx
a=

b=

y b x
N

N xy x y
2

N x 2( x )

Dengan :
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Soal : Diketahui penjualan es buah di Kantin Unika Atmajaya per
periode selama periode satu sampai dua belas. Ramalkan penjualan
selama periode tiga belas sampai tujuh belas menggunakan metode
regresi linier.

Jawaban:
Penjualan (Y)
700
710

Periode (X)
1
2

X2
1
4

XY
700
1420

720
710
720
700
700
720
690
680
700
702
8452

Total

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
78

b=

12 ( 54714 ) ( 78 )( 8452 )
12 ( 650 )( 78 )2

a=

8452b ( 78 )
12

9
16
25
36
49
64
81
100
121
144
650

2160
2840
3600
4200
4900
5760
6210
6800
7700
8424
54714

= 1.5666

= 714.512

Y = 714,512 - 1,5666 (x)


Ramalan ke 13 Y = 714.512 1.5666 (13) = 694,1462
Ramalan ke 14 Y = 714,512 1,5666 (14) = 692,5796
Ramalan ke 15 Y = 714,512 1,5666 (15) = 691,0130
Ramalan ke 16 Y = 714,512 1,5666 (16) = 689,4464
Ramalan ke 17 Y = 714,512 1,5666 (17) = 687,8798
Jadi, menurut penghitungan dengan metode regresi linier,
didapatkan persamaan Y = 714.512 - 1.5666 (x) dengan peramalan
pada periode ke 13 sebesar 694,1462 ; periode ke 14 sebesar
692,5796 ; periode ke 15 sebesar 691,0130 ; periode ke 16 sebesar
689,4464 ; periode ke 17 sebesar 687,8798.
2. Perencanaan Operasi / Produksi
Data yang dibutuhkan adalah data peramalan permintaan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui berapa produk yang harus diproduksi berdasarkan
hasil peramalan dan persediaan. Berikut adalah tabel rencana produksi
berdasarkan peramalan permintaan di atas.
Bula

Peramal

Komula

Rencana Produksi 1

Rencana Produksi 2

an

tif

Persedia
an Awal

Produk
si

Persediaa
n Akhir

Persedia
an Awal

Produk
si

Persediaa
n Akhir

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

700
710
720
710
720
700
700
720
690
680
700
702

700
1410
2130
2840
3560
4260
4960
5680
6370
7050
7750
8452

2600
2390
2170
1940
1720
1490
1280
1070
840
640
450
240

490
490
490
490
490
490
490
490
490
490
490
490

2390
2170
1940
1720
1490
1280
1070
840
640
450
240
28

500
760
501
741
502
742
503
283
504
294
505
285

960
960
960
960
960
960
480
480
480
480
480
480

760
1010
741
991
742
1002
283
43
294
94
285
63

3. Pengawasan dan Rencana Persediaan


Persediaan adalah sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih
lanjut (artinya akan digunakan). Contoh dalam kehidupan sehari-hari
misalnya menyimpan banyak jenis biskuit di dalam lemari makanan. Biskuit
yang banyak itu tidak akan dikonsumsi dalam satu waktu, melainkan akan
dijadikan persediaan atau cadangan makanan yang akan dikonsumsi sebagai
pengganjal perut ketika lapar di tengah malam. Contoh lainnya adalah
menyimpan beras di rumah. Beras tidak akan sekaligus dimasak semua,
tetapi menunggu untuk digunakan sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan.
Fungsi utama pengawasan dan perencanaan persediaan adalah sebagai
berikut.
Sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi

untuk memperoleh efisiensi.


Sebagai stabilitor harga terhadap fluktuasi permintaan.
Masalah umum persediaan dalam suatu system dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu masalah kuantitatif dan masalah kualitatif.
1. Masalah Kuantitatif
Masalah kuantitatif yaitu semua hal yang berhubungan dengan
penentuan kebijakan persediaan, antara lain:
Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan.
Kapan pemesanan barang harus dilakukan.
Berapa jumlah persediaan pengaman.

Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat.


2. Masalah Kualitatif
Masalah kualitatif yaitu semua hal yang berhubungan dengan
sistem pengoperasian persediaan, antara lain:
Jenis bahan/barang apa yang masih ada.
Dimana barang tersebut ditempatkan.
Berapa banyak barang dalam proses pemesanan.
Siapa saja yang ditunjuk sebagai pemasok, dsb.
Dalam masing-masing pertanyaan ini terdapat biaya yang saling
berlawanan. Misalnya saja pada masalah kuantitatif. Pada pertanyaan
pertama, faktor biaya akan terjadi jika order yang dibuat terlalu banyak
atau terlalu sedikit dalam satu waktu. Pada pertanyaan kedua, faktor
biaya akan terlibat jika order dibuat terlalu sering atau terlalu jarang.
Tujuan kita secara umum adalah untuk menentukan tindakan yang
dapat meminimasi total biaya yang harus dikeluarkan.
Persamaan total biaya sangat tergantung pada kondisi-kondisi
tertentu. Berikut adalah komponen biaya dalam rangka penentuan
persediaan.
Biaya Pembelian (Purchasing Cost = C)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
barang persediaan. Besarnya biaya tergantung dari jumlah barang
yang dibeli dari harga satuan.
Biaya Pembelian =

D C

D = Demand = Pembelian Tahunan


C = Cost = Harga Barang per item
Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Biaya pemesanan (Ordering Cost = k). Biaya pemesanan adalah
semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang
dari luar.

2. Biaya penentuan pemasok, administrasi pesanan, pengiriman


pesanan, pengangkutan, penerimaan dsb.
Biaya Pengadaan =

Co

D
Q

Co = Biaya Pesan
D
Q

= Kuantitas Pemesanan

Biaya Persiapan (Setup Cost = k = Co)


Biaya persiapan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang, contohnya biaya menyusun
peralatan produksi, menyetel mesin, persiapan gambar kerja dsb.
Biaya Penyimpanan (Holding Cost = h = Cc)
Biaya penyimpanan yaituu semua pengeluaran yang timbul akibat
menyimpan barang, meliputi:
1. Biaya dari uang yang diinvestasikan dalam persediaan yang
dapat saja digunakan untuk yang lain.
2. Biaya dari ruang penyimpanan biaya gudang perlengkapan
seperti penyediaan tekanan, penerangan, dan lain-lain.
3. Biaya penyusutan, kerusakan, dan kehilangan.
4. Biaya untuk asuransi dan pajak untuk persediaan.
Biaya Penyimpanan =

Cc

Q
2

C c = h = Biaya Simpan
Q
2

= Q rata-rata

Biaya Kekurangan Persediaan/Kehabisan Stock (Shortage


Cost = p)
Biaya kekurangan persediaan/kehabisan stock adalah biaya yang
timbul sebagai akibat kekurangan persediaan (stock out) pada saat
produksi

Berikut merupakan contohnya, data didapat dari tabel perencanaan produksi


sebelumnya.
rata-rata persediaan akhir pada rencana produksi 1 = 1.188
rata-rata persediaan akhir pada rencana produksi 2 = 526
Rencana Produksi 1
Diketahui:
Co
D
Cc
C

= Rp3.000
= 1.188
= Rp1.000
= Rp6.000/gelas

Biaya pesan

2 DC o
Cc
2 ( 1.188 ) (3.000)
1.000

Co

[ ]
D
Q

= 3.000

Biaya simpan

= 84

[ ]
1188
84

= Rp42.429

[ ]

Cc
= Co Q

= 3.000

1.000
84

= Rp35.714

Biaya pembelian = D x C
= 1.188 x 6.000 = Rp7.128.000
Total Cost

= Biaya pesan + Biaya simpan + Biaya pembelian


= Rp42.429 + Rp35.714 + Rp7.128.000

= Rp7.206.143

Rencana Produksi 2
Diketahui:
Co
D

= Rp3.000
= 526

Cc
C

= Rp1.000
= Rp6.000/gelas

Biaya pesan

2 DC o
Cc
2 ( 526 ) (3.000)
1.000

Co

[ ]
D
Q

= 3.000

Biaya simpan

= 56

[ ]
526
56

= Rp28.179

[ ]

Cc
C
o
=
Q

= 3.000

1.000
56

= Rp53.571

Biaya pembelian = D x C
= 526 x 6.000 = Rp3.156.000
Total Cost

= Biaya pesan + Biaya simpan + Biaya pembelian


= Rp28.179 + Rp53.571 + Rp3.156.000
= Rp3.237.750

Analisa:

Dari data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa rencana produksi yang
kedua adalah yang terbaik. Hal ini dikarenakan nilai Total Cost yang lebih
kecil, yaitu Rp3.237.750
4. Material Requirement Planning (MRP)
Tahap ini adalah untuk merencanakan berapa bahan yang harus ada untuk
membuat suatu produk karena tidak mungkin produk ada kalau tidak ada
bahan untuk membuat produk ini.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya kue keju. Bahan-bahannya
ada tepung terigu, telur, dan keju. Bahan pembentuk kue keju inilah yang
akan dihitung dalam tahap MRP.
5. Line Balancing
Artinya keseimbangan lintasan. Dalam tahap ini diharapkan mesin-mesin
kerja terpakai secara efisien dan seimbang dengan jumlah pekerjaan yang
sama dan status kerja yang sama. Misalnya ada 4 mesin di dalam suatu
pabrik dengan 10 produk yang harus diproduksi. Diharapkan tiap mesin
mengerjakan jumlah yang sama sehingga tidak menimbulkan ongkos simpan
dan status pekerja yang sama baik sibuk (work) atau menganggur (idle)

M1

M2

M3

M4

Sibuk

Sibuk

Sibuk

Sibuk

Storage

6. Just in Time
Pengerjaan produksi pada waktu dan jumlah yang tetap, kualitas baik, dan
harga yang paling murah.

TEORI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI


Dalam perencanaan manajemen produksi/operasi, perencanaan
hingga pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kalsifikasi hirarkhis (Hierarchical Classifications). Artinya, perencanaan dan
keputusan ditempatkan pada tiga kategori yakni:
1. Strategic Plans and Decisions
Pada tataran ini, perencanaan dan keputusan memiliki skop yang luas dan
meliputi seperti misalnya, penentuan product line, distribution and marketing
channel, new plant and warehouse, dll.
2. Tactical Plans and Decisions
Merupakan keputusan-keputusan perencanaan taktis terutama yang terkait
penyusunan skedul operasi, alokasi dana, penggunaan mesin, perencanaan
tingkat produksi , penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, penentuan
perlu tidaknya lembur, penentuan perlu tidaknya persediaan dan berapa
banyak.
3. Operational Plans and Decisions
Merupakan keputusan jangka pendek yang terkai misalnya menetukan
pekerjaan yang harus dilakukan hari ini atau minggu ini, menentukan siapa
melakukan tugas apa, menentukan tugas-tugas apa yang harus diprioritaskan.
Perencanaan dan keputusan operasional ini merupakan tingkatan yang terakhir
yang mencakup perencanan dan keputusan tugas-tugas rutin sehari-hari,
nisalnya penjadualan karyawan dan peralatan, penyesuaian tingkat produksi,
keputusan melakukan tindakan-tindakan penyesuaian bila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dalam pengoperasian mesin, pengawasan terhadap kualitas
produksi.
Rencana produksi yang telah dikembangkan dengan cermat akan
memungkinkan perusahaan Anda memenuhi tujuan sebagai berikut:
Meminimalkan biaya / memaksimalkan laba
Memaksimalkan layanan nasabah
Meminimalkan investasi inventaris
Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi
Meminimalkan perubahan dalam tingkat tenaga kerja
Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan

TEKNIK TEKNIK UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI


Dalam Perencanaan Produksi adalah penentuan kebutuhan

untuk

perencanaan masa depan. Perkiraan permintaan memainkan peranan yang


penting dalam pelaksanaan ketiga tugas ini. Oleh karena itu para manajer perlu
sadar akan berbagai faktor yang akan mempengaruhi ketepatan dari ramalan
permintaan dan penjualan.
Agar dapat melaksanakan proses perencanaan agregat, informasi berikut
perlu tersedia bagi tim perencanaan produksi ini. Data ini mencakup hal-hal
sebagai berikut:
Informasi bahan / pembelian
Informasi operasional / manufaktur
Rancangan teknik / proses
Informasi penjualan, pemasaran dan distribusi
Informasi keuangan dan akuntansi
Informasi sumber daya manusia
Pengendalian produksi adalah aktivitas yang menetapkan kemampuan
sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan
produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana. Tujuan
utamanya adalah memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan
investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan produksi dan
pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas, penyimpanan
dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses planning, dan
sebagainya.
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah sebagai berikut:
a. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan
efektif
b. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal
mungkin
c. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas
d. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan
Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah :
a. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk
sebagai fungsi dari waktu
b. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan
permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi
penyimpangan

c. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku


yang akan dibeli
d. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis
e. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu
f. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana
persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan
g. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga
kerja yang terperinci
Sistem pengendalian dan perencanaan produksi terbagi ke dalam tiga
tingkatan
:
1. Perencanaan jangka panjang (long range planning)
Perencanaan ini meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah
produk dan penjualan,perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan,
dan perencanaan finansial
2. Perencanaan jangka menengah (medium range planning)
Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan berupa perencanaan
kebutuhan kapasitas (capacity reqiurement planning),perencanaan kebutuhan
material (material requirement planning), jadwal induk produksi (master
production schedule), dan perencanaan kebutuhan distribusi (distribution
requirement planning)
3. Perencanaan jangka pendek (short range planning)
Perencanaan jangka pendek berupa kegiatan penjadwalan perakitan produk
akhir (final assembly schedule), perencanaan dan pengendalian input-output,
pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan
manajemen proyek
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi meliputi :
1. Peramalan kuantitas permintaan
2. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
3. Perencanaan persediaan (inventory): jenis, jumlah, dan waktu
4. Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas
5. Penjadwalan produksi dan tenaga kerja
6. Penjaminan kualitas
7. Monitoring aktivitas produksi
8. Pengendalian produksi
9. Pelaporan dan pendataang
Tipe Produksi

Bertrand, Wortman & Wijngaard (1990) mengklasifikasikan sistem


manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi 4 kategori, yaitu

Make To Stock (MTS)


Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap
dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian
menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan,
Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai
dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat
persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem
produksi mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang
akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan
lebih besar. Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain
Assemble to Order (ATO)
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika order suatu
produk datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit komponen menjadi
produk jadi. Strategi ini digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk
modular, yang dapat dirakit menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini
mempunyai moderate risk terhadap investasi persediaan. Operasi lebih
difokuskan pada modul atau part. Contoh produk: automobile, elektronik,
komputer komersil, restoran fast food yang menyediakan beberapa paket
makanan, dan lain-lain.
Make To Order (MTO)
Sistem manufaktur Make to Order (MTO) adalah sistem manufaktur yang
beroperasi berdasarkan pesanan. Sistem manufaktur ini dibagi lagi menjadi
MTO non-repetitif dan MTO repetitive.Aktivitas proses dimulai pada saat
konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan
akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan
waktu penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan
mulai membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian
menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi
persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus pada keinginan konsumennya.
Contoh produk: komponen mesin, komputer untuk riset, dan lain-lain

Sistem produksi flow shop umumnya merupakan sistem produksi untuk


sistem manufakturmake to stock (MTS) yang cenderung untuk memproduksi
produk-produk dalam jumlah besar dan variasi yang sedikit. Pada sistem
manufaktur MTS, peningkatan performansi stasiun kerja dilakukan dengan
memeperbaiki cara kerja yang dilakukan di setiap stasiun. Sistem manufaktur
MTO dapat juga memiliki sistem produksi flow shop, tetapi peningkatan
performansi stasiun kerja tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki cara
kerja melainkan juga dengan mengatur urutan order-order yang akan diproses
Engineering to Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada order.
Ketika order datang, perusahaan akan mengembangkan desain produk berserta
waktu dan biaya yang diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen,
maka produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk)
persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik. Misalnya: Kapal,
komputer untuk militer, prototype mesin baru, dan lain-lain. Operasi lebih
difokuskan pada spesifikasi order dari konsumen daripada partnya itu sendiri.
Fungsi Peramalan
Dalam fungsi peramalan tidak hanya termasuk di dalamnya teknik khusus
dan model, tetapi juga termasuk input dan output dari subyek peramalan .
Pengembangan fungsi peramalan dibutuhkan untuk mengidentifikasi output,
karena spesifikasi output dapat menyederhanakan pemilihan model peramalan,
tetapi fungsi permalan tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan input.
Peramalan biasanya meliputi beberapa pertimbangan berikut ini :
1.
Item yang diramalkan
2.
Peramalan dari atas (top-down) atau dari bawah (buttom-up)
3. Teknik peramalan (model kuantitatif atau kualitatif)
4.
Satuan yang digunakan
5.
Interval/horison waktu
6.
Komponen peramalan
7.
Ketepatan peramalan
8.
Pengecualian dan situasi khusus
9.
Perbaikan parameter model peramalan.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Peramalan
Permintaan suatu produk pada suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan yang saling berinteraksi dalam pasar yang berada di

luar kendali perusahaan. Dimana faktor faktor lingkungan tersebut juga akan
mempengaruhi peramalan. Berikut ini merupakan beberapa faktor lingkungan
yang mempengaruhi peramalan :
1.
Kondisi umum bisnis dan ekonomi
2.
Reaksi dan tindakan pesaing
3. Tindakan pemerintah
4.
Kecenderungan pasar
5.
Siklus hidup produk
6.
Gaya dan mode
7.
Perubahan permintaan konsumen
8.
Inovasi teknologi
Karakteristik Peramalan yang Baik
Peramalan yang baik mempunyai beberapa criteria yang penting, antara lain
akurasi, biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari criteria criteria tersebut
adalah sebagai berikut:

Akurasi.
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasan dan
kekonsistensian peramalan. Hasil peramalan dikarakan bias bila peramalan
tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanidng dengan kenyataan yang
sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya
kesalahan peramalan relatif kecil.

Biaya.
Biaya yang diperlukan untuk pembuatan suatu peramalan
tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan
metode peramalan yang dipakai.

Kemudahan.
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan
mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Beberapa Sifat Hasil Peramalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan suatu peramalan, maka ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1.
Ramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa
mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan
ketidakpastian tersebut.
2.
Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang beberapa ukuran
kesalahn, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah
penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang
mungkin terjadi.

3.

Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka

panjang. Hal ini disebabkan karena peramalan jangka pendek, faktor-faktor


yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan sedangkan semakin
panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya
perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.
Ada dua aspek dari horison waktu yang berhubungan dengan masing-masing
metode peramalan yaitu:
1. Cakupan waktu di masa yang akan dating
2. Perbedaan dari metode peramalan yang digunakan sebaiknya disesuaikan.
3. Periode peramalan
Ada teknik dan metode peramalan yang hanya dapat meramal untuk
peramalan satu atau dua periode di muka, teknik dan metode lain dapat
meramalkan beberapa waktu di depan.

Tingkat ketelitian
Tingkat ketelitian yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan tingkat
perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Dalam suatu pengambilan
keputusan diharapkan variasi atau penyimpangan atas ramalan antara 10%
-15% sedangkan pengambilan keputusan yang lain variasi 5% sudah
berbahaya.
Ketersediaan data
Metode yang digunakan sangat besar manfaatnya. Apabila dari data yang lalu
diketahui adanya pola musiman, maka untuk untuk peramalan satu tahun ke
depan sebaiknya digunakan metode variasi musiman. Sedangkan apabila
diketahui hubungan antar variabel saling mempengaruhi, maka perlu
digunakan metode sebab akibat atau korelasi.
Bentuk pola data
Dasar utama metode peramalan adalah anggapan bahwa pola data yang
diramalkan akan berkelanjutan. Sebagai contoh, beberapa deret yang
menunjukan pola musiman, atau trend. Metode peramalan yang lain mungkin
lebih sederhana, terdiri dari satu nilai rata-rata, dengan fluktuasi yang acakan
atau random yang terkandung. Karena perbedaan kemampuan metode

peramalan untuk mengidentifikasi pola-pola data, maka perlu adanya usaha


penyesuaian pola data.
Biaya
Umumnya ada empat jenis biaya dalam proses peramalan yaitu: biaya
pengembangan, biaya penyimpanan, biaya operasi, dan biaya kesempatan
penggunaan teknik peramalan. Adanya perbedaan nyata berpengaruh atas
menarik tidaknya penggunaan metode tertentu untuk suatu keadaan yang
dihadapi.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan peramalan adalah :
1. Tentukan tujuan peramalan
2.
Pembuatan diagram pencar
3.
Pilih minimal dua metode peramalan yang dianggap sesuai
4.
Hitung parameter-parameter fungsi peramalan.
5.
Hitung kesalahan setiap metode yang terbaik, yaitu yang memiliki
kesalahan terkecil
6.
Pilih metode yang terbaik, yaitu yang memiliki kesalahan terkecil.
7.
Lakukan verifikasi peramalan.
SISTEM SISTEM MRP
Dalam sebuah proses manufaktur selalu terjadi proses transformasi yang
dimulai dari bahan bakku sebagai input yang kemudian diproses menjadi
produk sebagai outputnya. Proses transformasi tersebut membentuk sebuah
sistem produksi yang mencakup empat unsur pengaturan yakni :
1. Pengaturan material;
2. Pengaturan sumber daya manusia;
3. Pengaturan modal; dan
4. Pengaturan mesin.
MRP merupakan sistem yang dirancang khusus untuk situasi permintaan
bergelombang yanng secara tipikal karena permintaan tersebut dependen. Oleh
karena itu tujuan daripada sistem MRP adalah menjamin tersedianya material,
item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi jadwal produksi
dan menjamin ketersediaan produk jadi bagi konsumen; selainn itu juga
menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum dan terakhir merencanakan
aktifitas pengiriman, penjadwalan dan aktifitas pembelian.
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses perhitungan MRP adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan bersih
Kebutuhan bersih (net requirement) adalah selisih antara kebutuhan kotor
(gross requirement) dengan persediaan yang ada di tangan (on hand). Data

yang diperlukan dalam menentukan kebutuhan bersih adalah kebutuhan kotor


setiap periode, persediaan yang ada di tangan dan rencana penerimaan
(scheduled recepts) pada periode mendatang sedangkan kebutuhan kotor yang
dimaksudkan adalah jumlah permintaan produk akhir. Untuk komponen yang
lebih rendah maka kebutuhan kotor dihitung dari komponen yang berada di
atasnya dengan dikalikan kelipatan tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Perhitungan kebutuhan bersih dapat diperbaiki dengan menambahkan faktor
persediaan pengaman tetapi hanya ditujukan untuk permintaan independen.
2. Menentukan jumlah pesanan
Penentuan jumlah pesanan baik untuk item maupun komponen didasarkan
kebutuhan bersih. Alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya
ukuran lot pemesanan yaitu penyeimbangan antara biaya set up dengan ongkos
simpan, fixed order quantity, lot for lot ordering, periodic order quantity dan
metode akumulasi.
3. Menentukan BOM dan kebutuhan kotor setiap komponen
Bom ditentukan berdasarkan struktur produk dengan memuat informasi
nomor dan jenis komponen, jumlah kebutuhan komponen di atasnya dan
sumber diperolehnya komponen sedangkan kebutuhan kotor setiap komponen
ditentukan oleh rencana pemesanan (planned order releses) komponen yang
berada di atasnya dengan dikalikan kelipatan tertentu sesuai kebutuhan.
4. Menentukan tanggal pemesanan
Menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan dan dipengaruhi
oleh rencana penerimaan (planned order receipts) dan tenggang waktu pemesan
(lead time)
JIT manufacturing
Prasyarat penting yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan Ohno untuk
menjaga agar stasiun kerja mendapatkan apa yang dibutuhkannya adalah
kondisi lingkungan produksi yang harus demikian sempurna.

Para ahli

menduga mungkin karena kebiasaan bangsa Jepang menggunakan simbolsimbol komunikasi atau karena kesulitan penterjemahan arti sebenarnya dari
bahasa Jepang ke bahasa Inggris (the words translate, but the cultural context
does not) prasyarat penting ini dilukiskan dalam istilah ideal mutlak, misalnya
penggunaan istilah stockless production dan zero inventories. Kedua istilah

tersebut jelas tidak dapat diterjemahkan sebagai ketiadaan inventory dalam


sebuah sistem produksi.
Penterjemahan yang lebih bebas dari JIT menghasilkan pemikiran yang lebih
luas tentang kondisi yang harus dipenuhi untuk menerapkan konsep JIT dalam
proses manufaktur. Pemikiran tersebut dituangkan dalam satu istilah yaitu
seven zeros yang pada dasarnya adalah prasyarat untuk mencapai zero
inventories. Secara ringkas seven zeros mencakup hal-hal berikut:
1. Zero defect: JIT mensyaratkan bahwa setiap stasiun kerja harus
menghasilkan output tanpa cacat untuk menjamin seluruh proses produksi tidak
terganggu. Setiap kebutuhan stasiun kerja harus dapat dipenuhi setiap saat
diminta, sehingga kebutuhan tersebut harus mampu disediakan dalam kualitas
prima.

Penyimpangan kualitas, akan menyebabkan penyimpangan target

produksi. Hanya zero defect pada tingkat nol yang dapat diterima.
2. Zero (excess) lot size: Di dalam sistem produksi JIT, setiap stok kebutuhan
harus segera diganti sejumlah yang telah diambil oleh stasiun kerja hilir.
Setiap stasiun kerja harus memiliki kemampuan untuk mengganti setiap bahan
yang diperlukan stasiun hilir satu per satu. Jika suatu stasiun kerja hanya
mampu memproduksi kebutuhan dalam jumlah besar, maka stasiun kerja
tersebut tidak akan mampu mengejar target waktu karena kebutuhan stasiun
kerja hilir bisa berbagai jenis bahan.
3. Zero setup: Alasan utama mengapa suatu stasiun kerja harus berproduksi
dalam jumlah besar adalah karena waktu persiapan (setup time) untuk memulai
proses sangat signifikan. Jika suatu proses memerlukan persiapan yang lama,
maka logis jika setiap kebutuhan diproduksi dalam jumlah besar. Jumlah
produksi yang rendah memerlukan waktu persiapan yang singkat sehingga
akan sangat berpengaruh terhadap kapasitas stasiun kerja. Oleh karena itu,
hanya waktu persiapan yang hampir nol yang akan mampu memenuhi
kebutuhan zero lot size pada syarat 2.
4. Zero breakdown: JIT yang dimodelkan Ohno menghendaki produksi tanpa
kelebihan inventory, juga WIP, karena kelebihan inventory hanya akan
meningkatkan biaya. Karena adanya pengetatan ini, gangguan yang terjadi
pada mesin-mesin produksi tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali gangguan
seluruh jalur produksi. Gangguan terhadap mesin (atau operator) yang tidak
direncanakan sangat tidak ditolelir dalam lingkungan JIT yang ideal.

5. Zero handling: Jika suatu kebutuhan diproduksi tepat sesuai dengan yang
dibutuhkan dan pada saat dibutuhkan, maka kebutuhan tersebut harus tidak
boleh memerlukan waktu penanganan melebihi dari yang mutlak diperlukan.
Idealnya kebutuhan tersebut diantarkan langsung dari satu stasiun ke stasiun
lain yang membutuhkan tanpa jeda. Adanya tambahan penyimpangan waktu
penanganan, hanya akan menjauhkan sistem produksi dari just in time.
6. Zero lead time: Aliran bahan dalam JIT yang ideal adalah setiap kebutuhan
harus dipenuhi segera pada saat diperlukan. Hal ini berarti bahwa stasiun kerja
hulu harus mempunyai waktu tunggu nol. Tentu saja ukuran lot sama dengan 1
akan cocok diterapkan untuk memenuhi waktu tunggu nol, tetapi waktu proses
per satu unit output juga sangat penting diperhitungkan.
7. Zero surging: Kebutuhan bahan-bahan yang harus dipenuhi hanya
sejumlah yang diperlukan akan dapat dilakukan jika dan hanya jika seluruh
aliran proses produksi berjalan sesuai rencana. Adanya perubahan jumlah
kebutuhan yang mendadak (surge), maka, karena tidak ada kelebihan inventory
dan WIP yang dipersiapkan, seluruh jalur produksi harus dipaksa untuk
merespon perubahan mendadak tersebut. Kecuali sistem memiliki kapasitas
lebih, kebutuhan mendadak tidak mungkin dapat dipenuhi dan hanya akan
mengacaukan seluruh jalur.

Anda mungkin juga menyukai