DISUSUN OLEH:
Alfian (2008-043-170)
Anastasia Cindy Claudia (2013-043-050)
Regina Andriani (2013-043-087)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah karena atas rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis pun sangat berterima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung, memberi saran, dan masukanmasukannya
untuk kelancaran usaha ini. Khususnya kepada Bapak Hotma Antoni Hutahaean,
S.T., M.T., yang sangat berperan dalam pengarahan kegiatan usaha ini.
Tugas ini adalah tugas keempat dari matakuliah Pengantar Teknik Industri,
dimana penulis diwajibkan untuk menjelaskan Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Pada makalah ini akan dibahas materi mengenai cara merencanakan
produksi suatu barang secara tepat menurut pemikiran orang Teknik Industri mulai
dari perencanaan bahan, jumlah pekerja, sampai merencanakan berapa banyak
produk yang diproduksi dalam satu periode.
Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk ke
depannya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Akhir kata,
zpenulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca.
Tim Penulis
Data
700
710
720
710
720
700
700
720
690
680
700
702
Rata-rata bergerak
tiga bulanan
710
713
717
710
707
707
703
697
690
Rata-rata bergerak
lima bulanan
712
712
710
710
706
698
698
Jadi hasil
penghitungan
menggunakan metode
rata-rata bergerak tiga
bulan pada periode
empat sampai dua
belas berturut turut
sebesar 710, 713,
717, 710, 707, 707,
703, 697, dan 690. Sementara dengan metode rata-rata bergerak lima bulan pada
periode enam sampai dua belas sebesar 712, 712, 710, 710, 706, 698, dan 698.
Metode Ekstrinsik
Mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang
Digunakan untuk peramalan jangka panjang, karena dapat
menunjukkan hubungan sebab-akibat (disebut metode kausal).
Misalnya menggunakan metode regresi linier.
Dalam metode regresi linear, pola hubungan antara suatu
variabel yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan suatu
garis lurus. Persamaan regresi linear dapat dinyatakan sbb:
Y =a+bx
a=
b=
y b x
N
N xy x y
2
N x 2( x )
Dengan :
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Soal : Diketahui penjualan es buah di Kantin Unika Atmajaya per
periode selama periode satu sampai dua belas. Ramalkan penjualan
selama periode tiga belas sampai tujuh belas menggunakan metode
regresi linier.
Jawaban:
Penjualan (Y)
700
710
Periode (X)
1
2
X2
1
4
XY
700
1420
720
710
720
700
700
720
690
680
700
702
8452
Total
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
78
b=
12 ( 54714 ) ( 78 )( 8452 )
12 ( 650 )( 78 )2
a=
8452b ( 78 )
12
9
16
25
36
49
64
81
100
121
144
650
2160
2840
3600
4200
4900
5760
6210
6800
7700
8424
54714
= 1.5666
= 714.512
Peramal
Komula
Rencana Produksi 1
Rencana Produksi 2
an
tif
Persedia
an Awal
Produk
si
Persediaa
n Akhir
Persedia
an Awal
Produk
si
Persediaa
n Akhir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
700
710
720
710
720
700
700
720
690
680
700
702
700
1410
2130
2840
3560
4260
4960
5680
6370
7050
7750
8452
2600
2390
2170
1940
1720
1490
1280
1070
840
640
450
240
490
490
490
490
490
490
490
490
490
490
490
490
2390
2170
1940
1720
1490
1280
1070
840
640
450
240
28
500
760
501
741
502
742
503
283
504
294
505
285
960
960
960
960
960
960
480
480
480
480
480
480
760
1010
741
991
742
1002
283
43
294
94
285
63
D C
Co
D
Q
Co = Biaya Pesan
D
Q
= Kuantitas Pemesanan
Cc
Q
2
C c = h = Biaya Simpan
Q
2
= Q rata-rata
= Rp3.000
= 1.188
= Rp1.000
= Rp6.000/gelas
Biaya pesan
2 DC o
Cc
2 ( 1.188 ) (3.000)
1.000
Co
[ ]
D
Q
= 3.000
Biaya simpan
= 84
[ ]
1188
84
= Rp42.429
[ ]
Cc
= Co Q
= 3.000
1.000
84
= Rp35.714
Biaya pembelian = D x C
= 1.188 x 6.000 = Rp7.128.000
Total Cost
= Rp7.206.143
Rencana Produksi 2
Diketahui:
Co
D
= Rp3.000
= 526
Cc
C
= Rp1.000
= Rp6.000/gelas
Biaya pesan
2 DC o
Cc
2 ( 526 ) (3.000)
1.000
Co
[ ]
D
Q
= 3.000
Biaya simpan
= 56
[ ]
526
56
= Rp28.179
[ ]
Cc
C
o
=
Q
= 3.000
1.000
56
= Rp53.571
Biaya pembelian = D x C
= 526 x 6.000 = Rp3.156.000
Total Cost
Analisa:
Dari data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa rencana produksi yang
kedua adalah yang terbaik. Hal ini dikarenakan nilai Total Cost yang lebih
kecil, yaitu Rp3.237.750
4. Material Requirement Planning (MRP)
Tahap ini adalah untuk merencanakan berapa bahan yang harus ada untuk
membuat suatu produk karena tidak mungkin produk ada kalau tidak ada
bahan untuk membuat produk ini.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya kue keju. Bahan-bahannya
ada tepung terigu, telur, dan keju. Bahan pembentuk kue keju inilah yang
akan dihitung dalam tahap MRP.
5. Line Balancing
Artinya keseimbangan lintasan. Dalam tahap ini diharapkan mesin-mesin
kerja terpakai secara efisien dan seimbang dengan jumlah pekerjaan yang
sama dan status kerja yang sama. Misalnya ada 4 mesin di dalam suatu
pabrik dengan 10 produk yang harus diproduksi. Diharapkan tiap mesin
mengerjakan jumlah yang sama sehingga tidak menimbulkan ongkos simpan
dan status pekerja yang sama baik sibuk (work) atau menganggur (idle)
M1
M2
M3
M4
Sibuk
Sibuk
Sibuk
Sibuk
Storage
6. Just in Time
Pengerjaan produksi pada waktu dan jumlah yang tetap, kualitas baik, dan
harga yang paling murah.
untuk
luar kendali perusahaan. Dimana faktor faktor lingkungan tersebut juga akan
mempengaruhi peramalan. Berikut ini merupakan beberapa faktor lingkungan
yang mempengaruhi peramalan :
1.
Kondisi umum bisnis dan ekonomi
2.
Reaksi dan tindakan pesaing
3. Tindakan pemerintah
4.
Kecenderungan pasar
5.
Siklus hidup produk
6.
Gaya dan mode
7.
Perubahan permintaan konsumen
8.
Inovasi teknologi
Karakteristik Peramalan yang Baik
Peramalan yang baik mempunyai beberapa criteria yang penting, antara lain
akurasi, biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari criteria criteria tersebut
adalah sebagai berikut:
Akurasi.
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasan dan
kekonsistensian peramalan. Hasil peramalan dikarakan bias bila peramalan
tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanidng dengan kenyataan yang
sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya
kesalahan peramalan relatif kecil.
Biaya.
Biaya yang diperlukan untuk pembuatan suatu peramalan
tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan
metode peramalan yang dipakai.
Kemudahan.
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan
mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Beberapa Sifat Hasil Peramalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan suatu peramalan, maka ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1.
Ramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa
mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan
ketidakpastian tersebut.
2.
Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang beberapa ukuran
kesalahn, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah
penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang
mungkin terjadi.
3.
Tingkat ketelitian
Tingkat ketelitian yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan tingkat
perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Dalam suatu pengambilan
keputusan diharapkan variasi atau penyimpangan atas ramalan antara 10%
-15% sedangkan pengambilan keputusan yang lain variasi 5% sudah
berbahaya.
Ketersediaan data
Metode yang digunakan sangat besar manfaatnya. Apabila dari data yang lalu
diketahui adanya pola musiman, maka untuk untuk peramalan satu tahun ke
depan sebaiknya digunakan metode variasi musiman. Sedangkan apabila
diketahui hubungan antar variabel saling mempengaruhi, maka perlu
digunakan metode sebab akibat atau korelasi.
Bentuk pola data
Dasar utama metode peramalan adalah anggapan bahwa pola data yang
diramalkan akan berkelanjutan. Sebagai contoh, beberapa deret yang
menunjukan pola musiman, atau trend. Metode peramalan yang lain mungkin
lebih sederhana, terdiri dari satu nilai rata-rata, dengan fluktuasi yang acakan
atau random yang terkandung. Karena perbedaan kemampuan metode
Para ahli
menduga mungkin karena kebiasaan bangsa Jepang menggunakan simbolsimbol komunikasi atau karena kesulitan penterjemahan arti sebenarnya dari
bahasa Jepang ke bahasa Inggris (the words translate, but the cultural context
does not) prasyarat penting ini dilukiskan dalam istilah ideal mutlak, misalnya
penggunaan istilah stockless production dan zero inventories. Kedua istilah
produksi. Hanya zero defect pada tingkat nol yang dapat diterima.
2. Zero (excess) lot size: Di dalam sistem produksi JIT, setiap stok kebutuhan
harus segera diganti sejumlah yang telah diambil oleh stasiun kerja hilir.
Setiap stasiun kerja harus memiliki kemampuan untuk mengganti setiap bahan
yang diperlukan stasiun hilir satu per satu. Jika suatu stasiun kerja hanya
mampu memproduksi kebutuhan dalam jumlah besar, maka stasiun kerja
tersebut tidak akan mampu mengejar target waktu karena kebutuhan stasiun
kerja hilir bisa berbagai jenis bahan.
3. Zero setup: Alasan utama mengapa suatu stasiun kerja harus berproduksi
dalam jumlah besar adalah karena waktu persiapan (setup time) untuk memulai
proses sangat signifikan. Jika suatu proses memerlukan persiapan yang lama,
maka logis jika setiap kebutuhan diproduksi dalam jumlah besar. Jumlah
produksi yang rendah memerlukan waktu persiapan yang singkat sehingga
akan sangat berpengaruh terhadap kapasitas stasiun kerja. Oleh karena itu,
hanya waktu persiapan yang hampir nol yang akan mampu memenuhi
kebutuhan zero lot size pada syarat 2.
4. Zero breakdown: JIT yang dimodelkan Ohno menghendaki produksi tanpa
kelebihan inventory, juga WIP, karena kelebihan inventory hanya akan
meningkatkan biaya. Karena adanya pengetatan ini, gangguan yang terjadi
pada mesin-mesin produksi tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali gangguan
seluruh jalur produksi. Gangguan terhadap mesin (atau operator) yang tidak
direncanakan sangat tidak ditolelir dalam lingkungan JIT yang ideal.
5. Zero handling: Jika suatu kebutuhan diproduksi tepat sesuai dengan yang
dibutuhkan dan pada saat dibutuhkan, maka kebutuhan tersebut harus tidak
boleh memerlukan waktu penanganan melebihi dari yang mutlak diperlukan.
Idealnya kebutuhan tersebut diantarkan langsung dari satu stasiun ke stasiun
lain yang membutuhkan tanpa jeda. Adanya tambahan penyimpangan waktu
penanganan, hanya akan menjauhkan sistem produksi dari just in time.
6. Zero lead time: Aliran bahan dalam JIT yang ideal adalah setiap kebutuhan
harus dipenuhi segera pada saat diperlukan. Hal ini berarti bahwa stasiun kerja
hulu harus mempunyai waktu tunggu nol. Tentu saja ukuran lot sama dengan 1
akan cocok diterapkan untuk memenuhi waktu tunggu nol, tetapi waktu proses
per satu unit output juga sangat penting diperhitungkan.
7. Zero surging: Kebutuhan bahan-bahan yang harus dipenuhi hanya
sejumlah yang diperlukan akan dapat dilakukan jika dan hanya jika seluruh
aliran proses produksi berjalan sesuai rencana. Adanya perubahan jumlah
kebutuhan yang mendadak (surge), maka, karena tidak ada kelebihan inventory
dan WIP yang dipersiapkan, seluruh jalur produksi harus dipaksa untuk
merespon perubahan mendadak tersebut. Kecuali sistem memiliki kapasitas
lebih, kebutuhan mendadak tidak mungkin dapat dipenuhi dan hanya akan
mengacaukan seluruh jalur.